BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan untuk merespon masalah remaja, antara lain melalui program di sekolah, masyarakat, keluarga dan kelompok sebaya. Dari berbagai upaya tersebut, keluarga terutama pola asuh orangtua, telah diidentifikasi sebagai pengaruh yang sangat penting dalam membentuk sikap dan perilaku remaja. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua dengan remaja, pengawasan orangtua dan komunikasi orangtua dengan remaja. Diantara proses pola asuh tersebut, komunikasi orangtua dengan remaja diketahui berpengaruh terhadap pembentukan karakter, sikap dan perilaku remaja. Jumlah penduduk Indonesia pada kelompok umur 10-24 tahun (remaja) sekitar 27,6% atau kurang lebih 64 juta jiwa,dari total penduduk Indonesia berdasarkan Sensus Penduduk 2010.Jumlah yang banyak ini memerlukan perhatian khusus dalam pembinaannya dari semua pihak,apalagi usia remaja adalah masa pancaroba,masa pencarian jati diri, ditambah lagi dengan arus globalisasi dan informasi yang kian tak terkendali,mengakibatkan perilaku hidup remaja menjadi tidak sehat yang selanjutnya berdampak pada tiga resiko Triad KRR (Seksualitas, NAPZA, HIV dan AIDS). Kondisi ini apabila dibiarkan terus menerus maka akan mempengaruhi kualitas bangsa Indonesia 10-20 tahun yang akan datang. Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja,khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Data dari Departemen Kesehatan 2009 (Medan, Jakarta Pusat, Bandung, dan Surabaya) mempunyai
14 Universitas Sumatera Utara
teman yang sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah dan 6,9% responden telah melakukan hubungan seks pranikah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka. Melihat jumlahnya yang sangat besar,maka remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara jasmani,rohani,mental dan spiritual. Faktanya,berbagai penelitian menunjukkan bahwa remaja mempunyai permasalahan yang sangat kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami remaja. Masalah yang menonjol di kalangan remaja yaitu permasalahan seputar TRIAD KRR (Seksualitas,HIV dan AIDS serta Napza),rendahnya pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja dan Median usia kawin pertama perempuan relatif masih rendah yaitu 19,8 tahun (SDKI 2007). Menurut data Badan Narkotika Nasional tahun 2008, menunjukkan bahwa pengguna NAPZA sampai dengan tahun 2008 adalah 115.404 kasus, dimana 51.986 kasus dari total pengguna adalah mereka yang berusia remaja (16-24 tahun). Diantara pengguna remaja tersebut terdiri dari pelajar sekolah berjumlah 5.484 kasus dan mahasiswa berjumlah 4.055 kasus. Untuk kasus AIDS 49,5% diantaranya adalah kelompok usia 20-29 tahun (Kemenkes RI,2011). Jika dikaitkan dengan karakteristik AIDS yang gejalanya baru muncul setelah 3-10 tahun terinfeksi, maka hal ini semakin membuktikan bahwa sebagian besar dari mereka yang terkena AIDS telah terinfeksi pada usia yang lebih muda. (Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional.2012.Pedoman Pengelolaan Bina Keluarga Remaja. Jakarta.)
