BAB I PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Skripsi ini dilakukan untuk membandingkan kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) dan Return on Assets (ROA) serta pengaruhnya terhadap return saham. Objek
penelitian
dalam
skripsi
ini
adalah
empat
perusahaan
telekomunikasi yang ada di Indonesia yaitu PT Telkom, PT Indosat, PT XL Axiata, dan PT Bakrie Telecom.Berikut adalah gambaran umum masing-masing perusahaan.
1.1.1
PT Telkomunikasi Indonesia (Telkom) Gambar 1.1 Logo Telkom
Sumber : www.telkom.co.id (diakses 30 Agustus 2011)
1.1.1.1Sekilas Tentang PT Telkom PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk adalah penyedia layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. TELKOM menyediakan layanan InfoComm, telepon tidak bergerak kabel (fixed wireline) dan telepon tidak bergerak nirkabel (fixed wireless), layanan telepon seluler, data dan internet, serta jaringan dan interkoneksi, baik secara langsung maupun melalui anak perusahaan.
1
Untuk menghadapi tantangan dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan mobilitas dan konektivitas tanpa putus, TELKOM telah
memperluas
portofolio
bisnisnya
yang
mencakup
telekomunikasi, informasi, media dan edutainment (TIME). Dengan meningkatkan infrastruktur, memperluas teknologi Next Generation Network (NGN), TELKOM dapat mewujudkan dan memberdayakan pelanggan ritel dan korporasi dengan memberikan kualitas, kecepatan, kehandalan dan layanan pelanggan yang lebih baik.
1.1.1.2 Visi PT Telkom Menjadi pelaku infokom terkemuka di kawasan regional 1.1.1.3Misi PT Telkom Memberikan layanan “one stop infokom” dengan kualitas prima dan harga kompetitif. Mengelola usaha dengan cara yang terbaik dengan mengoptimalkan SDM yang unggul, dengan teknologi yang kompetitif dan dengan business partner yang sinergi. 1.1.1.4 Produk PT Telkom Tabel 1.1 Produk Telkom Produk
Bentuk Produk
Fixed Phone
PSTN
Mobile
Kartu Halo Simpati Kartu As
Internet
Speedy Flash
Internet TV
IPTV Yes TV
Sumber : www.telkom.co.id (diakses 30 Agustus 2011)
2
1.1.2
PT Indosat Gambar 1.2 Logo Indosat
Sumber : www.indosat.com (diakses 30 Agustus 2011)
1.1.2.1 Sekilas Tentang PT Indosat Indosat didirikan pada tahun 1967 sebagai Perusahaan Modal Asing, dan memulai operasinya pada tahun 1969. Pada tahun 1980 Indosat menjadi Badan Usaha Milik Negara yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Hingga sekarang, Indosat menyediakan layanan seluler, telekomunikasi internasional dan layanan satelit bagi penyelenggara layanan broadcasting. PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) didirikan pada tahun 1993 di bawah pengawasan PT Indosat. Satelindo beroperasi pada tahun 1994 sebagai operator GSM. Pendirian Satelindo sebagai anak perusahaan Indosat menjadikan ia sebagai operator GSM pertama di Indonesia yang mengeluarkan kartu prabayar Mentari dan pascabayar Matrix. Pada tanggal 19 Oktober 1994 Indosat mulai memperdagangkan sahamnya di Bursa Efek di Indonesia,dan Amerika Serikat New York Stock Exchange. Indosat merupakan perusahaan pertama yang menerapkan obligasi dengan konsep syariah pada tahun 2002. Memasuki abad ke-21, Pemerintah Indonesia melakukan deregulasi di sektor telekomunikasi dengan membuka kompetisi pasar bebas. Dengan demikian, Telkom tidak lagi memonopoli telekomunikasi Indonesia. Pada tahun 2001 Indosat mendirikan PT Indosat Multi
3
Media Mobile (IM3) dan menjadi pelopor GPRS dan multimedia di Indonesia, dan pada tahun yang sama Indosat memegang kendali penuh PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo). Pada bulan November2003 Indosat melakukan penggabungan usaha tiga anak perusahaannya (akuisisi) PT Satelindo, PT IM3, dan Bimagraha, sehingga menjadi salah satu operator selular utama di Indonesia Pada tanggal 1 Maret 2007 STT menjual kepemilikan saham Indosat sebesar 25% di Asia Holdings Pte. Ltd. ke Qatar Telecom. Pada 31 Desember 2008, saham Indosat dimiliki oleh Qatar telecom Q.S.C. (Qtel) secara tidak langsung melalui Indonesia Communication Limited (ICLM) dan Indonesia Communications Pte Ltd (ICLS) sebesar 40,81%, sementara Pemerintah Republik Indonesia dan Publik memiliki masing-masing 14,29% dan 44,90%. Di tahun 2009 Qtel memiliki 65% saham Indosat melalui tender offer (memiliki tambahan 24,19% saham seri B dari publik).
