BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Program
pendidikan
memiliki
dasar,
fungsi
dan
tujuan
sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, yang menjadikan arah gerak pendidikan, agar tujuan pendidikan yang diharapkan tercapai, yang mana isinya adalah: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik mencapai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi Warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab” 1 Berpijak pada rangka pencapaian pendidikan nasional diatas, semua itu tidak lepas dari komponen-komponen pembelajaran yang salah satunya adalah pengembangan dan penyusunan penilaian agar ranah kompetensi yang diharapkan tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam proses belajar mengajar selalu ditentukan adanya interaksi antara pendidik dan peserta didik. Jika proses belajar mengajar dilaksanakan, maka komponen lain dalam kegiatan pembelajaran harus disertakan antara lain: tujuan pembelajaran, kurikulum, metode kegiatan
1
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang system pendidikan Nasional Bab II Pasal 3, (Jakarta: Depdiknas, 2003), hal.6.
1
2
belajar mengajar, dan evaluasi. 2 Dengan demikian lengkaplah siklus kegiatan belajar mengajar sebagai interaksi edukatif mulai dari perumusan sampai pada penyediaan sarana pendukung, dan rencana evaluasi yang akan digunakan sebagai umpan balik (feed back evaluation) antara pendidik dengan peserta didik. 3 Sekaligus sebagai penyempurna perencanaan dan program pembelajaran. Jika pendidikan merupakan
suatu
proses
alih
nilai
(transfer
of
value)
yang
dikembangkan dalam perubahan perilaku, tes yang akan digunakan dalam penilaian dalam pendidikan harus mencerminkan aspek afektif dan psikomotorik meskipun tanpa meninggalkan aspek kognitif. Menurut Bloom sebagaimana dikutip oleh Anas Sudijono dalam buku “Pengantar Evaluasi Pendidikan” mengatakan bahwa penilaian tidak lepas dari 3 aspek, yaitu; aspek kognitif (pengetahuan tentang teori), aspek afektif (penekanan sikap dan nilai) dan aspek psikomotorik (penekanan keterampilan atau tindakan yang didasari oleh teori yang telah diperoleh), 4bila dikaitkan dengan karakteristik pembelajaran Aqidah Akhlak akan menekankan pada pengetahuan, pemahaman, penghayatan siswa terhadap keyakinan, serta mewujudkan keyakinan
2
Saiful Bahri Djamarah, Srategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hal. 48. 3 Muhaimin, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), hal 74-75 4 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 49.
3
tersebut dalam bentuk sikap baik perkataan maupun amal perbuatan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. 5 Pada realita yang dialami siswa MAN 2 Ponorogo, masih kurang aktifnya siswa dalam pelaksanaan penilaian, karena mereka beranggapan bahwa, penilaian bukan hal yang baru lagi sehingga berdampak pada nilai yang kurang memuaskan, hal itu dikarenakan jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan oleh guru. Semua itu sesuai dengan penuturan ibu Uswatun H.M.Pd.i, selaku guru bidang studi Aqidah Akhlak kelas X di MAN 2 Ponorogo, beliau mengatakan bahwa : ”yach mereka beranggapan penilaian hasil belajar merupakan suatu hal yang biasa dan sudah tidak spesial lagi, dan akhirnya berdampak pada hasil nilai yang kurang memuaskan/jelek” 6. Penilaian dalam pendidikan merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku peserta didik berdasarkan hitungan yang bersifat kompeherensip dari seluruh kehidupan mental, psikologi, dan spiritual relegius peserta didik, karena sosok pribadi yang diinginkan bukan hanya pribadi yang bersifat religius tetapi memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan masyarakat. 7 Peserta didik yang baik adalah siswa yang mampu menerapkan apa yang diperoleh dari guru dalam kehidupan sehari-hari.
5
Muhaimin , Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 309. 6 Lihat Transkip Dokumentasi, 02/W/F-2/16-IV/2009.Dalam Lampiran Hasil Penelitian. 7 Arman Arief, Pengantar Ilmu & Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 53.
4
Selain itu, implementasi Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional, membawa implikasi terhadap model dan teknik penilaian proses belajar mengajar dan hasil belajar mengajar. Pelaku penilaian terhadap proses belajar mengajar dan hasil belajar mengajar diantaranya dilakukan secara internal dan eksternal. Penilaian internal merupakan penilaian yang direncanakan dan dilakukan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung, sedangkan penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan pihak luar yang tidak melakukan proses pembelajaran dan biasanya dilakukan oleh institusi atau lembaga baik didalam maupun diluar negeri. Penilaian yang dilakukan oleh institusi atau lembaga dimaksud sebagai pengendali mutu proses belajar mengajar dan hasil belajar peserta didik. 8 Dalam hal ini, penilaian internal bertujuan untuk mengetahui proses dan hasil belajar siswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru. Sedangkan penilaian eksternal bertujuan untuk memantau proses, kemajuan dan perkembangan hasil belajar siswa yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul “IMPLEMENTASI PENILAIAN URAIAN BEBAS DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS X DI MAN 2 PONOROGO TAHUN AJARAN 2008/2009”.
8
Mimin Haryati, Model dan Teknik Pendidikan(Jakarta: Gaung Persada,2007), Hal. 3.
Penilaian
Pada
Tingkat
Satuan
5
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan judul penelitian dan latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini difokuskan pada: Impelementasi Penilaian Uraian Bebas dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas X di MAN 2 Ponorogo, yang berkaitan dengan; instrumen penilaian uraian bebas dalam pembelajaran Aqidah Akhlak kelas X di MAN 2 Ponorogo, teknik penilaian uraian bebas dalam pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas X di MAN 2 Ponorogo, dan tingkat kehandalan penilaian uraian bebas dalam pembelajaran Aqidah Akhlak kelas X di MAN 2 Ponorogo.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, selanjutnya dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana instrumen penilaian uraian bebas dalam pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas X di MAN 2 Ponorogo ? 2. Bagaimanakah teknik penilaian uraian bebas dalam pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas X di MAN 2 Ponorogo ?. 3. Sejauhmana tingkat kehandalan penilaian uraian bebas dalam pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas X di MAN 2 Ponorogo ?
D. Tujuan Penelitian
6
Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan instrumen penilaian uraian bebas dalam pembelajaran Aqidah Akhlak kelas X di MAN 2 Ponorogo. 2. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan teknik penilaian uraian bebas dalam pembelajaran Aqidah Akhlak kelas X di MAN 2 Ponorogo. 3. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tingkat kehandalan penilaian uraian bebas dalam pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas X di MAN 2 Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian a. Segi Teoritis Sebagai wahana pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam hal penilaian uraian bebas, karena penilaian uraian bebas merupakan salah satu penentu keberhasilan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pendidikan. b. Segi Praktis a. Bagi MAN 2 Ponorogo Sebagai bahan masukkan atau pertimbangan agar lebih memperhatikan
dalam
penyusunan
penilaian
uraian
bebas
sehingga dapat menimbulkan langkah yang lebih tepat dalam pengembangan penilaian uraian bebas.
7
b. Bagi Mahasiswa Peneliti 1) Penelitian ini selain secara formal sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata 1 program studi Pendidikan Agama Islam, juga sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan yang dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti. 2) Melatih kesabaran dan ketekunan serta terjalin hubungan yang baik antara peneliti dengan obyek penelitian dalam melihat suatu permasalahan yang ada sehingga mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan baik.
F. Metodologi Penelitian a. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam pembahasan ini peneliti mengadakan pendekatan kualitatif yang memiliki karakteristik alamiah sebagai sumber data langsung, proses lebih dipentingkan dari pada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisis induktif dan makna merupakan hal yang esensial. 9 Dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan studi kasus yaitu: memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan 9 Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dialami, lihat dalam Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 3.
8
terperinci mengenai latar belakang keadaan yang di permasalahkan yang disesuaikan dengan implementasi penilaian uraian bebas dalam pembelajaran Aqidah Ahklak kelas X di MAN 2 Ponorogo, yang berkaitan
dengan;
instrumen
penilaian
uraian
bebas
dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak kelas X di MAN Ponorogo, teknik penilaian uraian bebas dalam pembelajaran Aqidah Akhlak kelas X di MAN 2 Ponorogo, dan tingkat kehandalan penilaian uraian bebas dalam pembelajaran Aqidah Akhlak kelas X di MAN 2 Ponorogo. b. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan
berperan
serta,
sebab
peranan
penelitian
yang
menentukan keseluruhan skenarionya. 10 Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang. c. Lokasi Penelitian a. Letak Geografis Lokasi penelitian
yang dipilih oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah di MAN 2 Ponorogo yang terletak di sebelah
10 Pengamatan berperan serta adalah sebagai peneliti yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara penelitian dengan subyek dalam lingkungan subyek. Dan data itu dalam bentuk catatan yang berlaku tanpa gangguan, lihat dalam Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal. 117.
9
utara kota ± 1,5 km dari poros kota Ponorogo, tepatnya di Jl. Soekarno Hatta No. 381 Keniten Ponorogo. 11
G. Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kepala Madrasah, guru bidang studi Aqidah Akhlak kelas X di MAN 2 Ponorogo, dan siswa. Hal ini bertujuan untuk mengali data yang diinginkan, yaitu: 1. Data
tentang
instrumen
penilaian
uraian
bebas
dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak kelas X. 2. Data tentang teknik penilaian uraian bebas dalam pembelajaran Aqidah Akhlak kelas X. 3. Data tentang tingkat kehandalan penilaian uraian bebas dalam pembelajaran Aqidah Akhlak kelas X. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain. Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan. Sedangkan sumber data tertulis, fhoto, dan statistic dan sebagainya, merupakan sumber data tambahan.12
H. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant Observation), 11 12
Profil Madrasah Aliyah Negeri 2 Ponorogo 2005, hal 1. Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal. 112.
