1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi sangat penting dalam interaksi seorang dengan orang lain. Komunikasi dibutuhkan seseorang untuk bertukar informasi dengan orang lain. Selain itu, komunikasi juga berfungsi sebagai alat untuk mengekspresikan perasaan dan emosi seseorang, misalnya gembira, marah, tidak senang, sedih dan takut (Moorhead & Griffin, 1998). Pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia mendorong untuk berkembangnya teknologi komunikasi. Salah satu teknologi komunikasi yang sangat menarik adalah internet. Internet merupakan salah satu media yang sekarang ini diminati oleh banyak orang. Internet yang semula dirancang untuk menjadi sistem komunikasi militer telah berkembang menjadi penghubung banyak komputer sekaligus ke dalam sebuah jaringan. Perkembangan internet saat ini bukan hanya sebagai alat pengiriman, pertukaran, dan pengambilan data, melainkan juga memenuhi banyak fungsi lain, meliputi kemudahan berbisnis, berkarir, berkomunikasi, menjalankan proses belajar-mengajar, menjalin relasi, menyiarkan berita, hingga berkampanye. Dapat dipastikan bahwa jumlah pengguna internet ini akan terus bertambah seiring dengan semakin mudahnya koneksi internet, tersebarnya jaringan, serta juga semakin tersedianya peralatan komputer, handphone, hingga iPhone dan BlackBerry (Elia, 2009).
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
Semakin tidak terhindarkannya internet sebagai perlengkapan studi dan alat bantu pekerjaan membuat internet turut berperan dalam cara kita berpikir, berkomunikasi, berelasi, berekreasi, bertingkah laku, dan mengambil keputusan. Internet menjadi suatu kegemaran tersendiri dalam mencari informasi terbaru dan menjalin hubungan dengan orang lain di beda tempat. Internet juga memiliki kelebihan karena sifat yang tidak terbatasnya waktu akses, sehingga individu dapat mengakses internet kapan saja. Hal ini membuat beberapa orang terkena salah satu dampak negatif dari penggunaan internet. Tidak sedikit orang sangat bergantung pada internet sehingga individu mengalami kecanduan (Dyah, 2009). Perkembangan pengguna internet dari tahun ke tahun sangat tinggi. Sekarang lebih dari jutaan manusia di seluruh Indonesia telah menggunakan internet. Namun ada beberapa orang yang saat ini terkena salah satu dampak negatif penggunaannya. Tidak sedikit orang sangat bergantung pada internet sehingga individu kecanduan. Kecanduan internet bagi pelajar dapat diketahui melalui kegiatannya yang setiap hari setelah pulang sekolah atau malam hari banyak dijumpai remaja di depan komputer untuk melakukan internet. Internet telah membuat remaja kecanduan, karena di internet menawarkan berbagai fasilitas informasi, mainan, dan hiburan yang membuat remaja tidak ingin meninggalkan internet. Tanda-tanda remaja yang kecanduan internet, antara lain remaja merasa senang dengan internet, durasi penggunaan internet terus meningkat, menjadi cemas dan bosan ketika harus melalui beberapa hari tanpa internet.
