BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Seni pertunjukan secara umum dianggap sebuah keahlian atau keterampilan
yang memiliki nilai keindahan dan makna khusus yang dikomunikasikan dengan cara dipertontonkan pada suatu ruang pertunjukan kepada penonton. Berarti seni
pertunjukan bersifat bebas nilai karena penonton bebas mengapresiasi, membandingkan, dan menafsirkan secara subjektif. Pesan yang disampikan menjadi variatif dan komprehensif tergantung daya tangkap dan pengalaman penonton. Pertunjukkan seni dapat pula diklasifikasikan menjadi pertunjukan musik, tari, dan teater. Pertunjukan teater merupakan pertunjukan seni yang kompleks karena kombinasi dari seni musik, tari, peran, vokal, dan rupa. Sejarah teater bermula dari upacara-upacara pemujaan keagamaan di Yunani. Dari upacara-upacara keagamaan itulah teater mulai muncul dan berkembang dengan adanya interaksi antara manusia dengan alam semesta. Hal ini karena manusia mempunyai naluri untuk meniru orang lain, meniru alam semesta, dan hasil tiruannya ditunjukkan atau diceritakan kepada orang lain. Perkembangan teater begitu kompleks, sehingga menuntut pelakunya untuk bekerja secara profesional. Dalam pertujukan teater membutuhkan tim produksi yang melibatkan sutradara, pimpinan produksi, pemain, peñata artistik, penonton, dan lain-lain.
1
2
Pertunjukan teater bukan hanya suatu upaya untuk mengkomunikasikan makna yang ada dalam naskah lakon, tetapi yang lebih penting adalah merepresentasikan realitas ke dalam gagasan dan ide-ide teater di atas panggung. Teater merekonstruksikan tanda-tanda yang terdapat dalam naskah lakon. Sejalan dengan pendapat Wijaya (2010:46) sebagai berikut: Naskah lakon dalam teater modern merupakan bentuk tertulis dari sebuah cerita dan baru akan menjadi karya teater setelah divisualisasikan ke dalam pementasan. Mementaskan naskah teater berarti memindahkan karya seni dari media bahasa kata (non verbal) ke media bahasa pentas (verbal) dan simbol. Dalam visualisasi tersebut, karya sastra kemudian berubah esensinya menjadi karya teater. Pada saat transformasi inilah karya sastra bersinggungan dengan komponenkomponen teater, yaitu sutradara, pemain, dan tata artistik serta penonton.
Selain memiliki kekhususan seperti yang telah dipaparkan, teater juga memiliki peranan penting sebagai penunjang pemahaman dan penggunaan bahasa. Untuk memahami teater dibutuhkan pengetahuan kebahasaan dan latihan-latihan tentang teater sebagai naskah maupun berupa pertunjukan teater. Jadi, salah satu cara untuk pemecahan masalah penggunaan bahasa lisan adalah mambaca teks teater dan pementasan teater. Hal ini menunjang salah satu fungsi bahasa, yaitu sebagai sarana komunikasi. Metafungsi teater dapat meningkatkan semua aspek keterampilan berbahasa. Keterampilan membaca didapat ketika seseorang membaca naskah teater, keterampilan menyimak didapat ketika seseorang menonton pertunjukan teater, keterampilan menulis didapat ketika membuat teks teater, dan keterampilan berbicara didapat ketika seseorang terlibat sebagai aktor dalam pertunjukan teater. Publik cenderung menganggap teater itu legal dan eksis pada saat aktor melakukannya dalam sebuah pertunjukan dalam rentang waktu tertentu. Karena itu seni teater mengantarkan publiknya untuk menyadari tentang pentingnya fenomena atau isu-isu yang sedang berkembang dalam lingkungan dan
