BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan. Sebagaimana program pendidikan di Indonesia memiliki dasar, fungsi dan tujuan sebagaimana yang diatur dalam UU RI No. 20 tahun 2003 yang dijadikan sebagai arah gerak pendidikan yang dapat mencapai tujuan seperti yang diinginkan yang berisi : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar mencapai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warna negara yang demokratis dan bertanggung jawab.1 Setiap manusia pada hakikatnya adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, karena kepemimpinan adalah suatu faktor penting yang mempengaruhi berhasil atau gagalnya suatu organisasi. Kepemimpinan adalah satu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk menjadi seorang manajer yang efektif. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa: ”Kepala Sekolah bertanggung jawab 1
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 (Jakarta: Depdiknas, 2003), hal. 6.
1
2
atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta memelihara sarana prasarana. Apa yang diungkapkan diatas menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleknya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien. Disamping itu, perkembangan ilmu pengetahuan teknologi, seni dan budaya yang deterapkan dalam pendidikan di sekolah juga cenderung bergerak maju semakin pesat, sehingga menurut penguasaan secara profesional, menyadari hal tersebut, setiap kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah, terencana dan berkesinambungan. Kepala sekolah sebagai pengelola dengan fungsi eksekutifnya dan kepemimpinan, perlu meluruskan kemampuan internalnya dan merespon berbagai kebutuhan yang mendesak dalam lingkungannya. Dalam era pembangunan, perhatian hendaknya terpusat pada peranan sekolah sebagai pelaku perubahan dengan fokus pada pengubahan manusia. Dengan kata lain, fungsi utama dari pendidikan adalah mengubah manusia kearah yang diinginkan. Oleh karena itu, sekolah harus menjadi tempat manusia tumbuh dan berubah menjadi pribadi seutuhnya.2 Kepala sekolah dilukiskan sebagai orang yang memiliki harapan tinggi bagi para staf dan para siswa, sekolah adalah mereka yang banyak mengetahui tugas-tugas mereka yang menentukan irama bagi sekolah mereka. Dari sudut 2
Rohiat, Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2008),2-3.
3
tertentu kepala sekolah dapat dipandang sebagai pejabat formal, sedangkan dari sudut lain seorang kepala sekolah dapat dipandang juga sebagai pemimpin. Kepala sekolah merupakan suatu peran yang menuntut masyarakat yang kuat, bahwa telah berkembang kepala menjadi tuntutan yang meluas dari masyarakat, sebagai kriteria keberhasilan sekolah diperlukan adanya kepemimpinan kepala sekolah yang berkualitas.3 Peningkatan mutu pendidikan telah menjadi komitmen Depdiknas yang ditunjukkan dengan pembentukan Direktorat Jenderal baru. Direktorat jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dengan menyiapkan berbagai rumusan kebijakan yang terkait dengan upaya-upaya peningkatan mutu tenaga kependidikan. Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsinya maka Tenaga Kependidikan meyiapkan berbagai langkah penerapan standar kompetensi kepala sekolah. Standar kompetensi kepala sekolah merupakan bagian dari upaya pembinaan tenaga kependidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan tuntutan kurikulum, perkembangan iptek, dan tuntutan masyarakat yang semakin sadar akan mutu pendidikan.4 Oleh kerenanya untuk mewujudkannya perlu adanya standarisasi untuk menjadikan seorang kepala sekolah yang profesional sehingga dapat mewujudkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas, sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas No. 13
3 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah : Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002 ), 331-332. 4 Derektorat Tenaga Kependidikan, Standar Kompetensi Kepala Sekolah, (Jakarta:BP. Cipta Jaya,2006),III
4
Tahun 2007 tentang standar kompetensi kepala sekolah, bahwa seorang kepala sekolah harus memiliki standar kompetensi kepribadian, kompetensi kewirausahaan, kompetensi manajemen, kompetensi supervisi dan kompetensi sosial. Standar merupakan kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan berdasarkan sumber, prosedur menejemen yang efektif. Standar berfungsi sebagai alat untuk menjamin bahwa program pendidikan dapat memberikan kemampuan yang harus dipenuhi oleh calon sebelum masuk pada profesi yang bersangkutan dan kompetensi merupakan seperangkat tindakan intelegensi penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan5 Standar kompetensi kepala sekolah merupakan bagian dari upaya pembinaan tenaga kependidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan tuntutan kurikulum,perkembangan iptek, dan tuntutan masyarakat yang semakin sadar akan mutu pendidikan. Maka dengan demikian munculya PERMENDIKNAS No. 13 Tahun 2007 tentang standar kompetensi kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan yang efektif, efisien dan berkualitas. Dari penjajakan awal peneliti bahwa kepala madrasah aliyah putra ma’arif ponorogo berkepribadian yang sangat baik, karena beliu adalah seorang kyai yang sangat disegani dan sebagai panutan masyarakat.
5
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2007)4-6.
5
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul ” STUDI ANALISIS KOMPETENSI KEPALA MA PUTRA MA’ARIF PONOROGO PERSPEKTIF PERMENDIKNAS NO. 13 TAHUN 2007”
B. Fokus Penilitian Dalam penelitian ini penulis memfokuskan permasalahan pada Kompetensi Kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo Perspektif Permendiknas No. 13 tahun 2007
C. Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian dan latar belakang di atas maka masalah yang berkaitan dengan kompetensi kepala madrasah yang tercantum dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kompetensi kepribadian kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo? 2. Bagaimanakah kompetensi manajerial kepala MA Putra Ma’arifPonorogo? 3. Bagaimanakah kompetensi kewirausahaan kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo? 4. Bagaimanakah kompetensi supervisi kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo? 5. Bagaimanakah kompetensi sosial kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo?
6
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang akan dicapai adalah: 1. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan kompetensi kepribadian kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo. 2. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan kompetensi manajerial kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo 3. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan kompetensi kewirausahaan kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo . 4. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan kompetensi supervisi kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo . 5. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan kompetensi sosial kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo .
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis: 1.
Manfaat Teoritis Diharapkan
dapat
dijadikan
sebagai
sumbangan
untuk
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya terhadap pendidikan dalam meningkatkan keprofesionalan kepala sekolah.
7
2.
Manfaat praktis a. Bagi sekolah sebagai masukan dalam menyelesaikan masalah pendidikan yang dihadapi terutama dalam menerapkan standar kompetensi kepala sekolah. b. Bagi guru sebagai bahan acuan dalam membimbing, mendidik, dan mengarahkan proses pembelajaran. c. Bagi peneliti sebagai bekal untuk meningkatkan pengetahuan serta sebagai pijakan penelitian lebih lanjut.
F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan dari pada hasil analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif, dan makna merupakan hal yang esensial. 6 Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu dibalik fenomena, dan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru diketahui. Dalam hal ini, penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian kasus yaitu penelitian yang bertujuan
6
2003)3
Lexy Meloeng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
8
memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan terperinci mengenai latar belakang yang dipermasalahkan.7 Berdasarkan sifat pendekatannya, penelitian ini digolongkan dalam penelitian khusus yaitu penelitian yang bertujuan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan terperinci mengenai latar belakang keadaan yang dipermasalahkan yang mencakup semua standar kompetensi kepala madrasah MA Putra Ma’arif Ponorogo. 2. Kehadiran Peneliti Ciri khas kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitian yang menentukan keseluruhan skenarionya.8 Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang. 3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah MA Putra Ma’arif Ponorogo yang terletak di jalan Gajad Sinawur No.9A Cokromenggalan Ponorogo. 4. Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian ini adalah Kepala Madrasah, guru dan para staf MA Putra Ma’arif Ponorogo yang berupa kata-kata dan tindakan. Hal ini bertujuan untuk menggali data yang diinginkan, yaitu:
7
Miftahul Choiri, Pengantar Metode Penelitian (Ponorogo: Lembaga Penerbit dan Pengembangan Ilmiah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo, 2002), hal. 10. 8 Pengamatan berperan serta adalah sebagai peneliti yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara penelitian dengan subyek dalam lingkungan subyek. Dan data itu dalam bentuk catatan yang berlaku tanpa gangguan, lihat dalam Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal. 117.
9
1.
Data tentang
kompetensi kepribadian kepala MA Putra Ma’arif
Ponorogo 2.
Data tentang kompetensi manajerial kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo
3.
Data tentang kompetensi kewirausahaan kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo
4.
Data tentang kompetensi supervisi kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo
5.
Data tentang kompetensi sosial kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo Selebihnya adalah tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain.
Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, sedangkan sumber data tertulis, dan statistic dan sebagainya adalah sebagai sumber data tambahan.9 5. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant Observation), wawancara mendalam (indept interview) dan dokumentasi.10 Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan diobservasi pada Tatar, dimana fenomena tersebut berlangsung dan disamping itu untuk melengkapi data, diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek) Adapun teknik pengumpulan data dilakukan sebagai berikut: 9
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal. 112. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), hal. 63.
10
10
1.
Teknik Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang
lainnya
dengan
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
berdasarkan tujuan tertentu.11 Sedangkan dalam teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah
wawancara
mendalam
artinya
peneliti
mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan, sehingga dengan wawancara mendalam ini data-data bisa terkumpulkan semaksimal mungkin.12 Teknik wawancara bermacam-macam jenisnya, diantaranya adalah (a) wawancara pembicaraan informal, (b) pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara, (c) wawancara terbuka. Sedangkan dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah (1) Wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan, sehingga dengan wawancara mendalam ini datadata bisa terkumpul semaksimal mungkin. (2). Wawancara terbuka artinya bahwa dalam penelitian ini para subyeknya mengetahui bahwa
11 Dedi Mulyono, Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 180. 12 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT. Alfabeta, 2006), hal. 318.
11
mereka sedang diwawancarai dengan mengetahui pula apa maksud wawancara itu.13 Dalam penelitian ini orang-orang yang akan diwawancarai adalah kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo, Guru dan para staf MA Putra Ma’arif Ponorogo, hasil wawancara dari masing-masing informan tersebut ditulis lengkap dengan kode-kode dalam transkrip wawancara. Tulisan lengkap dari wawancara ini dinamakan transkrip wawancara. 2. Teknik Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terlengkap gejala yang tampak pada obyek peneliti. Observasi dilakukan dengan melihat secara sistematik terlengkap gejala yang tampak pada obyek penelitian.14 Pada penelitian kualitatif observasi diklasifikasikan melalui tiga cara yaitu : (1) Pengamat dapat bertindak sebagai seorang partisipan atau non partisipan. (2) Observasi dapat dilakukan secara terus terang atau penyamaran. (3) Observasi yang menyangkut latar penelitian.15 Dalam hal ini penelitian yang digunakan teknik observasi yang pertama, dimana pengamat bertindak sebagai partisipan.