1.1.2.2 Visi PT Indosat Menjadi perusahaan penyedia solusi informasi dan komunikasi pilihan di indonesia. 1.
Menawarkan produk, layanan, dan solusi informasi dan komunikasi yang lengkap dan berkualitas.
2.
Berada pada “top-of-mind” pelanggan dalam menyediakan produk, layanan, dan solusi informasi dan komunikasi.
3.
Menyediakan produk dan layanan yang dapat meningkatkan kualitas hidup dari masyarakat yang dilayani.
4
1.1.2.3 Misi PT Indosat 1.
Menyediakan dan mengembangkan produk, layanan, dan solusi inovatif dan berkualitas untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi para pelanggan.
2.
Meningkatkan shareholder value secara terus-menerus.
3.
Mewujudkan kualitas kehidupan stakeholder yang lebih baik.
1.1.2.4 Produk PT Indosat Tabel 1.2 Produk Indosat Produk Indosat IM2
Bentuk Produk Paket Gaul Paket Browser
Indosat Mobile
IM3 Mentari
Sumber : www.indosat.com (diakses 30 Agustus 2011)
1.1.3
PT XL Axiata Gambar 1.3 Logo XL Axiata
Sumber : www.xl.co.id (diakses 30 Agustus 2011)
5
1.1.3.1 Sekilas Tentang PT XL Axiata PT. XL Axiata Tbk. (XL) didirikan pada tahun 1989 dan dimiliki oleh Axiata Group Berhad melalui perusahaan Indocel Holding Sdn Bhd (66,7%). Perusahaan ini adalah salah satu pemain selular terbesar di area Asia Pasifik, Emirates Telecommunications Corporation (Etisalat) melalui Etisalat International Indonesia Ltd (13,3%). Perusahaan ini adalah penyedia selular terbesar di Timur Tengah dan Afrika, dan sebanyak 20% saham dimiliki oleh publik secara terbuka.XL memulai kegiatan komersialnya di tahun 1996, XL saat ini adalah salah satu penyedia jasa layanan telekomunikasi selular terbesar dan tertinggi untuk pertumbuhan di industri telekomunikasi dengan melayani 31,4 juta pelanggan dari berbagai negara sampai akhir tahun 2009. Fokus XL pada 2 aspek bisnis utama: Consumer Solutions – ditujukan untuk pelayanan selular telepon berkualitas tinggi, dan Business Solutions – ditujukan untuk penyediaan solusi data dan komunikasi yang efisien dan terpercaya bagi pangsa pasar korporat. XL secara berkesinambungan telah terbukti sebagai perintis dalam teknologi komunikasi tanpa batas untuk pangsa pasar telekomunikasi di Indonesia, sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi pertama yang meluncurkan akses internet kecepatan tertinggi 3G-HSDPA (High Speed Downlink Packet Access) melalui paket aplikasi Blackberry.Sedangkan untuk melayani pangsa pasar internasional, XL mengembangkan hubungan mitra kerja secara erat dengan lebih dari 357 penyedia jasa layanan telekomunikasi internasional di lebih dari 140 negara. Melalui nilai-nilai perusahaan : integritas, Kesempurnaan layanan dan kerja tim, XL memiliki komitmen untuk meningkatkan
6
kemampuannya secara berkesinambungan dalam usahanya menjadi penyedia jasa layanan telekomunikasi yang digemari di Indonesia, dengan memperluas cakupan daerah layanan, kualitas, kapan saja dan dimana saja. 1.1.3.2 Visi dan Misi PT XL Axiata Menjadi juara seluler di Indonesia, memuaskan pelanggan, pemegang saham, dan karyawan. XL mengarahkan perusahaan untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang berdasarkan prinsip memaksimalkan value creation dan return melalui pertumbuhan pendapatan yang menguntungkan, efisiensi usaha, dan produktivitas modal.
