BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Skandal keuangan yang pernah terjadi di Indonesia dengan melibatkan
persoalan laporan keuangan salah satunya adalah kasus laporan keuangan ganda PT Bank Lippo tahun 2002. PT Bank Lippo melakukan pemalsuan laporan keuangan 30 September 2002 dengan membuat laporan keuangan ganda yang berbeda dengan laporan keuangan yang di publikasikan di publik dan di BEJ. Ketika dalam laporan keuangan Bank Lippo per 30 September 2002 kepada publik pada tanggal 28 November 2002, manajemen menyebutkan total aktiva perseroan Rp 24 trilyun dan laba bersih Rp 98 milyar tetapi dalam laporan keuangan kepada BEJ 27 Desember 2002, manajemen menyebutkan total aktiva berkurang menjadi Rp 22,8 trilyun dengan rugi bersih Rp 1,3 trilyun. (Tempo, 18 Maret 2003, p.3). Perbedaan laporan keuangan tersebut menyebabkan hilangnya kepercayaan para investor untuk menanamkan modal dan sahamnya kepada Bank Lippo, kerugian yang dialami nasabah dan banyak dari nasabah merasa tertipu oleh manajemen bank tersebut. Fenomena di atas mengundang terjadinya praktik perataan laba yang telah menjadi hal umum dilakukan khususnya pada perusahaan industri yang mempunyai risiko tinggi dan profitabilitas yang rendah. Perataan laba merupakan salah satu bentuk manajemen laba. Perataan laba timbul karena adanya asimetri informasi antara pihak pemegang saham dan 1
manajemen. Manajemen sebagai pengendali perusahaan mempunyai informasi yang lebih banyak jika dibandingkan dengan pemegang saham. Dikarenakan verifikasi sangat sulit dilakukan maka membuka peluang terhadap manajemen untuk melakukan perekayasaan kinerja perusahaan yang dapat merugikan pemegang saham dengan melakukan perataan laba yaitu dengan membagi keuntungan ke periode lain agar setiap tahun kelihatan perusahaan meraih keuntungan, padahal kenyataannya merugi atau laba turun. Menurut Hepwort (dalam Siska PS, 2014) menyatakan bahwa tindakan perataan laba yang dilakukan oleh manajemen merupakan suatu tindakan yang logis dan rasional bagi manajer, hal ini disebabkan oleh beberapa alasan yaitu : 1. Sebagai rekayasa untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada periode berjalan yang dapat mengurangi hutang pajak. 2. Tindakan perataan laba dapat meningkatkan kepercayaan investor, karena mendukung kestabilan penghasilan dan kebijakan dividen sesuai dengan keinginan. 3. Tindakan perataan laba dapat mempererat hubungan antara manajer dan karyawan karena dapat menghindari permintaan kenaikan upah/gaji oleh karyawan. 4. Tindakan perataan laba memiliki dampak psikologis pada perekonomian, dimana kemajuan dan kemunduran dapat dibandingkan dan gelombang optimisma dan pesimisma dapat ditekan.
Keputusan untuk melakukan investasi dipengaruhi oleh kepemilikan kas. Teori keagenan merupakan salah satu teori yang menjelaskan konsep kebijakan kepemilikan kas. Pada dasarnya teori ini menjelaskan hubungan pemegang saham yang memberikan wewenang terhadap manajemen untuk mengambil keputusan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaan agar dapat memberikan 2
kesejahteraan kepada pemegang saham. Manajer sebagai manajemen yang mengendalikan kepemilikan kas maka dapat memberikan keinginan bagi manajer untuk menjalankan kepentingan pribadinya dengan melakukan investasi ketika modal meningkat dan menekan biaya-biaya dengan tujuan menghindari kebangkrutan di masa yang akan datang. Dampak yang terjadi maka informasi internal perusahaan yang disampaikan kepada pemegang saham tidak sesuai dengan keadaaan perusahaan yang sebenarnya. Hal ini dimaksudkan agar kinerja perusahaan terlihat baik dipandang pemegang saham yang tercermin pada laba di laporan keuangan perusahaan. Berdasarkan teori keagenan, struktur kepemilikan manajerial adalah mekanisme untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak-pihak manajemen perusahaan, seperti manajer maupun dewan direksi (Amanza, 2012). Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer, diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja. Manajemen yang memiliki kepemilikan saham juga memiliki kepentingan pribadi, yaitu return saham yang diperoleh dari kepemilikan sahamnya. Hal ini memungkinkan motivasi manajemen untuk melakukan praktik perataan laba. Teori akuntansi positif memiliki tiga hipotesis yakni hipotesis ukuran, hipotesis skema bonus, dan hipotesis utang. Hipotesis ukuran berhubungan dengan ukuran perusahaan yang merupakan faktor yang mempengaruhi perataan 3
laba Secara umum, besarnya perusahaan dinilai dari besarnya aset perusahaan. Perusahaan yang memiliki total aset yang besar cenderung melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki total aset yang lebih kecil. Perusahaan yang memiliki aset lebih besar cenderung mendapat perhatian dari berbagai pihak. Perusahaan yang mempunyai laba yang besar akan dikenakan pajak oleh pemerintah lebih besar. Untuk meminimumkan pajak tersebut maka perusahaan menghindari fluktuasi peningkatan laba yang drastis. Namun, penurunan laba yang drastis juga akan menurunkan pandangan dari berbagai pihak terhadap perusahaan. Menurut Atarmarwan (2011) dan Sanders (2011) ukuran perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba. Penelitian ini tidak sejalan dengan Dewi (2010), Samosir
(2011), dan Siska PS (2014) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Hipotesis
skema
bonus
menunjukkan
bahwa
manajemen
yang
