BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Perusahaan nasional akan mengalami kesulitan untuk bermain dalam pasar
industri otomotif. Persaingan global industri otomotif sudah sangat tinggi. Sedangkan daya saing nasional, kompetensi dan modal yang dimiliki tidak cukup untuk mengembankan industri ini secara profesional. Agar berkembang dan bersaing baik, perusahaan nasional membutuhkan modal yang besar, kemapuan riset, dan penguasaan teknologi. Selain itu membutuhkan dukungan kebijakan politis dari pemerintah. Namun, semakin terbukanya pasar global yang membuka penanaman modal asing seluas-luasnya, sangat kecil kemungkinan industri otomotif nasional dapat bersaing. Selama tahun 2008, bisnis otomotif di Indonesia mencapai puncaknya dengan penjualan sebesar 607.805 unit sekaligus merupakan penjualan yang tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Tingginya penjualan kendaraan bermotor itu didorong oleh beberapa faktor antara lain rendahnya suku bunga dan relatif stabilnya kurs rupiah terhadap US dolar. Memasuki tahun 2009, krisis ekonomi global yang dimulai sejak kuartal ketiga 2008 mulai berdampak, sehingga terjadi pembatasan atas pembiayaan baru karena ketatnya likuiditas keuangan. Akibatnya penjualan mobil menurun. Sebagai gambaran menurut catatan Gaikindo selama Januari-November 2009, penjualan mobil baru mencapai 438.025 unit atau lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 2008 yang mencapai 568.154 unit. Sementara itu, pada tahun 2010 penjualan mobil kembali tertekan. Terdapat beberapa hal yang menghambat pasar otomotif di dalam negeri
1
2
antara lain karena diberlakukannya kebijakan pajak kendaraan bermotor progresif, tetapi disisi lain pada akhir tahun 2009 pemerintah berencana melalui Departemen Perindustrian akan menyiapkan paket kebijakan untuk mendorong produksi mobil murah dan ramah lingkungan di Indonesia. Untuk itu, beberapa insentif telah disiapkan, seperti penghapusan pajak pertambahan nilai barang mewah (PPnBM) untuk mobil berkapasitas mesin kecil. Secara keseluruhan, hingga kini penguasaan pasar otomotif di dalam negeri relatif tidak berubah, masih tetap dipegang merek-merek mobil prinsipal Jepang, yaitu lebih dari 95% dari total penjualan. Sisanya diperebutkan merekmerek mobil prinsipal asal Eropa, Amerika Serikat, Korea Selatan, Malaysia dan pendatang baru China. Sementara menurut kelompok perusahaan, terdapat tiga kelompok Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) yangselama ini mendominasi pasar domestik yaitu Astra Grup (Toyota, Lexus, Daihatsu, Isuzu,Peugeot, BMW, Nissan Diesel), Krama Yudha Grup (Mitsubishi) dan Indomobil Grup (Audi, Chery, Foton, Great Wall, Hino, Kalmar, Liugong, Manitou, Nissan, Renault, SsangYong, Suzuki,Volkswagen, Volvo, Volvo Truck dan Mack Truck). Perusahaan pemegang merek prinsipal asal China yang memasuki pasar otomotif dalam negeri, yaitu Chery Automobile, Beiqi Foton Motor, Geely Automobile dan Great Wall Motor. Sementara itu, merek mobil prinsipal asal Malaysia yaitu Proton melakukan penetrasi pasar melalui penjualan kendaraan untuk angkutan penumpang taksi. Selain kendaraan taksi, Proton juga memasarkan mobil di segmen sedan mini yaitu New Proton Saga dengan dua varian berkapasitas mesin 1.300 cc yang dijual dengan harga sekitar Rp 125 juta. Sedan yang diimpor oleh
3
PT Proton Edar Indonesia (PEI) ini menjadi sedan dengan harga termurah dipasar domestik. Selain itu, PEI juga memasarkan Proton Gen2 Persona yang selama Januari-Juni 2009, penjualannya telah mencapai 321 unit. Perusahaan yang ingin bertahan hidup atau bahkan berkembang harus mampu menghasilkan produksi yang berkualitas baik. Hasil produksi yang tinggi akan tercapai apabila perusahaan memiliki efektifitas produksi yang tinggi dan ini tidak mudah karena banyak faktor yang mempengaruhi external dan internal perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain tenaga kerja, bahan baku, mesin, metode produksi dan pasar. Untuk dapat bersaing dalam pasar, perusahaan harus mampu menciptakan produk yang harganya lebih rendah atau paling tidak sama dengan harga yang ditawarkan pesaingnya. Untuk dapat memperoleh produk seperti itu perusahaan harus berusaha sebisa mungkin mengurangi biaya yang dikeluarkan dalam proses produksinya. Salah satu metode yang digunakan untuk lolos dari masalah ini adalah Target Costing. Konsep Target Costing ini sangat sesuai sejalan dengan meningkatnya persaingan serta tingkat penawaran yang jauh melampaui tingkat permintaan maka kekuatan pasar memberi pengaruh yang semakin besar pada tingkat harga. Untuk itulah diperlukan target costing untuk dapat mencapai tujuan perusahaan dalam rangka mengurangi biaya (Cost Reduction) yang berujung pada tingkat harga yang kompetitif. Jadi semakin jelas bahwa perusahaan sebaiknya melakukan target costing guna menghasilkan produk yang berkualitas dan dapat bersaing tetapi juga tetap menghasilkan keuntungan atau laba yang diharapkan. Atas uraian diatas maka
4
penulis mencoba mengimplementasikan Target Costing, oleh karena itu penulis mengambil judul sebagai berikut:
“ANALISIS PENERAPAN TARGET COSTING
PADA NEW
MODEL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR”
1.2
Perumusan masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana penerapan Target Costing dalam rangka efisiensi biaya untuk New Model di PT. Astra Daihatsu Motor ?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk ”mengetahui penerapan Target
Costing dalam rangka efisiensi pada New Model yang terjadi di perusahaan”. Selain itu penulis melakukan penelitian ini sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Universitas Mercu Buana.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi : 1. Peneliti Peneliti dapat menambah pengetahuan kegiatan perusahan terutama tentang Target Costing dalam efisiensi biaya serta kemampuan menulis. 2. Perusahaan
5
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan sebagai bahan masukan dalam menentukan kebijakan manajemen berhubungan dengan pengurangan biaya yang paling tepat bagi perusahaan dan meningkatkan pengendalian biaya di PT. Astra Daihatsu Motor. 3. Pihak Lain Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan acuan bagi peneliti yang akan meneliti masalah serupa lebih jauh sehingga membantu mempercepat penelitian sesuai dengan topik ini.