BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena menarik dalam perkembangan teknologi adalah
adanya internet yang dapat memberi kemudahan baik setiap individu untuk berhubungan dalam jangka waktu yang cepat dan mudah tanpa dibatasi oleh jarak ruang dan waktu. Teknologi Internet merupakan sarana untuk berkomunikasi yang dapat menghubungkan individu satu dengan individu yang lain. Komunikasi yang dilakukan antar individu melibatkan suatu informasi dan pengetahuan yang bermanfaat bagi individu lain. Suatu pengetahuan dapat dikatakan bermanfaat apabila pengetahuan tersebut disebarkan dari individu satu kepada individu lain. Peningkatan pengetahuan individu saat ini menjadi suatu keharusan dalam rangka menghadapi perkembangan jaman di era globalisasi. Banyak individu yang meningkatkan pengetahuannya untuk dapat bertahan dalam lingkungan yang kompetitif sehingga secara tidak langsung telah terjadi pergeseran paradigma dari individu. Pergeseran individu yang pada mulanya berorientasi pada sumber daya kemudian bergeser berorientasi pada informasi dan pengetahuan. Pengetahuan disebut sebagai bahan baku yang merupakan bagian dari proses mengumpulkan, mengorganisasikan dan mendapatkan kembali informasi baik yang terintegrasi ataupun tidak dengan individu (McNeish dan Mann, 2010). Untuk mendukung pemenuhan pengetahuan yang memadai, seorang individu diharapkan bisa memanfaatkan media berbasis internet. Menurut Ismail (2010), teknologi dipandang sebagai “enabler” dalam berbagi pengetahuan dan dapat
1
memotivasi seseorang untuk berbagi pengetahuan yang mereka miliki. Pengetahuan berbasis internet merupakan sebuah proses yang menarik karena tidak hanya melibatkan beberapa pengguna saja tetapi melibatkan banyak pengguna yang memanfaatkan media tersebut untuk berbagi dan memperoleh pengetahuan. Pengertian pengetahuan menurut Tolk dan Aaron (2010) adalah suatu data dan informasi yang terstruktur dan dapat diinterpretasikan. Oleh karena itu, pengetahuan juga dapat diperoleh melalui media yang terstruktur seperti buku, dokumen, koran, majalah, e-mail, e-article, mailing list, e-book, iklan, dan social networking. Kunci utama seorang individu dalam melakukan berbagi pengetahuan adalah kemudahan dalam mengkomunikasikan pengetahuan tersebut, baik itu pengetahuan yang bersifat tacit maupun explicit. Pengetahuan tacit dapat disampaikan melalui sosialisasi, seperti percakapan interaktif, magang, bercerita (storytelling), analogi, dan berbagi pengalaman atau kegiatan (Zack, 1999a,1999b; Nonaka dan Takeuchi, 1995; Stenmark, 2000; Smith, 2001; Nonaka, 1991, 1994 dalam Bock et al., 2005). Sedangakan pengetahuan explicit dapat dikodifikasi, dikategorisasikan, dan disimpan serta mudah ditransmisikan dalam bentuk bahasa formal (Stenmark, 2000 dalam Alavi, 2001; Bartol dan Srivistava, 2000). Berbagi pengetahuan merupakan suatu aktivitas peningkatan ide, pengalaman dengan penuh pertimbangan untuk membuat suatu pengetahuan baru (Bartol dan Srivistava, 2002). Ismail et al., (2009) mendefinisikan berbagi pengetahuan sebagai pertukaran ide, pengalaman dan pemikiran diantara individu. Menurut Nonaka dan Takeuchi (1995), berbagi pengetahuan dianggap sebagai proses interaksi sosial antar individu, dan tidak dapat dilakukan hanya oleh satu
2
orang saja. Oleh karena itu, individu dapat menghasilkan pengetahuan dengan meningkatkan pengalaman dan ide mereka melalui sosialisasi. Pada saat ini literatur tentang manajemen pengetahuan sangat luas dan masih sedikit penelitian yang mengarah pada berbagi pengetahuan di level individu (Aharony, 2011). Penelitian terdahulu yaitu penelitian Riege (2005) dan Ismail et al., (2009) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi seseorang dalam berbagi pengetahuan yaitu faktor individu, faktor organisasi, dan faktor teknologi informasi. Selain itu, Szulanski (1995) juga menyatakan terdapat beberapa faktor penentu dalam mewujudkan perilaku berbagi pengetahuan secara efektif antara lain keandalan sumber pengetahuan, motivasi
untuk
berbagi,
kemampuan
belajar,
dan
kemampuan
untuk
mengaplikasikan pengetahuan baru. Nonaka dan Tekauchi (1995) berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari individu yang melekat pada otak seseorang dan manusia memperoleh pengetahuan dari penciptaan yang kreatif dan pengalaman pribadi (Polanyi dalam Nonaka dan Takeuchi, 1995). Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk memperluas dan menambah literatur tentang perilaku berbagi pengetahuan di level individu, karena diketahui masih sedikit dan jarangnya penelitian yang dilakukan di level individu. Zhao (2010) mengatakan berbagi pengetahuan dalam komunitas virtual dapat meningkatkan perilaku berbagi pengetahuan secara online dan dapat memberikan manfaat bagi keberlangsungan komunitas tersebut. Jaringan virtual terjadi karena adanya hubungan interaksi sosial dengan individu lain yang mengunakan sarana teknologi. Sehingga, penelitian ini fokus pada faktor individu