15 Universitas Sumatera Utara
Permasalahan remaja yang diuraikan tersebut sangat kompleks dan mengkhawatirkan karena permasalahan tersebut akan mengurangi kesempatan remaja untuk
mempraktekkan perilaku hidup sehat,
serta
mengganggu
perencanaan kehidupan di masa yang akan datang. Oleh karena itu diperlukan suatu program yang dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan penyiapan diri remaja
menyongsong kehidupan berkeluarga yang lebih baik,
menyiapkan pribadi yang matang dalam membangun keluarga yang harmonis, memantapkan perencanaan dalam menata kehidupan untuk keharmonisan keluarga. Sebagai Implementasi Undang-Undang nomor 52 tahun 2009, tentang Perkembangan kependudukan dan Pembangunan Keluarga,pasal 48 ayat 1(b) yang mengatakan bahwa ‘’Peningkatan kualitas remaja dengan pemberian akses informasi, pendidikan, konseling dan pelayanan tentang kehidupan berkeluarga’’, maka Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai salah satu institusi pemerintah harus mewujudkan tercapainya peningkatan kualitas remaja melalui Program Generasi Berencana (Program Genre) Program Genre dilaksanakan melalui pendekatan dari dua sisi yaitu pendekatan kepada remaja itu sendiri dan pendekatan kepada keluarga yang mempunyai remaja. pendekatan kepada remaja dilakukan melalui pengembangan Pusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK R/M), sedangkan pendekatan kepada keluarga dilakukan melalui pengembangan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR). Pendekatan kepada remaja dan keluarga besar didasari oleh hasil Survei Demografi Kependudukan Indonesia (SDKI, 2003), yang menunjukkan bahwa remaja lebih menyukai untuk menceritakan permasalahannya
16 Universitas Sumatera Utara
kepada teman sebaya (71%),dan kepada orangtua (31%). Meskipun remaja memilih menceritakan permasalahan kepada teman sebayanya, namun peran keluarga tetap penting karena remaja masih dalam pembinaan dan pengasuhan orangtua, dimana pembentukan karakter dimulai dari keluarga. Data menunjukkan bahwa keluarga melalui pola asuh orangtua, telah diidentifikasi sebagai pengaruh yang sangat penting dalam pembentukan karakter remaja, termasuk yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua dengan remaja, pengawasan orangtua dan komunikasi orangtua dengan remaja. Melalui komunikasi, orangtua hendaknya menjadi sumber informasi dan pendidik utama tentang kesehatan reproduksi remaja, juga tentang perencanaan kehidupan remaja di masa yang akan datang. Namun demikian, orangtua sering menghadapi kendala dalam berkomunikasi kepada remajanya, begitu pun sebaliknya. Untuk mewujudkan Generasi Berencana di Indonesia,program Genre dihadapkan dengan lingkungan strategis, yang berkembang dengan sangat pesat dan cepat. Salah satu diantaranya adalah globalisasi informasi yang kemudian tanpa disadari telah meliberalisasi dan mengubah norma, etika dan moralitas agama, menjadi nilai-nilai kehidupan sekuler. Dalam kehidupan remaja perubahan nilai ini, terlihat dari perilaku hidup remaja yang tidak sehat. Apabila perilaku remaja yang tidak sehat ini terus berlangsung, tentu akan mengganggu tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan kehidupan remaja, baik secara individual maupun sosial. Sehubungan dengan hal tersebut, pengembangan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) dapat membantu orangtua dalam memahami remaja,permasalahan
17 Universitas Sumatera Utara
remaja,dan cara berkomunikasi dengan remaja. Melalui kelompok BKR setiap keluarga yang memiliki remaja dapat saling bertukar informasi dan berdiskusi bersama tentang hal-hal yang berkaitan dengan remaja,meliputi kebijakan Program Genre, Penanaman Nilai-Nilai Moral Melalui 8 Fungsi Keluarga, Pendewasaan Usia Perkawinan, Seksualitas, NAPZA, HIV dan AIDS, Keterampilan Hidup, Ketahanan Keluarga Berwawasan Gender, Komunikasi efektif Orangtua terhadap Remaja, Peran Orangtua Dalam Pembinaan Tumbuh Kembang Remaja, Kebersihan dan Kesehatan Diri Remaja, dan Pemenuhan Gizi Remaja. Dari berbagai data menunjukkan bahwa keluarga melalui pola asuh orangtua, telah diidentifikasi sebagai pengaruh yang sangat penting dalam pembentukan karakter remaja, termasuk yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua dengan remaja, pengawasan orangtua, dan komunikasi orangtua dengan remaja. Melalui komunikasi, orangtua hendaknya menjadi sumber informasi dan pendidik utama tentang kesehatan reproduksi remaja, juga tentang perencanaan kehidupan remaja dimasa yang akan datang. Namun demikian, orangtua sering menghadapi kendala dalam berkomunikasi dengan remajanya, begitu pun sebaliknya. Oleh karena itu diperlukan suatu program yang dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan penyiapan diri remaja menyongsong kehidupan berkeluarga yang lebih baik, menyiapkan pribadi yang matang dalam membangun keluarga yang harmonis,dan memantapkan perencanaan dalam menata kehidupan untuk keharmonisan keluarga.
