BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan
oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama gas karbondioksida ( metana (
) dan gas
), mengakibatkan dua hal utama yang terjadi di lapisan atmosfer
paling bawah, yaitu fluktuasi curah hujan yang tinggi dan kenaikan muka laut (Susandi, et al. 2008). Banyak ahli oseanografi berargumentasi bahwa global warming mempunyai kaitan yang erat dengan semakin tingginya frekuensi El Nino dan La Nina (Timmermann, et al. 1999). Hasil analisis dari wavelet menunjukkan bahwa frekuensi terjadinya ENSO (El Nino Southern Oscilation) El Nino dan La Nina meningkat sejak tahun 1970 sampai sekarang. Pada umumnya El Nino maupun La Nina terjadi antara dua tahun sampai tujuh tahun sekali, tetapi sejak tahun 1970 frekuensi El Nino dan La Nina menjadi dua tahun sampai enam tahun sekali (Torrence & Compo, 1999). Akibat meningkatnya kejadian ENSO mengakibatkan terjadinya gelombang ekstrem di laut sehingga mengancam keselamatan pelayaran (DNPI, 2012). Meningkatnya cuaca dan iklim ekstrem akan berdampak luas terhadap seluruh nelayan dalam memenuhi penghidupan mereka. Perahu-perahu untuk menangkap ikan akan menghadapi cuaca yang tidak menentu dan tentunya gelombang tinggi yang mempengaruhi nelayan untuk melaut (UNDP, 2007). Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlah 17.499 pulau, panjang garis pantai 80.791 km dan luas perairan laut sekitar 3,25 juta
, yang terdiri dari 0,3
1
juta
, perairan teritorial, 2,8 juta
, perairan kepulauan dan 2,55 juta
,
perairan ZEEI yang kaya akan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan sehingga pesisir Indonesia menjadi salah satu kawasan yang memiliki ancaman terhadap gelombang ekstrem. Pesisir mempunyai fungsi ekologis yang sangat penting, dan sekitar 65% penduduk Indonesia bermukim di sekitar wilayah pesisir (Prasojo, 2013 dalam Laporan Desa Pesisir Tangguh Kabupaten Kulonprogo, 2012). Desa Glagah merupakan salah satu desa di Kawasan Pesisir Kulonprogo yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia sehingga Desa Glagah memiliki beberapa potensi bencana yang tergolong kompleks yang meliputi bencana tsunami, banjir luapan sungai, angin badai, pasang surut air laut, erosi dan gelombang ekstrem (Laporan Akhir Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan
Kabupaten
Kulonprogo,
2012).
Dalam
dokumen
rencana
penanggulangan bencana Daerah Istimewa Yogyakarta 2013-2017 menjelaskan bahwa Desa Glagah Kecamatan Temon memiliki tingkat ancaman gelombang ekstrem dan abrasi yang tinggi. Pesisir Desa Glagah menjadi fokus BPBD Kulonprogo, karena jumlah nelayan perikanan tangkap sangat tinggi dan banyak nelayan andon yang singgah ke Desa Glagah. Adanya ancaman bencana di kawasan pesisir akan semakin merugikan nelayan, karena kondisi masyarakat pesisir yang pada umumnya ditandai oleh adanya beberapa ciri yaitu seperti kemiskinan, keterbelakangan sosial-budaya, rendahnya sumberdaya manusia dan lemahnya fungsi dari keberadaan kelompok usaha (Kusnadi, 2003). Karakteristik lain dari nelayan adalah ketergantungan
2
mereka pada musim. Ketergantungan pada musim ini semakin besar bagi para nelayan kecil. Pada musim penangkapan para nelayan sangat sibuk melaut. Sebaliknya, pada musim paceklik kegiatan melaut menjadi berkurang sehingga banyak nelayan yang terpaksa menganggur. Kondisi ini mempunyai implikasi besar pula terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat pantai secara umum dan kaum nelayan khususnya (Wahyudi, et al., 2003). Wilayah pesisir yang merupakan interface antara kawasan laut dengan kawasan darat yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lainnya, baik secara biogeofisik maupun sosial ekonomi sehingga wilayah pesisir mempunyai karakteristik