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3
Remaja yang mengalami kecanduan internet adalah remaja yang memiliki pengetahuan akan internet. Penggunaan internet oleh remaja lebih kepada sarana hiburan dibandingkan dengan untuk tujuan pendidikan. Beberapa ciri remaja mengalami kecanduan internet adalah remaja yang menghabiskan waktu minimal selama 5 jam dalam sehari dan juga telah menggunakan internet minimal selama 6 bulan (Young dalam Essau, 2008). Dampak yang timbul akibat kecanduan internet pada remaja (Young, 2004): (1).Permasalahan akademik. Remaja yang mengalami kecanduan internet akan mengalami kesulitan untuk menyelesaikan tugas rumahnya, belajar untuk ujian, dan kurang tidur sehingga mengganggu aktivitas sekolah (2).Permasalahan dalam hubungan dengan keluarga dan teman. Remaja yang mengalami kecanduan internet, menghabiskan waktu yang sedikit dengan orang-orang yang ada di kehidupan nyata. Remaja lebih banyak berkomunikasi lewat dunia maya sehingga kurang
perhatian
terhadap
keluarga
dan
teman-teman
di
sekitarnya
(3).Permasalahan fisik dan psikologis. Remaja yang mengalami kecanduan internet mengalami gangguan pola tidur, dimana remaja banyak menghabiskan waktu bermain internet pada malam hari sehingga akhirnya pada saat pagi remaja merasakan kelelahan. Hal ini juga dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Kecanduan internet juga membawa dampak terhadap psikologis remaja, dimana remaja menjadi merasa bosan, cemas, dan depresi ketika bermain internet ditunda atau dihentikan. Remaja yang mengalami kecanduan adalah remaja yang memiliki pengetahuan tentang penggunaan internet, bermain internet minimal selama 5 jam
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4
dalam sehari, dan telah menggunakan internet minimal 6 bulan. Ada beberapa permasalahan yang dapat dialami oleh remaja yang kecanduan internet, yaitu permasalahan akademis, permasalahan dalam hubungan keluarga dan teman, serta permasalahan dalam fisik dan psikologis. Apabila pengguna internet lupa bahwa internet bersifat tanpa batas, maka pengguna internet akan terhanyut untuk memburu informasi-informasi yang sebetulnya kurang bermanfaat demi memenuhi kepuasan pribadinya. Apabila pemenuhan kepuasan yang pertama tercapai maka akan muncul tuntutan pemuasan yang kedua yang melebihi tuntutan pertama, demikian seterusnya hingga pengguna internet ini mencapai taraf addict atau kecanduan internet. Kecanduan internet saat ini sudah masuk ke sekolah, universitas, kantor bahkan rumah. Seorang pecandu internet tidak merasa dirinya kecanduan internet bahkan tidak mau disebut sebagai pecandu internet. Pecandu internet tidak menyadari bahwa perilaku online-nya berlebihan. Pecandu internet tidak dapat menghentikan keinginan untuk online, bahkan mereka kehilangan kontrol diri dalam mengakses internet dan kehidupannya. Mark, Murray, Evans, & Willig (2004) menyatakan bahwa kecanduan merupakan perilaku ketergantungan baik secara fisik maupun psikologis dalam suatu aktivitas. Individu biasanya secara otomatis akan melakukan apa yang disenangi pada kesempatan yang ada Kecanduan merupakan kondisi terikat pada kebiasaan yang sangat kuat dan tidak mampu lepas dari keadaan itu, individu kurang mampu mengontrol
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
dirinya sendiri untuk melakukan kegiatan tertentu yang disenangi. Seseorang yang kecanduan merasa terhukum apabila tak memenuhi hasrat kebiasaannya. Kecanduan internet di antaranya terjerat games, akses situs porno, akses bermacam informasi, serta aplikasi lain. Usi (Dyah,2009) berpendapat bahwa pencandu tidak dapat mengontrol diri sehingga mengabaikan kegiatan lainnya. Umumnya, pencandu asyik sehingga lupa waktu, sekolah, pekerjaan, lingkungan sekitarnya, hingga kewajiban lain. Secara patologi kecanduan internet sangat mirip dengan kecanduan terhadap judi. Seiring dengan berkembangnya jaringan internet, saat ini jumlah penderita adiksi internet atau internet semakin bertambah banyak. Kecanduan jenis tersebut dapat dialami anak-anak maupun dewasa. Hadis (Dyah,2009) berpendapat bahwa pencandu internet tidak dapat mengontrol diri sehingga mengabaikan kegiatan lainnya. Umumnya, remaja yang kecanduan internet lupa waktu, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. Umumnya, orang yang mengalami kecanduan internet atau internet dilatarbelakangi kehidupan yang membuat kebutuhan emosional dan psikologis individu. Perilaku kecanduan didasarkan teori hierarki kebutuhan Maslow (Dyah, 2001) bahwa di dalam setiap diri individu ada dorongan untuk memenuhi kebutuhan pada tiap tingkatan. Individu yang memiliki kontrol diri rendah berpotensi mengalami kecanduan karena individu tidak mampu memandu, mengarahkan, dan mengatur perilaku. Kecanduan usia remaja pada internet ingin tahu akan hal–hal yang belum dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pornografi dan sejenisnya
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