1.1.3.3 Produk PT XL Axiata Tabel 1.3 Produk XL Axiata Produk Prabayar
Bentuk Produk Bebas Jempol Jimat
Pascabayar
XL Xplor
Internet XL
XL internet volume XL Internet Unlimited XL Supernova
Blackberry
BIS BES
Sumber : www.xl.co.id (diakses 30 Agustus 2011)
7
1.1.4
PT Bakrie Telecom Gambar 1.4 Logo Bakrie Telecom
Sumber : www.bakrietelecom.com (diakses 30 Agustus 2011)
1.1.4.1 Sekilas Tentang PT Bakrie Telecom PT.Bakrie Telecom,Tbk, Perseroan didirikan dalam rangka PMDN dengan nama PT Radio Telepon Indonesia atau disingkat Ratelindo yang merupakan anak perusahaan dari PT. Bakrie & Brothers, berdasarkan Akta No. 94 tanggal 13 Agustus 1993, dibuat di hadapan Muhani Salim, S.H., Notaris di Jakarta; sebagaimana diperbaiki dengan Akta Pembetulan No. 13 tanggal 5 Nopember 1993, dan diubah dengan Akta No. 129 tanggal 27 Nopember 1993, keduanya dibuat di hadapan Abdurachman Kadir, pengganti dari Muhani Salim, S.H., Notaris di Jakarta. Esia mendobrak melalui pricing strategy, dengan munculnya tarif per detik, dan sms per karakter. Sebuah inovasi baru dari ESIA yang langsung menghadang para pemain lama di seluler, akhirnya hal ini diikuti hampir oleh semua operator. Langkah yang cukup diperhitungkan adalah strategy untuk memecahkan pasar seluler khususnya GSM dengan memunculkan berbagai macam handphone low dan tematis. Dan langkah inipun kemudian diikuti oleh hampir seluruh operator seluler di Indonesia.
8
1.1.4.2 Visi PT Bakrie Telecom Menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi rakyat Indonesia oleh konektivitas yang disediakan.
1.1.4.3 Misi PT Bakrie Telecom 1.
Mengikuti strategi pertumbuhan berdasarkan cara yang unik dan inovasi yang terus berkembang.
2.
Memberikan apa yang pelanggan inginkan.
3.
Terjangkau dan tingkat konektivitas yang tinggi.
1.1.4.4 Produk PT Bakrie Telecom Tabel 1.4 Produk Bakrie Telecom Produk Esia
Bentuk Produk Hape Esia Starlight Hape Esia Hidayah Hape Esia Ngoceh slim Hape Esia Music Chat
Wifone
W-ETS 228 W-ETS 2258 W- LG LSP 350 W-LG LSI 120
Wimode
Bridge U 100 EC 325 SXC 1080 EC 121
Sumber : www.bakrietelecom.com (diakses 30 Agustus 2011)
9
1.2 Latar Belakang Penelitian Perkembangan yang pesat dalam teknologi informasi pada masa sekarang dan dimasa yang akan datang mampu memberikan kemudahankemudahan bagi manusia, sehingga hambatan akan waktu dan tempat dapat diatasi. Seperti kemudahan dalam berkomunikasi dapat dilakukan di berbagai belahan dunia manapun. Hal tersebut dapat terjadi karena perkembangan teknologi komunikasi yang terus berkembang dan maju dengan pesat. Semua ini tentu saja memberikan dampak maupun pengaruh kepada kebutuhan manusia terhadap teknologi komunikasi. Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi tersebut, masyarakat yang dulunya hanya menggunakan telepon rumah, kini beralih menggunakan menggunakan telepon seluler. Sehingga banyak perusahaan di dunia memfokuskan diri dan bergerak dalam industri telekomunikasi
yang
saling
berkompetisi
dengan
ketat
untuk
memperoleh pangsa pasar yang besar. Jumlah pengguna seluler di Indonesia hingga Juni 2010 diperkirakan mencapai 180 juta pelanggan. Jumlah ini sama dengan sekitar 80 persen populasi penduduk. Dari 180 juta pelanggan seluler, sebanyak 95 persen adalah pelanggan prabayar. Demikian catatan Asosiasi Telepon Selular Indonesia (ATSI). (http://tekno.liputan6.com/read/286205/80-persen-penduduk-indonesiagunakan-telepon-genggam) Dan jumlah pelanggan telepon seluler yang terus meningkat hingga tahun 2010 dapat dilihat dalam gambar 1.5 berikut :