yang khusus sebagai akibat interaksi antara prosesproses yang terjadi di kawasan darat dan kawasan laut (Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah, 2003). Oleh karena itu wilayah pesisir telah membentuk ekosistem yang beragam dan sangat produktif sehingga mampu memberikan nilai ekonomi yang luar biasa terhadap kehidupan dan penghidupan manusia yang tinggal di wilayah ini. Menurut (Rijanta, et al. 2014) faktor pengaruh kerentanan secara aspek sosial dipengaruhi oleh faktor sosial dan ekonominya, kaitannya dalam hal ini yaitu teori mengenai penghidupan karena dalam teori penghidupan menjelaskan mengapa seseorang menjadi rentan secara sosial. Faktor-faktor pemicu kerentanan sosial ekonomi yaitu berakibat dari demografi, ekonomi, kesehatan, pendidikan, lokasi zona bahaya dan lainnya (Cutter, 1996). Risiko dan dampak gelombang ekstrem paling dirasakan oleh nelayan Di Pesisir Desa Glagah pada tahun 2012 hingga 2013 rata-rata tinggi gelombang laut sebesar 3-4 meter telah menyebabkan 10 buah kapal milik nelayan yang tersapu
3
ombak dengan total kerugian Rp 50.000.000,- dan pada tahun 2014 terjadi gelombang ekstrem dengan periode yang lebih panjang yaitu pada Bulan Agustus 2014 hingga November 2014 ini yang menyebabkan nelayan tidak mendapat pemasukan dari melaut (Triangga, 2015). 1.2
Rumusan Masalah Karakteristik wilayah Kawasan Pesisir Desa Glagah yang memiliki
ancaman terhadap bencana gelombang ekstrem memunculkam tantangan tersendiri dan permasalahan yang semakin kompleks bagi nelayan dalam melaut. Penghidupan nelayan sangat bergantung dengan kondisi gelombang laut, kondisi kerentanan ekonomi dan penguasaan modal penghidupan nelayan. Oleh karena itu perlu ada kajian mengenai ketahanan ekonomi dari strategi penghidupan yang nelayan lakukan sebagai resiliensi dalam menghadapi bencana gelombang ekstrem di Pesisir Desa Glagah. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Bagaimana kondisi kerentanan ekonomi dan penguasaan aset penghidupan nelayan di Peisir Desa Glagah ?
2.
Bagaimana strategi penghidupan nelayan Desa Glagah dalam menghadapi gelombang ekstrem?
3.
Bagaimana strategi penghidupan nelayan yang memiliki ketahanan ekonomi sebagai resiliensi dalam menghadapi gelombang ekstrem?
4
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Mengkaji kondisi kerentanan ekonomi dan penguasaan aset penghidupan nelayan di Pesisir Desa Glagah.
2.
Mengungkap strategi penghidupan nelayan menghadapi gelombang ekstrem di Pesisir Desa Glagah.
3.
Menentukan ketahanan ekonomi dari strategi penghidupan yang nelayan lakukan sebagai resiliensi dalam menghadapi gelombang ekstrem.
1.4
Keaslian Penelitian Penelitian tentang strategi penghidupan telah banyak dilakukan, tetapi
khususnya tentang strategi penghidupan nelayan terhadap gelombang ekstrem belum pernah dilakukan sebelumnya. Dari beberapa penelitian terdahulu, terdapat perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Sumirat (2015) mengidentifikasi persepsi, coping dan pola adaptasi yang dilakukan masyarakat terhadap ancaman bahaya bencana abrasi dan gelombang ekstrem di Kawasan Pesisir Kecamatan Kragan, Rembang. Ayunda (2014) memproyeksikan area tergenang banjir rob di Desa Timbulsloko, mengukur ketahanan masyarakat Timbulsloko menghadapi banjir rob, mengetahui faktor yang mempengaruhi ketahanan masyarakat Desa Timbulsloko menghadapi banjir rob dan menyusun rekomendasi strategi mitigasi yang dapat dikembangkan di Desa Timbulsloko dalam menghadapi banjir. Subair (2013) membuat sintesis berkaitan dengan pemahaman nelayan tentang perubahan iklim, strategi adaptasi, serta proses pengambilan keputusan
5