Kecanduan merupakan topik yang mencemaskan dan menarik perhatian para orangtua. Pada kenyataannya, melalui internet memberi kesempatan yang tidak terbatas pada anak-anak, tempat di mana anak dalam lingkungan berbasis teknologi yang canggih, segala sesuatunya akan berkaitan dengan internet. Pengaruh buruk kecanduan internet pada remaja sebagian besar mengarah pada pornografi. Pornografi telah banyak membawa korban, khususnya perempuan dan anak-anak, untuk dijadikan alat dari komoditas industri pornografi. Penelitian yang dilakukan sebuah lembaga swadaya masyarakat pada tahun 2007 dengan Koordinator Peri Umar Farouk (Dyah, 2009) yang membentuk sebuah gerakan bernama Jangan Bugil Depan Kamera (JBDK), diketahui terdapat 100.000 situs materi pornografi anak yang ada di internet. Penelitian ini juga mengungkap hampir 89% internet (obrolan elektronik) anak dan remaja berkonotasi seksual. Rata-rata usia 11 tahun adalah usia anak termuda sebagai pengakses pornografi hampir 90 persen akses internet berbau pornografi dilakukan anak justru saat anak sedang mengerjakan tugas sekolah atau saat belajar bersama. Menurut Meutia (Dyah, 2009), selain data tersebut dinyatakan juga oleh penelitian JBDK bahwa 90 persen dari 500 buah video porno atau lebih, yang telah beredar di kalangan remaja menunjukkan, para aktor dan aktris film porno itu 100 persen merupakan anak-anak dan remaja Indonesia pengguna internet untuk membicarakan pornografi. Kecanduan internet selain mengarah pada pornografi juga mengarah kepada hiburan. Di internet menyajikan berbagai hiburan, salah satunya adalah permainan yang disebut dengan game. Seiring perkembangan zaman dan
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
teknologi, manusia sekarang mengalami apa yang disebut dengan “ketergantungan teknologi”, hal ini disebabkan oleh adanya realitas buatan yang saat ini menggeser peran realitas yang secara alami terbentuk. Remaja yang kecanduan internet dan mengarah ke pornografi dan permainan dapat dipahami mengingat remaja mengalami masa pencarian jati diri dan rasa keingintahuan terhadap hal-hal yang baru. Dampak buruk penggunaan internet bagi remaja pada umumnya, remaja yang mengalami kecanduan internet dilatarbelakangi kehidupan yang membuat kebutuhan emosional dan psikologis mereka kurang terpenuhi. Hal ini juga terlihat dari pengunjung rental online game yang didominasi oleh remaja SMP dan SMA. Remaja dengan seragam sekolah biasa terlihat memenuhi rental internet setelah jam pulang sekolah, akan tetapi sering kali juga ditemukan remaja yang berseragam sekolah terlihat bermain pada jam sekolah. Tidak sedikit pula remaja SMP yang ikut larut dalam permainan online game, bahkan rela menghabiskan uang jajannya untuk menikmati fasilitas permainan yang tersedia dalam internet. Para pemain internet bisa menghabiskan sebagian besar waktunya hanya untuk bermain game dan tidak menghiraukan aktivitas lain yang penting seperti makan, minum atau belajar. Pada pagi, siang, sore bahkan larut malam, para remaja terlihat asyik untuk bermain online game. Fenomena bermain online game ini juga muncul di kalangan siswa SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung tahun pelajaran 2011-2012. Peserta didik SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung kelas VIII merupakan individu yang sedang memasuki masa remaja awal (usia 12-13 tahun) yang memiliki karakteristik ingin mencoba berbagai hal baru, dan online game merupakan salah satu hal baru bagi
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8
seorang anak yang beranjak remaja. Menurut pemaparan konselor di sekolah tersebut, seringkali mereka menemukan siswa yang membolos dan tidak konsentrasi belajar saat di kelas karena bermain online game. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap nilai rapot beberapa siswa yang diduga kecanduan online game, terdapat penurunan nilai yang signifikan sebelum dan sesudah siswa kecanduan online game. Menurut hasil wawancara terhadap pengelola rental online game di sekitar lingkungan SMP YAS Bandung, diperoleh keterangan bahwa seorang pemain online game dalam hal ini siswa SMP YAS Bandung bisa menghabiskan waktunya berjam-jam atau bahkan sehari semalam berada di rental online game hanya untuk bermain game. Selain bisa menghabiskan banyak waktu, bermain online game juga akan membutuhkan biaya yang cukup besar. Biaya yang dikeluarkan bukan hanya untuk membayar listrik yang digunakan oleh komputer akan tetapi juga untuk membayar pulsa internet yang digunakan untuk online. Yanuar (Dyah, 2009) menyatakan bahwa secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi kecanduan internet, yaitu faktor ekstern dan intern. Faktor ekstern seperti lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan budaya. Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu seperti kepribadian, kontrol diri, minat, motif, pengetahuan, dan usia. Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi.