10
Gambar 1.5 Grafik pertumbuhan Pelanggan Telepon Seluler di Indonesia
Sumber :Rayya Komudata Dari data diatas maka dapat dilihat bahwa pertumbuhan pengguna telepon seluler di indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat pesat. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat akan telekomunikasi sangatlah penting. Bahkan di era globalisasi seperti sekarang ini, banyak masyarakat yang lebih menggunakan telepon seluler dari pada telepon rumah. Hal ini disebabkan oleh sifat telepon seluler yang sangat flexibel, mudah dibawa kemana-mana, dan juga memberikan pelayanan yang baik dengan harga yang cukup murah. Dengan banyaknya jumlah pengguna telepon seluler, maka memicu munculnya berbagai perusahaan yang menyediakan jasa di bidang telekomunikasi, seperti banyaknya operator telekomunikasi yang bermunculan. Seiring bertambahnya operator maka konsumen memiliki banyak pilihan untuk memenuhi kebutuhan akan layanan telekomunikasi. Dengan keinginan dan kebutuhan yang meningkat
11
dari konsumen maka operator telekomunikasi secara tidak langsung harus memberikan layanan dengan kualitas jaringan yang baik. Dengan pangsa pasar telekomunikasi yang sangat besar di Indonesia membuat para investor operator telekomunikasi tertarik untuk menanamkan modal mereka dalam bisnis telekomunikasi ini. Dari data yang diambil dari rayya komudata membuktikan bahwa banyaknya operator-operator baru yang bermunculan di Indonesia dan sampai sekarang jumlah operator yang ada di indonesia mencapai sebelas perusahaan yang seharusnya jumlah idealnya operator telekomunikasi disuatu negara adalah tidak lebih dari 5 operator untuk mempertahankan industri tersebut tetap dan operator masih
mendapatkan
margin
yang
cukup
untuk
tetap
berkembang.Konsolidasi Operator Telekomunikasi sangat diperlukan oleh industri telekomunikasi mengingat saat ini belum banyak operator yang profit. (http://techno.okezone.com/read/2009/11/02/54/271473/jumlahoperator-di-indonesia-kegemukan) Diharapkan pemerintah sebagai regulator bisa melihat kondisi tersebut dan tidak lagi memberikan izin kepada operator baru. Dan posisi pangsa pasar telekomunikasi di Indonesia dijabarkan dalam gambar 1.6 berikut ini :
12
Gambar 1.6 Pangsa Pasar Perusahaan Telekomunikasi di Indonesia
Telkom Flexy
Bakrie Telecom
Telkomsel
Mobile 8
Indosat
Smart Telecom
Indosat star one
Hutchinson 3
XL Axiata
Natrindo Axis Sampoerna Telecom
Sumber : Rayya Komudata Dari gambar diatas dapat kita lihat bahwa terdapat sebelas operator telekomunikasi yang ada di indonesia. Pada posisi pertama ada Telkomsel yang memiliki pelanggan paling banyak yaitu sekitar 30,20%. Diposisi kedua diduduki oleh indosat dengan jumlah pelanggan 18,42%, dan diposisi ketiga diduduki oleh XL axiata dengan jumlah pelanggan 16,77%. Dan sisanya34,61% di duduki oleh delapan operator yang ada dan berusaha untuk menduduki pangsa pasar telekomunikasi di indonesia. Dari data terakhir yang didapat pada tahun 2011 ini XL Axiata berhasil menggeser posisi Indosat diposisi kedua.