10
wawancara mendalam (indept interview) dan dokumentasi. 13 Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila
dilakukan
interaksi
dengan
subyek
melalui
wawancara
mendalam dan diobservasi pada latar, dimana fenomena tersebut berlangsung dan disamping itu untuk melengkapi data, diperlukan dokumentasi tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek. Adapun teknik pengumpulan data antara lain: 1. Teknik Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang yang melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang
lainnya
dengan
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
berdasarkan tujuan tertentu. 14 Sedangkan dalam teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah
mengajukan
beberapa
berhubungan
dengan
wawancara pertanyaan fokus
mendalam
artinya
secara
mendalam
permasalahan,
sehingga
peneliti yang dengan
wawancara mendalam ini data-data bisa terkumpulkan semaksimal mungkin. 15 Dalam penelitian ini orang-orang yang diwawancarai adalah kepala madrasah MAN 2 Ponorogo, guru mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas X di MAN 2 Ponorogo, dan siswa, hasil wawancara 13
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), hal. 63. Dedi Mulyono, Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 180. 15 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, hal. 318. 14
11
dari masing-masing hasil wawancara tersebut ditulis lengkap dengan kode-kode dalam
transkrip wawancara. Tulisan lengkap
dari
wawancara ini dinamakan transkrip wawancara. 2. Teknik Observasi Observasi diartikan sebagai pengamat dan pencatat secara sistematik terhadap gejala yang nampak pada obyek penelitian. Observasi dilakukan dengan melihat secara sistematik terhadap gejala yang nampak pada obyek penelitian. 16 Dalam penelitian ini metode observasi digunakan untuk memperoleh data tentang: (a) Letak geografis MAN 2 Ponorogo. (b) Sarana dan prasarana MAN 2 Ponorogo. (c) Pelaksanaan penilaian uraian bebas. Hasil observasi dalam penelitian ini, dicatat dalam Catatan Lapangan (CL), sebab catatan lapangan merupakan alas yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, peneliti
mengandalkan
pengamatan
dan
wawancara
dalam
pengumpulan data di lapangan. Pada waktu di lapangan dia membuat "catatan", setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun "catatan lapangan". Dapat
dikatakan
bahwa
dalam
penelitian
kualitatif,
jantungnya adalah catatan lapangan pada penelitian ini bersifat 16
hal 158.
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003),
12
deskriptif artinya,
catatan ini berisi
gambaran tentang latar
pengamatan orang, tindakan dan pembicaraan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan fokus penelitian. Dan bagian deskriptif tersebut berisi beberapa hal diantaranya adalah gambaran fisik, rekonstruksi dialog, deskriptif latar fisik, catatan tentang peristiwa khusus, gambaran kegiatan, dan perilaku pengamat. Format rekaman hasil observasi (pengamatan) catatan lapangan dalam penelitian ini menggunakan format rekaman hasil observasi. 3. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. 17 "Rekaman" sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan
membuktikan
adanya
suatu
peristiwa
atau
memenuhi
accounting. Sedangkan "dokumen" digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti Surat-Surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto, dan sebagainya. Teknik dokumentasi ini sengaja digunakan dalam penelitian ini, mengingat: (1)
Sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari konsumsi waktu;
17
Ibid., hal. 82.
13
(2)
Rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang stabil, baik keakuratannya dalam merefleksikan situasi yang terjadi dimasa lampau, maupun dapat dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan;
(3)
Rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang kaya,
secara
konstektual
relevan
dan
mendasar
dalam
konteknya;
Sumber ini merupakan pernyataan yang legal yang dapat memenuhi akuntabilitas. Hasil pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini, dicatat dalam format transkip dokumentasi. Dalam penelitian ini metode dokumentasi yang digunakan untuk mengali data tentang : visi, misi, dan tujuan MAN 2 Ponorogo, sejarah berdirinya MAN 2 Ponorogo, struktur organisasi MAN 2 Ponorogo, keadaan guru MAN 2 Ponorogo, contoh soal uraian bebas, hasil penilaian uraian bebas, analisis tingkat kesukaran butir soal uraian bebas dan analisis daya beda butir soal uraian bebas.
I. Analisis Data Teknik analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles & Huberman dan Spradley. Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam
14
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada tahapan penelitian sampai tuntas, sehingga datanya sampai jenuh. Aktifitas dalam analisis data, yaitu: 1. Data Reduction (Reduksi Data), yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan menfokuskan pada hal-hal yang penting. 18 Dalam penelitian ini data-data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi yang masih kompleks. 2. Data Display (Penyajian Data), yaitu: mendisplaykan data atau menyajikan data kedalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network dan chart. 19 3. Conclusion (Verivication), yaitu: analisis data yang terus menerus baik selama maupun sesudah pengumpulan data untuk penarikan kesimpulan, sehinga dapat menggambarkan pola yang terjadi.20
J. Pengecekan Keabsahan Temuan Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan kehandalan (reliabilitas)21 Derajat kepercayaan dari keabsahan data (kredibilitas Data) dapat diadakan pengecekan dengan teknik pengumpulan yang tekun dan triangulasi.
18 19 20 21
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, hal. 338. Ibid., 91-92. Ibid., 99. Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal. 171.
15
Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang dicari. Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan penelitian dengan cara: a) Mengadakan
pengamatan
dengan
teliti
dan
rinci
secara
kesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol yang ada hubungannya dengan keterampilan proses guru Aqidah Akhlak dalam melaksanakan penilaian urain bebas di MAN 2 Ponorogo b) Menelaah secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal nampak salah satu seluruhan faktor yang ditelah sudah dipahami dengan cara yang biasa Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang sudah ada. Ada empat
macam
triangulasi
sebagai
teknik
pemeriksaan
yang
memanfaatkan penggunaan, seperti; sumber, metode, penyidik, dan teori. 22 Dalam penelitian, hal ini digunakan teknik triangulasi dengan sumber,
berarti
membandingkan
dan
mengecek
balik
derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan:
22
Ibid, 178.
16
(a) Membandingkan
data
hasil
pengamatan
dengan
data
hasil
wawancara, (b) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
K. Tahap-Tahap dan Rancangan Penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada 3 tahap dan ditambah tahap akhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian itu adalah: 1. Tahap pra lapangan yang meliputi: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi, menyediakan perlengkapan lapangan dan menyangkut dalam etika penelitian. 2. Tahap pekerjaan lapangan yang meliputi: memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data. 3. Tahap analisis data yang meliputi: analisis selama dan setelah pengumpulan data. 4. Tahap hasil penulisan laporan penelitian. Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan:
17
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.. b. Membandingkan apa yang dikatakan secara pribadi. c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan. e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang terkait.
L. Sistematika Pembahasan Agar pembahasan skripsi ini mudah dipahami, maka penulis merasa perlu untuk membatasi penulisan ini dengan sistematika pembahasan secara global untuk memenuhi target yang diinginkan oleh penulis, yaitu terdiri dari: BAB I
:
Pendahuluan, bab ini berfungsi untuk memaparkan pola dasar dari keseluruhan isi skripsi yang terdiri dari: latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, fokus
penelitian,
manfaat
penelitian,
metodologi
penelitian, dan sistematika pembahasan. BAB II
:
Landasan Teori, bab ini berfungsi untuk mengetengahkan kerangka acuan teori yang digunakan sebagai landasan melakukan
penelitian
yang
terdiri
dari
(1)Meliputi:
18
pengertian penilaian uraian bebas, tujuan penilaian uraian bebas, kelebihan dan kekurangan penilaian uraian bebas, pemeriksaan,
skorsing,
dan
penilaian
uraian
bebas,
kehandalan soal dalam penilaian dan tingkat kesukaran dan daya beda dalam penilaian. (2)Meliputi: Pengertian Aqidah Akhlak, fungsi dan tujuan pembelajaran Aqidah Akhak, ruang lingkup, dan penilaian pembelajaran Aqidah Akhlak. BAB III :
Temuan Penelitian, bab ini memaparkan tentang penemuan peneliti di lapangan yang meliputi: letak geografis MAN 2 Ponorogo, sejarah berdirinya MAN 2 Ponorogo, struktur organisasi MAN 2 Ponorogo, keadaan pendidik MAN 2 Ponorogo, sarana dan prasarana MAN 2 Ponorogo. Adapun data kasus meliputi: instrumen penilaian uraian bebas dlam pembelajaran Aqidah Akhlak
kelas X di MAN 2
POnorogo,
uraian
teknik
penilaian
bebas
dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak kelas X di MAN 2 Ponorogo, dan tingkat kehandalan penilaian uraian bebas dalam pembelajaran
Aqidah
Akhlak
kelas X
di MAN
2
Ponorogo.. BAB IV :
Berisi tentang analisis data yang meliputi : analisis tentang instrumen penilaian uraian bebas dalam pembelajaran Aqidah Akhlak kelas X di MAN 2 Ponorogo, analisis tentang teknik penilaian uraian bebas dalam pembelajaran
19
Aqidah Akhlak kelas X di MAN 2 Ponorogo dan analisis tentang tingkat kehandalan penilaian uraian bebas dalam pembelajaran Aqidah Akhlak kelas X di MAN 2 ponorogo . BAB V
:
Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran
20
BAB II PENILAIAN URAIAN BEBAS DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
A. Penilaian Uraian Bebas 1. Pengertian Penilaian Penilaian merupakan bagian dari kegiatan kehidupan manusia sehari-hari. Disadari atau tidak, orang sering melakukan penilaian, baik terhadap dirinya sendiri, orang lain, lingkungan. Hal ini dilakukan
supaya
sebenarnya
seseorang
dengan
dapat
demikian
menemukan
dapat
posisi
menentukan
yang kearah
perkembangan dirinya. Demikian pula dalam pendidikan sebagai usaha
yang
disengaja
memungkinkan
seseorang
mengalami
perkembangan melalui proses belajar mengajar. Dalam kontek ini penilaian diartikan sebagai usaha untuk mengetahui sejauh mana perubahan yang telah terjadi melalui kegiatan belajar mengajar. 23 Beberapa pendapat tentang penilaian, antara lain : a.