3
yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang untuk berbagi pengetahuan di jejaring sosial. Pada level
individu, menurut
Riege (2005),
faktor-faktor
yang
menghambat untuk berbagi pengetahuan sering dihubungkan dengan kurangnya ketrampilan dalam berkomunikasi serta kurangnya jaringan sosial, adanya perbedaan budaya, adanya kekhawatiran terhadap status posisi, kurangnya waktu serta kepercayaan dan kemauan. Oleh karena itu, untuk membangun seorang individu agar efektif dalam berbagi pengetahuan di sebuah komunitas virtual diperlukan suatu kepercayaan, baik kepercayaan terhadap pengetahuan atau informasi yang dibagikan
maupun kepercayaan antar individu di dalam
komunitas tersebut. Craik dalam Ye et al., (2012) menyatakan kesan, kepercayaan, dan penilaian dari seseorang melalui media online yang digunakan oleh individu dapat dianggap sebagai social capital yang dimiliki individu tersebut di dunia maya. Teknologi sosial media menyediakan saluran dan sarana bagi seseorang untuk berbagi pengetahuan, wawasan dan pengalaman dan juga menyediakan cara bagi individu untuk melihat dan mengevaluasi bahwa pengetahuan didasarkan pada penilaian seseorang. Akan tetapi, dengan pengetahuan yang didasarkan pada penilaian seseorang, hal ini dapat menimbulkan dampak negatif adanya kurangnya rasa percaya pada pengetahuan yang dibagikan. Kurangnya rasa percaya terhadap suatu pengetahuan dan kurangnya jaringan sosial yang dimiliki oleh individu inilah yang dapat menghambat seseorang untuk berbagi. Ketika seseorang tidak mempercayai pengetahuan yang dibagikan tersebut, maka seorang individu yang menerimapun tidak akan menggunakan pengetahuan tersebut.
4
Menurut Heinstrom (2005) dan Ferres et al., (2004) kepercayaan dan kepribadian individu merupakan elemen kunci penting dalam menuntun perilaku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh kepribadian dari diri individu juga dapat mempengaruhi seseorang untuk berbagi. Penting bagi seorang individu untuk mengukur bagaimana seseorang menilai dirinya melalui bagaimana mereka dilihat oleh orang lain yang berperan penting atau berpengaruh dalam kehidupan seorang individu seperti teman sebaya, lingkungan masyarakat dan anggota keluarga (Rosenberg et al., 1989). Menurut Bock et al.,(2005), harga diri dipandang sebagai salah satu cerminan sikap yang memiliki kompentensi, status, dan perilaku moral yang berharga tentang seseorang di mata rekan-rekannya. Seseorang yang mempunyai perasaan baik dan harga diri positif terhadap dirinya cenderung bahagia, sukses dan mampu menyesuaikan diri sehingga nantinya akan termotivasi untuk berperilaku berbagi. Terdapat beberapa penelitian yang menguji beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berbagi pengetahuan, diantaranya dilakukan oleh Aharony (2011), Shu dan Chuang (2011), dan Hsu et al., (2007). Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Aharony (2011) yang menguji selfesteem (personality) terhadap knowledge management di dalam organisasi dengan kuisioner. Namun, berbeda dari Aharony (2011), penelitian ini menguji selfesteem terhadap perilaku individu dalam berbagi pengetahuan di jejaring sosial dengan menggunakan observasi. Selanjutnya, penelitian ini juga mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Shu dan Chuang (2011) menguji self-esteem di dalam organisasi dan kepercayaan terhadap niat berbagi pengetahuan yang dimediasi oleh sikap berbagi pengetahuan. Berbeda dari penelitian sebelumnya,
5
menguji pengaruh self-esteem dan kepercayaan terhadap perilaku individu dalam berbagi pengetahuan di jejaring sosial pada level individu. Selanjutnya, penelitian ini juga mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Hsu et al., (2006), menguji kepercayaan sebagai faktor lingkungan yang mempengaruhi faktor individu dan perilaku berbagi pengetahuan di komunitas virtual dengan menggunakan kuisioner. Berbeda dari penelitian sebelumnya, penelitian ini menguji pengaruh kepercayaan pada perilaku individu dalam berbagi pengetahuan di jejaring sosial dengan menggunakan observasi. Selain itu yang menarik dari penelitian ini adalah dengan memasukkan narsisme. Sifat narsisme ini juga sebagai bentuk kepribadian dan perilaku sosial. Kalangan psikologi sosial mengartikan narsis sebagai ciri kepribadian yang menggambarkan pengagungan dan peninggian self-concept. Menurut Duchon et al., (2008) ketika seorang individu memiliki tingkat percaya diri yang berlebihan di dalam suatu organisasi maka hal ini dapat merusak organisasinya sendiri. Seseorang yang memiliki tingkat narsisme yang tinggi akan