13
Namun Akhir-akhir ini kita melihat persaingan yang semakin ketat antar operator dalam hal menarik konsumen supaya tertarik untuk menggunakan produknya. Bahkan dalam beberapa media kita saksikan perang harga untuk menarik pelanggan dilakukan oleh berbagai operator. (http://www.analisadaily.com/news/read/2011/07/09/4854/perang_ta rif_operator_telekomunikasi_kurang_mendidik_dan_cenderung_man ipulatif/) Dengan melihat kondisi saat ini dapat dikatakan bahwa pasar telekomunikasi adalah pasar oligopoly. Adapun yang menjadi indikator dari pasar oligopoly adalah pasar didominasi oleh sedikit pemain (Big Three yaitu Telkomsel, XL Axiata & Indosat) dan apabila
satu
pemain
melakukan
perubahan
harga
maka
competitornya akan mengikuti untuk mempertahankan market share. Oleh karena itu pasar telepon seluler di Indonesia diperkirakan memiliki tingkat perputaran pelanggan bulanan tertinggi di dunia. Pelanggan telepon seluler di Indonesia begitu mudah untuk berganti nomor telepon ke operator lain. Hal ini tidak terlepas dari persaingan antar operator telekomunikasi di Indonesia. Dari fenomena banyaknya operator telekomunikasi
yang
bermunculan dalam bisnis telekomunikasi ini, dapat dikatakan bahwa pasar telekomunikasi masih berada dalam masa keemasan dari sisi pertumbuhan pelanggan dan pendapatan perusahaan yang lumayan tinggi. Berikut jumlah pendapatan usaha serta jumlah aset keempat perusahaan Telekomunikasi yaitu PT Telkom, PT Indosat, PT XL Axiata dan PT Bakrie Telecom per Desember 2010.
14
Tabel 1.5 Pendapatan Usaha dan Asset per Desember 2010 Perusahaan
Pendapatan Usaha
Total Asset
Telkom
68.629
99.759
Indosat
18.393
55.041
XL Axiata
17.636
27.251
Bakrie Telecom
3.447
12.400
(Dalam miliyar rupiah) Sumber : Annual Report PT Telkom, Annual Report PT Indosat, Annual Report PT XL Axiata, Annual Report PT Bakrie Telecom per Desember 2010. Nilai Saham sektor telekomunikasi pada tahun 2008 masih akan tumbuh hingga 25 persen. Pasalnya, penyerapan penggunaan teknologi telekomunikasi di Indonesia sangat cepat. Sehinga potensi permintaan terhadap jasa telekomunikasi sangat tinggi. Selain itu, operator
telekomunikasi
juga
semakin
agresif
dalam
mengembangkan jaringan, infrastruktur TI, dan fasilitas untuk memperluas cakupan area. Dengan naiknya nilai saham di sektor telekomunikasi maka mencerminkan tingginya minat investor untuk berinvestasi pada sektor ini. (http://economy.okezone.com/read/2007/12/25/21/70337/2008saham-sektor-telekomunikasi-tumbuh-25) Tingginya minat
investor untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan telekomunikasi di Indonesia memunculkan kewajiban dari perusahaan untuk memberikan pengembalian yang diharapkan oleh para investor. Tingkat pengembalian itu ditunjukkan dari jumlah laba yang telah didapat oleh perusahaan, apakah sudah memperoleh laba yang cukup atau mungkin mengalami kerugian.
15
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan kegiatan operasinya merupakan fokus utama penilaian prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan), karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban para penyandang dananya, juga merupakan elemen elemen yang menciptakan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Penilaian prestasi perusahaan pada analisis fundamental biasanya diukur dari beberapa aspek, yaitu berdasarkan aspek ROS (Return On Sales), EPS (Earning Per Share), ROA (Return On Asset), maupun ROE (Return On Equity). Meskipun telah digunakan secara luas oleh investor sebagai salah satu dasar dalam pengambilan keputusan investasi karena nilainya tercantum dalam laporan keuangan, penggunaan analisis laporan keuangan sebagai alat pengukur akuntansi konvensional memiliki kelemahan utama, yaitu mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui apakan suatu perusahaan telah berhasil menciptakan suatu nilai atau tidak. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, dikembangkan suatu konsep baru yaitu Economic Value Added (EVA) yang mencoba mengukur nilai tambah (Value Creation) yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi beban biaya modal (cost of capital) yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan. EVA merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi. Dalam konteks menejemen investasi, return atau tingkat keuntungan merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi. Return ini dibedakan menjadi dua, pertama return yang telah terjadi (actual
16
return) yang dihitung berdasarkan data historis dan yang kedua return yang diharapkan (expected return) akan diperoleh investor pada masa yang akan datang. (Abdul Halim,2003) Tingkat keuntungan merupakan rasio antara pendapatan investasi selama beberapa periode dengan jumlah dana yang di investasikan. Pada umumnya investor mengharapkan keuntungan yang tinggi dengan resiko kerugian sekecil mungkin, sehingga para investor berusaha menentukan tingkat keuntungan investasi yang optimal dengan menetukan konsep investasi yang memadai. Penulis mengambil perusahaan telekomunikasi untuk dianalisis dengan maksud untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan metode EVA dan ROA yang mengedepankan kepentingan para investor (pemegang saham) serta pengaruhnya terhadap return saham. Maka berdasarkan uraian diatas dilakukanlah suatu penelitian yang diberi judul “PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN
