I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan iklim bumi telah menyebabkan perubahanperubahan terhadap sistem fisik dan biologis bumi kita. United Nations Development Program (2007), melaporkan bahwa pemanasan global dalam kurun waktu 2000-2004 telah menyebabkan sekitar 262 juta orang terkena bencana iklim (climate disaster), dan 8%-nya adalah penduduk di dunia ketiga. Pada dekade terakhir ini, 90% bencana yang terjadi di berbagai belahan dunia terkait dengan perubahan iklim. Dampak perubahan iklim akan dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Namun yang paling merasakan dampaknya adalah masyarakat miskin. Pertama, sumber nafkah sebagian masyarakat miskin berada di sektor pertanian dan perikanan, sehingga sumber-sumber pendapatan mereka sangat di pengaruhi oleh iklim. Kedua, sanitasi yang buruk mengakibatkan banjir ketika curah hujan lebat, masyarakat akan terkena berbagai macam penyakit seperti malaria, diare, kolera, demam berdarah, dan lain-lain. Ketiga, iklim yang berubah-ubah sering menyebabkan terjadinya gagal panen yang pada akhirnya menyebabkan kekurangan pangan. Keempat, kekurangan persediaan air akibat pola hujan yang berubah-ubah (Moediarta dan Stalker, 2007). Selain itu, perubahan iklim juga berdampak negatif pada kehidupan di daerah pesisir pantai. Intergovernmental Panel on Climate Change (1990) dalam
1
makalah Dekimpraswil (2002), mengemukakan kenaikan permukaan air laut Indonesia sebesar 30-60 cm. Kenaikan muka air laut selain mengakibatkan perubahan arus laut pada wilayah pesisir juga mengakibatkan hilangnya lahanlahan budidaya seperti sawah, payau, kolam ikan, kerusakan mangrove, dan penurunan produktivitas lahan perikanan budidaya. Apabila keberadaan mangrove tidak dapat dipertahankan lagi, maka abrasi pantai akan kerap terjadi karena tidak adanya penahan gelombang, pencemaran dari sungai ke laut akan meningkat karena tidak adanya filter polutan, dan zona budidaya (aquaculture) pun akan terancam dengan sendirinya. Peningkatan volume air pada kawasan pesisir akan memberikan efek akumulatif apabila kenaikan muka air laut serta peningkatan frekuensi dan intensitas hujan terjadi dalam kurun waktu yang bersamaan. Perubahan iklim juga menyebabkan gelombang pasang dan banjir yang sering terjadi, hujan lebat, badai, kekeringan yang silih berganti, sulitnya ketersediaan air bersih, dan penyebaran berbagai penyakit. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau tidak kurang dari 17.500 serta memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km sehingga memiliki sumberdaya laut yang melimpah seperti perikanan, terumbu karang, udang, cumicumi, kerang, lobster, dan berbagai sumberdaya laut lainnya. Bagi Indonesia sebagai negara kepulauan, pesisir merupakan kawasan strategis dengan berbagai keunggulan komparatif dan kompetitif sehingga berpotensi menjadi penggerak utama (prime mover) pembangunan nasional. Penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pesisir cukup besar, sebagai contoh 65% penduduk Jawa mendiami daerah pesisir (Dekimpraswil, 2002). Kondisi tersebut menyebabkan negara kita sangat rawan terhadap dampak negatif perubahan iklim. Perubahan iklim telah mengubah
2
pola presipitasi dan evaporasi sehingga berpotensi menimbulkan banjir di beberapa lokasi. Hal ini sangat mengancam berbagai bidang mata pencaharian di tanah air terutama pada sektor perikanan. Perubahan iklim jelas mengganggu aktivitas warga pesisir secara ekonomi, pendidikan, dan sosial. Salah satu potensi perikanan yang dimiliki Indonesia adalah perikanan budidaya tambak udang yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Udang merupakan salah satu komoditas unggulan dari sektor perikanan Indonesia. Udang selalu menjadi komoditas perdagangan terpenting dilihat dari aspek nilainya yang mencapai 45,6% dari keseluruhan nilai perdagangan (ekspor) komoditas perikanan Indonesia. Komoditas udang didapatkan melalui penangkapan yang dilakukan oleh para nelayan di laut ataupun melalui penangkapan atau pemanenan yang dilakukan oleh para petani tambak (budidaya). Produksi udang terutama dihasilkan dari budidaya sebesar 56,81% dan dari penangkapan di laut sebesar 40,85% (Anwar, 2009). Kecamatan Muaragembong merupakan salah satu daerah pesisir pantai Teluk Jakarta dan hilir Sungai Citarum. Muaragembong adalah salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Bekasi sebagai sentra produksi perikanan laut dan darat (budidaya) di pesisir Teluk Jakarta. Sebagian besar daerahnya berada di kawasan pesisir pantai dan 76,67% penggunaan lahannya untuk tambak sehingga masyarakatnya sebagian besar bermata pencaharian utama sebagai petambak udang. Selama periode 2000–2009 luas areal tambak mengalami peningkatan sebesar 1.764 ha. Pada tahun 2000 luas areal tambak sebesar 8.977 ha dan pada tahun 2009 luas areal tambak sebesar 10.741 ha. Namun, penambahan total
3
produksi udang hanya sebesar 207,9 ton dari tahun 2000 sebesar 1569,1 ton menjadi 1.777 ton pada tahun 2009. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Luas Lahan Tambak dan Total Produksi Udang di Kecamatan Muaragembong Tahun 2000-2009 Tahun Luas (ha) Produksi (ton) 2000 8.977 1.569,1 2001 8.977 1.929 2002 10.199 1.898,6 2003 10.204 1.915,8 2004 10.231 1.956,1 2005 10.233 864,8 2006 10.736 1.145,9 2007 10.743 1.620,6 2008 10.741 1.717,25 2009 10.741 1.777 Sumber: BPS dan Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kab. Bekasi, 2010
Perubahan iklim yang terjadi pada saat ini mempengaruhi kualitas lingkungan diduga berdampak terhadap produktifitas dan volume produksi udang di Kecamatan Muaragembong. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi apakah perubahan iklim menyebabkan perubahan produksi yang berimplikasi terhadap kesejahteraan petambak udang khususnya di Kecamatan Muaragembong. 1.2 Perumusan Masalah Perikanan merupakan salah satu sektor yang terkena dampak dari perubahan iklim. Kecamatan Muaragembong merupakan salah satu wilayah perikanan budidaya tambak terluas di Kabupaten Bekasi yakni sebesar 10.741 ha. Muaragembong merupakan salah satu wilayah pesisir Teluk Jakarta yang menjadi sentral perikanan budidaya tambak khususnya tambak udang di Kabupaten Bekasi.
4
Perubahan iklim global yang terjadi akibat meningkatnya gas rumah kaca dalam skala lokal memicu timbulnya fenomena perubahan iklim lokal. Perubahan iklim lokal yang terjadi diduga akan mempengaruhi kondisi lingkungan dan menimbulkan dampak terhadap perikanan budidaya tambak udang. Perubahan iklim lokal yang terjadi diindikasikan oleh adanya perubahan suhu yang semakin meningkat, curah hujan yang meningkat, jumlah hari hujan yang meningkat, dan peningkatan permukaan air laut. Tingkat suhu yang tinggi dapat meningkatkan salinitas dan tingkat keasaman (PH) air tambak. Curah hujan dan jumlah hari hujan yang tinggi dapat menurunkan tingkat salinitas air, tingkat kecerahan (air menjadi lebih keruh), tingkat keasaman (PH) yang rendah, dan fluktuasi suhu di tambak yang akan berakibat pada menurunnya daya tahan tubuh dari udang dan menimbulkan penyakit. Selain itu, jika curah hujan, jumlah hari hujan, dan pasang yang tinggi terjadi secara bersamaan bisa mengakibatkan banjir pada daerah tambak. Terbatasnya informasi yang diperoleh oleh para petambak mengenai adanya fenomena perubahan iklim lokal yang berpengaruh pada aktifitas usaha budidaya tambak udang dalam merespon dampak dari perubahan iklim yang terjadi sehingga menyebabkan kerugian bagi para petambak. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya produktifitas dan volume produksi tambak udang yang akan berimplikasi menurunnya pendapatan petambak. Oleh karena itu, diperlukan analisis mengenai dampak dari perubahan iklim lokal terhadap kesejahteraan petambak udang. Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
5
1. Bagaimana fenomena perubahan iklim lokal di Kecamatan Muaragembong? 2. Bagaimana dampak dari perubahan iklim lokal terhadap kesejahteraan petambak udang di Kecamatan Muaragembong? 3. Bagaimana strategi adaptasi yang dilakukan petambak udang di Kecamatan Muaragembong akibat perubahan iklim? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi
fenomena
perubahan
iklim
lokal
di
Kecamatan
Muaragembong. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis dampak dari fenomena perubahan iklim lokal terhadap kesejahteraan petambak udang di Kecamatan Muaragembong. 3. Mengidentifikasi strategi adaptasi yang dilakukan petambak udang di Kecamatan Muaragembong terhadap perubahan iklim lokal. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti diharapkan ini dapat berguna di dalam pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Sebagai bahan pertimbangan untuk pemerintah dalam membuat kebijakan dalam menanggulangi dampak yang diakibatkan oleh perubahan iklim terhadap sektor perikanan tambak khususnya tambak udang di Kecamatan Muaragembong Kabupaten Bekasi. 3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian berikutnya.
6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Muaragembong hanya mengidentifikasi fenomena gejala-gejala perubahan iklim lokal, mengidentifikasi dan menganalisis dampak dari perubahan iklim yang dirasakan oleh petambak udang, dan mengidentifikasi strategi adaptasi petambak udang di Kecamatan Muaragembong, Identifikasi fenomena perubahan iklim lokal dilihat dari data jumlah curah hujan, jumlah curah hujan, suhu rata-rata, ketinggian pasang surut air laut, kecepatan angin, dan persepsi dari petambak. Dampak perubahan iklim terhadap kesejahteraan petambak dilihat dengan melakukan analisis deskriptif penurunan produktifitas, kenaikan biaya adaptasi, nilai tukar petambak udang, dan analisis ecological footprint.
7