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9
Perilaku individu dalam melakukan sosialisasi dipengaruhi oleh faktor kontrol diri. Faktor kontrol diri pada remaja sangat diperlukan karena dorongandorongan dan nafsu keinginan-keinginan semakin menggejolak, terutama dorongan seksual dan agresivitas. Jika seorang remaja tidak dapat mengontrol dirinya dengan baik, maka remaja akan dikuasasi oleh dorongan dan keinginan yang menyebabkan timbulnya kenakalan-kenakalan pada remaja. Individu mampu mengontrol diri berarti individu memiliki kontrol diri. Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi. Elijati (Dyah, 2009) berpendapat bahwa gangguan kontrol diri pada remaja yang menimbulkan kecanduan pada internet merupakan gangguan yang dideskripsikan sebagai gangguan kontrol pada hasrat atau keinginan untuk mengakses internet atau internet tanpa melibatkan penggunaan obat atau zat aditif. Dalam perkembangan perilaku kecanduan internet pada remaja yang kaitannya juga dengan rendahnya kontrol diri, layanan yang diberikan termasuk ke dalam layanan bimbingan pribadi-sosial. Bimbingan pribadi-sosial membantu individu
dalam
menenyelesaikan
masalah-masalah
pribadi-sosial
dalam
mementapkan dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya (Yusuf dan Nurihsan, 2005: 10-12). Bimbingan pribadisosial membantu individu untuk mampu menghadapi dan menyelesaikan masalahmasalah pribadi-sosial yang berkaitan dengan perilaku kecanduan internet. Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
Pada penelitian, peneliti
berfokus pada pembuatan suatu program
bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kontrol diri remaja yang mengalami kecanduan internet
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Masa remaja adalah masa dimana individu mulai melepaskan diri dari ketergantungan terhadap orang tua dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya (Hurlock, 1990). Tanpa disadari, dengan menggunakan Internet seperti situs jejaring sosial Facebook remaja yang seharusnya belajar bersosialisasi dengan lingkungan di kehidupan nyata justru lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman di dunia maya. Komunikasi yang dahulunya dari bertatap muka secara langsung kini mulai mengalami pergesaran menjadi komunikasi melalui dunia maya. Pada tempat-tempat umum tidak jarang dijumpai individu yang sibuk sendiri dengan handphone yang dimiliki untuk meng-update status atau memberi komentar walaupun individu sedang berjalan bersama dengan teman-temannya. Individu yang memiliki kontrol diri rendah berpotensi mengalami kecanduan karena individu tidak mampu memandu, mengarahkan, dan mengatur perilaku (Dyah, 2009). Remaja yang mengalami kecanduan Facebook selalu merasa tertantang untuk menambah teman, memasukkan foto, melihat komentar orang lain, dan juga meng-update status miliknya. Remaja yang sudah memiliki 219 kawan misalnya, akan terus tertantang untuk mencari lebih banyak kawan sekedar untuk menunjukkan betapa terkenalnya dia. Rasa kesal dengan kejadian
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
sehari-hari bisa saja ditumpahkan ke Facebook tanpa terkendali. Demikian pula, karena individu selalu ingin meng-update informasi, maka setiap individu akan selalu terdorong untuk mengetik di kolom What do you have in mind tanpa pertimbangan yang jelas. Dampak negatif lain dari kecanduan Facebook adalah remaja menjadi lupa waktu, sekolah, tugas-tugas, hingga kewajiban lain. Penggunaan internet yang berlebihan dihubungkan dengan kerusakan yang signifikan terhadap bidang sosial, psikologis dan pekerjaannya (Young, 1996). Kecanduan dipandang sebagai kelemahan yang dimiliki remaja karena kurang memiliki motivasi dan kontrol (Griffiths dalam Essau, 2008). Mark, Murray, Evans, & Willig (2004) juga menyatakan bahwa salah satu penyebab individu mengalami kecanduan disebabkan adanya kegagalan dalam melakukan kontrol terhadap perilaku. Ghufron (2003) dalam penelitiannya menyatakan kontrol diri mempengaruhi perilaku penundaan terhadap tugas-tugas oleh remaja, sehingga mengakibatkan penurunan prestasi individu tersebut. Drever (Fitri, 2009) menyatakan bahwa kontrol diri adalah kontrol atau pengendalian yang dijalankan oleh individu terhadap perasaan-perasaan, dorongan-dorongan hati dan tindakan-tindakan sendiri. Masa-masa remaja ditandai dengan emosi yang mudah meletup atau cenderung untuk tidak dapat mengkontrol dirinya sendiri. Kontrol diri sangat diperlukan karena dorongandorongan dan nafsu semakin menggejolak, terutama dorongan seksual dan agresivitas pada remaja.