13
Lexy Meloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, 135 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003) 15 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif , 63 14
12
Pada observasi partisipan ini, peneliti mengamati aktifitasaktifitas sehari-hari, obyek penelitian, karekateristik fisik situasi sosial dan bagaimana perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut selama peneliti di lapangan jenis observasinya tidak tetap. Dalam penelitian ini metode observasi digunakan untuk memperoleh data tentang: a. Letak geografis MA Putra Ma’arif Ponorogo b. Sarana dan prasarana MA Putra Ma’arif Ponorogo c. Kompetensi kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo Hasil observasi dalam penelitian ini, dicatat dalam catatan lapangan (CL), sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif ini peneliti
mengandalkan
pengamatan
dan
wawancara
dalam
pengumpulan data di lapangan, pada waktu lapangan maka dia membuat “Catatan” setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun “Catatan Lapangan.”16 Dapat
dikatakan
bahwa
dalam
penelitian
kualitatif
jantungnya adalah catatan lapangan. Catatan lapangan pada penelitian ini adalah bersifat deskriptif. Artinya bahwa catatan lapangan ini berisi gambaran tentang latar pengamatan orang, tindakan dan pembicaraan tentang segala sesuatu yang berhubungan 16
Lexy Meloeng, Metodologi Penelitian Penelitian, 153-154
13
dengan fokus penelitian. Dan bagian deskriptif tersebut berisi beberapa hal, di antaranya adalah gambaran dari fisik, rekonstruksi dialog, deskripsi latar fisik, catatan peristiwa khusus, gambaran kegiatan dan perilaku pengamat.17 format rekaman hasil observasi (pengamatan) catatan lapangan dalam penelitian ini menggunakan format rekaman hasil observasi. 3.
Teknik Dokumentasi Tehnik dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlaku, biasanya berbentuk tulisan gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.18 Teknik dokumentasi ini dapat dikatakan sebagai cara mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. “Rekaman” sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa
atau
memenuhi
accounting.
Sedangkan
dokumen
digunakan untuk mengacu atau selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto dan lainya.19 Tehnik dokumentasi ini sengaja digunakan dalam penelitian ini, mengingat:
17
Ibid,156 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 82 19 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, 181 18
14
1) Sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari konsumsi waktu 2) Rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang stabil, baik keakuratannya dalam merefleksikan situasi yang kembali tanpa mengalami perubahan 3) Rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang kaya, secara kontekstual relevan dan mendasar dalam konteksnya. Sumber ini sering merupakan pernyataan yang legal yang dapat memenuhi akuntabilitas. Hasil pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini, dicatat dalam format transkip dokumentasi. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mengali data tentang : visi, misi, dan tujuan –MA Putra Ma’arif Ponorogo, sejarah berdirinya MA Putra
Ma’arif Ponorogo, stuktur organisasi MA
Putra Ma’arif Ponorogo, keadaan guru MA Putra Ma’arf Ponorogo.
15
6. Analisis Data Tehnik analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif, langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar 4 berikut20:
Penyajian Data
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Kesimpulan-kesimpulan Penarikan/Verivikasi
Keterangan : 1.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahanbahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan
data,
menjabarkannya
ke
dalam
unit-unit
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dalam membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. 2.
Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah yang penting, membuat kategori. Dengan demikian data yang telah
20
Moloeng, Metodologi Penelitian Pendidikan, 171
16
direduksikan mempermudah
memberikan peneliti
gambaran
untuk
yang
melakukan
lebih
jelas
dan
pengumpulan
data
selanjutnya. 3.
Setelah
data
direduksi,
maka
langkah
selanjutnya
adalah
mendisplaykan data atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network dan chart. Bila pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian. 4.
Langkah yang terakhir dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
7. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (Validitas) dan keandalan (Reabilitas). Derajat kepercayaan keabsahan data (Kredibilitas Data) diadakan pengecekan dengan tehnik pengamatan yang tekun. Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekunan pengalaman ini dilaksanakan penelitian dengan cara : a. Mengadakan
pengamatan
dengan
teliti
dan
rinci
secara
berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol yang ada hubungannya dengan kompetensi kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo.
17
b. Menelaah secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau keseluruhan faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Teknik triangulasi adalah tehnik pemeriksaan pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.21 Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman penelitian terhadap apa yang telah ditemukan. Ada empat macam triangulasi sebagai tehnik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Dalam penelitian ini, digunakan teknik triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek, baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan: 1. Membandingkan
data
hasil
pengamatan
dengan
data
hasil
wawancara; 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi; 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu;
21
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, 85.
18
4. Membandingkan keadaannya dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintah. 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
8. Tahapan-Tahapan Penelitian Tahapan-tahapan penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian. Tahapa-tahapan tersebut adalah : a. Tahap pra lapangan yang meliputi : menyusun rancangan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian b. Tahap pekerjaan lapangan yang meliputi memahami latar penelitian dari : persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data c. Tahap analisis data yang meliputi : analisis selama dan setelah pengumpulan data d. Tahap penulisan hasil laporan penelitian. Hal tersebut dapat dicapai dengan jalan: 1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.. 2) Membandingkan apa yang dikatakan secara pribadi.
19
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. 4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan. 5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang terkait.
G. Sistematika Pembahasan Agar pembahasan skripsi ini mudah dipahami, maka penulis merasa perlu untuk membatasi penulisan ini dengan sistematika pembahasan secara global untuk memenuhi target yang diinginkan oleh penulis, yaitu terdidi dari: BAB I : Pendahuluan, yang berisi tinjauan secara global permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini yaitu terdiri dari: latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metodologi penelitian, dan sistematika
pembahasan. BAB II : Landasan Teori, bab ini berfungsi untuk mengetengahkan kerangka acuan teori yang digunakan sebagai landasan melakukan penelitian yang terdiri dari (1) Meliputi: standar kompetensi kepribadian kepala sekolah dalam Permendiknas No.13 Tahun 2007, standar kompetensi manajerial kepala sekolah dalam Permendiknas No. 13 Tahun
2007,
standar
kompetensi
kewirausahaan
dalam
20
Permendiknas No. 13 Tahun 2007, standar kompetensi supervisi kepala sekolah dalam permendiknas No. 13 Tahun 2007, dan standar kompetensi sosial kepala sekolah dalam Permendiknas no. 13 Tahun 2007.(2) kepemimpinan kepala sekolah yang meliputi: pengertian kepemimpinan, gaya atau tipe kepemimpinan dan fungsi dan tugas kepala sekolah. BAB III : Temuan Penelitian, bab ini memaparkan tentang penemuan peneliti di lapangan yang meliputi: sejarah berdirinya MA Putra Ma’arif Ponorogo, letak geografis MA Putra Ma’arif Ponorogo, visi dan misi MA Putra Ma’arif Ponorog, strutur organisasi MA Putra Ma’arif Ponorogo, struktur organisasi dan tata usaha MA Putra Ma’arif Ponorogo, sarana dan prasarana MA Putra Ma’arif Ponorogo. Adapun data khusus meliputi: data tentang kopetensi kepribadian kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo, data tentang kompetensi manajerial kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo, data tentang kompetensi kewirausahaan kepala
MA Putra Ma’arif
Ponorogo, data tentang kompetensi supervisi kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo, dan data tentang kompetensi sosial kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo BAB IV : Berisi tentang analisis data yang meliputi: analisis tentang kompetensi kepribadian kepala MA Putra Ma’arif analisis tentang
standar kompetensi
Ponorogo,
manajerial kepala MA
21
Ma’arif
Putra
Ponorogo,
analisis
tentang
kompetensi
kewirausahaan kepala MA Ma’arif Putra Ponorogo, analisis tentang kompetensi supervisi kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo dan analisis tentang kompetensi sosial kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo, BAB V : Merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
22
BAB II STANDAR KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH DALAM PERMENDIKNAS NO. 13 TAHUN 2007
Dalam kamus besar bahasa Indonesia standar adalah ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan.22 Standar merupakan kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan berdasarkan sumber, prosedur menejemen yang efektif. Standar berfungsi sebagai alat untuk menjamin bahwa program pendidikan dapat memberikan kemampuan yang harus dipenuhi oleh calon sebelum masuk pada profesi yang bersangkutan dan kompetensi merupakan seperangkat tindakan intelegensi penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan23 Dalam Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen dijelaskan
bahwasannya
kompetensi
adalah
seperangkat
pengetahuan,
keterampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dikhayati, dan dikuasai dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya.24 Kompetensi merupakan kecakapan hidup (life skill) yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan, yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sehingga mampu menghadapi persoalan yang dihadapinya. Kecakan hidup (life skill) merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa
22
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), 1089 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran. 4-6. 24 Derektorat jenderal Pendidikan Islam, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan (DEPAG RI, 2006), HAL. 84. 23
23
tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif dapat mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya. Sedangkan standar adalah arahan atau acuan bagi peserta didik tentang kecakapan dan keterampilan yang menjadi fokus dalam proses pembelajaran dan penilaian, jadi, dengan demikian standar kompetensi adalah batas atau arah kemampuan yang harus dimiliki dan dapat diakukan oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran dalam satu mata pelajaran tertentu.25 Dengan demikian maka perlu adanya suatu standar yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah, standar kepala sekolah merupakan bagian dari upaya pembinaan tenaga kependidikan. Sebagaimana dikeluarkannya Permendiknas No. 13 Tahun 2007 ini adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum, perkemangan iptek, tuntutan masyarakat yang semakin sadar akan mutu pendidikan26dan dapat menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, sebagaimana tujuan standar nasional pendidikan. A. Standar Kompetensi Kepala Sekolah dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 1. Standar Kompetensi Kepribadian Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian
25 26
Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian, hal. 6 Derektorat Tenaga Kependidikan, Standar Kompetensi, hal. III
24
adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik. Kompetensi kepribadian memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk
kepribadian
peserta
didik,
guna
menyiapkan
dan
mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan bangsa dan negara.27 Dengan demikian kompetensi kepribadian sangat berpengaruh dalam terwujudnya tujuan pendidikan yang dicita-citakan oleh bangsa dan negara. Adapun
kompetensi
kepribadian
yang
tercantum
dalam
Permendiknas No. 13 Tahun 2007 sebagaiberikut: a. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas disekolah/madrasah. b. Memiliki intregritas kepribadian sebagai pemimpin. c. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah. d. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi. e. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/madrasah. f. Memiliki bakat dan minat jabatn sebagai pemimpin pendidikan.28
27 Mulyasa, Standar kompetensi dan sertifikasi Guru (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2007), hal. 117 28 Permendiknas, No. 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20 Th 2007 (Jakarta: Navindo Pustak Mandiri, 2007), 23.
25
Jadi, kompetensi kepribadian tersebut sebagia acuan agar seorang kepala sekolah dapat membentuk kepribadin peserta didik yang baik dan berakhlak mulia.