adaptasi sebagai bahan untuk merumuskan formulasi kebijakan advokasi perubahan iklim berbasis evidensi pedesaan nelayan pada kawasan pesisir. Adriyan (2013) melakukan penelitian mengenai strategi penghidupan ekonomi rumahtangga pada sektor pertanian pascaerupsi Gunungapi Bromo 2010 dengan tujuan untuk mengetahui strategi penghidupan rumahtangga petani pascaerupsi Gunungapi Bromo tahun 2010 dan mengukur ketahanan ekonomi sesuai dengan strategi penghidupan yang dilakukan dengan menggunakan metode DSER (Direct Static Economic Resilience). Baru (2011) Mengetahui pemahaman dan persepsi masyarakat mengenai banjir pesisir dan abrasi akibat gelombang pasang air laut di pesisir selatan kota, mengidentifikasi dampak yang diakibatkan oleh gelombang pasang yaitu banjir pesisir dan abrasi berdasarkan survey lapangan dan interview, mengetahui strategi adaptasi masyarakat terhadap banjir pesisir dan abrasi, dan mengetahui strategi atau kebijakan pemerintah dalam pengelolaan banjir pesisir dan abrasi. Keenam penelitian tersebut Sumirat (2015), Subair (2013), Andriyan (2013), dan Baru (2011) memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu mengenai tujuan penelitian untuk mengetahui pola strategi penghidupan masing-masing rumahtangga dalam masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh penulis berbeda dari penelitian-penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut terletak tujuan dari penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Primandaru (2014) mengenai kajian strategi penghidupan (livelihood) nelayan sebagai resiliensi menghadapi gelombang ekstrem di Pesisir Kulonprogo (studi di Desa Glagah).
6
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No
Judul
1.
Fitri Yani Sumirat (2015) Strategi Masyarakat Dalam Menghadapi Abrasi Dan Gelombang Pasang Di Pesisir Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang. Tesis UGM. Taufik Perdana Ayunda (2014) Ketahanan Masyarakat di Kawasan Pesisir Terdampak (Kasus : Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak). Tesis UGM
2.
3.
Subair (2013) Adaptasi Perubahan Iklim Dan Resiliensi Komunitas Desa
Tujuan
Metode penelitian
Persamaan
Perbedaan
Mengetahui persepsi, mengidentifikasi coping, dan mengidentifikasi adaptasi masyarakat terhadap ancaman bahaya pesisir di Kecamatan Kragan
Penelitian deduktif mixed method
Sama-sama mengkaji ancaman bahaya gelombang pasang di pesisir dan menganalisis kerentanan masyarakat
Karakteristik lokasi kajian berbeda, penelitian sebelumnya di kawasan pesisir di Rembang sedangkan penelitian ini di kawasan Pesisir Kulonprogo. utara pulau ambon, unit analisis yang digunakan pun berbeda, penelitian sebelumnya di masyarakat pesisir, sedangkan penelitian ini khusus nelayan pesisir.
Memproyeksikan area tergenang banjir rob di Desa Timbulsloko, Mengukur ketahanan dan faktor yang mempengaruhi ketahanan masyarakat Desa Timbulsloko menghadapi banjir rob, menyusun rekomendasi strategi mitigasi yang dapat dikembangkan di Desa Timbulsloko dalam menghadapi banjir Membuat sintesis berkaitan dengan pemahaman nelayan tentang perubahan iklim, strategi adaptasi, serta proses pengambilan keputusan
Metode yang digunakan gabungan kualitatif dan kuantitatif
Sama-sama mengkaji ketahanan masyarakat pesisir
Ancaman bencana yang berbeda yaitu banjir pasang surut dengan bencana gelombang ekstrem. Fokus pada penelitian sebelumnya fokus terhadap ketahanan masyarakat sedangkan penelitian ini fokus pada strategi penghidupan untuk mengetahui ketahanan nelayan.
Metode kualitatif dalam bentuk studi kasus historis.
Sama-sama membahas resiliensi masyarakat di pesisir
Karakteristik lokasi kajian berbeda, penelitian sebelumnya di kawasan pesisir utara pulau ambon, maluku sedangkan penelitian ini di wilayah Pesisir Kulonprogo, DIY
7
Nelayan: Studi Kasus Di Kawasan Pesisir Utara Pulau Ambon, Maluku.Tesis ITB 4.
5.
Marshal Andriyan (2013) Strategi Penghidupan Ekonomi Rumahtangga Pada Sektor Pertanian Pascaerupsi (Studi Kasus Erupsi Gunungapi Bromo Tahun 2010). Tesis UGM Maria Theresia Firmina Baru (2011) Persepsi Dan Strategi Adaptasi Masyarakat Pesisir Selatan Kota Ende Dalam Menghadapi Dampak Dari Gelombang Pasang Air Laut. Tesis UGM
adaptasi sebagai bahan untuk merumuskan formulasi kebijakan advokasi perubahan iklim berbasis evidensi pedesaan nelayan pada kawasan pesisir. Mengkaji strategi penghidupan ekonomi, dan ketahanan ekonomi rumahtangga petani pascaerupsi Gunungapi Bromo tahun 2010. Menentukan strategi penghidupan ekonomi rumahtangga petani yang memiliki ketahanan ekonomi terbaik di masa depan.
Mengetahui pemahaman dan persepsi masyarakat mengenai banjir pesisir dan abrasi akibat gelombang pasang air laut di pesisir selatan kota, megidentifikasi dampak yang diakibatkan oleh gelombang pasang yaitu banjir pesisir dan abrasi berdasarkan survei lapangan dan interview, mengetahui strategi adaptasi masyarakat terhadap banjir pesisir dan abrasi, dan mengetahui strategi atau
Ancaman bencana yang berbeda yaitu perubahan iklim dan gelombang ekstrem Perbedaan dalam metode penelitian
Metode Kombinasi Kualitiatif dan Kuantitatif
Sama-sama memiliki topik strategi penghidupan dan ketahanan ekonomi
Karakteristik lokasi kajian berbeda, penelitian sebelumnya di Desa Tengger, lereng Gunungapi Bromo, Jawa Timur sedangkan penelitian ini di wilayah Pesisir Kulonprogo, DIY Ancaman bencana yang berbeda yaitu erupsi gunungapi dan gelombang ekstrem Perbedaan metode penelitian
Metode yang digunakan purposive multistage area sampling
Memiliki topik yang sama yaitu strategi adaptasi masyarakat dalam menghadapi gelombang laut
Karakteristik lokasi kajian berbeda, penelitian sebelumnya di Kota Ende, Kabupaten Nusa Tenggara Timur sedangkan penelitian ini di wilayah Pesisir Kulonprogo, DIY Ancaman bencana yang berbeda yaitu banjir pesisir dan abrasi dengan bencana gelombang ekstrem Perbedaan dalam metode penelitian
8
6.
Noormalita Primandaru (2014) Kajian strategi penghidupan nelayan sebagai resiliensi menghadapi gelombang ekstrem di Pesisir Kulonprogo (Kasus Di Desa Glagah). Tesis UGM
kebijakan pemerintah dalam pengelolaan banjir pesisir dan abrasi Mengkaji kondisi kerentanan ekonomi dan kondisi penghidupan nelayan di Desa Glagah, mengkaji strategi penghidupan nelayan dalam menghadapi gelombang ekstrem, dan mengkaji ketahanan ekonomi strategi penghidupan yang dilakukan nelayan dalam menghadapi gelombang ekstrem
Metode Kombinasi Kualitiatif dan Kuantitatif
Mengkaji strategi penghidupan berkelanjutan dan ketahanan ekonomi dari strategi yang nelayan lakukan dalam menghadapi gelombang ekstrem
Karakteristik lokasi penelitian di kawasan Pesisir Desa Glagah, dengan unit analisi tiga tipe nelayan yang tinggal di pesisir tersebut. Ancaman bencana yang dijelaskan adalah bencana gelombang ekstrem
9
1.5
Manfaat Penelitian
a.
Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan
pengetahuan dalam bidang manajemen bencana, khususnya tentang strategi penghidupan dan ketahanan ekonomi nelayan sebagai resiliensi terhadap bencana gelombang ekstrem di Pesisir Desa Glagah. b.
Manfaat Praktis Hasil peneltian ini diharapkan dapat mengungkap strategi penghidupan dan
ketahanan ekonomi sebagai resiliensi nelayan ketika gelombang ekstrem terjadi dan penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan salah masukan bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan, stakeholder bagi masyarakat mengenai pentingnya program pemberdayaan masyarakat terkait untuk mendukung usaha peningkatan kapasitas melalui berbagai program pelatihan keterampilan untuk meningkatkan usaha kegiatan penghidupan masyarakat sebagai resiliensi menghadapi gelombang ekstrem dan bencana pesisir lainnya.
10