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
Jika seorang remaja tidak dapat mengontrol dirinya dengan baik, maka remaja akan dikuasasi oleh dorongan dan keinginan yang menyebabkan timbulnya kenakalan-kenakalan pada remaja. Fatoni (dalam Dyah, 2009) lebih menjelaskan bahwa kontrol diri yang tidak dapat berkembang dengan baik akan menghambat proses
pendewasan
individu
karena
pendewasaan
seseorang tergantung
kemampuan individu dapat melakukan pengontrolan terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa remaja berada pada masa yang ditandai dengan emosi yang mudah meletup atau cenderung untuk tidak dapat mengkontrol dirinya sendiri, sehingga diperlukan adanya kontrol diri untuk mengurangi dorongan-dorongan yang menggejolak dalam diri remaja. Kecanduan internet merupakan hal dimana individu menghabiskan waktu terlalu banyak ketika bermain sehingga melupakan waktu, tugas, dan kewajiban lainnya akibat kurangnya kontrol dari individu sendiri. Bimbingan dan konseling adalah konsep layanan yang berasumsi bahwa: (1) program bimbingan dan konseling merupakan suatu keutuhan yang mencakup berbagai dimensi terkait dan dilaksanakan secara terpadu, kerjasama personel bimbingan dan konseling dengan personel lain, keluarga, dan masyarakat, (2) layanan bimbingan dan konseling ditujukan untuk seluruh peserta didik, menggunakan berbagai strategi (pengembangan pribadi, dan dukungan sistem), meliputi ragam dimensi (masalah, setting, metode dan lama waktu layanan), (3) layanan bimbingan dan konseling bertujuan mengembangkan seluruh potensi peserta didik secara optimal, mencegah terhadap timbulnya masalah, dan berusaha membantu memecahkan masalah peserta didik.
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
Tujuan pelayanan bimbingan dan konseling adalah agar individu (konseli/peserta didik) mampu memahami dan mengembangkan potensinya secara optimal sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Dengan demikian, pelaksanaan bimbingan dan konseling tidak saja berfokus pada layanan bagi seluruh individu, tetapi juga pada seluruh aspek kehidupannya. Titik berat pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling adalah meraih kesuksesan bagi setiap individu, artinya individu tidak hanya dimotivasi, didorong, dan siap untuk belajar pengetahuan sekolah, tetapi pelayanan bimbingan dan konseling hendaknya membantu seluruh individu agar sukses berprestasi di sekolah dan kehidupannya lebih berkembang serta mampu memberikan kontribusi bagi kehidupan masyarakat sekitarnya. Bimbingan dan konseling pribadi-sosial merupakan proses bantuan untuk memfasilitasi siswa agar memiliki pemahaman tentang karakteristik dirinya, kemampuan
mengembangkan
potensi
dirinya,
mampu
mengembangkan
pemahaman dan keterampilan berinteraksi sosial atau hubungan insani (human relationship), serta dapat memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial yang dialaminya.
Bimbingan pribadi-sosial merupakan salah satu bidang bimbingan yang ada di sekolah. Menurut Sukardi ( Sepna, 2009) mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi-sosial merupakan usaha bimbingan, dalam menghadapi dan memecahkan masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan.Sedangkan menurut pendapat Ahmadi (Sepna, 2009) Bimbingan pribadi-sosial adalah, seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik agar dapat mengahadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial yang dialaminya, Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
mengadakan penyesuaian pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial, memilih jenis-jenis kegiatan sosial dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah pribadi, rekreasi dan sosial yang dialaminya termasuk masalah kontrol diri remaja yang mengalami ketergantungan internet. Inti dari pengertian bimbingan pribadi-sosial yang dikemukakan oleh Abu Ahmadi adalah, bahwa bimbingan pribadi-sosial diberikan kepada individu, agar mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan pribadi-sosialnya secara mandiri. Hal senada juga diungkapkan oleh Syamsu Yusuf (2005: 11) yang mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi. Contoh masalah-masalah sosial-pribadi diantaranya adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, permasalahan sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik.