remunerasinya didasarkan pada bonus maka mereka akan berusaha memaksimasi pendapatannya melalui pendekatan akuntansi yang dapat menaikkan laba sehingga bonusnya tinggi (Harahap, 2001). Tujuan mendasar suatu usaha adalah menghasilkan laba. Profitabilitas merupakan suatu indikator penting yang dilihat oleh investor untuk menilai sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Rasio yang mengukur profitabilitas memainkan peranan yang besar dalam pengambilan keputusan. Novita (2009, dalam Fitriasrini, 2012) mengungkapkan perusahaan dengan profitabilitas yang rendah cenderung melakukan perataan laba. Hal ini dikarenakan pihak manajemen 4
menginginkan image yang baik dari pihak investor. Menurut Atarmarwan (2011), Wijaya (2011), Cendy (2013), dan Siska PS (2014) mengatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap perataan laba sedangkan Samosir (2011) mengatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Dilihat dari hipotesis utang, apabila semakin besar financial leverage dalam suatu perusahaan maka akan semakin besar pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta keuntungan yang tinggi. Leverage keuangan yang tinggi menunjukkan kegagalan dari perusahaan semakin tinggi dalam mengemballikan kewajiban perusahaan tersebut.
Hal ini akan
menyebabkan manajemen melakukan perataan laba dalam perusahaan. Menurut Dewi (2010), dan Sanders (2011) berpengaruh signifikan terhadap perataan laba tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan Wijaya (2011) yang menyatakan bahwa financial leverage tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk menguji kepemilikan kas dan kepemilikan manajerial mempengaruhi perataan laba pada perusahaan publik di Indonesia, antara lain dilakukan oleh Mohammadi, Maharlouie, dan Mansouri (2012), Cendy (2013) dan Atarmarwan (2011). Penelitian yang dilakukan oleh Mohammadi, Maharlouie, dan Mansouri (2012), dengan sampel penelitian tersebut adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Tehran Stock Exchange (TSE) antara tahun 2005- 2010. Penelitian tersebut menganalisis hubungan antara kepemilikan kas dan perataan laba. Hasil yang diperoleh dalam penelitian tersebut adalah ada hubungan positif antara 5
kepemilkan kas dan perataan laba. Penelitian yang dilakukan oleh Cendy (2013) memperoleh hasil bahwa kepemilikan kas berpengaruh signifikan terhadap perataan laba. Penelitian yang dilakukan oleh Atarmarwan (2011) dengan sampel penelitian adalah pada perusahaan manufaktur periode tahun 2002- 2006. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh
signifikan terhadap perataan laba. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya. Penulis memperhatikan adanya suatu fenomena dari penelitian terdahulu yaitu adanya ketidakkonsistenan hasil dari penelitian tersebut sehingga penulis ingin meneliti kembali tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perataan laba dalam sebuah perusahaan. Peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Menurut Fauzan (2013) perusahaan-perusahaan perbankan lebih banyak melakukan perataan laba dibandingkan perusahaanperusahaan non perbankan yang disebabkan (1) perbankan adalah jenis perusahaan beresiko tinggi, (2) bank merupakan lembaga kepercayaan masyarakat, dan (3) bank merupakan perusahaan publik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah periode penelitian, bidang perusahaan yang dipilih, serta variabel independen yang dipilih. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini berjudul “PENGARUH KEPEMILIKAN KAS, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, 6
UKURAN
PERUSAHAAN,
FINANCIAL
LEVERAGE,
DAN
PROFITABILITAS TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE 2011-2013)”
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan diteliti
dapat dirumuskan: 1. Apakah kepemikan kas berpengaruh terhadap praktik perataan laba
pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20112013? 2. Apakah kepemikan manajerial berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013? 3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20112013? 4. Apakah financial leverage berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20112013?
7
5. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap praktik perataan laba
pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20112013? 6. Apakah kepemikan kas, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, financial leverage, dan profitabilitas berpengaruh secara simultan terhadap praktik perataan laba
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2011-2013?
1.3
Tujuan Penelitian Terkait dengan masalah yang dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah: 1. Untuk menguji pengaruh kepemilikan kas berpengaruh terhadap praktik
perataan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. 2. Untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap praktik
perataan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. 3. Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik
perataan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013.
8
4. Untuk menguji pengaruh financial leverage berpengaruh terhadap praktik
perataan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. 5. Untuk menguji pengaruh profitabilitas berpengaruh terhadap praktik perataan
laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. 6. Untuk menguji pengaruh kepemilikan kas, kepemilikan manajerial, ukuran
perusahaan, financial leverage dan profitabilitas berpengaruh secara simultan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013.
1.4
Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan penulis mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan bermanfaat menjadi bahan referensi tambahan dalam penelitian yang berkaitan dengan praktik perataan laba.
9
3. Bagi investor maupun calon investor, diharapkan dapat menjadi bahan referensi tambahan untuk memahami faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk melakukan praktik perataan laba.
10