2. Standar Kompetensi Manajerial Manajer pedidikan atau manajer organisasi pembelajaran pada dasarnya adalah yang mengelola lembaga. Selayaknya badan usaha, meski tidak selalu berarti komersial selayaknya organisasi bisnis, namun mampu membangun kebiasaan bertindak (habits of action) dengan menampilkan kualitas perusahaan sebagai bagian dari kepeduliannya, yang merujuk pada ciri-ciri prilaku antara lain, Memiliki inisiatif atau prakarsa yang tinggi, berani mengambil resiko, mengedepankan harga dan aktualisasi diri, bertanggung jawab atas tindakan pribadi.29 Kepala sekolah adalah manajer dalam lembaga sekolah yang dikelolanya dan berperan sebagai pengelola sekolah, meskipun bertindak
secara
langsung
dalam
pengelolaannya.
tidak
Sebagaimana
kompetensi manajerial yang tercantum dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 sebagai berikut : a. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkat perencanaan. b. Mengembangkan
organisasi
sekolah/madrasah
sesuai
dengan
kebutuhan. 29
Sudarwa Danim, Menjadi Komunitas Pembelajaran : Kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2003), hal. 141-142
26
c. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara optimal. d. Mengelola perubahan dan mengembangkan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajaran yang efektif. e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik. f. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumberdaya secara optimal. g.
Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.
h. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dam rangka pencarian
dukungan
ide,
sumber
belajar,
dan
pembiyayaan
sekolah/madrasah. i. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaa peserta didik baru dan penempatan serta pengembangan kapasitas peserta didik. j. Mengelola perkembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai arah dan tujuan pendidikan nasional. k. Mengelola
keuangan
sekolah/madrasah
sesuai
dengan
prinsip
pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien. l. Mengelola
ketatausahaan
seklah/madrasah
dalam
mendukung
pencapaian tujuan sekolah/madrasah. m. Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah.
27
n. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan. o. memanfaatan
tujuan
teknologi
informasi
bagi
peningkatan
pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah. p. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.30
3. Standar Kompetensi Kewirausahaan Pada saat sekarang ini banyak sekolah swasta, yang maju dan kwalitasnya lebih baik dibanding sekolah negeri, karena tidak terikat oleh alokasi dana dari pemerintah. Hal tersebut menantang sekolah negeri mampu mandiri seperti sekolah swasta. Oleh karena itu kepala sekolah harus memehami prinsip kewirausahaan, kemudian menerapkannya dalam mengelola sekolah. Berwirausaha disekolah berarati memadukan kepribadian peluang, keuangan dan sumber daya yang ada di lingkungan sekolah guna mengambil keputusan, harus mampu menafsirkan berbagai kebijakan dari pemerintah
sebagai
kebijakan
umum,
sedangkan
operasionalisasi
kebijakan tersebut untuk mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu diperlukan adanya kiat-kiat kewirausahaan misalnya, jika dana bantuan dari pemerintah terbatas, sedangkan kegiatan yang harus dilakukan cukup
30
Permendiknas, hal. 24
28
banyak, maka kepala sekolah harus mampu mencari ruang untuk mendayagunakan potensi masyarakat dan lingkungan sekitar.31 Seorang kepala sekolah selain sebagai pemimpin juga menjadi seorang wirausaha untuk lembaganya agar dapat mengembankan lembaga yang
dikelolanya.
Dalam
Permendiknas
No.
13
Tahun
2007
mennyebutkan standar kompetensi kewirausahaan sebagai berikut: a. Menciptakan
inovasi
yang
berguna
bagi
pembangunan
sekolah/madrasah. b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajaran yang efektif. c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah. d. Pantang mennyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah. e. Memiliki nurani kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produsi atau jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.32
4. Standar Kompetensi Supervisi Dilihat dari sudut etimologi supervisi berasal dari kata super dan vision yang masing-masing kata berarti atas dan penglihatan. Jadi secara etimologi, supervisi berarti penglihatan dari atas. Pengertian ini
31
Mulyasa, Implementasi kurikulum 2004 : Panduan Pembelajaran KBK (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,), hal. 213-214 32 Permendiknas, hal. 24-25
29
merupakan kiasan yang menggambarkan sudut posisi yang melihat berkedudukan lebih tinggi dari pada yang dilihat.33 Dalam bab 1 pasal 6 telah dikatakan bahwa supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi-kondisi atau syarat-syarat yang esensial, yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Jadi, supervisi memiliki pengertian yang luas.supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personil sekolah lainnya dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan, yaitu: berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru seperti, bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuanpenbaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode-metode mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran dan sebagainya. Dengan kata lain supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.34 Supervisi diharapkan dapat membawa dampak perkembangan pendidikan secara utuh, baik perkembangan pribadi guru maupun perkembangan
profesinya.
Adapun
kompetensi
supervisi
dalam
Permendinas No. 13 Tahun 2007 sebagai berikut:
33
Subari, Supervisi Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 1994), hal. 1 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 76 34
30
a. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat. c. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.35
5. Standar Kompetensi Sosial Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d, dikemukakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan tenaga kependidikan , sesama pendidik, peserta didik, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.36 Dan dijelaskan bahwa kompetensi sosial dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 adalah sebagai berikut: a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah b. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.37 Dengan hubungannya dengan sosil meski dianggap suatu hal yang mudah, apabila kita tidak memiliki kemampuan untuk berkomunikasi ataupun bergaual maka sangatlah sulit untuk kita melakukan sosialisasi dengan orang
lain.Hal ini sangatlah penting dan harus dimiliki oleh
seorang pemimpin khususnya para pemimpin pendidikan untuk saling 35 36 37
Permendiknas, hal. 25 Mulyasa, Standar Kompetensi, 173. Permendiknas, hal. 25
31
bekerja sama agar tercapai segala tujuan pendidikan
dan tercipta
hubungan yang harmonis antara seorang kepala sekolah, guru, para staf, para orang tua peserta didik, masyarakat dan pihak lain.
B. Kepemimpinan Kepala Sekolah 1. Pengertian Kepemipinan Sebelum dibahas tentang pengertian kepemimpinan, maka terlebih dahulu akan dibahas tentang hakekat pemimpin. Pada hakekatnya pemimpin
adalah
seorang
yang
mempunyai
kemampuan
untuk
mempengaruhi prilaku orang lain dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.38 Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Dalam pemberian tugas pimimpin harus memberikan suara araha dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan. Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan angotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota juga dapat memberi pengaruh, dengan kata lain pemimpin tidak hannya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi
38
Nanang Fatah, Manajemen pindidikan, (Bandung: Rosdakarya, 1996), 88
32
bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Oleh karena itu pemimpin diharapkan mempunyai kemampuan dalam menjalankan kepemimpinanya, agar dapat mencapai tujuan secara maksimal. Secara bahasa kepemimpinan berasal dari kata pimpin, yang berarti bimbing atau tuntun. Kepemimpinan berarti prihal memimpin/ cara memimpin.39 Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan
dari
sifat-sifat
kepribadian,
termasuk
didalamnya
kewibawaan, untuk dijadikan sebagia sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta mereka tidak terpaksa.40 Menurut Burns, kepemimpinan adalah pemimpin membujuk pengikut untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan merefleksikan nilainilai, motivasi, keinginan, kebutuhan, aspirasi yang diharapkan oleh pemimpin. Kepemimpinan menurut Harsey Paul adalah
aktivitas
mempengaruhi orang-orang untuk berusaha mencapai tujuan kelompok secara suka rela. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto, kepemimpinan adalah tindakan atau perbuatan perseorangan dan kelompok yang menyebabkan banyak orang, seseorang maupun kelompok maju kea rah tujuan-tujuan tertentu. Hasimi Ali, berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan suatu seni atau proses mempengaruhi kelompok orang
39 40
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 874. Ngalim Purwanto, Administras Dan Supervisi Pendidikani, 26.
33
sehingga mereka mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompok. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, kepemimpinan mempunyai dasar tindakan yang sama, yaitu adaya upaya mempengaruhi , sehingga kepemimpinan merupakan suatu aktivitas mempengaruhi orang atau kelompok untuk mau bekerja sama dengan kesadaran, rasa suka rela, tanpa paksaan, dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama. Pengertian kepemimpinan juga dikemukakan oleh Prof. Dr. Hadari Nawawi, yaitu: kepemimpinan adalah proses pengarahan, membimbing, pempengaruhi, atau mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dan tingkah laku orang lain. Kepemimpinan adalah tindakan diantara perseorangan dan kelompok yang menyebabkan. Baik seorang maupun kelompok bergerak kearah tujuan tertentu. Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: kepimimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengarahkan, membimbing, dan mempengaruhi serta mengawasi orang atau kelompok, kemudian mengambil keputusan atau melakukan tindakan demi tercapai tujuan yang ditenukan bersama.
2. Tipe-Tipe Kepemimpinan Pada dasarnya tipe kepemimpinan itu ada tiga, sebagaimana menurut Kurt lewin yang dikutip oleh Maman Ukas mengemukakan tipetipe kepemimpinan sebagai berikut:
34
a. Otokratis, yaitu tipe pemimpin yang bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Mereka bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan intruksi-ntruksinya harus ditaati. b. Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam
setiap
kegiatan-kegiatan,
perencanaan,
penyelenggaran,
pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan. c. Laissez-faire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan deterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada iniatif dan prakarsa dari para bawahannya, seingga dengan demikian dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.41 Berdasarkan dari pendapat-pendapat di atas, bahwa pada hekekatnya tipe kepemimpinan yang otokratis, demokratis, dan laissezfair, banyak diterapkan oleh para pemimpin di dalam berbagai macam organisasi, yang salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Dengan
41
Mamam Ukas, Konsep Pemimpin,(Bandung: Ossa Promo, 1999), 262-263
35
demikian, maka pemimpin di bidang pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau atasan yang lebih tinggi posisinya, yang pada akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai oleh para pemimpin, terutama dalam bidang pendidikan benar-benar mencerminkan sebagai seorang pemimpin yang professional. Sedangkan menurut Sondang P. Siagian yang dikutip oleh Ngalim Purwanto tipe-tipe kepemimpinan ada lima, sebagai berikut: a. Tipe pemimpin yang Otokratis Tipe pemimpin yang otokratis ialah seorang pemimpin yang: 1) Menganggap organisasi sebagai milik pribadi 2) Mengidentifikasi tujuan pribadi dengan tujuan organisasi 3) Menanggap bawahan sebagai alat semata 4) Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat 5) Terlalu bergantung pada kekuatan formalnya 6) Dalam tindakan penggeraknya sering menggunakan pendekatan yang sering mengandung paksaan dan bersifat menghukum. b. Tipe pemimpin yang Militeristik Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin tipe militeristik berbeda dengan seorang pemimin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristik ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
36
1) Dalam menggerakkan bawahan sering bergantung pada
pangkat
dan jabatan. 2) Dalam menggerakkan bawahan sering menggunakan cara perintah. 3) Senang pada formalitas yang berlebihan. 4) Menuntut disiplin yang tinngi dan kaku dari bawahan. 5) Sukar menerima kritikan dai bawahannya. 6) Menggemari ucapan-ucapan untuk berbagai keadaan. c. Tipe pemimpin yang Paternalistik Seorang pemimpi yang tergolong sebagai pemimpin yang Paternalistik ialah seorang yang memiliki sifat-sifat: 1) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa. 2) Bersikap terlalu melindungi 3) Jarang
memberikan
kesempatan
pada
bawahannya
untuk
mengambil inisiatif. 4) Jarang
memberikan
kepada
bawahannya
unuk
mengambil
keputusan. 5) Sering bersikap maha tau. d. Tipe yang Kharismatik Ciri-ciri pemimpin yang karismatik yaitu: 1) Mempunyai daya penarik yang sangat besar. 2) Pengikutnya tidak dapat menjelaskan mengapa mereka tertarik. 3) Dia seolah-olah memiliki kekuatan gaib
37
4) Karisma yang dimilikinya tidak bergantung pada umur, kekayaan, kesehatan, ataupun ketampanan. e. Tipe Pemimpin yang Demokratis. Pemimpin yang demokratis memilikisifa-sifat sebagai berikut: 1) Dalam menggerakkan bawahan bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah makhluk yang termulia di dunia. 2) Membedakan
kepentingan
dan
tujuan
organisasi
dengan
kepentingan dan tujuan pribadi, senang menerima saran, pendapat dan kritik dari bawahannya. 3) Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan tam work dalam usaha mencapai tujuan. 4) Dengan rela memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya dan membimbingnya. 5) Selalu berusaha minjadikan bawahannya lebih sukses dari pada dirinya. 6) Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.42 Dari tipe kepemimpinan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
tipe
kepemimpinan
yang
Demokratisn
merupakan
kepemimpinan yang paling ideal, dan dianggap paling baik terutama dalam kepemimpinan pendidikan.
