BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
Nostrand (1989: 51) Mendefinisikan budaya sebagai sikap dan kepercayaan, cara berpikir, berperilaku, dan mengingat bersama oleh anggota komunitas tersebut.1
Budaya juga timbul secara turun temurun berdasarkan kebiasaan dan pola pikir nenek moyang kita yang di ajarkan baik melalui perbuatan, lisan dan mitos-mitos yang berkembang di Zaman tersebut. Sehingga dari proses tersebut munculah sebuah kebuyaaan yang diadaptasi dari kebiasaan dan pola pikir nenek moyang tersebut. Di dalam masyarakat papua, ada komunitas masyarakat yang mereka mempunyai sebuah budaya yang menjadi tradisi secara turun-temurun yaitu, pesta bakar batu atau Barapen. yang mana babi merupakan simbol utama atau vital bagi mereka di dalam prosesi pesta tersebut. Sebagaimana Menurut Helena, symbol adalah tanda untuk menunjukan hubungan dengan acuan dalam sebuah hasil konvensi atau kesepakatan bersama, seperti benda- benda yang mewakili sebuah eksistensi yang secara tradisi telah disepakati.2
Tradisi Bakar Batu, berawal dari suku yang berada di bagian pedalaman yaitu Lembah Baliem, yang sudah terkenal cara memasaknya dengan cara membakar batu, yang mana bagi masyarakat papua sendiri upacara
1
(http://mediabacaan.blogspot.com/2011/03/definisi-kebudayaan-menurut-para-ahli.html).
2
http://www.slideshare.net/SitiKhadijah16/studi-simbol
1
tersebut merupakan bagian penting di dalam setiap penyelengaraan acara akbar dikalangan mereka. Dari fenomena tersebut, kami selaku penulis makalah ini tertarik untuk mengkaji tentang pesta bakar batu yang ada di sebuah komunitas di dalam masyarakat papua lebih lanjut. Dengan judul Budaya Bakar Batu Di Tanah Papua.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dijadikan objek kajian dalam pembahasan ini adalah: 1. Apa yang dimaksud pesta bakar batu di dalam masyarakat papua ? 2. Bagaimana makna simbol hewan babi dalam pesta bakar batu ? 3. Apa makna dan tujuan pesta bakar batu ? 4. Bagaimana prosesi pesta bakar batu ?
C. Tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui apa yang di maksud pesta bakar batu di dalam masyarakat papua. 2. Untuk mengetahui bagaimana makna simbol hewan babi dalam pesta bakar batu. 3. Untuk mengetahui makna dan tujuan dari pesta bakar batu. 4. untuk mengetahui bagaimana prosesi pesta bakar batu.
2
D. Manfaaat penelitian a. Bagi peneliti Akan menambah khazanah keilmuan, pemikiran dan pengetahuan tentang budaya bakar batu yang ada di tengah masyarakat papua.
b. Bagi pembaca Hasil dari penelitian ini kiranya dapat digunakan sebagai tambahan informasi tentang makna dan tujuan dari budaya bakar batu di sebuah komunitas dalam masyarakat papua.
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pesta Bakar Batu Pesta Bakar Batu merupakan sebuah kegiatan adat masyrarakat suku papua yang berawal di bagian pedalaman yaitu di Lembah Baliem. Dalam masyarakat di Kab. Paniai menyebutnya Gapiia, dan yang lainya di Kab. Wamena menyebutnya Kit Oba Isogoa dalam Versi Lainya Menyebut istilah ini dngan sebutan Barapen.3 Karena perkembangannya pesta ini tidak hanya dijadikan tadisi pada masyarakat suku papua yang berada di lembah baliem. Namun hamper seluruh masyarakat papua melakukan kegiatan pesta bakar batu ini. Pesta ini di laksanakan sebagai bentuk rasa syukur atas berkat yang melimpah, pernikahan, penyambutan tamu agung, upacara kematian, dan juga dilakukan sebagai bukti perdamaian setelah terjadi perang antar suku. Apa yang di lakukan oleh masyarkat papua tentang bakar batu merupakan suatu kegiatan yang melibatkan orang banyak dari semua kalangan dalam sebuah kelompok. dari anak kecil, remaja, dewasa hingga para kaula tua baik pria dan wanita. Pesta bakar batu ini bertujauan untuk membuat suatu hidangan berupa daging babi sebagai menu utama, dan sayur-sayuran serta ubi-ubian sebagai pelengkapnya yang di masak secara bersama sama. Maka dari itu kegiatan ini dinamakan pesta.