Menurut Griffin dan Mix (1991), penilaian adalah suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu. 24
23 24
hal. 15
Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2001), hal. 5 Mimin Haryati, Model & Teknik Penilaian Pada Tingkat Kesatuan Pendidikan,
21
b. Menurut Mehrens dan Lehmann (1978 ; 5), evaluasi (penilaian) adalah suatu proses perencanaan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatifalternatif tertentu. 25 c.
Menurut Roestiyah N.K, dkk. Dalam bukunya "Masalah-masalah ilmu keguruan" menyebutkan 4 pengertian evaluasi, antara lain: 1. Evaluasi
adalah
proses
memahami
atau
memberi
arti,
mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk pihak-pihak pengambil keputusan. 2. Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab-akibat dan belajar hasil siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar. 3. Dalam rangka pengembangan sistem intruksional, evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk menilai seberapa jauh program telah berjalan seperti yang telah direncanakan. 4. Evaluasi adalah suatu alat untuk menentukan apakah tujuan pendidikan dan apakah proses dalam pengembangan ilmu telah berada di jalan yang diharapkan. 26 Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian penilaian adalah: suatu usaha untuk mengetahui 25
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1994), hal.3 26 Slameto, Evaluasi Pendidikan, hal. 6
22
ketuntasan yang dicapai oleh peserta didik setelah kegiatan belajar mengajar. Sedangkan pengertian dari penilaian uraian bebas adalah salah satu jenis penilaian hasil belajar yang mana peserta didik memiliki kebebasan memilih dan menentukan jawaban. 27 Dalam penilaian uraian bebas memiliki karakteristik sebagai berikut : a.
Pertanyaannya berbentuk perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
b. Bentuk pertanyaan menuntut siswa untuk memberi penjelasan, komentar, tafsiran, membandingkan, membedakan, dan lainlain.. c.
Jumlah soalnya umumnya terbatas.
d. Pada umumnya butiran soal diawali dengan kata : "Jelaskan" , "Terangkan" , "Uraikan" , "Mengapa" , "Bagaimana" , ddan lainlain. 28 2. Tujuan Penilaian Uraian Bebas Tujuan
penilaian
uraian
bebas
adalah
meningkatkan
kemampuan di kalangan siswa. Hal ini diperlukan karena siswa diharapkan dapat mengungkapkan aspek kognitif tingkat tinggi, seperti analisis baik secara lisan maupun tertulis dan siswa juga
27 M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 55 28 Anas Sudjana, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grfaindo Persada,1996), hal. 99-100
23
dibiasakan dengan kemampuan memecahkan masalah, mencoba merumuskan hipotesis, menyusun dan mengekspresikan gagasan dan menarik kesimpulan dari pemecahan masalah. 29 3. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Uraian Bebas Dalam pelaksanaan penilaian pasti memiliki kelebihan dan kelemahannya, begitu juga dengan penilaian uraian bebas. Adapun kelebihan penilaian uraian bebas, antara lain : a.
Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan fikiran sendiri.
b. Dapat menghindarkan sifat tertekan dalam menjawab soal. c.
Melatih peserta didik untuk memilih fakta yang relevan dengan persoalan,
serta
mengorganisasikannya
sehingga
dapat
diungkapkan menjadi satu hasil fikiran terintegrasi secara utuh. d. Jawaban yang diberikan diungkapkan dalam kata-kata dan kalimat yang disusun sendiri, sehingga melatih siswa menyusun kalimat dengan bahasa yang baik, benar dan cepat. e.
Soal bentuk uraian ini tepat untuk mengukur kemampuan analitik, sintetik dan evaluatif.
Sedangkan kelemahannya, antara lain : a.
Bahan yang diujikan relatif sedikit, sehingga agak sulit mengukur penguasaan siswa terhadap keseluruhan kurikulum.
29
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1995), hal 36
24
b. Soal jenis ini bila digunakan terus menerus berakibat peserta didik belajar dengan cara untung-untungan. Ia mempelajari soalsoal yang sering dikeluarkan, materi yang jarang dikeluarkan tidak dipelajari. c.
Membutuhkan banyak waktu untuk memeriksa hasilnya.
d. Sulit mendapatkan soal yang memiliki standar nasional atau regional. 30 4. Pemeriksaan, Skorsing dan Penilaian Uraian Bebas Memeriksa jawaban soal-soal subyektif tidak semudah soalsoal objektif sekalipun telah ada kunci jawaban. Soal uraian harus dibaca seluruhnya sebelum diberi skor yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Ada 3 cara dalam memeriksa penilaian uraian bebas, antara lain : a.
Whole Method, yaitu metode per nomor. Artinya dalam pemeriksaan pekerjaan murid untuk setiap nomor. Misalnya kita mengoreksi nomor satu untuk seluruh jawaban siswa, kemudian nomor dua untuk seluruh jawaban siswa dan seterusnya. Kebaikannya adalah : memberi skor yang berbeda atas dua jawaban yang kualitasnya sama hampir tidak akan terjadi, karena jawaban tesis yang satu itu selalu dibandingkan dengan jawaban tesis
30
yang
lainnya.
Sedangkan
kelemahannya
M, Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, hal 55-57.
adalah
25
pelaksanaannya terlalu berat dan memakan waktu yang terlalu banyak. b. Separated Method, yaitu metode perlembar. Artinya dalam pemeriksaan pekerjaan murid setiap lembar jawaban sampai selesai. Kebaikannya adalah relatif mudah dan tidak memakan waktu yang banyak, sedangkan kelemahannya adalah kita sering memberi
skor
yang
berbeda,
atas
jawaban
yang
sama
kualitasnya. c.
Cross
Method,
yaitu
metode
bersilang.
Artinya
dalam
pemeriksaan pekerjaan siswa dengan jalan menukar hasil koreksi seorang korektor kepada koretor lainnya. Dengan kata lain setelah dikoreksi oleh korektor, lalu dikoreksi oleh korektor yang lain. Kelebihannya adalah faktor subyektif bisa dikurangi. Sedangkan kekuranganya adalah membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak. 31 Dalam pelaksanan pemeriksaan kita boleh memilih salah satu dari ketiga metode tersebut, atau kita menggunakan secara bervariasi yang disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, kita menghendaki jawaban yang obyektif, maka lebih tepatnya menggunakan metode silang(Cross Method). Sebaliknya bila ada waktu luang maka ada baiknya menggunakan metode pernomor (Whole Method) atau metode perlembar (Separated Method). 31
Zainal Arifin, Evaluasi Intrukasional Prinsip-Teknik-Prosedur (Bandung: CV Remadja Karya, 1988) hal 29-30
26
Dalam
memberikan
skorsing
uraian
bebas
biasanya
menggunakan sistem bobot, yang dapat dinyatakan dalam skornya maksimumnya dan dapat pula dinyatakan dalam bentuk bilangan yang dipergunakan untuk mengalikan skor yang dicapai oleh siswa. 32 Untuk soal bobot jenis pertama misalnya maksimum bagi soal yang mudah adalah 6, bagi soal sedang adalah 7 dan untuk soal sukar adalah 10, sedangkan bobot jenis kedua adalah skor bagi soal yang mudah dikalikan dengan 3, soal sedang dikalikan 4 dan soal sukar dikalikan 5. Contoh: Ujian pertama dengan sistem bobot pertama: No
Tingkat Kesukaran
Jawaban
Skor
1.
Mudah
Betul
6
2.
Sedang
Betul
7
3.
Sukar
Betul
10
Jumlah Rumus : Skor =
23
Σx Σi
Keterangan : ∑ x = jumlah skor i Jadi skor siswa =
= Jumlah soal 23 = 7,67 3
Contoh : Ujian kedua dengan sistem bobot kedua Tiap soal diberikan rentangan skor (x) dari 1-10 sesuai dengan mutu dan pokok jawaban yang betul, kemudian skor (x) yang dicapai oleh tiap siswa dikalikan dengan bobot tiap soal yang
32
Zainal Arifin, Evaluasi Intruksional Prinsip-Teknik-Prosedur, 84
27
sesuai dengan tingkat kesukarannya. Misal bobot 5 untuk soal sukar, bobot 4 untuk soal sedang dan bobot 3 untuk soal mudah.
No
Tingkat Kesukaran
Respon
x
B
xB
1.
Mudah
Betul
10
3
30
2.
Sedang
Betul
10
4
40
3.