42
Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, 50-52.
38
C. Tugas dan Fungsi kepala sekolah Dinas pendidikan telah menetapkan bahwa kepala sekolah harus mampu
melaksanakan
pekerjaannya
sebagai
educator,
manajer,
administrator, dan supervisor. Dalam perkembangan selanjutnya, kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai leader, innovator, dan motivator di sekolahnya, karena mengikuti perkembangan zaman dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.43 Hal tersebut harus dipahami oleh kepala sekolah dan yang lebih penting adalah kepala sekolah harus mampu mengamalkan dan menjadikan semua itu dalam bentuk tindakan nyata di sekolah. Pelaksanaan tugas dan fungsi kepala sekolah tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Kepala sekolah yang demikianlah yang akan mampu mendorong visi menjadi aksi dalam paradigma baru manajemen pendidikan. 1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik) Dalam melakukan tugas dan fungsinya sebagai educator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya, menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kerja pendidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik. Menurut Sumidjo sebagaimana yang dikutip E. Mulyasa bahwa memahami arti pendidik tidak cukup berpegang pada konotasi yang terkandung dalam definisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna pendidikan, sarana pendidikan, dan bagaimana strategi itu dilaksanakan. Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan, dan meningkatkan 43
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), 98-99.
39
sedikitnya empat macam nilai, yaitu pembinaan mental, moral, fisik, dan artistik kepada tenaga kependidikan di sekolahnya.44 Upaya-upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya sebagai educator, khususnya dalam peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat diuraikan sebagai berikut: a. Mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran untuk menambah wawasan para guru. b. Kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik agar lebih giat bekerja. c. Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkan waktu belajar secara efektif dan efisien. Keputusan
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Nomor
0296/U/1996, merupakan landasan penilaian kinerja kepala sekolah. Kepala sekolah sebgai educator harus memiliki kemampuan untuk membimbing
guru,
membimbing
tenaga
kependidikan
non-guru,
membimbing peserta didik, mengembangkan tenaga kependidikan, mengikuti perkembangan iptek, dan memberi contoh mengajar.45 Dengan demikian, sasaran kepala sebagai educator yaitu para guru, staf, dan peserta didik. 2. Kepala sekolah sebagai manajer Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi serta
44 45
Ibid., 99-100 Ibid.
40
pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.46 Dikatakan suatu proses, karena semua manajer dengan ketangkasan dan ketrampilan khusus yang dimilikinya, mengusahakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan tersebut dapat didayagunakan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Sedangkan menurut Prof. Dr. Arifin Abdurachman, sebagaimana dikutip oleh Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa manajemen adalah kegiatan-kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan pokok yang telah ditentukan dengan menggunakan orang-orang pelaksana.47 Jadi, kegiatan utama dalam manajemen adalah mengelola orang-orangnya sebagai pelaksana. Manajer adalah orang yang mengatur pekerjaan atau kerja sama yang baik dengan menggunakan orang untuk mencapai sasaran, dapat pula dikatakan, orang yang berwenang dan bertanggung jawab membuat rencana, mengatur, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaannya untuk mencapai sasaran tertentu.48 Dalam rangka melaksanakan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk: a. Memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif.
46 47 48
708.
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, 93-94. M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, 7. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
41
b. Memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya. Misalnya, memberi kesempatan bawahan untuk meningkatkan profesinya melalui berbagai penataran dan lokakarya sesuai bidangnya masing-masing. c. Mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan49 Oleh sebab itu, sesuai dengan yang ditetapan dalam penilaian kinerja kepala sekolah, kepala sekolah harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya dengan baik, yang diwujudkan dalam kemampuan menyusun program sekolah, organisasi personalia, memberdayakan tenaga kependidikan dan mendayagunakan sumber daya sekolah secara optimal.
3. Kepala sekolah sebagai administrator Administrasi pendidikan adalah semua aspek kegiatan untuk mendayagunakan berbagai sumber (manusia, sarana dan prasarana, serta media pendidikan lainnya) secara optimal, relevan, efektif dan efisien guna menunjang pencapaian (tujuan) pendidikan.50 Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolahnya. Kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab melaksanakan fungsi-fungsi administrasi yang ditetapkan kedalam kegiatan-kegiatan sekolah yang dipimpinnya, diantaranya: a. Membuat rencana atau program tahunan. b. Menyusun organisasi sekolah. 49
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, 103-104. Kurikulum SPG, Buku III D, dalam Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan, ed. Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto (Surabaya: Usaha Nasional, tt), 25. 50
42
c. Melaksanakan pengoordinasian dan pengarahan, dan d. Melaksanakan pengelolaan kepegawaian.51 Dalam administrator
pembinaan pendidikan
kurikulum, harus
lebih
kepala
sekolah
sebagai
banyak
berfungsi
sebagai
koordinator pelaksanaan kurikulum di sekolahnya. Hal ini disebabkan karena peran kepala sekolah dalam pembinaan kurikulum sangat menentukan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan dan bahkan dapat dikatakan,
kepala
sekolah
bertanggung
jawab
penuh
terhadap
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.52 Dengan kata lain, kepala sekolah harus memimpin semua staf yang ada di sekolah, agar dalam melaksanakan tugas dan fungsinya mengacu terlaksananya kurikulum. 4. Kepala sekolah sebagai supervisor Supervisor adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.53 Supervisi sebagai salah satu fungsi pokok dalam administrasi pendidikan bukan hanya sekedar pekerjaan pengawas, tetapi juga tugas kepala sekolah terhadap guru-guru dan pegawai-pegawai sekolahnya. Apabila supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian 51
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, 106. Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005), 117. 53 M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, 76. 52
43
ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan terarah pada tujuan yang telah ditetapkan dan merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak menyimpang dan agar lebih hati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya. Kepala sekolah sebagai supervisor dapat dilakukan secara efektif dengan melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran, dan membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah, diantaranya yaitu: menyusun program catur wulan/program semester, menyusun atau membuat program satuan pelajaran, mengorganisasikan kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas dan melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran.54 Hal ini disebabkan karena pada prinsipnya setiap tenaga kependidikan (guru) harus di supervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. 5. Kepala sekolah sebagai leader Kepala sekolah sebagai leader harus mempraktekkan delapan fungsi kepemimpinan dalam kehidupan sekolah, sebagai berikut: a. Kepala sekolah dalam menghadapi sikap para guru, staf, dan para siswa harus bertindak arif, bijaksana, dan adil. b. Kepala sekolah harus memberikan sugesti atau saran dan anjuran untuk meningkatkan semangat rela berkorban dan rasa kebersamaan kepada para guru, staf, dan siswa dalam melaksanakan tugas masingmasing. c. Kepala sekolah bertanggung jawab memenuhi dan memberikan dukungan kepada para guru, staf, dan siswa berupa peralatan, waktu, bahkan suasana yang mendukung.
54
Ibid., 121.
44
d. Kepala sekolah harus mampu menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staf, dan siswa dalam penerapan tujuan yang telah ditetapkan. e. Mampu menciptakan suasana aman dalam lingkungan sekolah. f. Kepala sekolah harus mampu menjaga integritasnya, selalu terpercaya, dihormati, baik sikap, perilaku, maupun perbuatannya (representing). g. Mampu memberikan semangat percaya diri terhadap para guru, staf, dan siswa sehingga dalam mencapai tujuan sekolah dapat diwujudkan secara antusias. h. Mampu menghargai apapun yang dihasilkan oleh para guru, staf, maupun para siswa.55 Sedangkan pengetahuan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercermin dalam kemampuan: 1) Memahami kondisi tenaga kependidikan (guru dan non-guru). 2) Memahami kondisi dan karakteristik peserta didik. 3) Menyusun program pengembangan tenaga kependidikan. 4) Menerima masukan, saran, dan kritikan dari berbagai pihak
untuk
meningkatkan kepemimpinannya.56 Dengan demikian, kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas. 6. Kepala sekolah sebagai innovator Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan
55 56
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, 106-108. E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, 115.
45
setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang innovatif. Dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah sebagai innovator harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 1) Konstruktif, 2) Kreatif, 3) Delegatif, 4) Integratif, 5) Rasional dan objektif, 6) Pragmatis, 7) Keteladanan, 8) Adaptabel dan fleksibel.57 Dengan demikian, kepala sekolah sebagai innovator harus mampu mencari, menemukan, dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah. 7. Kepala sekolah sebagai motivator Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat diberikan dengan melalui beberapa cara, diantaranya sebagai berikut: 1) Pengaturan lingkungan fisik, 2) Pengaturan suasana kerja, 3) Disiplin, 4) Dorongan, dan 5) Penghargaan (rewards).58 Kepala sekolah menjalankan kepemimpinannya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu kepala sekolah diharapkan mampu memotivasi, mengerakkan dan mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya. Kepemimpinan pendidikan menentukan keberhasilan sekolah mencapai tujuannya. Keberhasilan kepemimpinan sekolah akan membawa keberhasilan dalam pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Hal ini mengandung pengertian bahwa kepala sekolah memegang kunci keberhasilan sekolah. Oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah tidak terlepas dari peran kepala sekolah itu sendiri. Kepala Madrasah Aliyah Putra Ma’arif Ponorog adalah Bpk. K.H. Adnan Qohar, beliau merupakan tokoh masyarakat yang sangat disegani. Selain seorang kiay beliau jaga seorang da’i yang selalu dimintai fatwa-fatwanya oleh masyarakat, terutama pada hari-hari besar islam. Sehingga figur Kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo ini mirip dengan figur atau simbol agama. Selain itu, beliau juga memiliki karakter sebagai orang tua yang selalu menjadi penengah dan tempat untuk memecahkan permasalahan apabila ada permasalahan dalam madrasah yang dikelolanya. Bahkan permasalahan pribadi dari para guru dan stafnyapun diujukan kepada beliau untuk mencari solusinya.