Berdasarkan identifikasi masalah mengenai perlunya suatu bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kontrol diri remaja yang mengalami kecanduan internet, maka penelitian berfokus pada pembuatan suatu program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kontrol diri siswa yang mengalami kecanduan internet. Adapun pertanyaan yang perlu dijawab pada penelitian ini ialah:
1. Bagaimana gambaran umum kontrol diri siswa kelas VIII yang mengalami kecanduan internet di SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung tahun ajaran 2011/2012?
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
2. Bagaimana
rancangan
program
bimbingan
pribadi
sosial
untuk
meningkatkan kontrol diri siswa yang mengalami kecanduan internet?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini ialah memperoleh gambaran
empirik
mengenai
program
bimbingan
pribadi
sosial
untuk
meningkatkan kontrol diri siswa yang mengalami kecanduan internet. Tujuan khusus yang ingin dicapai yaitu memperoleh:
1. Gambaran umum kontrol diri siswa kelas VIII yang mengalami kecanduan internet di SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung tahun ajaran 2011/2012, 2. Rancangan program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kontrol diri siswa yang mengalami kecanduan internet.
D. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan dengan cara menganalisa peristiwa-peristiwa atau masalah-masalah yang terjadi pada saat penelitian berlangsung, denngan menggunakan metode deskriptif, peneliti dapat menghasilkan dan memperoleh informasi yang tepat dan gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai kontribusi kontrol diri pada perilaku kecanduan internet pada remaja.
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
Metode ini diawali dengan pengumpulan data mengenai kontrol diri dan perilaku kencanduan internet pada remaj. Data selanjutnya diolah, ditafsirkan dan disimpulkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh dan menganalisa data mengenai kontribusi kontrol diri pada perilaku kecanduan internet pada siswa kelas VIII di SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung Tahun Ajaran 2011/2012.
E. Manfaat Penelitian Dalam merumuskan manfaat dari penelitian ini, terdapat 2 (dua) manfaat penelitian yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis Manfaat dari penelitian ini adalah agar menambah khasanah keilmuan bidang bimbingan dan konseling khususnya dalam penyusunan program bimbingan pribadi sosial khususnya mengenai kontrol diri 2. Manfaat Praktis a. Bagi pihak sekolah, informasi yang dapat ditemukan dapat dijadikan landasan untuk membimbing dan memberikan pengertian tentang pentingnya kontol diri pada siswa terutama siswa yang mengalami kecanduan internet b. Bagi guru pembimbing, diharapkan dapat membantu guru pembimbing sebagai masukan dalam menyusun program bimbingan dan konseling
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
17
sebagai saran layanan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kontrol diri pada siswa yang mengalami kecanduan internet c. Bagi civitas akademika dijurusan psikologi pendidikan dan bimbingan, hasil dari penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan di bidang bimbingan dan konseling, khususnya dalam mengembangkan kontrol diri siswa di sekolah menengah pertama
F. Struktur Organisasi Skripsi Struktur Organisasi Skripsi yang akan disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan: Berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. 2. Bab II Kajian Pustaka: Berisi seputar landasan teoritis mengenai konsep kontrol diri , kecanduan internet pada remaja, konsep bimbingan pribadi sosial, penelitian terdahulu yang relevan dan asumsi penelitian. 3. Bab III Metode
penelitian : Berisi mengenai lokasi dan subjek
populasi,desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen
penelitian,
proses
pengembangan
instrumen
teknik
pengumpulan data dan analisis data 4. Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan: Berisi mengenai pengolahan atau analisis data dan pembahasan atau analisis umum.
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
18
5. Bab V Kesimpulan dan Saran: Berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
Finsa Muhamad Pratama, 2012 Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatakan Kontrol Diri Remaja Yang menglami Kecanduan Internet Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu