BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Salmonella merupakan salah satu anggota dari famili Enterobacteriaceae. Salmonella sp merupakan salah satu bakteri patogen yang dapat menimbulkan penyakit yang disebut Salmonellosis. Salmonella sp tumbuh dan berkembang pada saluran pencernaan sapi dimana Salmonella sp keluar kelingkungan bersamaan dengan feses. Pada sapi perah, feses sapi secara langsung dapat melekat pada tubuh sapi perah terutama pada daerah yang sulit untuk dibersihkan seperti pada daerah lipatan paha maupun pada ambing sapi. Feses sapi perah juga dapat secara tidak langsung kontak dengan air, misalnya air yang digunakan untuk mencuci peralatan pada saat proses pemerahan, serta lewat tangan pemerah, dan sanitasi lingkungan sekitar yang kurang baik. Kasus infeksi Salmonella sp karena mengkonsumsi susu dan produknya sangat sering terjadi. Pada tahun 1984 di Canada dan tahun 1985 di Chicago susu dan produk susu terkontaminasi Salmonella typhimurium, di Chicago tercatat 16.000 produk susu terkontaminasi Salmonella typhimurium yang telah menyebabkan terjadinya Sallmonellosis (Mazurek et al, 2003). Hal yang sama terjadi di China pada tahun 1998 terjadi 39 kasus karena mengkonsumsi keju dari susu yang belum dipasteurisasi (Leonard, 2005). Departemen Kesehatan Ohio pada tahun 2002 melaporkan bahwa beberapa anak terinfeksi Salmonella sp yang disebabkan karena meminum susu mentah dari pabrik susu (Mazurek et al, 2003). Pada tahun yang sama dilaporkan 2 kasus infeksi oleh Salmonella typhimurium
1
karena mengkonsumsi susu pasteurisasi (Holt, et al 2004). Pada bulan AprilMaret tahun 1985 di Illinois terjadi 16.000 kasus karena mengkonsumsi susu pasteurisasi yang terkontaminasi oleh Salmonella typimurium (Olsen et al, 2004). Infeksi karena Salmonella sp di Yogyakarta sudah pernah dilaporkan sebelumnya tetapi belum terdata secara detail. Deteksi Salmonella sp pada bahan pangan sudah pernah di teliti. Menurut hasil penelitian Ate (2006), menunjukkan bahwa tingkat cemaran Salmonella sp pada susu sapi mentah adalah 33,3%. Dari 15 sampel susu mentah yang diuji didapat 10 sampel yang positif mengandung cemaran Salmonella sp. Sedangkan hasil penelitian Elu (2006), menunjukan bahwa tingkat cemaran Salmonella sp pada susu pasteurisasi adalah 26,6%. Dari 15 sampel susu pasteurisasi yang diuji didapat 4 sampel yang mengandung cemaran Salmonella sp. Susu mentah sangat berpotensi untuk terkontaminasi oleh mikroorganisme. Mikroorganisme yang ada pada susu dapat berasal dari ambing, permukaan badan hewan, makanan hewan, udara, dan peralatan yang digunakan untuk pemerahan sampai wadah untuk penyimpanan. Kontaminasi yang disebabkan oleh Salmonella sp pada feses sapi perah menjadi media penularan pada saat pemerahaan sangat sulit dihindarkan. Cemaran Salmonella sp pada susu mentah yang terjadi selama proses pemerahan berlangsung disebabkan karena feses sapi perah yang menyebar pada tubuh sapi, ambing, peralatan yang digunakan dan pemerah. Beberapa produk susu pasteurisasi ternyata masih mengandung Salmonella sp meskipun telah dilakukan pemanasan. Keberadaan Salmonella sp pada produk susu pasteurisasi terutama disebabkan oleh cemaran mikrobia yang tinggi pada bahan baku atau susu mentah.
2
Kelompok Salmonella sp umumnya berasosiasi dengan jalur intestin yang keluar bersamaan dengan feses dan lingkungan pun akan terkontaminasi oleh feses sapi perah yang telah tercemar Salmonella sp. Selain itu pula dari kondisi lingkungan yang kurang bersih maka kelompok Salmonella sp dapat tumbuh dengan baik. Kontaminasi kelompok Salmonella sp pada susu dan produknya dapat bersumber dari proses pemerahan susu, sanitasi kandang, kebersihan pekerja dan perlengkapan penyimpanan susu selama transportasi dan pemasaran. Sebelum susu diperah biasanya sapi dimandikan terlebih dahulu, dan biasanya menggunakan air yang ada disekitar kandang atau air sungai yang ada di sekitar kandang. Air yang digunakan untuk memandikan sapi telah terkontaminasi oleh Salmonella sp yang berasal dari feses sapi perah, selain itu dapat juga berasal dari feses hewan lain dan feses manusia. Cara pemerahan, kandang yang kotor, wadah dan pengolahan yang tidak sempurna merupakan sumber kontaminan yang potensial. Hal inilah yang mendorong penulis melakukan penelitian untuk mendeteksi cemaran Salmonella sp pada feses sapi perah karena feses sapi perah merupakan media penularan Salmonella sp yang sangat cepat terhadap susu serta produknya baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
3
B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah pada feses sapi perah di peternakan UGM dan di peternakan Pakem mengandung cemaran Salmonella sp ? 2. Bagaimana tingkat cemaran Salmonella sp pada feses sapi perah yang ada di peternakan UGM dan di peternakan Pakem ?
C. TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi adanya cemaran Salmonella sp pada feses sapi perah melalui isolasi dan identifikasi bakteri Salmonella sp, serta untuk mengetahui adanya tingkat cemaran Salmonella sp pada feses sapi perah.
D. BATASAN MASALAH Yang dimaksud dengan tingkat cemaran Salmonella sp dalam penelitian ini adalah tingkat cemaran Salmonella sp berdasarkan sampel yang diteliti dalam penelitian ini dan berdasarkan tingkat sensitivitas koloni biru terang yang positif Salmonella sp. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah feses sapi perah, dimana Jumlah sampel feses sapi perah diambil dari 2 lokasi Peternakan sapi yang ada di UGM dan Pakem Yogyakarta . Pada masing-masing lokasi diambil 10 sampel, sehingga total keseluruhan sampel 20. Kedua puluh sampel tersebut diharapkan mewakili gambaran keberadaan Salmonella sp pada feses sapi perah yang ada di wilayah Yogyakarta.
4
E. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang dapat diperoleh dengan mendeteksi keberadaan kelompok Salmonella sp pada feses sapi perah akan memberikan gambaran tentang tingkat cemaran Salmonella sp pada feses sapi perah, sehingga peternakan dapat lebih memperhatikan sanitasi lingkungan tempat pemerahan dan peternakan dapat mengembangkan teknik aseptik dan sanitasi yang baik, agar dapat menekan jumlah kelompok Salmonella sp pada feses sapi perah. Isolat yang diperoleh dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut tentang sifat-sifat yang dimiliki dan patogenitasnya pada manusia sehingga dapat diketahui pula pencegahan dan penanggulangan yang efektif terhadap infeksi tersebut.
5