3
http://inibangsaku.com/bakar-batu-di-papua/
4
Dan dalam kegiatananya memiliki keunikan yang menjadi ciri khas dalam kebudayaan tersebut seperti proses pengeksekusian hewan kurbanya, proses dan cara memasaknya, dan alat-alat yang di gunakan dalam memasak. Dinamakan bakar batu karena dalam sebuah proses pemasakanya menggunakan media berupa batu-batu sebagai alat utamanya yang di panaskan dengan cara di bakar bersama-sama dengan tumpukan kayu. Hingga kayu tersebut habis, sehingga batu bisa menjadi panas dan bisa di gunakan untuk media memasak daging babi beserta menu-menu pelengkap diatasnya.
B. Makna Simbol Babi Dalam Pesta Bakar Batu Dalam prosesi acara pesta bakar batu. Babi merupakan hewan yang sangat penting dalam acara ini. Karena merupakan hidangan utamanya. Selama berabad-abad lamanya babi dilihat sebagai harta kepmilikan yang paling penting bagi sebagian besar masyarakat suku papua, selain kulit bia (uang) dan perempuan dalam masyarakat pegunungan. Bahkan kekayaan dan prestise seseorang diukur dengan kepemilikan sejumlah babi. Babi bukan saja diternakkan untuk dagingnya, tetapi juga merupakan status simbol bagi si pemilik babi. Semakin banyak babi yang dimiliki seseorang di sebuah kampung, semakin tinggi pula statusnya atau semakin banyak yang dapat dihadiahkannya, semakin besar pula pesta yang diselenggarakannya. Tidak disangkal bahwa makna babi bagi masyarakat pegunungan amat penting dan bersifat multiphase.4
4
http://www.papuaerfgoed.org/id/Babi_dan_pesta_babi_di_Papua: Stichting Papua Cultureel Erfgoed
(PACE).
5
Memotong babi selalu terikat pada beberapa peristiwa penting yang berkaitan dengan hidup sosial dan kepentingan bersama. Beberapa tempat masyarakat pegunungan memiliki mitos tentang babi5 Di antara suku Eipomek misalnya, anggota dari pengguna kelompok keluarga bahasa Mek ada kepercayaan bahwa babi adalah salah satu leluhur. Sebagai bentuk pertalian antara klan tersebut dengan leluhur ini, sekitar sepertiga dari suku Eipomek dilarang mengkonsumsi babi. Legenda di masyarakat pegunungan yang lain, seperti suku Damal pun mengisahkan bahwa babi-babi bersama dengan manusia keluar dari gua leluhur di Lembah Baliem. Diyakini bahwa babi dapat digunakan sebagai korban persembahan bagi arwah, mengganti manusia. Misionaris John Ellenberger yang menulis tentang suku Damal, menyatakan bahwa di masa lalu sekelompok manusia terkena suatu tragedi besar seperti wabah penyakit atau kelaparan, lalu mempersembahkan korban nyawa manusia bagi arwah tertentu sebagai tindakan untuk mengakhiri nasib buruk. Tetapi pada era 1930-an, masih menurut Ellenberger, sebelum adanya pengaruh dari luar termasuk agama Kristen, suku Damal dari Beoga dan Ilaga memutuskan untuk menjadikan seekor babi sebagai pengganti manusia saat pemimpin ritual menganggap perlu adanya persembahan.6
C. Makna Dan Tujuan Pesta Bakar Batu
Bagi masyarakarakat papua pesta bakar batu tidak hanya menjadi sebuah tradisi dan kebudayaan yang mereka lakukan untuk sekedar bersenang-senang berkumpul untuk makan besar. Namun di dalamnya mengandung maksud dan tujuan tertentu yaitu sebagai berikut :
5 6
Kal Muller, Dataran Tinggi Papua, First Edition produced by DW Book in Indonesia, 2009. Hlm. 77. http://majalahselangkah.com/content/bakar-batu-babi-sakral-bagi-masyarakat-pegunungan-sebuah-perspektif-sosiologiagama-emile-durkheim
6
1) Rasa Syukur Budaya ini bermakna sebagai wujud
rasa syukur kepada tuhan atas
limpahan berkat, rezeki yang telah di berikan kepada mereka. Yang mereka gunakan untuk memeriahkan acara pernikahan, penyambutan tamu besar. Selain itu Pesta ini juga diadakan sebagai salah satu prosesi dalam upacara kematian dan merupakan ritual tradisi. Bukan hanya itu saja, pesta bakar batu ini juga digunakan saat terjadi perdamaian setelah perang antar suku.
2) Ajang berkumpul tradisi bakar batu ini juga digunakan sebagai ajang untuk berkumpul bagi warga setempat. Dalam acara ini akan terlihat bagaimana hubungan solidaritas dan kebersamaan di antara warga Papua.
