BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Palang Merah Indonesia adalah organisasi kemanusiaan yang bergerak dalam bidang penanggulangan dan mitigasi bencana alam di Indonesia. Selain itu, Palang Merah Indonesia juga berperan aktif dalam kegiatan sosial dan perekrutan relawan yang nantinya akan diterjunkan ketika Indonesia memasuki masa tanggap darurat bencana. Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sejak 2002 hingga awal 2014 tercatat telah terjadi 1.093 bencana alam, baik bencana hidrometeorologi maupun non hidrometeorologi dengan korban meninggal dunia 190.375 jiwa tidak termasuk warga yang hilang baik karena tsunami, lonsor maupun banjir yang terjadi (Antara Sumbar, 2014). Kemudian data terbaru BNPB setidaknya terjadi 282 bencana alam diawal tahun 2014 hingga februari 2014. Bencana alam tersebut mengakibatkan 197 orang meninggal, 64 orang luka – luka, 1,6 juta jiwa mengungsi dan menderita, puluhan rumah rusak dan sebagainya. Berdasarkan data diatas 40 % dari bencana alam tersebut merupakan bencana banjir, 26 % merupakan bencana longsor, 25 % bencana puting beliung, dan 3 % bencana banjir dan longsor (Savitri, 2014). Namun khusus daerah Nangroe Aceh Darusalam yang terkena tsunami 10 tahun lalu
mengakibatkan
229.826
orang
hilang
dan 186.983
tewas
serta
hampir 50 % bangunan di wilayah tersebut hancur tekena dampak gempa bumi
1
yang diikuti oleh gelombang tsunami yangketinggiannya mencapai 9 meter (Azila, 2014). Berkaitan dengan bencana alam tersebut Palang Merah Indonesia melakukan penganggulangan dan mitigasi bencana seperti mendirikan tenda darurat untuk pengungsi, mendirikan dapur umum dilokasi bencana guna membantu dari segi logistik terutama makanan, melakukan evakuasi korban baik korban meninggal, korban luka – luka dan penduduk lainnya disekitar lokasi bencana. Kegiatan Palang Merah Indonesia di lokasi bencana tersebut semuanya dilakukan oleh relawan yang tergabung dalam organisasi Palang Merah Indonesia. Relawan menjadi tulang punggung kegiatan Palang Merah Indonesia mulai dari yang masih muda dan belum memiliki pengetahuan sampai mereka yang sudah memiliki keahlian khusus dan sangat berpengalangan (Susilo, 2008). Selain memiliki keahlian dan pengalaman dalam melakukan setiap kegiatannya relawan juga diharapkan memiliki self regulation yang baik dalam dirinya. Self Regulation adalah kapasitas diri untuk mengubah perilakunya. Self Regulation juga dapat meningkatkan fleksibilitas dan adaptasi dari perilaku seseorang yang memungkinkannya untuk menyesuaikan tindakannya dalam berbagai tuntutan sosial dan situasional. Self Regulation merupakan dasar yang penting untuk sebuah konsepsi kebebasan berkehendak dalam diri seseorang dan memunculkan perilaku sosial yang diinginkannya. Selain itu, Self Regulation juga memberikan manfaat kepada individu maupun masyarakat dan memang self control juga memberikan kontribusi yang besar dalam memberikan hasil yang diinginkan. Termasuk pekerjaan, sekolah, kesuksesan, popularitas, kesehatan
2
mental, penyesuaian diri dan hubungan interpersonal yang baik (Baumeister & Vohs, 2007) Self Regulation penting dimiliki oleh seorang relawan karena dalam melakukan kegiatan kemanusiaannya dilokasi bencana dapat menimbulkan dampak negatif dalam diri mereka seperti menjadi sulit tidur, terus terbayang dengan kondisi lokasi bencana dan kondisi korban yang membuat para relawan tersebut mengalami gangguan mood, munculnya kecemasan dalam diri mereka terhadap kejadian bencana alam yang dapat menimpa mereka. Self Regulation yang dimiliki oleh seorang relawan dapat membantunya dalam menanggulangi dampak yang muncul setelah melakukan kegiatan kemanuisaanya karena Self Regulation juga dapat mengontrol keadaan lingkungan dan impuls emosional yang sekiranya dapat mengganggu perkembangan seseorang sehingga individu yang ingin berkembang akan berusaha untuk meregulasi dirinya semaksimal mungkin dalam mencapai tahapan perkembangan yang dinginkannya (Alfiana, 2013). Self regulation juga memiliki hubungan dengan kepribadian seseorang. Salah satu teori kepribadian yang memiliki hubungan dengan self regulation adalah 5 dimensi kepribadian atau biasa disebut big 5 personality atau five factor model. Big Five Personality adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam ilmu psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima traits kepribadian tersebut adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuoriticism, openness to experiences (Nurhayati, 2010).