sulit untuk
melakukan berbagi, dikarenakan individu tersebut merasa mampu untuk menyelesaikan tugasnya sendiri dan bersifat egois. Oleh karena itu, penelitian ini memprediksi bahwa mungkin faktor narsisme ini dapat menghambat seseorang untuk berbagi pengetahuan. Penelitian ini juga memperluas penelitian yang dilakukan oleh Bergman et al., (2010), yang menguji narsisme dalam pendidikan manajemen. Sedangkan penelitian ini ingin menguji narsisme terhadap perilaku individu dalam berbagi pengetahuan di jejaring sosial. Berdasarkan pemaparan di atas, perilaku berbagi pengetahuan di dalam komunitas facebook adalah hal yang sangat menarik untuk diteliti disamping
6
facebook telah menempati peringkat kedua setelah google (Alexa.com) dalam hal kategori situs terpopuler yang sering diakses oleh semua individu. Facebook merupakan suatu media dari jejaring sosial yang terjaring dalam jaringan internet sehingga jaringannya lebih luas dan tidak terbatas wilayah. Facebook dapat menghubungkan seorang indvidu dengan individu lain, sehingga facebook dapat memungkinkan seorang individu untuk berbagi pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Mehdizadeh (2010) facebook adalah tempat yang sering banyak digunakan oleh individu yang narsis dan individu yang memiliki self-esteem rendah. Hal ini terbukti masih ditemuinya dalam setiap status pengguna facebook yang berisi informasi yang tidak mencerminkan perilaku berbagi pengetahuan. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, para individu bisa melakukan berbagi pengetahuan yang terkait dengan tacit knowledge yang kemudian diimplikasikan dalam bentuk tulisan sehingga nantinya menjadi explicit knowledge dan dapat bermafaat bagi individu atau organisasi lain. Penelitian ini juga menambahkan variabel kontrol yaitu jenis kelamin dan tingkat pendidikan pada perilaku individu dalam berbagi pengetahuan di jejaring sosial. Variabel kontrol dimaksudkan untuk melihat apakah dengan dimasukkan variabel ini ke dalam model, maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen menjadi semakin kuat sehingga dapat memperkecil error term.
1.2
Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi pertanyaan
penelitian ini adalah :
7
1. Apakah self-esteem berpengaruh pada perilaku individu dalam berbagi pengetahuan di jejaring sosial (Facebook)? 2. Apakah kepercayaan berpengaruh pada perilaku individu dalam berbagi pengetahuan di jejaring sosial (Facebook)? 3. Apakah narsisme berpengaruh pada perilaku individu dalam berbagi pengetahuan di jejaring sosial (Facebook)?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan pada pertanyaan penelitian maka tujuan dari penelitian ini
adalah: 1. Untuk menguji pengaruh self-esteem pada perilaku individu dalam berbagi pengetahuan di jejaring sosial (Facebook). 2. Untuk menguji pengaruh kepercayaan pada perilaku individu dalam berbagi pengetahuan di jejaring sosial (Facebook). 3. Untuk menguji pengaruh narsisme pada perilaku individu dalam berbagi pengetahuan di jejaring sosial (Facebook).
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam mempertimbangkan Facebook sebagai sumber media pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kepribadian individu sebagai motivasi seseorang untuk berbagi pengetahuan. Sehingga pada akhirnya dapat
8
memunculkan pengetahuan baru dan dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis dan mengevaluasi serta mengembangkan sebuah organisasi. 2. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi literatur akademis di bidang manajemen pengetahuan khususnya pada berbagi pengetahuan.
1.5
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini terbagi dalam lima bagian. Bagian kesatu terdiri
dari pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bagian kedua pada penelitian ini membahas mengenai tinjauan pustaka dan pengembangan hipotesis dan dilanjutkan dengan menampilkan model penelitian. Bagian ketiga terdiri dari metode penelitian yang berisi desain penelitian, sampel dan teknik pengambilan sampel, data dan metode pengumpulan data, variabel penelitian dan definisi operasional, analisis pengujian hipotesis. Selanjutnya pada bagian keempat menjelaskan secara rinci mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Adapun hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini didalamnya berisi mengenai proses pengumpulan data, analisis deskriptif, pengujian asumsi klasik, pengujian hipotesis, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan, analisis tambahan variabel kontrol. Kemudian pada bagian terakhir yaitu pada bagian kelima menjelaskan mengenai kesimpulan, implikasi penelitian dan keterbatasan serta saran penelitian.
9