3) Saling memaafkan Layaknya masyarakat muslim, yang saling bermaaf-maafan di hari lebaran. di dalam adat suku papua pun mereka juga melalkukan hal tersebut. Yaitu sebagai ungkapan rasa saling mema`afkan diantara mereka. Pesta bakar batu yang awalnya hanyalah tradisi keluarga itu, kini memang telah merakyat, dikenal seluruh suku di tanah cendrawasih ini. Dan tidak jarang acara ini sebagai salah satu bagian untuk acara pennyambutan tamu-tamu dari kalangan para pejabat. Seperti presiden, menteri dan para pejabat daerah setempat. Sebagai makna penghormatan dan ucapan selamat datang.
D. Prosesi Pesta Bakar Batu
Di dalam Pelaksanaan pesta bakar batu terdiri dari 3 tahap yaitu:
1. Tahap persiapan
7
Pada tahap persiapan, hal ini dimulai dengan mencari kayu bakar dan batu yang akan digunakan untuk memasak. Hal ini biasanya dilakukan oleh kaum pria.
Gambar 1.1 Masyarakat papua yang sedang mencari kayu untuk persiapan pesta bakar batu.
Selanjutnya batu dan kayu bakar yang telah dikumpulkan tadi disusun dengan urutan batu-batu berukuran besar diletakkan pada bagian paling bawah, kemudian bagian atasnya ditutupi dengan kayu bakar.
Gambar 1.2 batu yang di susun bersama dengan kayu untuk di bakar dan proses pembakaran batu.
8
Selanjutnya, disusun lagi batu-batu dengan ukuran yang lebih kecil hingga bagian teratas ditutupi dengan menggunakan kayu. Barulah selanjutnya tumpukan batu dan kayu tersebut dibakar hingga batu menjadi panas dan hingga kayu habis.
2. Eksekusi hewan ( Babi ) Di dalam adat trdisional biasanya setiap suku menyerahkan babi dan secara bergiliran setiap kepala suku memanah babi tersebut. Prosesi memanah ini juga mempunyai makna tersendiri. Apabila dalam sekali panah babi tersebut langsung mati, maka hal ini menandakan bahwa acara tersebut akan sukses. Namun sebaliknya, jika babi tersebut tidak langsung mati, maka diduga sesuatu yang tidak beres akan terjadi pada acara tersebut.
Namun saat sekarang pengeksekusian babi tidak hanya dengan cara di panah namun juga dengan cara di pukul samapi babi tersebut mati. dan hal ini juga tidak harus di lakukan oleh kepala suku saja, namun masyarakat biasapun boleh melakukannya. Mengingat hal ini sudah menajdi kegiatan rutin masayarakat suku papua di dalam memperingati acara-acara tahunan seperti Natal dan pada hari kemerdekaan.
Gambar 2.1 Proses penegeksekusian babi oleh salah seorang kepala suku.
9
3. Memasak
Saat kaum pria menyiapkan babi yang akan dibakar, kaum wanita akan menyiapkan bahan-bahan makanan yang akan dimasak.
Gambar 3.1 kaum wanita yang sedang menyiapkan bahan-bahan
makanan yang akan di masak.
Hewan ini kemudian dibelah, mulai dari bagian bawah leher sampai kaki belakang. Isi perut yang tidak dimakan akan dibuang dan yang akan dimakan maka harus dibersihkan terlebih dahulu. Begitu juga dengan sayursayuran dan umbi-umbian yang akan dimakan. Dan
kaum pria juga
menyiapkan sebuah lubang yang besarnya disesuaikan dengan banyaknya makanan yang akan dimasak . Kemudian lubang tersebut dilapisi dengan alangalang serta daun pisang.
Gambar 3.2 kaum pria yang sedang menyiapkan lubang untuk proses pemasakan
10
Dengan menggunakan apando yaitu jepit kayu khusus, batu-batu yangntelah panas tadi pun dipindahkan dan didudu di atas daun-daunan tadi.
Gambar 3.3 apando alat yang di gunakan untuk memindah batu yang telah dibakar ke lubang.
Setelah itu dilapisi lagi dengan alang-alang. Barulah di atasnya dimasukkan daging babi. Selanjutnya, babi bakar tersebut ditutup lagi dengan daun-daunan. Tak lupa setelah itu, batu-batu panas kembali diletakkan di atasnya dan dilapisi lagi dengan menggunakan rumput-rumputan yang tebal.
Gambar 3.4 proses pelapisan tumpukan batu dengan dedaunan
Setelah itu, hipere (ubi jalar) disusun di atasnya. Lapisan berikutnya adalah alang-alang yang ditimbun lagi dengan batu membara. Kemudian sayuran berupa iprika atau daun hipere, tirubug (daun
11
singkong),
kopae(daun
pepaya),
nahampun
(labu
parang),
dan towabug atau hopak(jagung) diletakkan di atasnya. Tidak cukup hanya umbi-umbian,
kadang
masakan
itu
akan
ditambah
dengan
potongan barugum (buah).