3
Seseorang
yang
memiliki
dimensi
kepribadian
tinggi
pada
conscientiousness dan extraversion dan rendah pada neuroticism dapat mengatur diri mereka lebih tertantang dalam mencapai tujuannya seperti pada konteks tugas dan prestasi kerja (Hoyle, 2010). Kemudian neurotic cenderung lebih stress dan tidak memiliki makna dalam hidupnya dan merasa kurang berhasil kemajuan dirinya pada masa sekarang dan yang akan datang, sebaliknya seorang yang extravert dan conscientious lebih berhasil dalam melakukan pekerjaannya (Hoyle, 2010). Sedangkan konsisten dengan fokus mereka pada harmoni interpersonal, dimensi kepribadian agreeableness juga fokus dalam bekerja sama untuk mencapai tujuannya dan mengatur diri mereka untuk mengurangi tantangan dalam pencapaian tujuan ketika mengerjakan pekerjaannya dan unjuk kerjanya. Dimensi kepribadian Openness, pada gilirannya tidak terkait dengan tujuan spesifiknya tapi memprediksi jumlah dari tugas pribadinya dicapai tepat pada waktu yang diberikan (Hoyle, 2010). Secara spesifik, Neuroticism berhubungan dengan ruminasi seperti ketidakadilan, kekalahan, dan ancaman. Sedangkan Openness berkatian dengan lebih banyak refleksi di tandai dengan rasa ingin tahu motivasi epistemik. Seseorang yang tinggi pada Openess lebih akurat dalam menilai penampilan mereka sendiri (Hoyle, 2010). . Dimensi kepribadian Extraversion dan Neuroticism masing - masing dengan pengalaman keadaan emosi yang positif dan negatif (Hoyle, 2010).
4
Karena keadaan emosi dapat mempengaruhi penilaian evaluasi keadaan mood seseorang. Seseorang yang extravert akan memiliki estimasi yang tinggi dalam hasrat pencapaian tujuannya. Sedangkan seorang yang neurotik, cenderung memiliki estimasi yang rendah pada statusnya (Hoyle, 2010). Dimensi kepribadian conscientiousness yang rendah menunjukkan assosiasi yang kuat dengan penundaan yang berlebihan (Steel, 2007). Sedangkan orang yang neurotic juga lebih mungkin melakukan penundaan, terutama disebabkan oleh tingkat impulsifitas yang tinggi (Steel, 2007). Dari uraian diatas maka peneliti merasa perlu adanya penelitian yang dapat menjelaskan hubungan antara 5 dimensi kepribadian atau Big 5 Personality dengan Self Regulation pada relawan Palang Merah Indonesia dalam kaitannya dengan kegiatan kemanusiaan yang dilakukan oleh para relawan dilokasi bencana alam yang kondisinya memperihatinkan. 1.2. Perumusan Masalah Dari uraian diatas maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara 5 dimensi kepribadian dengan Self Regulation pada relawan Palang Merah Indonesia ? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara 5 dimensi kepribadian dengan Self Regulation pada relawan Palang Merah Indonesia.
5
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti kepribadian dan regulasi diri pada relawan kemanusiaan. Selain itu, manfaat teoritis lain dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai hubungan antara 5 dimensi kepribadian dengan Self Regulation pada relawan Palang Merah Indonesia. 1.4.2. Manfaat Praktis Terdapat 2 manfaat praktik dalam penelitian ini yakni :
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai tipe kepribadian pada relawan yang bertugas di Palang Merah Indonesia serta mengenai regulasi diri mereka sehingga Palang Merah Indonesi dapat memberikan pelatihan khusus pada relawan
berkaitan dengan tipe kepribadian para relawan jika
ditinjau dari teori 5 dimensi kepribadian serta memberikan pelatihan untuk mengembangkan Self Regulation pada relawan.
Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada para relawan tentang tipe kepribadian mereka ditinjau dari teori 5 dimensi kepribadian serta pengetahuan mengenai Self Regulation yang akan selalu berguna dalam kehidupannya.
6