Sukar
Betul
10
5
50
12
120
Jumlah
ΣxB B
Rumus Skor: Keterangan: x
= skor tiap soal
B
= bobot sesuai dengan tingkat kesukaran
∑ xB
= jumlah hasil perkalian x dengan B
Sedangkan menilai kebenaran jawaban soal-soal bentuk uraian dipertimbangkan beberapa aspek antara lain: a)
Kebenaran
isi
sesuai
dengan
kaidah-kaidah
materi
yang
ditanyakan b) Urutan logis dan kerangka berpikirnya yang dilihat dari penyajian gagasan jawaban. c)
Bahasa yang digunakan dalam mengekspresikan buah pikiran. 33
5. Kehandalan Soal dalam Penilaian Suatu soal sebagai salah satu perangkat dalam melakukan penilaian harus memiliki bukti keberhasilan atau kehandalan, sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai dan hasilnya dapat dibandingkan, kesahihan atau kehandalan dalam soal 33
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1995), hal 36
28
tidak berlaku universal, tetapi tergantung pada situasi dan kondisi serta tujuan penilaian itu sendiri. 34 Dalam pelaksanaan penilaian agar mencapai kesahihan atau kehandalan maka penilaian tidak lepas dari: a. Menyeluruh terhadap materi yang telah disampaikan. b. Berkelanjutan, yakni mengadakan penilaian ulang apabila nilai yang diperoleh siswa tidak mencapai standar. c. Berorientasi pada indikator ketercapaian. d. Sesuai dengan pengalaman belajar. 6. Tingkat Kesukaran dan Daya Beda dalam Penilaian Tingkat kesukaran merupakan salah satu ciri dari soal yang perlu diperhatikan, karena tingkat kesukaran soal menunjukkan seberapa sukar atau mudahnya soal tersebut secara keseluruhan yang telah diselenggarakan. Suatu soal tidak boleh terlalu mudah dan juga tidak boleh terlalu sukar. Sebuah soal yang terlalu mudah sehingga dapat dijawab benar oleh semua siswa siswi bukanlah merupakan soal yang baik. Begitu pula soal yang telalu sulit dan tidak bisa dikerjakan oleh semua siswa juga merupakan soal yang tidak baik. 35 Butir-butir soal harus diketahui tingkat kesukarannya, hal itu bertujuan untuk mengetahui apakah soal itu mudah, sedang atau
34
Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan,
82. 35
Wacan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1980), hal 130
29
sukar. Tingkat kesukaran dapat dilihat dari kemampuan siswa menjawab soal. Sedangkan salah satu ciri yang baik adalah soal yang mampu membedakan antara kelompok atas (yang mampu) dan kelompok bawah (kurang mampu), karena itu butir soal harus diketahui daya bedanya. Daya beda adalah analisis yang mengungkapkan seberapa besar suatu soal dapat membedakan antara siswa kelompok atas dengan siswa kelompok bawah. 36
B. Pembelajaran Aqidah Akhlak 1. Pengertian Aqidah Akhlak Dalam Kamus Mutawir secara etimologi kata “Aqidah” berasal dari kata ” ةOPVQR
,OPQST , OPQR”,
yang artinya simpul, ikatan,
perjanjian yang kokoh, setelah berbentuk “Aqidah” berarti keyakinan atau kepercayaan
37
dan secara termologi Ibnu Taimiyah (1983)
menjelaskan makna “Aqidah” sebagai suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati, dengannya jiwa menjadi tenang, sehingga jiwa itu menjadi yakin serta mantap tanpa adanya keraguan. Adapun pengertian Akhlak secara etimologi kata “Akhlak” merupakan jama’ dari kata “Khuluq” yang artinya tabiat, budi
36
Wacan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, hal 130. Taufikurahman, Moch Edy Siswano X, Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas X Semester Gasal,(Provinsi Jawa Timur, Kanwil Depertemen Agama, 2008), hal 2. 37
30
pekerti, dan kebiasaan. Sedangkan secara termologis ada beberapa definisi tentang akhlak, antara lain: a.
Menurut Imam Al-Ghazali, Akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, dan gampang, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. b.
Menurut Ibrahim Anis, Akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. c.
Menurut Abdul Karim Zaidah, Akhlak adalah nilai atau sifat yang
tertanam
dalam
jiwa,
yang
dengan
sorotan
dan
timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih atau meninggalkannya. 38 Dari beberapa definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga akan muncul secara spontan tanpa memerlukan pertimbangan atau pemikiran baik itu perbuatan baik atau buruk, lalu dipilih atau ditinggalkan. Sedangkan definisi dari pendidikan Aqidah Akhlak adalah: upaya sadar, terencana dalam menyatakan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam perilaku. Akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari penggunaan
melalui
kegiatan,
pengalaman,
dan
bimbingan, pembiasaan
pengajaran, dalam
latihan
kehidupan
masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan. Pendidikan ini juga diarahkan pada penggunaan Aqidah di satu sisi dan
38
Yanuar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan Pengajaran Islam, 2006) hal 1-2
31
peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut agama lain dalam rangka mewujudkan kasatuan dan persatuan bangsa. 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak a.
Fungsi Pengajaran mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah berfungsi untuk: 1. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 2. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin yang sebelumnya telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. 3. Menyesuaikan mental peserta didik terhadap lingkungan sosial dan fisik. 4. Perbaikan kesalahan serta kelemahan peserta didik dalam keyakinan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. 5. Pencegah peserta didik dari hal-hal negatif dari lingkungan budaya asing yang dihadapinya sehari-hari. 6. Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan tentang keimanan dan akhlak serta sistem dan fungsionalnya.
32
7.
Pembekalan bagi peserta didik untuk mendalami Aqidah Akhlak pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 39
b. Tujuan Mata pelajaran Aqidah Akhlak betujuan untuk: 1. Menumbuh
kembangkan
Aqidah
melalui:
pemberian,
pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Aqidah Islam, sehinga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimana dan ketaqwaannya kepada Allah SAW. 2. Mewujudkan manusia indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individual maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai aqidah islam. 40 Dengan adanya fungsi dan tujuan tentang pembelajaran Aqidah Akhlak maka sangat perlu dan penting untuk dipelajari. Karena Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah sebagai bagian yang integral dalam pendidikan agama Islam. Walaupun bukan satu-satunya mata palajaran Aqidah Akhlak memiliki kontribusi dalam
39
memberi
motivasi
kepada
peserta
didik
untuk
Deperemen Agama RI, Standar isi Madrasah Aliyah, (jakarta: Derektor Jendral Pendidikan Islam, 2006), hal 22-23. 40 Deprtemen Agama RI, Standar Kompetensi kelulusan (SKL) Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) Madrasah Aliyah, (jakarta: Direktor Jenderal Pendidikan Nasional Madrasa, 2001) ,hal 4.
33
mempraktekkan nilai-niali keyakinan keagamaan (tauhid) dan Akhlaqul Karimah dalam kehidupan sehari-hari. 3. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak Adapun
ruang
lingkup
pembelajaran
Aqidah
Akhlak
meliputi: a. Aspek Aqidah terdiri atas prinsip-prinsip Aqidah dan metode peningkatannya
Al-Asma
al-Husna,
macam-macam
tauhid
seperti tauhid uluhiyah, tauhid rubuhiyah, tauhid ash shifat wa al-af’al dan tauhid Tahmaniyah, tauhid Mulkiyah, dan lain-lain, syirik implikasinya dalam kehidupan, pengertian dan fungsi ilmu kalam serta hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya dan aliran-aliran dalam ilmu kalam. b. Aspek Akhlak terdiri atas : masalah akhlak yang meliputi pengertian akhlak, induk-induk akhlak terpuji dan tercela, metode pendekatan kualitas akhlak, macam-macam akhlak terpuji seperti khusnuzhan, taubat, akhlak dalam berpakaian, berhias, berjalan, bertamu dan menerima tamu, adil, rida, amal salih, persatuan dan kerukunan, akhlak terpuji dalam pergaulan remaja, serta pengenalan tantang tasawuf, sedangkan ruang lingkup akhlak meliputi : riya’, aniaya dan kriminasi, berbuat dosa besar. 41 4. Kajian Penilaian dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak
41
Departemen Agama RI, Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) Madrasah Aliyah, hal 4-5
34
Untuk mengetahui kompetensi peserta didik sebagai hasil pembelajarn aqidah akhlak, maka perlu diadakan penilaian dengan rambu-rambu sebagai berikut: a. Penilaian yang meliputi: Penilaian kemajuan belajar dan penilaian hasil peserta didik yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan perilaku mereka. b. Penilaian kemajuan belajar merupakan pengumpulan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan dasar
yang tercapai
peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kurun waktu, unit satuan atau jenjang tertentu. c. Penilaian hasil belajar aqidah akhlak adalah upaya pengumpulan informasi untuk menentukan tingkat penguasaan peserta didik terhadap suatu kompetensi meliputi: pengetahuan, sikap dan nilai. Penilaian hasil belajar sepenuhnya dilakukan oleh madrasah yang bersangkutan, hasil penilaian dijadikan sebagai pertimbangan utama dalam memasuki pendidikan jenjang berikutnya. d. Penilaian hasil belajar aqidah akhlak secara nasional di lakukan dengan mengacu pada kompetensi dasar, hasil belajar, materi standar, dan indikator yang telah ditetapkan di dalam kurikulum nasional.
Penilaian
tingkat
nasional
berfungsi
untuk
35
memperoleh informasi dan data tentang mutu penyelenggaraan mata pelajaran aqidah akhlak. e. Teknik dan instrumen penilaian yang digunakan adalah yang dapat mengukur dengan cepat kemampuan dan usaha belajar peserta didik. f. Penilaian dan instrumen penilaian yang digunakan adalah yang dapat mengukur dengan cepat kemampuan dan usaha belajar peserta didik. g. Penilaian dilakukan dengan tes dan non tes. h. Pengukuran terhadap ranah afektif dapat dilakukan dengan menggunakan cara non tes seperti skala penilaian, observasi dan wawancara. i. Penilaian terhadap ranah psikomotorik dengan tes perbuatan, dengan
menggunakan
lembar
pengamatan
dan
instrumen
lainnya. j. Secara umum penilaian dalam pembelajaran aqidah akhlak dapat dilihat pada buku pedoman khusus aqidah akhlak.
42
Departemen Agama RI, Standar Isi Madrasah Aliyah, 24-26
42
36
BAB III DATA IMPLEMENTASI PENILAIAN URAIAN BEBAS DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS X DI MAN 2 PONOROGO
A. Paparan Data Umum 1. Letak Geografis MAN 2 Ponorogo Madrasah Aliyah Negeri 2 Ponorogo terletak di sebelah utara kota kurang, lebih 1,5 km dari pusat kota Ponorogo, tepatnya di Jln. Suekarno Hatta No. 381 dengan nomor telepon (0352) 481168 dibangun diatas tanah seluas 9593 meter persegi dengan perbatasan:
2.