57 58
Ibid., 118-119. Ibid., 120-121.
46
BAB III DATA KOMPETENSI KEPALA MA PUTRA MA’ARIF PONOROGO
A. Gambaran Umum 1. Sejarah Singkat Berdirinya MA Putra Ma’arif Madrasah putra ma’arif terletak di jalan Gabah Sinawur No. 9A. Madrasah ini didirikan pada tahun 1951 oleh Bapak Charifit tantowi, beliau merintis dan mengasuh madrasah ini dengan bermodalkan sebuah gedung SD dekat masjid NU yang pada waktu itu masih masuk pada sore hari. Sejalan dengan perkembangan zaman madrasah itupun dapat berkembang dan muridnya semakin banyak, yang akhirnya lembaga pendidikan ma’arif menganjurkan kepada madrasah tersebut untuk masuk pagi. Tetapi anjuran tersebut membuat Bapak Chafid Tantowi selaku kepala madrasah, karena tidak adanya gedung , yang akhirnya madrasah tersebut dipindahkan ke Pondok Duri Sawo pada tahun 1956 dengan derektur Bapak Chafid Tantowi dan dibantu oleh beberapa guru diantaranya: a. Bapak Asmuni. b. Bapak Mukhlas c. Bapak Harun d. Bapak K. Hasanuddin e. Bapak Drs. KH. Chumaidi syamsudi MA.
47
Pada
masa
kepemimpinan
Bapak
Imam
Arifin
terjadi
perkembangan pendidikan yang diikuti semakin bertambahnya jumlah murid
dan
akhirnya
pada
tahun
1959
lembaga
suriyah
NU
menginstruksikan untuk segera melakukan pemisahan murid antara lakilaki dan perempuan, pemisahan ini dilakukan pada bangku belajar.Lokasi kelas murid putra di pondok bagian barat dan namanya berubah menjadi Mualimin dan murid putri di pondok bagian timur yang namanya berubah menjadi mualimat, oleh karena itu tenaga gurupun harus ditambah lagi diantaranya yaitu: a.
Bapak Mujib Thohir
b.
Bapak K. Muhayat Syah
c.
Bapak Imam Badri Mukmin
d.
Bapak Imam Arwakhi
e.
Bapak Mukhyar Perkembangan terus melaju dengan pesat dan jumlah murid terus
meningkat dan akhirnya terjadi konflik antara keluarga yaitu K.H. Syamsudin dengan guru-guru pengajar dengan alasan madrasah tersebut akan dikuasai oleh keluarga rumah dan akhirnya madrasah tersebut pecah menjadi tiga bagian, yaitu yang mengikuti keluarga rumah menjadi MTs. K.H. Syamsudin, kedua pindah ke Jl. Sultan Agung (Mualimat), dan ketiga Mualimin yaitu kelas 1, 2, 3, dan 4 yang tetap di Duri sawo dan kelas 5 dan 6 di SMP Ma’arif.
48
Pada tahun 1975 madrasah Mualimin lengkap 6 tahun berubah menjadi Tsanawiyah dan Aliyah. Dan karena SMP Ma’arif mengalami perkembangan yang sangat pesat, maka kelas 5 dan 6 yang numpang di madrasah tersebut pada tahun 1976 dengan terpaksa harus kembali ke Duri Sawo. Pada tahun 1994 kelas satu dan dua dipindah lagi ke JL. Gabah Sinawur dan akhirnya pada tahun 1998 semua murid Mualimin (MTs-MA Putra Ma’arif ) di kumpulkan menjadi satu di madrasah yang bertempat di Jl. Gabah Sinawur No. 9A. Pada saat itu kepemimpinannya dipegang oleh Bpk. Kharis Habib untuk MA, sedangkan MTs dipimpin oleh K.H. Adnan Qohar. Selanjutnya pada tahun 2004 Bpk. Kharis pensiun dan kepala MA digantikan oleh K.H Adnan Qohar dan untuk MTs dipimpin oleh Bpk. Dodik Setiawan sampai sekarang.59
2. Letak Geografis MA Putra Ma’arif Ponorogo Madrasah Alayah
Putra Ma’arif
Ponarogo berlokasi cukup
strategis yaitu terletak di daerah perkotaan ponorogo dan ditengah-tengah pemukiman penduduk. Jarak kepusat Kecamatan 1, 5 Km, jarak kepusat otoda 5 Km dan terletak di lintasan kabupaten kota. Lebih tepatnya
59
penelitian.
Lihat transkip dokumentasi nomor: 01/D/F-1/16-XI/2009 dalam lampiran hasil
49
terletak di jalan Gabah Sinawur No. 9A Cokromenggalan Tlp. (0352) 483693 Ponorogo.60 3. Visi, Misi dan Tujuan MA Putra Ma’arif Ponorogo a. Visi MA Putra Ma’arif Ponorogo Terwujudnya institusi pendidikan setingkat SMA/ Madrasah Aliyah yang handal dan bermutu tinggi serta berakhlakul karimah b.
Misi MA Putra Ma’arif Ponorogo 1) Menghasilkan lulusan yang mampu membaca Al-Qur’an serta memahami tafsirnya. 2) Menghasilkan lulusan yang mampu memahami kitb-kitab salaf dalam bidang fiqih, tafsir, nahwu, sorof, dan lain-lain. 3) Mencetak lulusan yang mampu menguasai beragam tatacara ibadah, serta mau berbuat amar ma’ruf nahi mungkar. 4) Mencetak lulusan yang menguasai dan mampu berkomunikasi dengan sebagain bahasa asing 5) Menciptakan lulusan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta peka dan peduli terhadap masalah lingkungan. 6) Siswa-siswa menguasai teknologi computer dalam bidang aplikasi (Word, Exel, Acces, dan Power Poin), serta pemprogaman.
c.
60
penelitian.
Tujuan MA Putra Ma’arif Ponorogo
Lihat transkip observasi nomor: 01/O/F-1/13-XI/2009 dalam lampiran hasil
50
1) Menghasilkan lulusan yang menguasai kemampuan agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan secara luas dan cerdas serta memiliki integritas moral (akhlak) yang tinggi. 2) Menghasilkan lulusan yang menguasai kemampuan mengelola, membimbing dan menggerakkan masyarakat untuk membangun kehidupan yang seimbang baik di dunia maupun akherat61
4. Struktur Organisasi MA Putra Ma’arif Ponorogo Madrasah Aliyah Putra Ma’arif Ponorogo sebagai lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat beberapa unsur dan personel, tentunya memerlukan suatu wadah dalam bentuk organisasi agar jalannya pendidikan dan pengajaran bisa berjalan dengan lancar sehingga dapat mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan yang ditetapakan. Struktur organisasi MA Putra Ma’arif Ponorogo terdiri dari: Ketua Komite
: Djamharil
Kepala Madrasah
: KH. Adnan Qohar
Kepala Tata Usaha : Nasirudin Aziz, S. HI Waka Kurikulum
: Zaida Ahmad, S. Pd
Waka Kesiswaan
: Ahmad Lutfi, M.fil.l
Waka Keuangan
: M. Hariyanto, S.Pd
Koord BP / BK
: Drs. Khoirul Huda62
61
Lihat transkip dokumentasi nomor: 02D/F-2/16-XI/2009 dalam lampiran hasil
penelitian. 62
penelitian.
Lihat transkip dokumentasi nomor: 03/D/F-3/16-XI/2009 dalam lampiran hasil
51
5. Struktur Organisasi dan Tata Usaha MA Putra Ma’arif Ponorogo Sebagaimana yang terdapat dalam organisasi lainnya, organisasi karyawan dan tata usaha MA Putra Ma’arif Ponorogo telah tersusun secara rapi dan sistematis, struktur ini terdiri dari beberapa guru yang masingmasing guru memegang satu tugas yang berbeda.63
6. Sarana Dan Prasarana MA Putra Ma’arif Ponorogo Sarana dan
prasarana merupakan komponen yang tidak dapat
dipisahkan dalam mencapai tujuan pendidikan, Meskipun sarana dan prasarana tidak selalu menentukan hasil, tetapi bisa membantu tercapainya hasil yang diinginkan. Diantara sarana dan prasarana yang dimiliki MA Putra Ma’aif Ponorogo untuk menunjang kegiatan pembelajaran antara lain: Gedung, ruang perkantoran, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tamu, laboratorium bahasa dan komputer, perpustakaan, dan lain-lain.64
B. Data Khusus 1. Data Kompetensi Kepribadian Kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo
63
Lihat transkip dokumentasi nomor: 04/D/F-4/16-XI/2009 dalam lampiran hasil
penelitian. 64
penelitian.
Lihat transkip dokumentasi nomor: 05/D/F-5/16-XI/2009 dalam lampiran hasil
52
Kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Akhlak adalah kemampuan jiwa untuk melakukan suatu perbuatan secara spontan atau tanpa pemikiran, sering jaga disebut dengan semua perbuatan yang lahir atas dorongan jiwa berupa perbuatan baik atau perbuatan yang tidak baik (buruk). Dari segi kpribadian kepala Madrasah Putra Ma’arif dapat dilihat dari status sosialnya bahwa beliau adalah seorang kyai dan seorang da’i yang selalu dimintai fatwa-fatwanya oleh masyarakat umum pada hari-hari besar islam, maka berdasarkan status tersebut dapat digambarkan bagaimana akhlak yang dimilikinya. Dari hasil angket yang peneliti sebarkan bahwa, dari segi akhlaknya kepala madrasah MA Putra Ma’arif berakhlak baik65. Sebagaimana penuturan Bpk. Ahmad Lutfi, selaku guru dimadrasah tersebut, beliau mengatakan bahwa : “Secara status sosial kepala madrasah ini mempunyai status kyai, dengan adanya status tersebut maka akhlaknya tentu saja bisa digambarkan sesuai dengan pemahaman masyarakat umum bagaimana peran seorang kiay itu, dan selain itu beliau juga seorang da’i yang dalam setiap peringatan hari besar islam beliau dimintai fatwa-fatwanya oleh masyarakat umum. Sehingga figur kepala madrasah ini mirip dengan figur atau simbol agama karena status sosialnya dan dari sini sudah tergambar bagaimana akhlak dari kepala madrasah yang 66 dimaksud” Dari integritasnya sebagai seorang pemimpin kepala madrasah memiliki semangat kepemimpinan yang tinggi dan layak untuk menjadi
65
Lihat transkip dokumentasi nomor: 07/D/F-7/04-XII/2009 dalam lampiran hasil
penelitian. 66
penelitian.
