BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kebutuhan bahan baku hasil hutan berupa kayu terus meningkat seiring dengan lajunya perkembangan industri hasil hutan dan jumlah penduduk di Indonesia. Kebutuhan kayu akan dapat terpenuhi apabila potensi kayu dan prasarana pemanenan kayu dari hutan tergolong memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Pemanfaatan hasil hutan kayu dapat berjalan optimal apabila tersedia aksesibilitas yang baik (Elias, 2008). Aksesibilitas berupa jalan dibutuhkan salah satunya untuk pengangkutan hasil hutan kayu dari dalam hutan menuju keluar hutan. Jalan hutan tersebut selain untuk pengangkutan, juga dapat digunakan untuk keperluan kegiatan kehutanan lainnya. Kegiatan pengusahaan hutan pada KPH Mutis Timau dapat dikatakan belum
beroperasi
seluruhnya
karena
kegiatan
kehutanan
seperti
pengawasan, penanaman dan produksi atau pemanenan belum dilaksanakan di KPH Mutis Timau. Hal ini dikarenakan KPH Mutis Timau belum memiliki aksesibilitas seperti jaringan jalan dan infrastruktur seperti pos penjagaan, terminal kayu atau TPK (Tempat Penimbunan Kayu), base camp maupun menara pengawas yang memadai. Minimnya kuantitas dan kualitas jalan angkutan dalam areal hutan produksi terbatas seluas 18.404,86 ha ini,
1
2
menyulitkan kegiatan-kegiatan kehutanan dilakukan di dalamnya. Belum ada potensi kayu yang telah dipanen dan dijual atau menghasilkan keuntungan atau dengan kata lain pemasukan pengelolaan hutan dari segi finansial adalah sama dengan nol, walaupun KPH Mutis Timau ini memiliki potensi kayu yang cukup besar untuk kegiatan produksi. Keadaan seperti ini membuat pengelolaan KPH Mutis Timau menjadi tidak produktif. Seharusnya, prinsip pengelolaan hutan lestari adalah pengelolaan hutan yang seimbang dari segi finansial, ekologi dan sosialnya. Apabila dari segi finansial hutan yang dikelola tidak menghasilkan keuntungan dari kegiatan produksi seperti pemanenan kayu, maka pengelolaan hutan tersebut belum dapat dikatakan lestari meskipun dari segi ekologi dan sosialnya telah dapat dikelola dengan baik. Berdasarkan kondisi infrastruktur dan aksesibilitas di wilayah KPH Mutis Timau, perlu dirancang trase jaringan jalan angkutan yang mampu mendukung kegiatan pemanenan, penanaman, pengawasan dan kegiatan kehutanan lainnya dengan optimal, sehingga pengelolaan hutan menjadi produktif dan sesuai dengan prinsip pengelolaan hutan lestari. Pembangunan jaringan jalan angkutan memerlukan biaya pembangunan dan pemeliharaan yang mahal dan apabila tidak tepat pelaksanaannya akan dapat menimbulkan kerusakan lingkungan yang berat. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan pembangunan yang tepat dan terpadu dari segi finansial untuk mendukung pengelolaan dari segi ekologi dan sosial agar jaringan jalan yang dibangun mampu mendukung pelaksanaan kegiatan pengangkutan dan
3
kegiatan pengelolaan hutan lainnya secara efektif dan efisien. Perencanaan pembangunan jaringan jalan dapat dikatakan baik dari segi finansial apabila jalan yang dibangun dapat menjamin kelancaran pengelolaan hutan, khususnya dalam pemanenan hasil hutan dengan jumlah jalan dan infrastruktur pendukung jalan yang minimal namun dapat mengakomodasi pemanenan kayu yang maksimum dan memberikan dampak paling minimal terhadap penurunan kualitas dan kerusakan lingkungan. Hal ini dikarenakan aksesibilitas hutan merupakan hal yang penting dan mendesak dalam pengelolaan hutan dan apabila dapat dibangun dengan baik, maka akan memberikan dampak positif dalam kegiatan pengelolaan hutan. Dampak positif yang dimaksud antara lain pengeluaran biaya penanaman dan biaya pengangkutan hasil hutan yang minimal. Perencanaan
pembangunan
jaringan
jalan
angkutan
dapat
dilaksanakan dengan mudah melalui bantuan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG). Aplikasi SIG dapat dimanfaatkan oleh pengelola hutan dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan berbagai persoalan dalam pengelolaan serta menentukan pilihan atau kebijakan melalui konsep keruangan dan pengolahan data spasial. Pembangunan jaringan jalan angkutan dapat direncanakan dengan mantap dan dapat dievaluasi dengan pemanfaatan SIG demi tercapainya prinsip pengelolaan hutan lestari.