-
Sebelah utara perumahan penduduk
-
Sebelah barat perumahan penduduk
-
Sebelah selatan perumahan penduduk
-
Sebelah timur jalan raya
43
Sejarah Singkat Berdirinya MAN 2 Ponorogo Ditinjau dari segi sejarahnya, MAN 2 Ponorogo adalah bukan MAN murni sejak berdirinya nam un merupakan Madrasah Aliyah alih fungsi dari PGAN Ponorogo. Dalam membantu tugas pemerintah dan mendirikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa maka para tokoh ulama Tegalsari kecamatan Jetis yang dipelopori oleh K. Muhsinul Qomar, K. Sarjuni, K. Iskandar pada tahun 1966 mendirikan madrasah dengan nama Ronggowarsito dan dinegerikan 43
Profil Madrasah Aliyah Negeri 2 Ponorogo, 2005, hal 1.
37
oleh Departemen Agama RI menjadi PGA negeri 4 tahun Jetis dengan kepala madrasah Bapak Zubairi Maskur (Alm). Berdasarkan keputusan Menteri Agama RI No. 240 tahun 1970 PGA 4 tahun Jetis ditingkatkan statusnya menjadi PGAN 6 tahun Jetis Kabupaten Ponorogo. Namun seiring dengan tuntutan jaman serta dengan adanya perubahan kurikulum secara nasional, maka PGAN 6 tahun kabupaten Ponorogo beralih fungsi menjadi Madrasah Negeri 2 Ponorogo yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Agama RI No. 64 tahun 1990 dan No. 42 tahun 1992. Sejak berdirinya MAN 2 Ponorogo telah mengalami peralihan beberapa kali pergantian kepemimpinan yaitu: :
Tahun 1982-1984
b. Drs. H. Muslim
:
Tahun 1984-2000
c.
:
Tahun 2000-2006
:
Tahun 2006-2007
:
Tahun 2007-sekarang
a.
A.Z. Qoribun BBA
Kasanun S.H.
d. Imam Faqih Edris S.H. e.
Abdullah S.Ag.
44
Adapun visi, misi dan tujuan MAN 2 Ponorogo sebagai berikut:
a.
44
Visi MAN 2 Ponorogo
Ibid. 1.
38
"Terbentuknya manusia yang Beriman dan Bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, terampil berilmu pengetahuan dan teknologi serta berakhlak mulia." b. Misi MAN 2 Ponorogo 1) Mencetak manusia yang beriman, bertaqwa, cerdas, terampil dan berakhlaqul karimah, mampu menguasai ilmu pengetahuan
dan
teknologi,
mandiri,
mampu
mengaktualisasikan diri dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. 2) Tercipta hubungan yang harmonis dan demokratis antara, warga sekolah dan lingkungan sekolah. 3) Terlaksanakan manajemen sekolah yang tertib, transparan dan dapat dipertanggung jawabkan. 4) Terwujudnya warga sekolah yang sejahtera lahir dan batin 5) Terwujudnya
kerjasama
yang
baik
dan
saling
menguntungkan dengan lembaga atau isntansi lainnya. c.
Tujuan Pendidikan MAN 2 Ponorogo 1) Mendidik siswa menjadi manusia yang bertaqwa, berakhlak mulia,
sebagai
muslim
yang
menghayatinya
dan
mengamalkan ajaran agamanya. 2) Mendidik siswa untuk menjadi manusia pembangun yang memiliki sikap sebagai warga negara Indonesia yang berpedoman pada Pancasila dan UUD 1945.
39
3) Memberi bekal pengetahuan, pengalaman dan sikap yang diperlukan untuk melanjutkan pelajaran di Perguruan Tinggi. 4) Memberi bekal kemampuan dasar dan keterampilan tertentu untuk melaksanakan tugas hidupnya dalam masyarakat. 5) Mendidik siswa terus mengembangkan kemampuannya sering dengan perkembangan.
3.
45
Struktur dan Personalia Organisasi Sekolah MAN 2 Ponorogo Susunan Personalia Organisasi Sekolah MAN 2 Ponorogo terdiri dari : Kepala Madrasah : Abdullah, S.Pd Kepala Tata Usaha : H. Muhchyar S.Ag Wk. Ur Kurikulum : Drs. Moch Ngubaini, MA Wk. Ur. Sarana dan Prasarana : Drs. Suhanto, MA Wk. Ur Kesiswaan : Drs. Abidin Widodo MM Wk. Ur. Humas : Drs. Abidin Cahyono M.SI Koor Bp : Dra Wijanah M.Pa 46
4. Struktur Organisasi Karyawan dan Tata Usaha MAN 2 Ponorogo Sebagaimana yang terdapat dalam organisasi lainnya, organisasi karyawan dan Tata Usaha MAN 2 Ponorogo telah tersusun secara rapi, sistematis struktur ini terdiri dari beberapa guru yang masing-masing guru memegang satu tugas yang berbeda. 47
5.
Keadaan Pendidik MAN 2 Ponorogo Identitas tenaga pendidik di MAN 2 Ponorogo secara garis besar adalah sebagai berikut : a. Jumlah tenaga pendidik ; 72 orang, yang terdiri dari 49 tenaga laki-laki dan 23 tenaga perempuan. 45 46 47
Kurikulum MAN 2 Ponorogo Tahun Ajaran 2007/2008, 1-2. Lihat transkrip dokumentasi 01/D/F-1/31-III/2009 dilampiran hasil penelitian. Lihat transkrip dokumentasi 02/D/F-2/31-III/2009 dilampiran hasil penelitian.
40
b. Asal Tenaga Pendidik 1) Ponorogo 2) Luar Ponorogo c.
Pendidikan terakhir : 1) Strata 2 (S2)
: 6 orang
2) Strata 1 (S1)
: 59 orang
3) Lainnya
: 7 orang
d. Bidang studi yang diampu Bidang studi yang diampu oleh guru di MAN 2 Ponorogo secara total terdiri dari 21 macam, yang masing-masing dalam bidang studi ada yang diampu oleh sejumlah guru yang tidak sama.48
6.
Sarana dan Prasarana MAN 2 Ponorogo Sarana dan prasarana yang dimiliki MAN 2 Ponorogo, bertujuan untuk menunjang jalannya kegiatan pembelajaran, antara lain; ruang perkantoran, ruang guru, tempat olah raga, tempat ibadah, laboratorium, perpustakaan, koperasi, kantin dan lain-lain. 49
B. Paparan Data Khusus 1. Data Mengenai Instrumen Penilaian Uraian Bebas Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas X di MAN 2 Ponorogo. Penilaian dalam proses belajar mengajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam menguasai kompetensi dasar yang telah di tetapkan. Dengan adanya penilaian maka akan diketahui kompetensi dasar dan materi yang belum diketahui oleh siswa. Penilaian itu sangat bermacam-macam dan semua itu tidak 48 49
Lihat transkip dokumentasi 04/D/F-4/31-IV/2009 dilampiran hasil penelitian. Lihat transkip dokumentasi 04/D/F-4/31-IV/2009 dilampiran hasil penelitian.
41
lepas dari tiga aspek dalam penilaian yaitu: aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Semua penilaian tidak lepas dari tiga aspek tersebut. Masing-masing aspek memiliki penekanan yang berbeda-beda.
Dalam
aspek kognitif
lebih
menekankan pada
kemampuan berpikir siswa, termasuk dalam menghafal, memahami, kemampuan menganalisis, mengaplikasi, sistensis dan mengevaluasi. Dalam hal ini penilain uraian bebas merupakan salah satu dari sekian macam-macam
penilaian,
yang
bertujuan
untuk
menggukur
kemampuan siswa pada aspek kognitif. Pelaksanaan penilaian uraian bebas menekankan pada pengguasaan teori/berpikir, yang mana siswa diharapkan mampu menggembangkan kemampuannya dalam berpikir,
menganalisis
suatu
masalah,
mengaplikasikan
suatu
informasi, serta mengungkapkan pemikirannya dalam suatu kerangka terstruktur. Adapun aspek psikomotorik menekankan pada tindakan siswa yang dilandasi penjiwaan atas dasar teori yang dipahami dalam suatu mata pelajaran, yang berkaitan dengan aktivitas siswa. Dalam pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan cara mengamati setiap gerak siswa ketika mereka belajar, mengerjakan tugas dan menjawab pertanyaan yang ditalah, atau menggunakan tes unjuk kerja, lembar tugas
atau
pengamatan.
Sedangkan
aspek
afektif
merupakan
keterkaitan antara keduanya, yang pada intinya menekankan sikap dan nilai, seperti: sikap, minat, konsep diri dan moral. Hal ini sesuai
42
dengan penuturan bu Astuti, selaku guru mata pelajaran Aqidah Akhlak, beliau mengatakan bahwa: “Dalam pelaksanaan penilaian tidak lepas dari aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik, karena ketiga aspek tersebut tidak biasa dipisahkan” 50 Penilaian uraian bebas mengandung pengertian suatu cara untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa dalam memahami materi yang telah disampaikan dengan suatu pertanyaan yang mana siswa bebas untuk menguraikan jawabannya. Penilaian uraian bebas merupakan salah satu penilaian yang sering digunakan oleh guru untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran. Sebagaimana penuturan Bu Uswatun H. M. Pd.1 selaku guru bidang studi Aqidah Akhlak Kelas X, beliau mengatakan bahwa “Dalam melaksanakan penilaian uraian bebas, saya menggunakan instrumen subyekfif, yang artinya saya menggunakan soal tanya jawab kepada siswa, ketika materi telah saya sampaikan. Apakah siswa benar-benar menerima atau belum. Kalau tidak cara lain saya menggunakan soal uraian bebas yang mana siswa saya hadapkan pada suatu masalah, kemudian siswa saya suruh untuk memecahkan masalah tersebut.” 51 Pada dasarnya karakteristik mata Pelajaran Aqidah Akhlak Iebih menekankan pada pengetahuan, pemahaman dan penghayatan siswa terhadap keyakinan /kepercayaan (iman) serta mewujudkan keyakinan/ kepercayaan (iman) tersebut baik dalam bentuk perkataan maupun tingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.
50
Lihat Transkip Wawancara, 03/W/F-3/18-1V/2009 dilampiran hasil Penelitian 51 Lihat Transkrip Wawancara, 02/W/F-2/16-IV/2009 dilampiran hasil penelitian
43
Dalam
pelaksanaan
penilaian
uralan
bebas,
soal
yang
diberikan bertingkat-tingkat ada soal yang mudah, sedang dan sukar. Hal ini bertujuan untuk memberi peluang bagi siswa yang tingkat pemahaman terhadap materi kurang. Adapun pedoman pembuatan soalnya sebagai berikut : 1. Pembuatan soal tidak lepas dan ide-ide pokok dan materi pelajaran yang telah disampaikan dan materi yang telah disuruh untuk mempelajari sebelumnya. 2. Susunan kalimat yang digunakan hendaknya berlainan dengan susunan soal pada buku pelajaran. Hal ini untuk menghindari siswa untuk menyontek atau bertanya dengan teman lainnya. 3. Setelah soal yang dirumuskan, maka guru segera membuat rumusan nilai pada jawaban. 4. Dalam penyusunan soal hendaknya pertanyaan-pertanyaan yang disajikan tidak beragam, melainkan dibuat secara variasi. 5. Soal disusun secara ringkas, padat dan jelas, sehingga cepat dipahami oleh siswa. 6. Adanya pedoman tentang cara menjawab soal, contoh jawaban soal harusa ditulis berdasarkan nomor dan Iain-lain. 52 Dengan adanya pedoman pembuatan
soal maka guru tidak
akan kesulitan dalam penyusunan susunan pertanyaan. Seperti yang
52
Ana Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hal 104-106.
44
dituturkan oleh bu Hastuti B. S.Ag selaku guru bidang studi Aqidah Akhlak, beliau mengatakan bahwa: “Ketika pembuatan soal, saya tidak lepas dan ide pokok materi pelajaran seperti contoh, materi khusnudhon atau taubat” 53 Dan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian uraian bebas dalam pelaksanaan, tidak lepas dari soal tanya jawab atau siswa dihadapkan pada suatu masalah, lalu siswa disuruh untuk memecahkan masalah tersebut, yang mana soal yang diberikan tidak lepas dan ide-ide pokok materi yang telah disampaikan.
2. Data
Tentang
Teknik
Penilaian
Uraian
Bebas
Dalam
Pembelajaran Aqidah AkhIak Kelas X MAN 2 Ponorogo Adapun teknik penilaian uraian bebas adalah sebagai berikut: a.
Pembuatan Soal Uraian Bebas Langkah pertama dalam penilaian uraian bebas adalah pembuatan soal. Pada tahap pembuatan soal, hal yang dilakukan guru adalah membuat soal pertanyaan yang tidak lepas dari ideide pokok materi yang telah disampaikan, yang mana soal tersebut harus singkat, padat dan jelas. Hal ini memudahkan siswa untuk memahami soal yang telak disajikan, sehingga ketika menjawab siswa tidak mengalami kesulitan kecuali bila memang siswa tersebut kurang memahami materi yang telah
53
Lihat Transkip Wawancara, 03/W/F-3/18-1V/2009 dilampiran Hasil Penelitian
45
disampaikan. Tujuan tahap ini adalah memberi kemudahan kepada
guru
karena
waktu
pembuatan
soal
sudah
direncanakan/dibuat sebelumnya sehingga soal yang diberikan tidak melenceng dan ide pokok materi. Dalam soal uraian bebas tidak
lepas
dari
kata
perintah
“jelaskan”,
“mengapa”,
“bagaimana” dan lain-lain. b. Pemeriksaan Soal Uraian Bebas Dalam mengoreksi soal uraian bebas, memerlukan waktu yang sangat lama karena jawaban yang banyak dan bervariasi. Hal ini kadang menimbulkan perasaan malas guru karena beberapa faktor antara lain: 1. Tulisan dalam menyusun kalimat kurang rapi, dan kadang tidak sesuai dengan cara penulisan bahasa. 2. Jawaban yang diberikan terlalu panjang lebar dan kadang keluar/tidak menyangkut ide pokok materi. 3. Dalam mengoreksi soal penilaian uraian bebas,. Guru harus benar-benar teliti untuk melihat jawaban siswa, bagaimana kata
atau
kalimat
yang
diuraikan
dalam
menjawab
pertanyaan. c.
Pemberian Skorsing Penilaian Uraian Bebas Ketika
pemberian
skorsing
pedoman penilaian antara lain:
guru
tidak
lepas
dan
46
1. Jawaban yang diberikan siswa tidak lepas dari ide pokok materi. 2. Susunan kalimat yang baik dan benar. 3. Kerangka jawaban yang tersusun secara dinamis. Dalam hal ini guru terkadang membuat soal yang mudah, sedang dan sukar. Seperti yang dituturkan oleh Ibu Hastuti B. S.Ag selaku guru bidang studi Aqidah Akhlak Kelas X, beliau mengatakan bahwa: “Ketika pelaksanaan pemeriksaan maka saya mengoreksi bagian A dahulu baru soal yang B, soal yang biasa saya gunakan soal AB-AB dan ketika pemberian skorsing saya membedakan warna soal yang mudah, sedang, dan sukar. Untuk soal mudah maka soal yang saya berikan beda dengan soal yang sukar atau sedang. Yang intinya disesuaikan dengan tingkat kejelasan dalam kebenaran siswa menjawab soal.” 54
Ketika pembuatan sudah selesai mata guru mulai membuat
rumusan
penilaian
pada
masing-masing
soal
pertanyaan, yang mana nilai yang diberikan disesuaikan dengan tingkatan kesukarannya. Semakin sukar pertanyaan maka semakin besar nilai yang akan diperoleh siswa. Hal ini memudahkan guru memberi skorsing pada jawaban siswa karena rancangan penilaian sudah dibuat sebelumnya.
3. Data Tentang Tingkat Kehandalan Penilaian Uraian Bebas Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas X MAN 2 Ponorogo
54
Lihat transkrip wawancara, 03/W/F-3/18-IV/2009 di lampiran hasil penelitian.
47
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa penilaian, merupakan suatu pendekatan yang sering dilakukan oleh guru untuk mengukur
pemahaman
siswa
terhadap
materi
yang
telah
disampaikan. Dalam hal ini penilaian mempunyai berbagai ragam dan macam-macamnya, penilaian uraian bebas merupakan salah satu dari sekian macam-macam penilaian, sebagaimana halnya dengan penilaian yang lainnya. Penilaian uraian bebas tidak lepas dari kehandalan-kehandalan dalam penggunaannya tak terkecuali juga dalam penerapannya pada mata pelajaran Aqidah Akhlak. Dengan adanya kehandalan yang terdapat pada penilaian uraian bebas, maka akan sering diterapkan penilaian uraian bebas oleh masing-masing guru. Sebagaimana penuturan Bu Hastuti B.S.Ag selaku guru bidang studi Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas X beliau mengatakan bahwa: Dalam pelaksanaan penilaian uraian bebas siswa dilatih untuk berfikir yang Luas, mampu memecahkan suatu masalah dan melogika suatu permasalahan dan di sini pikiran siswa benar-benar dilatih dan diasah kemampuan intelektualnya. Dengan adanya penilaian semacam ini maka fikiran siswa tidak tergantung pada apa yang ada diingatannya tapi dia mampu mengembangkannya baik dalam kalimat maupun dengan cara bicaranya.” 55 Dalam pelaksanaan penilaian uraian bebas, siswa henar-benar dilatih untuk berfikir luas dan berwawasan. Hal ini guru berharap fikiran siswa tidak hanya terfokus pokok permasalahannya tapi 55
Lihat transkrip wawancara, 03/W/F-3/18-IV/2009 di lampiran hasil penelitian
48
siswa diharapkan mampu mengembangkannya. Dengan adanya penilaian uraian bebas, kemungkinan siswa untuk menyontek jarang karena tiap-tiap siswa sibuk dengan ide-ide yang mau dituangkan dalam menjawab pertanyaan, dalam penilaian uraian bebas maka akan diketahui mana siswa yang berwawasan luas dan mana yang kurang berwawasan. Hal itu dapat dilihat dan hasil jawaban. Dari contoh soal uraian bebas56, maka dapat digambarkan tentang tingkat kehandalannya. Antara lain: a. Untuk soal nomor 1, 4, 6 dan 7 tingkat kesukarannya mudah karena nilai yang diperoleh siswa sudah sesuai atau mendekati skor maksimal yang telah ditetapkan. b. Untuk soal nomor 2, 3, 5, dan 8 tingkat kesukarannya sedang atau baik karena butir soal sudah memenuhi tingkat ideal yakni : nilai yang diperoleh siswa sudah berkisar antara 0,40-0,80. Sedangkan daya beda soal uraian bebas yang telah di ujikan sebagai berikut : a. Untuk soal nomor 1, 3, dan 7, daya beda soal uraian bebas sudah baik, yakni : dapat membedakan antara kelompok mampu dengan kelompok kurang mampu. b. Untuk nomor 2, 5, dan 8, daya beda soal uraian bebas sudah cukup, karena butir soal secara sempurna dapat membedakan siswa yang kelompok mampu dengan kelompok kurang mampu. 56
Lihat transkrip Dolumentasi, 08/D/F-8/28-V/2009 dan 09/D/F-9/28-V/2009 di lampiran hasil penelitian
49
c. Untuk soal nomor 4 dan 6, daya beda soal uraian bebas jelek karena belum membedakan mana siswa yang kelompok mampu dengan kelompo kurang mampu. Dalam pelaksanaan penilaian uraian bebas tidak lepas dari problem-problem atau kelemahan dalam penerapannya, begitu juga dengan penilaian yang lain. Seperti yang dituturkan oleh Bu Hastuti B.S.Ag. selaku guru bidang studi Aqidah Akhlak belau mengatakan bahwa. “Penilaian uraian bebas pas-pas saja ditetapkan, yang terkadang jawaban yang ditulis tidak sesuai dengan yang diharapkan”. 57 Kasus seperti yang dipaparkan oleh bu Hastuti sering kali terjadi
karena
belum
biasanya
siswa
mengembangkan
fikirannya dalam menganalisis jawaban sehingga berdampak pada jawaban yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan guru. Selain itu waktu pemeriksaan guru juga memerlukan waktu yang lama karena jawaban yang bervariasi dan banyak.