Lihat transkrip wawancara nomor: 01/W/F-1/16-IX/2009 dalam lampiran hasil
53
pemimpin67 serta beliau mempunyai karakter sebagai orang tua yang bisa membimbing dan menjadi tempat untuk mengadu
masalah dan
menyelesaian masalah. Sebagaimana penuturan dari Bpk. Ahmad Lutfi sebagai berikut : “Karakter kepemimpinan kepala madrasah mirip sebagai orang tua yang mana apabila ada konflik dalam madrasah yang sukar untuk diselesaikan maka ujung pangkanya lari kepada kepala madrasah. Selain itu terkadang masalah pribadi dari guru maupun staf juga diajukan kepadanya untuk dimintai keterangannya”68
Dalam pengembangan madrasah beliau memiliki keinginan yang kuat untuk perkembangan dan kemajuan madrasah kedepan.69 Adapun halhal yang dilakukan untuk mencapainya yaitu dengan mengikuti training kepemimpinan tentang pengembangan Madrasah, membuat prestasi, mengadakan anak asuh, pondok pesantren dan memperbaiki sarana dan prasarana sekolah. Sebagaimana penuturan bapak kepala madrasah sebagai berikut : “Untuk mengembangkan madrasah ini, pernah mengikiti training kepemimpina di Madian pada tahun 2002 tentang pengembangan madrasah,membuat prestasi anak agar nanti setelah lulus anak bisa mandiri bisa mencari kerja ataupun menciptakan lapangan kerja sendiri sesuai dengan skiiilnya. mengadakan anak asuh, pondok pesantren sudah berjalan dan memperbaiki sarana dan prasarana seperti: lab. Komputer, lab. Bahasa dan lab. Musik”70
67
Lihat transkip dokumentasi nomor: 07/D/F-7/04-XII/2009 dalam lampiran hasil
penelitian. 67
Lihat transkrip wawancara nomor: 01/W/F-1/16-IX/2009 dalam lampiran hasil
penelitian. 68
Lihat transkrip wawancara nomor: 01/W/F-1/16-1X/2009 dalam lampiran hasil
penelitian. 69
Lihat transkip dokumentasi nomor: 07/D/F-7/04-XII/2009 dalam lampiran hasil
penelitian. 70
penelitian.
Lihat trankrip wawancara nomor: 03/W/F-3/17-XI/2009 dalam lampiran hasil
54
Keterbukaannya dalam menghadapi masalah kepala MA Putra Ma’arif beliau sangat terbuka dan bijak,71selalu memberikan arahan bahkan selalu siap menampung permasalahan-permasahan yang ada dan dicari cara penyelesaiannya. Sebagaimana penuturan Bapak Ahmad Lutfi sebagai berikut : “Bahwa beliau apa bila ada ketidaknyamanan dalam madrasah beliau sanggup menampung untuk dimusyawarahkan bersama baik masalah keuangan maupun pendidikan bai itu guru maupun murid dalam masalah ini musyawarahlah yang menjadi media dalam menyelesaikan persoalan”72 Pengendalian dari dalam menghadapi masalah kepala madrasah cukup bijak dan menyelesaikan masalah bersama-sama,73 beliau selalu mengajak para stafnya untuk berkumpul bersama untuk membicarakan persoalan-persoalan yang ada dan mengambil keputusan-keputusan dalam hal apapun. Sebagaimana penuturan Bapak.Ahmad Lutfi sebagai berikut : “Pengendalian diri dalam menghadapi masalah kepala madrasah selalu mengajak para stafnya mengumpul bersama biasanya pada malam hari untuk membicarakan persoalan-persoalan dan pengambilan keputusan-keputusan dalam halapapun.”74 Dalam bakat dan minat jabatannya sebagai pemimpin kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo masih kurang75 dan dilihat dari sudut pandang dalam menyelesaikan masalah sangat menonjol, namun dari sisi
71
Lihat transkip dokumentasi nomor: 07/D/F-7/04-XII/2009 dalam lampiran hasil
penelitian. 72
Lihat transkrip wawancara nomor: 01/W/F-1/16-1X/2009 dalam lampiran hasil
penelitian. 73
Lihat transkip dokumentasi nomor: 07/D/F-7/04-XII/2009 dalam lampiran hasil
penelitian. 74
Lihat transkrip wawancara nomor: 01/W/F-1/16-1X/2009 dalam lampiran hasil
penelitian. 75
Lihat transkip dokumentasi nomor: hasil penelitian.
07/D/F-7/04-XII/2009
dalam lampiran
55
manajemen dan administrasi masih kurang. Sebagai mana penuturan Bapak Ahmad Lutfi sebagai berikut : “Dalam bakat dan minatnya dari sisi kepemimpinan dimana di lihat dari sudut pandang dalam menyelesaikan masalah iu sangat menonlol, namun dari sisi manajemennya dan administasinya masih kurang, namun hal itu ditutupi oleh para staf yang lainnya.”76 Kepribadian kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo, berkepribadian sangat baik dan patut untuk dicontoh oleh para pemimpin lainnya, hal tersebut tercermin dari status sosialnya yang sangat dibuthkan oleh masyarakat umum.
2. Data Kompetensi Manajerial Kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo Kepala sekolah adalah manajer dalam lembaga sekolah yang dikelolanya dan berperan sebagai pengelola sekolah, meskipun
tidak
bertindak secara langsung dalam pengelolaannya. Manajer adalah orang yang mengatur pekerjaan atau kerja sama yang baik dengan menggunakan atau mempekerjakan orang lain untuk mencapai sasaran, dapat juga dikatakan dengan orang yang berwenang dan bertanggung jawab membuat rencana, mengatur, memimpin dan mengendalikan pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun dalam hal ini data yang diperoleh adalah seagai berikut : a. Cara menyusun perencanaan di madrasah
76
penelitian.
Lihat transkrip wawancara nomor: 01/W/F-1/16-1X/2009 dalam lampiran hasil
56
Dalam penyusunan perencanaan
dilaksanakan dengan
pembuatan program kerja madrasah baik program kerja semester maupun program kerja tahunan, dan dalam penyusunan program kerja tersebut melibatkan seluruh komponen madrasah baik itu komite madrasah, guru, bendahara, tata usaha, wali murid serta tokoh masyarakat.
b. Mengembangkan organisasi madrasah Dalam
mengembangakan
organisasi
madrasah,
kepala
madrasah bekerja sama dengan Pondok Pesantren Al-Ghozali dalam rangka mengembangkan pendidikan agama para siswa
serta
mendirikan Yayasan Al-Ghozali untuk menampung siswa yang tidak mampu kemudian dibiayai dan disekolahkan di MTs-MA Putra Ma’arif. c. Memimpin madrasah dalam rangka mendayagunakan sumber daya madrasah Kepala Madrasah sesuai fungsinya sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, innovator serta motivator memimpin dalam pendayagunaan sumber daya madrasah terutama Sumber Daya Manusia (SDM). Supaya semua komponen yang ada di madrasah berjalan sebagaimana fungsi masing-masing. d. Pengelolaan perubahan dan pengembangan madrasah menuju organisasi pembelajaran
57
Dalam proses perubahan dan pengembangan madrasah menuju organisasi pembelajaran kepala madrasah mendelegasikan wewenang kepada Waka Kurikulum untuk mengatur segala proses belajar mengajar biar berjalan dengan baik. dengan mengikuti perkembangan
kurikulum
dari
Departemen
Agama
maupun
Departemen Pendidikan Nasional seperti perubahan dari KBK ke KTSP juga tidak lupa memasukkan muatan-muatan lokal sebagai ciri khas madrsah. e. Penciptaan sumber daya dan iklim madrasah bagi pembelajaran peserta didik Kepala madrasah berusaha menciptakan iklim dan budaya yang kondusif bagi pembelajaran peserta didik misalnya budaya disiplin, sopan santun dan lain-lain, itu harus dilaksanakan oleh seluruh komponen madrasah. f. Pengelolaan guru dan staf dam rangka pendayagunaan SDM Sesuai tugas dan fungsinya Kepala madrasah menjadi educator, manajer, administrator, supervisor, innovator serta motivator maka kepala madrasah membuat dan memberikan tugas serta wewenang kepada guru serta komponen madrasah yang lain sesuai tugas dan fungsi masing-masing. Dan juga memebrikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya baik melalui pelatihan, seminar atau yang lainnya. g. Pengelolaan sarana dan prasarana madrasah
58
Sarana dan madrasah dikelola dan dipergunakan sesuai fungsi dan kegunaannya dan juga diupayakan perbaikan dan penambahan sarana prasarana yang menunjang pengembangan madrasah misalya: penambahan Perlengkapan Lab. Bahasa, Komputer, perpustakaan dan sarana prasarana yang lain.
h. Cara pencarian ide, sumber belajar dan pembiayaan madrasah Kepala Madrasah bekerjasama dengan tokoh masyarakat, alumni, lingkungan sekitar dalam hal pencarian ide dan utamanya pembiayaan madrasah i. Cara pengelolaan keuangan madrasa Keuangan madarasah dikelola oleh bendahara madarasah secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak.77 Selain
itu
Kepala
Madrasah
untuk
meningkatkan
perkembangan madrasah dan tujuan pendidikan mengadakan pelatihapelatihan para guru dan juga mengikuti pelatihan pelatian lain. Sebagaimana penuturan Bapak Kepala Madrasah sebagai berikit : “upaya yang dilakukan Kepala Madrasah sebagai manajerial di madrasah untuk meningkatkan perkembangan madrasah dan tujuan pendidikan yaitu dengan mengadakan pelatihan-pelatihan para guru dan mengikuti pelatihan-pelatihan lain seperti, Diknas dan Depag”78
77 Lihat transkrip wawancara nomor: 04/W/F-4/16-1X/2009 dalam lampiran hasil penelitian. 78 Lihat transkrip wawancara nomor: 02/W/F-2/16-1X/2009 dalam lampiran hasil penelitian.
59
Dari hasil angket yang peneliti sebarkan menyatakan bahwa kepala madrasah MA Putra Ma’arif Ponorogo dalam melaksanakan tugas sebagai manajerial masih kurang, pelaksanaannya masih kurang optimal.79
3. Data Kompetensi Kewirausahaan Kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo Berwirausaha disekolah adalah memadukan kpribadian, peluang, keuangan dan sumber daya dilingkungan sekolah guna mengembangakan sekolah, harus mampu menafsirkan berbagai kebijakan dari pemerintah sebagai kebijakan umum, sedangkan operasionalisasi kebijakan tersebut untuk mencapai hasil yang maksimal. Seorang kepala Madrasah selain seorang pemimpin di madrasahnya juga sebagai seorang wirausaha untuk lembaganya agar dapat mengembangkan lembaga yang dikelolanya. Dalam hal ini Kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo untuk mengembangkan madrasah yang dikelolanya menciptakan kewirausahaan dalam madrasah dengan menciptakan perikanan dan membekali siswa dalam berbagai keterampilan pada pelajaran ekstra seperti : Pramuka yang dilaksanakan setiap hari jumat jam 2 sore, olah raga yang dilaksanakan setiap pagi jam pertama, Komputer yang dilaksanakan pada jam pelajaran secara bergantian dari setiap kelas satu minggu satu kali, Kajian kitab
79
penelitian.