Gambar 3.5 ubi-ubian yang di letakan di atas batu yang telah di lapai dedaunan
Gambar 3.6 peletakan daging babi bakar pada tumpukan paling atas
Terakhir barulah menaburinya dengan tanah dengan tujuan agar panas yang berasal dari batu tidak menguap. Kemudian menunggu sekitar 60 sampai 90 menit sampai daging babi
Setelah matang, rumput akan dibuka dan makanan yang ada di dalamnya mulai dikeluarkan satu persatu, kemudian dihamparkan di atas rerumputan. Sesudah makanan terhampar di atas, ada orang yang akan mengambil buah merah matang. Buah itu diremas-remas hingga keluar
12
pastanya. Pasta dari buah merah dituangkan di atas daging babi dan sayuran. Garam dan penyedap rasa juga ditaburkan di atas hidangan.
Gambar 3.7 buah merah
E. Makan bersama Setelah semuanya siap, tibalah saatnya bagi warga untuk makan bersama menyantap hidangan babi tersebut. Semua penduduk akan dan berkerumun mengelilingi makanan tersebut. Dalam hal ini, kepala suku akan mendapat jatah pertama, barulah selanjutnya diikuti oleh semua orang baik pria, wanita, orang tua, maupun anak-anak.
Gambar E.1 makan bersama setelah hidangan telah matang
Demikianlah salah satu kebudayaan unik yang dimiliki oleh masayarakat suku Papua, yaitu pesta bakar batu. Bakar batu ini merupakan hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh warga Papua. Bahkan beberapa warga rela meninggalkan 13ocial dan menghabiskan uang yang banyak untuk membiayai
13
pesta ini. Suku-suku pedalaman Papua sampai saat ini masih sering melaksanakan tradisi unik ini. Terlepas dari makna dan tujuan pesta bakar batu sebagi ritual, tradisi ini mengajarkan kehidupan 14ocial yang ditandai dengan solidaritas, kebersamaan, dan kerjasama yang baik.
14
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 1. Pesta bakar batu merupakan sebuah pesta adat suku papua di dalam acara measak sebuah hidangan berupa beberapa ekor babi sebagai menu utamanya dan batu yang telah di bakar sebagai media memasaknya. Yang mana tradisi ini berasal dari warga suku papua dari lembah baliem yang hingga kini meluas di tengah tengah masyarakat suku papua. 2. Bagi masyarakat papua hewan babi memilki nilai historis sebagai simbol yang di jadikan hidangan utama di dalam pesta bakar batu. 3. Pesta bakar batu di laksanakan sebagai wujud rasa syukur masyarakat suku papua terhadap tuhan sebagai sebuah ungkapan senang, kesedihan dan sebagai agenda rutin di dalam acara besar mereka seperti pernikahan, perdamaian setelah perang, penyambutan tamu agung dan acara kematian. 4. Di dalam pesta bakar batu terdiri atas 3 tahapan di dalam rangkaian kegiatannya dari persiapan, eksekusi hewan kurban ( babi ) dan memasak. yang mana kegiatan ini akan di akhiri dengan makan bersama-sama.
15
DAFATAR PUSTAKA
(http://mediabacaan.blogspot.com/2011/03/definisi-kebudayaan-menurutpara-ahli.html). ( di akses Senin, 10/11/2014; 19:30 WIB )[1]
http://www.slideshare.net/SitiKhadijah16/studi-simbol ( di akses Minggu, 09/11/2014; 17:30 WIB )[2]
http://inibangsaku.com/bakar-batu-di-papua/ (di akses Minggu, 09/11/2014; 17 : 32 WIB )[3]
http://www.papuaerfgoed.org/id/Babi_dan_pesta_babi_di_Papua: Stichting Papua Cultureel Erfgoed (PACE). ( di akses Minggu, 09/11/2014; 17 : 45 WIB )[4]
Kal Muller, Dataran Tinggi Papua, First Edition produced by DW Book in Indonesia, 2009. Hlm. 77.[5]
http://majalahselangkah.com/content/bakar-batu-babi-sakral-bagimasyarakat-pegunungan-sebuah-perspektif-sosiologi-agama-emiledurkheim ( di akses Selasa, 11/11/2014; 15:37 WIB )
http://suarakritingfree.blogspot.com/2013/04/mengenal-keunikan-budayabakar-batu-di.html ( di akses Selasa, 11/11/2014; 15:46 WIB )
http://majalahselangkah.com/content/bakar-batu-babi-sakral-bagimasyarakat-pegunungan-sebuah-perspektif-sosiologi-agama-emiledurkheim ( di akses Selasa, 11/11/2014; 16:05 WIB )
http://wisatapapua.wordpress.com/wisata-provinsi-papua/pesta-bakar-batu/ ( di akses Selasa, 11/11/2014; 18:00 WIB )
16