57
Lihat transkrip Wawancara, 03/W/F-3/18-IV/2009 dilampiran hasil penelitian
50
BAB IV ANALISIS DATA TENTANG IMPLEMENTASI PENILAIAN URAIAN BEBAS DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS X DI MAN 2 PONOROGO
A. Analisis Data Tentang Instrumen Penilaian Uraian Bebas Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak kelas X di MAN 2 Ponorogo Dalam proses penilaian mata pelajaran Aqidah Akhlak, guru mata pelajaran Aqidah Akhlak MAN 2 Ponorogo, menggunakan bermacammacam upaya agar tujuan penilaian tercapai semaksimal mungkin yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Sehingga selain siswa-siswi cakap dalam kontekstualnya dia juga mampu menginternalisasikan mata pelajaran Aqidah Akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya karakteristik mata pelajaran Aqidah Akhlak lebih menekankan pada pengetahuan,
pemahaman
dan
penghayatan
terhadap
keyakinan/kepercayaan (iman) serta mewujudkannya baik dalam bentuk perkataan maupun tingkah laku dalam berbagai aspek kekidupan. Dalam pelaksanaan penilaian tidak lepas dari 3 aspek, yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Pada aspek kognitif menekankan pada teori atau berfikir yang mana siswa diharapkan
mampu
menggembangkan
kemampuannya
seperti:
kemampuan mengingat-ingat kembali (Recall ), mampu menganalisis, yang mana siswa mampu merinci atau menguraikan suatu masalah,
52
51
mampu mengaplikasi yakni mampu menerapkan atau menggunakan ideide umum umum, rumus-rumus dalam situasi baru dan kongkret. Sedangkan aspek afektif menekankan sikap dan nilai, seperti : kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan, kemampuan mengorganisasi yakni mempertemukan perbedaan nilai, sehingga terbentuknya nilai baru yang lebih universal yang membawa pada kebaikan umum. Adapun aspek psikomotorik menekannkan pada keterampilan atau tindakan setelah menerima pengalaman belajar. Dalam hal ini, penilaian uraian bebas merupakan salah satu penilain yang menekankan pada aspek kognitif, yakni jawaban yang diharapkan merupakan penjabaran dari buah pikiran yang dikaitkan dengan materi yang telah disampaikan. Penilaian uraian bebas adalah satu cara yang dilakukan oleh guru terhadap siswa untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan, dengan suatu pertanyaan yang mana siswa-siswi bebas untuk menguraikan jawaban. Dengan adanya soal uraian bebas, maka siswa siswi di tuntut untuk menganalisis soal itu dengan teliti, menentukan apa yang ditentukan dan apa yang tidak ditentukan (oleh soal) dalam jawaban, memikirkan tentang cara mengorganisasikan jawaban yang paling cocok, lalu menulis jawaban tersebut. Dengan adanya soal uraian bebas, maka akan melatih siswa untuk mengembangkan
pikirannya
dalam
menganalisis,
mengungkapkan
pikirannya ke dalam suatu kerangka terstruktur dalam menjawab soal,
52
menguraikan hubungan dan mempertahankan jawaban pada tulisan yang sesuai dengan sistematika penulisan, atau dalam mempertahankan pendapatnya. Dengan adanya soal uraian bebas, kemungkinan siswa untuk menyonteks berkurang karena mereka sibuk dengan ide-ide yang muncul di alam pikirannya. Dalam membuat soal uraian bebas, tidak lepas dari pedoman pembuatan soal sebagai berikut: 1. Pembuatan soal tidak lepas dari ide-ide pokok dan materi pelajaran yang
telah
disampaikan
atau
materi
yang
disuruh
untuk
mempelajarinya. 2. Susunan soal yang digunakan hendaknya berlainan dengan susunan soal pada buku pelajaran. Hal ini menghindari siswa untuk menjiplak atau nyontek teman lain. 3. Setelah soal selesai dibuat, maka segera membuat rumusan penilaian pada masing-masing soal. 4. Dalam menyusun soal hendaknya pertanyaan-pertanyaan yang disajikan tidak beragam melainkan bervariasi. 5. Soal disusun secara singkat, padat dan jelas, Agar siswa mudah memahami. 6. Adanya pedoman dalam menjawab soal, contoh bila menjawab soal harus ditulis berdasarkan contoh. Dengan
adanya
pedoman
pembuatan
soal,
maka
hal
itu
mempermudah guru untuk menyusun soal pertanyaan. Semakin jelas
53
soal yang disampaikan maka semakin siswa mudah menyusun kerangka jawaban. Pada dasarnya bila penyusunan soal acak-acakan dan tidak sesuai dengan pedoman maka siswa sukar untuk memahami, sehingga jawaban pun tidak sesuai dengan standar yang diinginkan.
B. Analisis Data Tentang Teknik Penilaian Uraian Bebas dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak kelas X MAN 2 Ponorogo Setiap penggunaan suatu metode, pasti ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Begitu juga dengan penggunaan penilaian uraian bebas. Ada beberapa langkah dalam penerapannya. Masing-masing guru di dalam menerapkan suatu metode penilaian mempunyai cara sendirisendiri. Begitu pula guru Aqidah Akhlak MAN 2 Ponorogo, mereka juga mempunyai langkah sendiri dalam menerapkan penilaian uraian bebas. Adapun langkah-langkah dalam penerapan penilaian uraian bebas di MAN 2 Ponorogo secara garis besar terdiri dari 3 langkah, yakni : Pembuatan soal-soal uraian bebas, pemeriksaan soal uraian bebas dan pemberian skoring penilaian uraian bebas. Pada langkah pertama, hal yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah membuat soal untuk penilaian uraian bebas, yang mana dalam membuat soal itu tidak lepas dari ide-ide pokok materi pelajaran Aqidah Akhlak yang telah disampaikan, susunan soal yang digunakan hendaknya berlainan dengan susunan kalimat yang ada dibuku, hal ini bertujuan mengurangi kebiasaan siswa yang menyontek.
54
Dalam pembuatan soal, soal yang diberikan harus singkat, padat dan jelas. Hal itu dapat mempermudah siswa dalam memahami soal yang disajikan, sehingga ketika menjawab siswa tidak kesusahan. Soal penilaian uraian tidak lepas dari kata “jelaskan”, “bandingkan”, “mengapa”, “bagaimana”, dll. Semua pertannyaan t mengharapkan suatu jawaban yang luas dan perlu penguraian. Dalam pembuatan soal guru harus merancang terlebih dahulu, hal ini mempermudah guru bila akan mengadakan penilaian. Apabila soal di buat mendadak akan berdampak pada nilai yang kurang memuaskan, hal ini dilakukan untuk menghindari keluar dari materi yang telah disampaikan. Untuk menghindari hal-hal seperti itu, maka ketika akan mengadakan penilaian guru harus merancang/membuat soal terlebih dahulu. Dan sebelum penilaian akan dilaksanakan alangkah baiknya bila siswa diberitahu sbelumnya, hal ini mempermudah siswa untuk mempersiapkan diri dalam mengerjakan soal, sehingga nilai yang diperoleh memuaskan. Adapun langkah yang kedua adalah pemeriksaan soal uraian bebas. Setelah soal dikerjakan oleh siswa dan kemudian dikumpulkan. Maka tugas guru selanjutnya adalah mengoreksi jawaban siswa, yang mana dalam pengertiannya memerlukan waktu yang lama karena jawaban yang diberikan siswa bervariasi. Ketika mengoreksi guru harus benar-benar telaten dan teliti, untuk melihat susunan kata atau kalimat yang ditulis siswa dalam menjawab soal pertanyaan. Walaupun terkadang guru dalam mengoreksi soal,hal ini disebabkan oleh tulisan
55
yang disusun kurang rapi dan tidak sesuai dengan kaidah penulisan serta jawaban yang terlalu panjang lebar dan terkadang keluar dari ide pokok materi yang telah disampaikan. Dalam pelaksanaan pemeriksaan guru menggunakan berbagai macam cara, antara lain : 1. Whole Method , yakni : pemeriksaan dengan cara per nomor sampai selesai. Artinya dalam memeriksa dilakukan satu nomor sampai selesai, kemudian berlanjut pada nomor dua sampai selesai dan seterusnya. 2. separated Method, yakni pemeriksaan dengan metode per lembar. Artinya dalam pemeriksa difokuskan pada tiap lembar jawaban, sampai selesai. 3. cross Method, yakni pemeriksaan dengan metode bersilang, artinya dalam pemeriksaan lembar jawaban dengan cara menukar hasil koreksi dengn seorang korektor satu dengan korektor lainnya. Dalam pelaksanaan pemeriksaan tergantung pada kebutuhan atau dilakukan secara bervaiasi. Bila waktu luang bisa menggunakan whole
method atau separated method. Sedangkan langkah yang ketiga adalah pemberian skorsing penilaian uraian bebas. Setelah guru selesai mengoreksi jawaban siswa amaka langkah selanjutnya memberi skorsing yang sesuai dengan poin yang telah direncanakan sebelumnya. Skorsing dalam tiap-tiap soal berbeda-beda sesuai dengan tingkat kesukarannya, semakin sukar soal yang disajikan maka semakin tinggi skor yang diperoleh, begitu juga
56
sebaliknya. Misalnya : soal mudah skor maksimal 10, soal sedang skor maksimal 15 dan soal sukar skor maksimal 20. Dalam memberi penilaian guru harus hati-hati yang mana nilai yang diberikan harus sesuai dengan tingkat kebanaran siswa dalam menjawab soal. Hal ini jawaban yang diberikan tidak luput dari ide pokok materi yang telah disampaikan, stuktur kerangka jawaban yang baik dan keserasian antara menggabungkan suatu pertanyaan dengan masalah yang dipertannyakan. Semua itu merupakan langkah menjawab soal dengan benar. Dan juga berpengaruh pada guru dalam memberi nilai pada suatu jawaban. Dari
paparan
diatas,
dapatlah
penulis
katakana
bahwa
setiaplangkah penilaian uraian bebas harus benar-benar diperhatikan, dengan demikian akan berpengaruh pada efektifitas penggunaan penilaian uraian bebas di MAN 2 Ponorogo.