Lihat transkip dokumentasi nomor: 08/D/F-8/04-XII/2009 dalam lampiran hasil
60
kuning, masuk jam pelajaran sebagai muatan lokal, dan mukhadoroh yang dilaksanakan satu bulan sekali serta siswa pernah mengikuti studi banding qoriah thoribah di Salatiga yang diikuti oleh siswa sendiri. Hal tersebuat dilakukan utuk menciptakan inovasi untuk perkembangan madrrasah dengan motivasi agar siswa setelah lulus atau tamat dari madasah dapat mandiri dan
dapat menciptakan lapangan kerja sendiri sesuai dengan
skillnya masing-masing. Sebagaimana penuturan Bapak Zaida Ahmad selaku Waka Kurikulum mengatakan bahwa : “Untuk menciptakan kewirausahaan dalam madrasah ini yaitu dengan membekali siswa dalam berbagai pelajaran ekstra, dan menciptakan kewirausahaan dengan adanya perikanan yang ada didepan madrasah, sebagai inovasi dengan motivasi agar siswa setelah lulus atau tamat dari madrasah dapat mandiri, bekeja dan dapat menciptakan lapangan kerja sendiri sesuai dengan skillnya”80 Namun demikian utuk naluri kewirausahaan kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo masih kurang.81
4. Data Kompetensi Supervisi Kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo Supervisi merupakan segala bantuan dari para pemimpin sekolah yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan yaitu: berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru seperti, bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan 80
Lihat transkrip wawancara nomor: 05/W/F-5/17-1X/2009 dalam lampiran hasil
penelitian. 81
penelitian.
Lihat transkip dokumentasi nomor: 07/D/F-7/04-XII/2009 dalam lampiran hasil
61
alat-alat pelajaran serta metode-metode mengajar yang lebih baik, caracara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses proses pengajaran dan sebagainya. Kepala madrasah MA Ma’arif dalam merencanakan program supervisi akademik kepala madrasah memberikan progaram kepada para guru untuk membuat silabus, RPP, mengadakan ulangan harian, middle semester dan melaksanakan ujian semester. Dan untuk menindaklanjuti dari program tersebut kepala madrasah selalu mengecek setiap guru mengenai perlengkapan mengajar, seperti halnya RPP dan silabus. Hal tersebut dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan dan teknik
supervisi. Sebagaimana penuturan Bapak Zaida Ahmad sebagai berikut: “Dalam merencanakan program supervisi akademik yaitu memberikan program kepada guru untuk membuat silabus, RPP,mengadakan ulangan harian, middel semester, dan melaksanakan semesteran. Dan itu selalu dilakukan pengecekan perlengkapan mengajar guru seperti halnya RPP, dalam rangka menindak lanjuti dari proram tersebut dan hal itu 82 dilaksanakan dengan perencanaan program supervisi yang ada.”
Adapun upaya yang dilakukan oleh kepala madrasah untuk meningkatkan
profesionalisme
guru
di
madrasah
yaitu
dengan
mengadakan pelatihan-pelatihan para guru dan mengikuti pelatihanpelatihan lain seperti, Diknas dan Depag.83
5. Data Kompetensi Sosial Kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo
82
Lihat transkrip wawancara nomor: 05/W/F-5/17-XI/2009 dalam lampiran hasil
penelitian. 83
penelitian.
Lihat transkrip wawancara nomor: 02/W/F-2/16-XI/2009 dalam lampiran hasil
62
Kompetensi sosial adalah kemampuan untuk komunikasi dan bergaul secara efektif dengan tenaga kependidikan, sesama pendidik, peserta didik, orang tua wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Dalam hal ini kepala madrasah dapat dilihat dari status sosialnya bahwa beliau adalah seorang kyai dan seorang da’i yang selalu dimintai fatwa-fatwanya oleh masyarakat umum dari sini sudah dapat dilihat bagaimana kehidupannya sehari-hari dan kompetensi sosialnya di masyarakat. Dalam kaitannya kegiatan sosial untuk pengembangan madrasah kepala Madrasah MA Putra Ma’arif pernah mengadakan baksos yang dilaksanaan di Desa Dayaan
Badegan Ponorogo, mengadakan Safari
Ramadhan yang di laksanakan di Ngrayun Ponorogo, dan mengadakan Takziah kapada keluarga guru maupun siswa apabila ada yang meninggal. Hal tersebut dilaksanakan untuk pengembangan madrasah
dan
kepentingan madrasah itu sendiri. Sebagaimana penuturan Bapak Zaidah Ahmad sebagai berikut : “Kegiatan sosial yang pernah dilaksanakan kepala madrasah yaitu mengadakan Baksos di Dayaan Badegan Ponorogo,mengadakan Safari Ramadhan di Ngrayun, dan mengadakan Takziah kepada keluarga guru maupun siswa apabila ada yang meninggal dan sudah berjalan”84 Dari hasil angket yang peneliti dapatkan menunjukkan bahwa kompetensi Sosial kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo sudah memenuhi standar.
84
penelitian.
Lihat transkrip wawancara nomor: 05/W/F-5/17-1X/2009 dalam lampiran hasil
63
Beliau telah malaksanakan kerjasama dengan pihak lain dalam hal pembangunan yayasan, melaksanakan partisipasi dalam kegiatan keagamaan dan memiliki kepekaan sosial kemasyarakan.85
85
penelitian.
Lihat transkip dokumentasi nomor: 07/D/F-7/04-XII/2009 dalam lampiran hasil
64
BAB IV ANALISIS DATA TENTANG KOMPETENSI KEPALA MA PUTRA MA’ARIF PONOROGO PERSPEKTIF PERMENDIKNAS NO. 13 TAHUN 2007
A. Analisis Data Tentang Kompetensi Kepribadian Kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo Perspektif Permendiknas No. 13 Tahun 2007 Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi
kepribadian
sangat
besar
pengaruhnya
terhadap
pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik. Kompetensi kepribadian memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian peserta didik, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan Bangsa dan Negara. Dalam Permendiknas dalam pembahasan ini disebutkan bahwa kompetensi kepribadian kepala madrasah terdapa lima komponen yang telah diuraikan dalam bab dua. Adapun standar kompetensi kepribadian kepala madrasah MA putra ma’arif ponorogo dapat dilihat dari status sosialnya bahwa beliau adalah seorang kyai dan seorang da’i yang selalu dimintai fatwa-fatwanya oleh masyarakat umum pada hari-hari besar Islam. Dari sini dapat dilihat juga dari
65
pemahaman peran seorang kyai menurut masyarakat umum bahwa seorang kyai itu adalah pemimpin yang arif, bijaksana, kharismatik, suritauladan bagi masyarakat dan sebagainya. Kepala madrasah MA Ma’arif Ponorogo memiliki
karakter
kepemimpinan sebagai orang tua yang mana menjadi tempat untuk menyampaikan masalah dan pencarian solusi dari masalah-masalah yang ada. Dalam pengembangan madrasah beliau memiliki keinginan yang kuat adapun hal-hal yang dilakukan untuk mencapainya yaitu dengan mengkuti training kepemimpinan yang dilaksanakan di MAN 2 Madiun pada tahun 2002 tentang pengembangan Madrasah, membuat prestasi, mengadakan anak asuh, pondok pesantren dan memperbaiki sarana dan prasarana sekolah. Keterbukaannya dalam menghadapi masalah kepala madrsah putra ma’arif beliau terbuka,arif dan bijaksana, selalu memberikan arahan bahkan selalu siap menampung permasalahan-permasahan yang ada dan dicari cara penyelesaiannya. Pengendalian diri dalam menghadapi masalah kepala madrasah cukup bijak beliau selalu mengajak para stafnyanya untuk berkumpul bersama untuk membicarakan persoalan-persoalan yang ada dan mengambil keputusan-keputusan dalam hal apapun. Dan dalam bakat dan minat jabatannya sebagai pemimpin masih kurang dan dilihat dari sudut pandang dalam menyelesaikan masalah sangat menonjol, namun dari sisi manajemen dan administrasi masih kurang meski demikian hal tersebut ditutupi oleh para staf yang lain.
66
Dari uraian di atas maka, kompetansi kepribadian kepala MA Ma’arif Ponorogo yang merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki olek kepala sekolah dapat dikatakan masih kurang memenuhi standar, karena meskipun kepala madrasah ma’arif telah memiliki kompetensi kepribadian sabagaimana yang tercantum dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 namun dalam bakat dan minat jabatanya masih kurang dimiliki.
B. Analisis Data Tentang Kompetensi Manajerial Kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo Perspektif Permendiknas No. 13 Tahun 2007 Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dikatakan suatu proses karena semua manajer dengan ketangkasan dan ketrampilan khusus yang dimilikinya mengusahakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Kegiatan utama dalam manajemen adalah mengelola orang-orang sebagai pelaksana, sedangkan manajer adalah orang yang mengatur pekerjaan atau kerja sama yang baik dengan menggunakan atau mempekerjakan orang lain untuk mencapai sasaran, dapat juga dikatakan dengan orang yang berwenang dan bertanggung jawab membuat rencana, mengatur, memimpin dan mengendalikan pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sebagai seorang manajer kepala sekolah harus profesional dalam bertindak untuk melakukan sesuatu. Karena sebagai seorang pemimpin yang
67
profesional, seseorang tidak hanya memiliki gaya dan menghayati nilai-nilai yang diperlukan saja, tetapi juga menguasai prinsip-prinsip manajemen modern. Dalam hal ini seorang pemimpin profesional harus mampu menguasai visi, misi serta program-program yang telah disepakati, menguasai dan mengembangkan struktur organisasi pendidikan yang efisien. Sehingga sumber daya serta infrastruktur lainnya dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Sehingga pelaksanaan dalam organisasi, baik pada tingkat mikro, yaitu sekolah dapat memanfaatkan berbagai sumberdaya yang tersedia dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dalam
Permendiknas
dijelaskan
bahwa
standar
kompetensi
manajerial terdapat beberapa komponen sebagaimana dipaparkan dalam bab dua. Dalam hal ini adapun usaha yang dilaksanalkan kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo sebagai manajerial di madrasah diantaranya adalah, dalam penyusunan perencanaan
dilaksanakan dengan pembuatan program kerja
madrasah dan dalam penyusunan program kerja tersebut melibatkan seluruh komponen. Dalam mengembangakan organisasi madrasah, kepala madrasah bekerja
sama
dengan Pondok
Pesantren
Al-Ghozali dalam
rangka
mengembangkan pendidikan agama para siswa serta mendirikan Yayasan AlGhozali untuk menampung siswa yang tidak mampu. Dalam proses perubahan dan pengembangan madrasah menuju organisasi pembelajaran kepala madrasah mendelegasikan wewenang kepada Waka Kurikulum untuk mengatur segala proses belajar mengajar dengan mengikuti perkembangan kurikulum dari Departemen Agama maupun
68
Departemen Pendidikan Nasional. Kepala madrasah berusaha menciptakan iklim dan budaya yang kondusif bagi pembelajaran peserta didik misalnya budaya disiplin, sopan santun dan lain-lain, dan itu harus dilaksanakan oleh seluruh komponen madrasah. Sesuai tugas dan fungsinya Kepala madrasah menjadi educator, manajer, administrator, supervisor, innovator serta motivator maka kepala madrasah membuat dan memberikan tugas serta wewenang kepada guru serta komponen madrasah yang lain sesuai tugas dan fungsi masing-masing. Dan juga memebrikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya baik melalui pelatihan, seminar atau yang lainnya. Sarana dan madrasah dikelola dan dipergunakan sesuai fungsi dan kegunaannya dan juga diupayakan perbaikan dan penambahan sarana prasarana yang menunjang pengembangan madrasah misalya: penambahan Perlengkapan Lab. Bahasa, Komputer, perpustakaan dan sarana prasarana yang lain. Dalam pencarian ide, sunber belajar, dan pembiayaan Madrasah, kepala Madrasah bekerjasama dengan tokoh masyarakat, alumni, lingkungan sekitar. Selain itu Kepala Madrasah untuk meningkatkan perkembangan madrasah dan tujuan pendidikan mengadakan pelatiha-pelatihan para guru dan juga mengikuti pelatihan pelatian lain. Namun dmikian semuanya belum berjalan secara optimal. Dari uaraian di atas maka, standar kompetensi manajerial kepala MA putra Ma’arif Ponorogo yang merupakan kompetensi utama dalam
69
standar kepala sekolah dapat dikatakan belum memenuhi standar yang telah ditentukan, karena kepala MA Ma’arif belum sepenuhnya melaksanakan standar yang ada. Adapun usaha yang telah dilaksanakan belum berjalan secara optimal.