DENGAN
METODE
ECONOMIC
VALUE
ADDED (EVA) DAN RETURN ON ASSETS (ROA) SERTA PENGARUHNYA TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi kasus pada PT Telkom, PT Indosat, PT XL Axiata dan PT Bakrie Telecom Periode Tahun 2006-2010)”
1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dan latar belakang, diketahui bahwa perusahaan telekomunikasi yang ada di Indonesia berkembang sangat baik dengan banyaknya jumlah operator telekomunikasi yang bermunculan. Hal ini didorong dengan banyaknya investor yang menenmkan modalnya dalam
17
industri telekomunikasi karena Indonesia sebagai pasar potensial pada industri ini. Dengan demikian perusahaan harus mampu memberikan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh para investor. Dimana tingkat pengembalian ini ditunjukkan oleh pendapatan laba yang didapat oleh perusahaan selama beroperasi. Dengan menggunakan metode EVA dan ROA yang dimaksudkan mengedepankan pihak para pemegang saham dan mengetahui pengaruhnya terhadap tingkat return saham yang dihasilkan, maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kinerja keuangan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010? 2. Bagaimana kinerja keuangan dilihat dari Return on Assets (ROA) pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010? 3. Bagaimana pengaruh EVA dan ROA terhadap return saham secara simultan pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006-2010? 4. Bagaimana pengaruh EVA dan ROA terhadap return saham secara parsial pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006-2010?
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Untuk mengetahui kinerja keuangan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia period tahun 2006-2010.
18
2. Untuk mengetahui kinerja keuangan dilihat dari Return on Assets (ROA) pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia period tahun 2006-2010. 3. Untuk mengetahui pengaruh EVA dan ROA terhadap return saham secara simultan pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode tahun 2006-2010. 4. Untuk mengetahui pengaruh EVA dan ROA terhadap return saham secara parsial pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode tahun 2006-2010.
1.5 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihak akademik, penulis dan perusahaan telekomunikasi a. Bagi Akademisi Untuk memperkaya khasanah pustaka dan sebagai informasi bagi mahasiswa Intitut Manajemen Telkom, serta berbagai pihak yang membutuhkan serta sebagai bahan masukan bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan metode EVA, ROA terhadap pengukuran kinerja keuangan perusahaan dan sebagai pembanding penelitian – penelitian lain dimasa yang akan datang. b. Bagi Penulis Sebagai wahana pengaplikasian ilmu yang telah peneliti peroleh dibangku kuliah sekaligus sebagai pemenuhan syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Institut Manajemen Telkom
19
c. Bagi Praktisi Memberikan masukan atau pertimbangan kepada manajemen perusahaan telekomunikasi mengenai penggunaan metode EVA, ROA dan pengaruhnya terhadap return saham dalam melakukan pengukuran kinerja keuangan perusahaan.
1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir BAB I : PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, latarbelakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan. Bab ini adalah gambaran awal dari apa yang akan dilakukan dalam penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai teori-teori yang menjadi dasar acuan dalam analisis penelitian. Lingkup penelitian lebih bertujuan agar penelitian ini tetap pada tujuan yang telah ditentukan. Selain itu, bab ini juga menjelaskan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Dengan landasan teori dan penelitianpenelitian terdahulu, maka dapat dibuat kerangka pemikiran dan juga menjadi dasar dalam pembentukan hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN. Bab ini menjelaskan tentang variabel-variabel penelitian dan definisi operasional dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian. Selain itu, bab ini juga menjelaskan populasi dan penentuan sampel, jenis dan sumber data, serta metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian. Selanjutnya menerangkan metode analisis
20
yang digunakan untuk menganalisis hasil pengujian sampel.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini menjelaskan mengenai deskripsi objek penelitian. Bab ini juga menjelaskan statistik deskriptif variabel dan hasil analisis data yang mencakup pengujian hipotesis.
BAB V : PENUTUP. Bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian yang didapat dari pembahasan. Dengan didapatnya kesimpulan dalam penelitian ini, maka bab ini juga memberikan penjelasan mengenai implikasi penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.
21
22