C. Analisis Tentang Data Tingkat Kehandalan Penilaian uraian bebas kelas X di MAN 2 Ponorogo Dalam
penilaian
pasti
tak
lepas
dari
kehandalan
dan
kelemahannya masing-masing, begitu juga dengan penilaian uraian bebas yang dilakukan di MAN 2 Ponorogo. Penilaian uraian bebas mengharapkan siswa untuk mengembangkan kemampuan pikirnya dalam menganalisis, mengungkapkan pikirannya dalam kerangka terstruktur, menguraikan
hubungan
dan
mempertahankan
pendapatnya
dalam
menjawab soal baik berupa tulisan maupuun ucapan. Dalam hal ini
57
pikiran siswa tidak terfokus pada satu materi yang dipelajari, tapi dia mampu mengkaitkan antar materi selama menjawab soal. Hal ini juga bisa mengetahui mana siswa yang berwawasan luas dan mana yang kurang. Dalam kehidupan sehari-hari siswa sering dihadapkan suatu masalah atau fenomena-femonena yang berkaitan dengan materi Aqidah Akhlak. Dengan adanya fenomena-fenomena tersebut, siswa dilatih untuk mengaitkan dengan materi yang telah diperoleh, sehingga mampu memecahkan masalah tersebut. Selain itu siswa juga diharapkan mampu mengaplikasikan masalah yang terjadi dengan materi yang telah dipelajari, dan kemampuan menggabungkannya masalah tersebut sampai pada kesimpulannya. Butir soal penilaian uraian bebas yang telah dilaksanakan di MAN 2 Ponorogo tidak lepas dari tingkat kesukaran dan daya beda. Adapun tingkat kesukarannya adalah : 1. Untuk soal nomor 1, 4, 6, 7, tingkat kesukarannya mudah. 2. Untuk soal nomor 2, 3, 5, dan 8, tingkat kesukarannya sedang atau baik, karena butir soal sudah memenuhi tingkat ideal yakni, nilai yang diperoleh berkisar antara 0,40-0,80. Tingkat kesukaran merupakan salah satu ciri dari soal yang perlu diperhatikan, karena tingkat kesukaran soal menunjukkan seberapa sukar atau mudahnya butir-butir soal yang diujikan. Butir soal yang baik adalah butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang. Soal yang
58
terlalu mudah itu tidak baik, begitu juga dengan soal yang terlalu sukar juga tidak baik. Tingkat kesukaran itu dapat dilihat dari hasil jawaban siswa, semakin sedikit jumlah siswa yang dapat menjawab soal itu dengan benar, berarti soal itu termasuk sukar dan sebaliknya semakin banyak siswa yang dapat menjawab soal itu dengar benar, berarti itu mengindikasikan soal itu mudah. Dalam proses analisis soal seorang guru hendaknya meninjau ulang, apakah soal itu sudah mencapai tingkat kesukaran apa belum dan bila belum maka hendaknya mengganti dengan soal yang lain. Dalam tingkat kesukaran itu berkisar antara 0,00-1,00. Sedangkan daya beda penilaian uraian bebas antara lain: 1. Untuk soal nmor 1, 3, dan 7, daya beda butir soal uraian bebas sudah baik, yakni: soal tesebut sudah membedakan antara kelompok mampu dengan kelompok kurang mampu. 2. Untuk soal nomor 2, 5, dan 8, daya beda butir soal uraian bebas sudah cukup baik, karena butir soal secara sempurna dapat membedakan tingkat kemampuan siswa. 3. untuk soal nomor 4 dan 6, daya beda butir soal urai bebas jelek karena belum membedakan antara kelompok mampu dengan kelompok kurang mampu. Salah satu ciri soal yang baik adalah butir soal yang mampu membedakan antara kelompok mampu dengan kelompok kurang mampu, karena itu butir soal harus diketahui daya bedanya. Siswa yang termasuk kelompok mampu adalah siswa yang rata-rata mempunyai skor paling
59
baik, sedangkan yang termasuk kelompok kurang mampu adalah siswa yang mempunyai rata-rata skor yang rendah. Daya beda adalah analisis yang mengungkapkan seberapa besar suatu butir soal dapat membedakan antara kelompok mampu dengan kelompok yang kurang mampu. Langkah-langkah yang digunakan untuk menganalisis daya pembeda butir soal, adalah sebagai berikut : 1. Mengurutkan jawaban siswa mulai dari yang tinggi sampai yang rendah. 2. Membagi kelompok mampu dan kelompok kurang mampu, masingmasing. Dalam pelaksanaan penilaian uraian bebas juga mengalami kekurangan atau kendala, yang mana jawaban yang diberikan oleh siswa tidak sesuai dengan yang diinginkan. Terkadang jawaban yang diberikan siswa tidak sesuai atau keluar dari ide pokok materi. Hal ini bisa dipengaruhi oleh kurang biasanya siswa mendapatkan soal-soal uraian bebas, apalagi untuk kelas satu, dan bias juga dipengaruhi oleh wawsan siswa yang kurang luas atau kemampuan siswa dalam merangkai kalimat kurang baik. Selain itu pengoreksiannya juga memerlukan waktu yang banyak, apalagi bila jawabannya bervariasi dan subyektif, ditambah susunan kalimat yang tidak bagus dan keluar dari ide pokok materi yang telah disampaikan.
60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Instrumen penilaian uraian bebas dalam pembelajaran Aqidah Akhlak kelas X di MAN 2 Ponorogo labih menekankan aspek kognitif, yang mana siswa dilatih mengembangkan kemampuan pikir dalam menganalisis, menyusun kerangka pikir dalam menjawab, dan mengaplikasi. Adapun soal yang diberikan tidak lepas dari ide pokok meteri, pertanyaan yang singkat, padat, dan jelas, sedangkan jawaban yang diharapkan berupa uraian. 2. Implementasi penilaian uraian bebas dalam pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas X di MAN 2 Ponorogo meliputi: penyusunan soal yang sesuai dengan ide pokok materi yang telah disampaikan, mengoreksi hasil jawaban siswa dan memberikan penilaian terhadap jawaban yang sesuai dengan rumusan penilaian. 3. Tingkat kehandalan penilaian uraian bebas dalam pembelajaran Aqidah Akhlak kelas X di MAN 2 Ponorogo, sudah handal karena telah menilai apa yang seharusnya dinilai dan telah sesuai dengan tingkat kesukaran dan daya beda dalam panilaian.
61
B. Saran 1. Kepada para pendidik a. Hendaknya dalam penyusunan butir soal, harus disesuaikan dengan pedoman yang telah ditetapkan. b. Soal yang disajikan tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit . c. Soal
harus
memiliki
kehandalan
yang
sesuai
dengan
karakteristiknya. d. Hendaknya
melatih
siswa
untuk
berwawasan
luas,
mengembangkan daya fikir anak untuk menganalisis, merangkai susunan dalam bentuk kerangka struktur yang baik, dan lain-lain. 2. Untuk penelitian lanjutan yaitu pengkajian lebih dalam mengenai penilaian uraian bebas dalam pelaksanaan penilaian di suatu institusi atau lembaga pendidikan dan untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai penilaian uraian bebas, maka perlu adanya penelitian lanjut.
62
DAFTAR PUSTAKA
Arief Arman, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press, 2002. Arif Zaenal, Evaluasi Intruksional, Prinsip-Teknik-Prosedur , Bandung: CV Remaja Karya,1988. Departemen Pendidikan RI, Undang-Undang RI No. 20 Thn 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3. Jakarta: Depdiknas 2003. Departemen Agama RI, Standar Isi Madrasah Aliyah , Jakarta: Derektorat Jenderal Pendidikan Islam, 2006.
Standar Kompetensi Kelulusan (SKL), standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Madrasah Aliyah, Jakarta: Derektorat jendral Pendidikan Nasional, 2001. Djamarah.Syaiful Bahri. Standar Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. Haryati, Mimim, Model Dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan
Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007.
, Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007. Ilyas.Yanuar, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengajaran Islam Islam, 2006. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003.
63
Moleong Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000. Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004. Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1990. Mulyono, Dedi. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Nurkancana, wacan. Sumartana, Evaluasi Pendidikan , Surabaya: Usaha Nasional. 1980. Purwanto Ngalim. Prinsip dan Teknik Evaluasi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1994. Slamet. Evaluasi Pendidikan , Jakarta: Pt Bumi Akssara.2001. Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada, 2006. Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif . Bandung : Alfabet, 2005. , Metodologi Penelitian Pendidikan . Bandung: PT. Alfabeta, 2006.
Taufikul Rhmah,Muc Edy Siswono. Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah
Semester Gasal . Propinsi Jatim: Kanwil Departemen Agama.2009. Thoha, M.chabib. Teknik Evaluasi Pendidikan Pendidikan. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada. 2003.