C. Analisis Data Tentang Kompetensi Kewirausahaan Kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo Perspektif Permendiknas No. 13 Tahun 2007 Wirausaha adalah seorang inovator, sebagai individu yang mempunyai naluri untuk melihat peluang-peluang, mempunyai semangat, kemampuan dan pikiran untuk menaklukkan cara berpikir lamban dan malas. Dalam sekolah berwirausaha berarti memadukan kepribadian, peluang, keuangan dan sumber daya dilingkungan sekolah guna mengambil keuntungan, kepribadian ini mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku. Dalam hal ini Kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo untuk mengembangkan madrasah yang dikelolanya menciptakan kewirausahaan dalam madrasah dengan menciptakan perikanan dan membekali siswa dalam berbagai keterampilan pada pelajaran ekstra seperti : pramuka yang dilaksanakan setiap hari jumat jam 2 sore, olah raga yang dilaksanakan setiap pagi jam pertama, komputer yang dilaksanakan pada jam pelajaran secara bergantian dari setiap kelas satu minggu satu kali, kajian kitab kuning, masuk jam pelajaran sebagai muatan lokal, dan mukhadoroh yang dilaksanakan satu bulan sekali serta siswa pernah mengikuti studi banding qoriah thoribah di Salatiga yang diikuti oleh siswa sendiri. Hal tersebuat dilakukan utuk
70
menciptakan inovasi untuk perkembangan madrasah dengan motivasi agar siswa setelah lulus atau tamat dari madrasah dapat mandiri dan
dapat
menciptakan lapangan kerja sendiri sesuai dengan skillnya masing-masing, yang didasari dengan semangat kerja keras. Namun dalam hal ini naluri kewirausahaan kepala MA Putra Ma’arif Ponorgo masih kurang, hal tersebut kerena faktor usia. Dalam bab dua dijelaska bahwa standar kompetensi kewirausahaan kepala madrasah terdiri dari lima komponen yaitu : Menciptakan inovasi yang berguna bagi pembangunan sekolah/madrasah, bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajaran yang efektif, memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah, pantang mennyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah, memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi atau jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik. Dari paparan di atas, maka kompetensi kewirausahaan Kepala MA Putra Ma’arf Ponorogo yang menjadi kompetensi pendukung dalam memenuhi peraturan mentri pendidikan nasional belum sesuai dengan standar yang ada. Kepala Madrasah tersebut meskipun telah mempunyai kompetensi kewirausahaan sebagaimana yang tercantum dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 namun naluri kewirausahaan masih kurang dimiliki.
71
D. Analisis Data Tentang Kompetensi Supervisi Kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo Perspektif Permendiknas No. 13 Tahun 2007 Supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin pendidikan yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya didalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan yaitu berupa dorongan, bimbingan dan kesempatan dan pertumbuhan keahlian dan kecapakan para guru. Dalam pelaksanaannya supervisi tidak hanya mengawasi, tetapi juga berusaha bersama pada guru, bagaimana cara memperbaiki proses belajar mengajar. Sebagai seorang kepala sekolah, seseorang memiliki tugas kewajiban, disamping mengatur jalannya sekolah, juga harus dapat bekerja sama dan berhubungan erat dengan masyarakat, membangkitkan semangat staf, guru dan pegawai sekolah untuk bekerja lebih baik, membangun dan memlihara kekeluargaan, kekompakan dan persatuan staf, guru-guru, pegawai sekolah dan murid-murid, mengembangkan kurikulum sekolah, mengetahui rencana sekolah
dan
tau
bagaimana
menjalankannya,
memperhatikan
dan
mengusahakan kesejahteraan para guru dan para pegawai. Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan supervisi adalah, membangkitkan dan merangsang semangan guru dan pewagai sekolah dalam menjalankan tugas masing-masing dengan sebaikbaiknya, berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan yang diperlukan demi kelancaran jalannnya proses belajar mengajar yang baik, bersama para guru berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan
72
metode-metode baru dalam proses pembelajaran yang lebih baik, membina kerja sama yang baik dan harmonis antara para guru, murid, dan pegawai sekolah lainnya, dan berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan para guru dan pegawai sekolah dengan cara mengadakan workshop, seminar, dll. Sebagai seorang pemimpin pendidikan maka kepala sekolah harus dapat mengendalikan pelaksanaan kurikulum, yang meliputi isi, metode penyajian, penggunaan alat perlengkapan dan penilaiannnya agar sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-udangan yang berlaku, kepala sekolah harus dapat mengendalikan tenaga teknis sekolah, pengadaaan, penggunaan
dan pemeliharaan sarana prasarana sekolah, mengendalikan
hubungan kerjasama dengan masyarakat dan dapat menilai semua struktur organisasi sekolah sesuai dengan bidang masing-masing, agar dapat tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan. Sebagaimana penjelasan Permendiknas dalam bab dua tentang standar kompetensi Supervisi, maka Kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo dalam hal ini melaksanakan upaya-upaya dalam mencapai standar kompetensi. Kepala MA Putra Ma’arif dalam merencanakan program supervisi akademik kepala madrasah memberikan progaram kepada para guru untuk membuat silabus, RPP, mengadakan ulangan harian, middle semester dan melaksanakan ujian semester. Dan untuk menindaklanjuti dari program tersebut kepala madrasah selalu mengecek setiap guru mengenai perlengkapan mengajar, seperti halnya RPP dan silabus. Hal tersebut dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi.
73
Adapun upaya yang dilakukan oleh kepala madrasah untuk meningkatkan profesionalisme guru di madrasah yaitu dengan mengadakan pelatihan para guru dan mengikuti pelatihan dari instansi lain, seperti Departemen Agama dan Dipartemen Nasional. Dari upaya tersebut maka, kompetensi supervisi kapala MA Putra Ma’arif Ponorogo yang merupakan kompetensi utama telah memenuhi standar sebagaimana yang tercantum dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007.
E. Analisis Data Tentang Kompetensi Sosial Kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo Perspektif Permendiknas No. 13 Tahun 2007 Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tampak dalam kenyataan bahwa tidak pernah ada manusia yang mampu hidup tanpa bantuan oran glain dan hidup bermasyarakat adalah fitrah kehidupan manusia. Pada setiap komunitas diperlukan adanya pemimpin yang berdiri ditengah-tengah masyarakat, diterima dan diikuti masyarakatnya, memegang dan mengembangkan nilai-nilai hidup yang disepakati, dapat menciptakan kehidupan masyarakat beradab, terhindar dari perbecahan, kekacauan dan kesulitan hidup, karena pemimpin adalah merupakan salah satu komponen utama dalam kehidupan. Dalam hal ini kepala MA Putra Ma’arif Ponorogo dapat dilihat dari status sosialnya bahwa beliau adalah seorang kyai dan seorang da’i yang selalu dimintai fatwa-fatwanya oleh masyarakat umum dari sini sudah dapat dilihat bagaimana kehidupannya sehari-hari dan kompetensi sosialnya di
74
masyarakat. Dalam kaitannya kegiatan sosial untuk pengembangan madrasah kepala Madrasah MA Putra Ma’arif pernah mengadakan baksos yang dilaksanaan di Desa Daya’an
Badegan Ponorogo, mengadakan Safari
Ramadhan yang di laksanakan di Ngrayun Ponorogo, dan mengadakan Takziah kapada keluarga guru maupun siswa apabila ada yang meninggal. Hal tersebut dilaksanakan untuk pengembangan madrasah
dan kepentingan
madrasah itu sendiri. Kepala madrasah juga melaksanakan kerja sama dengan pihak lain untuk mengembangkan madrasah yang dikelolanya, dan berpartisipasi sosial kemasyarakatan melalui kegiatan keagamaan serata memiliki kepekaan terhadap kelompok lain. Dari uraian di atas dan uraian dalam bab dua mengenai standar kompetensi sosial kepala madrasah sebagai kompetensi dasar dapat diketahui bahwa kompetensi kepala MA Putara Ma’arif Ponorogo dapat dikatakan sudah sesuai dengan standar kompetensi kepala madrasah yang tercantum dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007.
75
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Kompetensi Kepribadian
Kepala Madrasah Aliyah Putra Ma,arif
Ponorogo yang merupakan kompetensi dasar belum memenuhi standar, karena bakat dan minat jabatanya masih kurang dimiliki. 2. Kompetensi manajerial
kepala MA putra Ma’arif Ponorogo yang
merupakan kompetensi utama belum memenuhi standar yang telah ditentukan,
karena
melaksanakan
kepala
standar
yang
MA ada.
Ma’arif
belum
sepenuhnya
Adapun
usaha
yang
telah
dilaksanakan belum berjalan secara optimal. 3. Kompetensi kewirausahaan Kepala MA Putra Ma’arf Ponorogo yang menjadi kompetensi pendukung dalam memenuhi peraturan menteri pendidikan nasional belum sesuai dengan standar yang ada, karena naluri kewirausahaan masih kurang dimiliki. 4. Kompetensi supervisi kapala MA Putra Ma’arif ponorogo yang merupakan kompetensi utama telah memenuhi standar, karena telah sesuai dengan Permendiknas No. 13 Tahun 2007. 5. Kompetensi sosial kepala Madrasah Aliyah Putara Ma’arif Ponorogo yang merupakan kompetensi dasar sudah sesuai dengan standar kompetensi yang tercatum dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007.
76
76
B. Saran 1. Kepada Kepala Madrasah Aliyah Putra Ma’arif Ponorogo Hendaknya lebih meningkatkan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai EMASLIM, yaitu educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator, agar dapat memobilisasi seluruh tenaga kependidikan di madrasah. 2. Untuk penelitian lanjutan yaitu pengkajian lebih dalam mengeni standar kompetensi kepala madrasah di suatu institusi atau lembaga lain untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai standar kopetensi kepala madrasah, maka perlu adanya penelitian lanjut.