3
masyarakat. Kepunahan harimau merupakan salah satu isu yang sangat fenomenal dan mendunia karena terkoneksi langsung pada masyarakat, lingkungan, dan pemerintah. Sampai sekarang teater masih merupakan tontonan alternatif bagi sebagian masyarakat. Hal ini karena teater bersifat menghibur dan memunculkan efek human interest serta memberikan pemahaman tentang masalah sosial dan konten lokal. Selain itu, teater berfungsi sebagai komunikasi masa, propaganda, dan kritik sosial. Hasil survey Kelola (2011) dengan 1000 orang responden menunjukkan bahwa 43,56 % adalah pelajar, 31,96 % adalah mahasiswa sarjana dan pascasarjana, 14,41 % adalah pegawai negeri dan swasta, 8,62 % adalah masyarakat umum, dan 1,45% adalah lain-lain. Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan penonton teater didominasi oleh kaum akademisi. Artinya, juga dapat digunakan sebagai objek kajian dan penelitian secara ilmiah yang korelasinya adalah unsur-unsur pertunjukan teater. Objek penelitian ini adalah pertunjukan teater dengan judul “NGURAK” karya/ sutradara Aart S. Jauhari yang dipentaskan oleh Sanggar Seni Sialang Rayo di Universitas Jambi, Teater Sekutu di Universitas Negeri Jakarta (2011) dan TVRI Jambi (2011) kemudian Teater Taman Dewa di Taman Budaya Jambi (2012). Peneliti tidak langsung menonton pertunjukan teater diberbagai tempat pertunjukan tersebut, akan tetapi peneliti memiliki rekaman video yang djadikan data secara dokumentatif. Rekaman video tersebut dinilai cukup representatif karena tidak melalui proses editing. Alasan memilih pementasan NGURAK sebagai objek penelitian sebagai berikut:
4
Pertama, naskah yang menjadi dasar dalam pertunjukan teater memiliki nilai sastra. Hal tersebut dapat diketahui lewat dialog-dialog para tokoh. “… Ketutu sebalik batang ketiti sebalik rimbo / datuk pelajang bukit antu rimbo / kepalo ruak belum sebalik / gilo hati gilo jantung / biso tunggul tigopuluh besi / datuk menjago jrek mengeno… “. Selain itu, “…Bagaimana kalian bisa mengarungi lautan api, sedangkan perahumu dari kertas…”. Dialog tersebut menunjukkan bagaimana permainan bunyi, efek bunyi magis, metafora, puitik, asosiatif, dan lain-lain. Kedua, pertunjukan teater NGURAK merupakan hasil alih wahana dari berbagai jenis sastra dan folklore, seperti legenda, mitos, sastra lisan (dideng), teater rakyat (tupai jenjang), permainan tradisional anak, dan cerpen cindaku. Alih wahana adalah proses penulisan ulang cerita yang sama atau pemikiran yang sama dari karya sastra tradisional ke modren atau sebaliknya. Proses alih wahana tersebut memperkaya bahkan memperkuat akar tradisi tanpa harus meninggalkan aturan-aturan yang melekat padanya. Ketiga, manivestasi dari kearifan lokal (local wisdom) yang sampai saat ini masih dijadikan ideologi, tradisi, dan kepercayaan. Seperti ritual memanggil harimau (Kerinci), bakar kemenyan untuk menjelma menjadi harimau (Serampas), upacara topeng untuk menghormati harimau (Sarolangun), Silat Harimau (Merangin) dan jimat dari kumis, taring, serta kulit harimau (Smutera). Beberapa kearifan lokal tersebut menjadi visual yang artistik dan estetik dalam pertunjukan NGURAK.