18 Universitas Sumatera Utara
Sebagai implementasi Undang-undang nomor 52 tahun 2009,tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, pasal 48 ayat 1 (b) yang mengatakan bahwa “Peningkatan kualitas remaja dengan pemberian akses informasi, pendidikan, konseling dan pelayanan tentang kehidupan berkeluarga”, maka Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai salah satu institusi pemerintah harus mewujudkan tercapainya peningkatan kualitas remaja melalui Program Generasi Berencana (Program Genre). Kelompok Bina Keluarga Remaja ini telah dikembangkan di seluruh Provinsi Indonesia, dan sampai dengan Desember 2011 telah berkembang sebanyak 33.779 kelompok. Jumlah yang banyak tersebut perlu dikelola dan dibina secara berkesinambungan, sehubungan dengan hal ini maka diperlukan suatu pedoman yang menjadi acuan atau pegangan bagi pengelola Program Genre di semua tingkatan dan pengelola BKR (Kader). Kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) merupakan salah satu Misi dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yakni mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera, maka salah satu strateginya adalah meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pembinaan keluarga (BKR), pembinaan remaja dalam menyiapkan kehidupan berkeluarga. Kegiatan Bina Keluarga Remaja merupakan salah satu kegiatan dalam Program Genre yang dilakukan oleh keluarga yang mempunyai remaja untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua atau keluarga lain dalam pembinaan tumbuh kembang remaja. Dengan adanya program Bina Keluarga Remaja (BKR), orang tua diharapkan
memiliki pengetahuan untuk membina
19 Universitas Sumatera Utara
remaja dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berperilaku sehat dan terhindar dari resiko Triad KRR. Oleh karena pentingnya Pembinaan Keluarga Remaja ini makan Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kota Medan mengadakan dan menjalankan program Bina Keluarga Remaja untuk mengatasi permasalahan remaja yang dituangkan dalam penelitian yang berjudul “Respon Siswa dalam pelaksanaan
Program Bina Keluarga Remaja oleh Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kota Medan di Yayasan Fajar Islam SMK NAMIRA TECHNOLOGY NUSANTARA.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
yang
telah
diuraikan,maka
penulis
merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: ’’Bagaimana Respon Siswa SMK Namira Dalam Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja di SMK Namira Technology Nusantara?’’
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian. Berdasarkan permasalahan yang ada,maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa dalam pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja di SMK Namira Technology Nusantara Medan.
20 Universitas Sumatera Utara
1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut: a.
Secara
akademik,memberikan
kontribusi
keilmuan
tentang
respon
masyarakat dalam pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja di SMK Namira Technology Nusantara Medan. b.
Secara
Praktis,diharapkan
dapat
menjadi
bahan
masukan
dalam
pengembangan konsep-konsep,teori,dan model pemecahan masalah remaja di dalam Program Bina Keluarga Remaja di SMK Namira Technology Nusantara Medan.
1.4 Sistematika Penelitian Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Berisi latar belakang, perumusan masalah,tujuan dan manfaat penelitian,serta sistematika Penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi dengan teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini,kerangka pemikiran, defenisi konsep,dan defenisi operasional.
BAB III
METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tipe penelitian,lokasi penelitian,populasi serta teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
21 Universitas Sumatera Utara
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang deskripsi lokasi penelitian atau sejarah singkat dan gambaran umum dari lokasi penelitian.
BAB V
ANALISA DATA Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.
BAB VI
PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.
22 Universitas Sumatera Utara