4
1.2
Perumusan Masalah Dari segi finansial, pembangunan jaringan jalan angkutan harus dilaksanakan dengan biaya seminimal mungkin baik untuk saat ini maupun masa yang akan datang, dengan tetap memberikan manfaat yang semaksimal mungkin sesuai kondisi tegakan yang ada. Investasi modal untuk pembangunan jaringan jalan angkutan harus dapat dikembalikan dari hasil kayu yang diproduksi. Untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pembangunan jaringan jalan angkutan, dibutuhkan data dan informasi tentang karakteristik hutan berupa kondisi biofisik wilayah. Efektivitas dan efisiensi jalan angkutan dapat dilihat dari prestasi kerja yang dihasilkan melalui penggunaan jalan angkutan tersebut baik dari kerapatan jalan optimum, spasi jalan optimum, persen keterbukaan wilayah (E%), rendahnya dampak lingkungan yang ditimbulkan dan rendahnya biaya yang dikeluarkan. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat membantu pengelola hutan untuk merumuskan tindakan pengelolaan hutan yang tepat termasuk kegiatan pemanenan kayu. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk dapat menjawab pertanyaan sebagai berikut: 1.
Bagaimana kondisi jaringan jalan angkutan yang sudah ada (existing road) pada Hutan Produksi Terbatas (HPT) KPH Mutis Timau?
2.
Berapa nilai optimal jaringan jalan angkutan pada Hutan Produksi Terbatas (HPT) KPH Mutis Timau?
5
3.
Seperti apa skenario rancangan jaringan jalan angkutan berdasarkan nilai optimal pada Hutan Produksi Terbatas (HPT) KPH Mutis Timau dengan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk mendukung kegiatan kehutanan khususnya pemanenan hasil hutan kayu?
1.3
Tujuan Penelitian 1.
Menganalisis kondisi jaringan jalan yang sudah ada (existing road) pada Hutan Produksi Terbatas (HPT) KPH Mutis Timau.
2.
Mengetahui nilai optimal jaringan jalan angkutan pada Hutan Produksi Terbatas (HPT) KPH Mutis Timau.
3.
Menyusun skenario rancangan jaringan jalan angkutan berdasarkan nilai optimal pada Hutan Produksi Terbatas (HPT) KPH Mutis Timau.
1.4
Manfaat Penelitian 1.
Hasil penelitian dan teori mengenai pengelolaan sumberdaya hutan ini dapat menjadi bahan perbandingan dan masukan bagi penelitian selanjutnya di bidang perencanaan hutan pada umumnya dan pemanenan hasil hutan kayu khususnya.
2.
Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam penelitian ini dapat dikembangkan selanjutnya untuk mengkaji objek yang sama atau objek lainnya melalui pengolahan data spasial.
3.
Rancangan jaringan jalan angkutan ini dapat menjadi bahan pertimbangan penerapan inovasi dalam perencanaan spasial kehutanan
6
yang optimal, bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan, acuan bagi perencanaan pembangunan prasarana kegiatan kehutanan lainnya seperti pembangunan jaringan jalan sarad, persemaian, pos pengawasan, terminal kayu dan lain-lain serta evaluasi dalam pengelolaan sumber daya hutan bagi KPH Mutis Timau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur khususnya dan bagi seluruh pengelola hutan produksi di Indonesia pada umumnya untuk mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari.