BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Di era ini sebagian besar negara di dunia mengalami transisi demografi yang ditandai dengan penurunan tingkat kelahiran maupun tingkat kematian. Selain itu, perubahan penting juga terjadi pada komposisi umur penduduk (Bongaarts, 2009). Peningkatan derajat serta kesejahteraan penduduk juga berimbas pada semakin tingginya harapan hidup manusia. Hal ini berakibat pada peningkatan jumlah lansia dari tahun ke tahun (Kemenkes RI, 2013). Bahkan diprediksikan pada tahun 2050 proporsi penduduk lansia (>60 tahun) secara global akan mengalami peningkatan hingga 100% (WHO, 2014). Hingga jumlah penduduk lansia (60+ tahun) akan menjadi lebih tinggi daripada penduduk berusia <15 tahun di tahun 2040. Saat ini Benua Asia ditempatkan sebagai benua yang memiliki jumlah penduduk lansia yang besar. Setengah dari penduduk lansia dunia ada di Benua Asia yang berjumlah sekitar 400 jiwa dimana Indonesia merupakan salah satu negara Asia yang sekarang ini mendapat predikat sebagai negara berstruktur umur tua (Kemenkes RI, 2013). Indonesia dikatakan sebagai negara berstruktur umur tua dikarenakan proporsi lansia yang sudah mencapai di atas 7%. Hasil survei kesehatan nasional yang dilakukan tahun 2013 mengindikasikan terjadinya peningkatan pada penduduk lansia di Indonesia. Sebesar 8.05% dari total keseluruhan penduduk Indonesia atau sekitar 20.4 juta orang merupakan penduduk yang tergolong lansia. Provinsi dengan proporsi lansia tertinggi di Indonesia adalah Yogyakarta yaitu 13.20%, disusul dengan Jawa Tengah (11.11%), kemudian Jawa Timur (10.96%). Bali merupakan salah satu provinsi dengan proporsi lansia di atas 7% dan merupakan provinsi 1
2
keempat di Indonesia dengan proporsi lansia tertinggi yaitu sebesar 10.07% (BPS, 2014). Pada saat lanjut usia seseorang akan cenderung mengalami berbagai masalah kesehatan karena mengalami penurunan fungsi organ tubuh yang salah satunya adalah disabilitas atau kecacatan. Kecacatan yang terjadi pada seorang lansia juga dikaitkan dengan peningkatan usia dimana semakin tinggi usia, risiko kecacatan juga semakin tinggi (Wandera et al, 2014). Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 45-59 tahun (pra lansia) yang mengalami keluhan kesehatan mencapai 35.18% dan hal ini meningkat pada kelompok lansia muda (60-69 tahun) yaitu sebesar 46.71%. Dan hingga usia 80 ke atas, keluhan kesehatan sudah mencapai 61.04% sedangkan angka kesakitan pada lansia pada tahun 2013 mencapai 24.80%. Semakin tinggi usia lansia, keluhan kesehatan yang dialami juga semakin banyak. Keluhan kesehatan yang umumnya dialami adalah asam urat, darah tinggi, rematik, serta penyakit degeneratif lainnya. Keluhan kesehatan yang dialami lansia tersebut juga cenderung lebih sulit untuk disembuhkan seiring peningkatan usianya (BPS, 2014). Salah satu indikator keberhasilan pembangunan baik secara global maupun nasional adalah struktur penduduk tua karena dikaitkan dengan kualitas kesehatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu, meningkatnya jumlah lansia menunjukkan keberhasilan pencapaian indikator pembangunan tersebut (Kemenkes RI, 2013). Masih ada banyak lansia yang mampu hidup secara produktif dalam kehidupannya, meskipun begitu karena faktor usia lansia akan menghadapi berbagai keterbatasan. Keterbatasan yang kerap dihadapi lansia tentu akan membuat lansia bergantung pada orang lain untuk meningkatkan kesejahteraannya (Undang-Undang RI No.13 1998). Lansia cenderung kehilangan kemampuan mereka untuk hidup
3
mandiri dikarenakan keterbatasan mobilitas yang mereka hadapi dan melemahnya fisik serta mentalnya (WHO, 2014). Sebuah penelitian yang dilakukan Jae Chul Lee tahun 2008 yang berjudul “Health Disparities In Access to Health Care For Older People With Disabilities”, menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan terhadap akses ke pelayanan kesehatan antara orang tua yang mengalami disabilitas dengan orang tua yang tidak mengalami disabilitas. Orang tua yang mengalami disabilitas akan cenderung menghadapi masalah biaya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal tersebut karena mereka membutuhkan pemeriksaan kesehatan yang lebih rutin dan membutuhkan lebih dari satu pelayanan kesehatan personal (Lee & Chul, 2008). Hal ini juga didukung oleh penelitian Joshua M Thorpe et al, 2011 yang berjudul “Partern of Perceived Barriers to Medical Care in Older Adult : A Lattent Class Analysis” yang menyatakan bahwa orang tua cenderung lebih sulit untuk mendapatkan akses dalam
pelayanan
kesehatan terutama pada orang tua yang tinggal di daerah rural (pedesaan), mengalami disabilitas, serta kurang baiknya kesehatan mental (Thorpe et al, 2011). Di antara beberapa kabupaten di Bali, Tabanan adalah salah satu kabupaten yang memiliki penduduk dengan struktur umur tua. Hal ini terlihat dari proporsi lansia yang berumur ≥65 tahun di Tabanan melebihi 7% yaitu sebesar 10.49% dari total seluruh penduduk Tabanan. Salah satu kecamatan dengan jumlah lansia tertinggi di Kabupaten Tabanan adalah Kecamatan Kediri yang berjumlah 9259 jiwa. Di antara 3 puskesmas yang ada di Kediri, jumlah lansia tertinggi ada di wilayah kerja Puskesmas Kediri I (Dinkes Tabanan, 2014). Pada tahun 2014 jumlah lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kediri I sebanyak 4264. Namun, tidak semua lansia tercakup di dalam pelayanan kesehatan khususnya yang diselenggarakan puskesmas. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan dengan
4
mewawancari pemegang program lansia, cakupan pelayanan kesehatan pada lansia sebesar 47.13% dimana target cakupan pelayanan kesehatan sebesar 70% belum terpenuhi. Hal ini disebabkan karena berbagai alasan lansia seperti masalah tidak ada yang mengantar, maupun keengganan berobat karena merasa sehat (Puskesmas Kediri I, 2014). Bertolak dari latar belakang tersebut, maka peneliti ingin mengetahui gambaran akses pelayanan kesehatan oleh lansia di wilayah kerja Puskesmas Kediri I pada tahun 2015. Hal ini tentu sangat penting untuk diperhatikan agar nantinya bisa diciptakan sistem pelayanan kesehatan yang tepat untuk lansia.
1.2 Rumusan Masalah Dilihat dari latar belakang maka terlihat bahwa terjadi peningkatan penduduk lansia dari tahun ke tahun. Lansia akan mengalami berbagai keluhan kesehatan sehingga membutuhkan berbagai pelayanan kesehatan. Namun, seiring peningkatan umur, lansia mengalami berbagai keterbatasan baik secara fisik maupun psikologis sehingga lansia kesulitan didalam mengakses pelayanan kesehatan. Sehubungan dengan masalah tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran akses pelayanan kesehatan oleh lansia di wilayah kerja Puskesmas Kediri I pada tahun 2015.
1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana karakteristik lansia di wilayah kerja Puskesmas Kediri I tahun 2015? 2. Bagaimana riwayat penyakit yang diderita lansia di wilayah kerja Puskesmas Kediri I tahun 2015?
5
3. Bagaimana cara lansia mencapai tempat pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kediri I tahun 2015? 4. Tempat berobat apa yang paling diminati oleh lansia untuk berobat di wilayah kerja Puskesmas Kediri I tahun 2015? 5. Bagaimana cara pembayaran untuk pelayanan kesehatan yang diterima oleh lansia di wilayah kerja Puskesmas Kediri 1 tahun 2015? 6. Bagaimanakah kepemilikan asuransi kesehatan pada lansia di wilayah puskesmas Kediri I pada tahun 2015?
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran akses pelayanan kesehatan oleh lansia di wilayah kerja Puskesmas Kediri I tahun 2015.
1.4.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui karakteristik lansia di wilayah kerja Puskesmas Kediri I tahun 2015. 2. Untuk mengetahui riwayat penyakit yang diderita lansia di wilayah kerja Puskesmas Kediri I tahun 2015. 3. Untuk mengetahui cara lansia mencapai tempat pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kediri I tahun 2015. 4. Untuk mengetahui tempat berobat yang paling diminati oleh lansia untuk berobat wilayah kerja Puskesmas Kediri I tahun 2015. 5. Untuk mengetahui cara pembayaran untuk pelayanan kesehatan yang diterima oleh lansia di wilayah kerja Puskesmas Kediri I tahun 2015.
6
6. Untuk mengetahui status kepemilikan asuransi kesehatan pada lansia di wilayah Puskesmas Kediri I pada tahun 2015.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan serta menyumbangkan pemikiran bagi pengembangan teori keilmuan khususnya di bidang kesehatan lansia.
1.5.2 Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada: 1. Keluarga, mendapatkan informasi terkait kesehatan pada lansia dan bagaimana akses pelayanan kesehatan oleh lansia tersebut sehingga bisa lebih tanggap terhadap kesehatan serta pengobatan pada lansia yang sakit. 2. Pemerintah mendapatkan informasi terkait akses pelayanan kesehatan oleh lansia sehingga bisa menentukan pelayanan kesehatan yang efisien serta tepat untuk menjamin kesehatan lansia. 3. Peneliti berikutnya bisa menjadikan penelitian ini sebagai referensi terutama penelitian yang berkaitan dengan akses pelayanan kesehatan pada lansia.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian bidang epidemiologi yang menekankan pada aspek akses pelayanan kesehatan oleh lansia di wilayah kerja Puskesmas Kediri I Tahun 2015. Lansia yang dimaksud adalah lansia yang berumur 60-80 tahun yang
7
tidak mengalami kesulitan apabila diajak berkomunikasi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif sehingga tidak melihat pengaruh antar variabel.