5
Keempat, sebagai sarana komunikasi massa, teater dapat dijadikan sebagai alat propaganda dan kritik sosial tentang isu yang aktual dan fenomenal. Isu pelestarian lingkungan, dan perlindungan hewan langka merupakan agenda organisasi Internasional maupun nasional seperti WWF, Early Stuart England, Tiger Protection Germany, Walhi, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan lain-lain. Tidak hanya itu, konflik antara harimau dan masyarakat juga turut serta mewarnai berita di surat kabar dan televisi. Kelima, pertunjukkan NGURAK merupakan karya dan disutradarai oleh Aart S. Jauhari seorang kritikus teater, sastrawan, dan teaterawan. Karya yang fenomenal adalah pemenang sayembara naskah teater oleh Dewan Kesenian Jakarta dan Riau (2011). Selain itu, pernah menyutradarai Bukit Duabelas (2010) yang dipentaskan di Jogjakarta dan Bali, Http//Youtube/jektv/news/ tanggal akses 3 Maret 2014. Keenam, konsep pertunjukkan teater NGURAK menunjukkan kreatifitas dan inovasi baru di bidang teater. Multimedia yang merepresentasikan teater kontemporer diadaptasi sebagai latar baru yang dapat berubah sesuai keinginan sutradara dan suasana. Medium infokus sebagai penunjang inovasi ini, sehingga bentuk art, pesan, dan latar dihadirkan secara praktis. Berdasarkan beberapa alasan tersebut, dapat disimpulkan pertunjukan teater tersebut bergenre teater kontemporer. Hal ini karena pola garapan berkiblat ke teater Barat (modrenisme) artinya pemain tidak berusaha mensintesakan gerak sebenarnya seperti kehidupan sehari-hari (realis), terpatok kepada naskah, dan bergantung pada teknologi visual, akan tetapi cerita bersumber pada akar tradisi yang kuat. Sebuah kombinasi dari ekplorasi tubuh, cerita, bentuk, dan suasana yang dapat menciptakan efek komersil kepada penonton.
6
Dalam penelitian ini, penulis mengupas lebih mendalam mengenai teater sebagai seni pertunjukan mencakup dua hal, yaitu pertunjukan (konteks) dan struktur dramatik (teks). Berdasarkan survei prapenelitian yang dilakukan peneliti, ditemukan dua skripsi terdahulu yang menggunakan pendekatan struktur teater. Miranda (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Kohesi pertunjukan “Dalam Penjara” Garapan Tatang S. Macan. Unsur-unsur dan struktur teater ditelaah secara komprehensif yang kesimpulannya adalah unsur-unsur dan struktur dalam pertunjukan “Dalam Penjara” Garapan Tatang S. Macan telah diadaptasi secara menyeluruh ke dalam kebudayaan lokal (Minang) sehingga pesan yang diterima penonton bersumber pada kearifan lokal. Putra (1999) dalam skripsinya yang berjudul “Teater Menggugat Jalan Setapak: Suatu Kajian Semiotik”. Ide mengkaji struktur teater dan sistem tanda dalam teks pertunjukan teater. Putra memfokuskan kajiannya pada teater sebagai seni pertunjukan. Satoto (1994:6-7) mengemukakan “unsur-unsur pertunjukan meliputi pemain, sutradara, tata panggung, tata cahaya, tata suara, tata busana, dan tata rias. Struktur dramatik meliputi bentuk dramatik atau alur, karakter tokoh, dialog, dan petunjuk pemanggungan (stage directions).”
7
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut, diharapkan akan terjawab pertanyaan yang dirumuskan berikut ini : 1.
Bagaimakah unsur-unsur pertunjukan yang meliputi pemain, sutradara, tata panggung, tata cahaya, tata suara, tata busana, dan tata rias dalam pementasan teater NGURAK karya/sutradara Aart S. Jauhari?
2.
Bagaimanakah struktur dramatik yang meliputi bentuk dramatik atau alur, karakter tokoh, dialog, dan petunjuk pemanggungan (stage directions) dalam pementasan teater NGURAK karya/sutradara Aart S. Jauhari?
1.3
Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang diuraikan, maka
penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Mengdeskripsikan
unsur-unsur
pertunjukan
yang
meliputi
pemain,
sutradara, tata panggung, tata cahaya, tata suara, tata busana, dan tata rias dalam pementasan teater NGURAK karya/sutradara Aart S. Jauhari. 2.
Mengdeskripsikan struktur dramatik yang meliputi bentuk dramatik atau alur, karakter tokoh, dialog, dan petunjuk pemanggungan (stage directions) dalam pementasan teater NGURAK karya/sutradara Aart S. Jauhari.
8
1.4
Manfaat Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis hasil penelitian ini bermanfaat untuk 1. Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca dan referensi bagi para peneliti yang ingin mengkaji pertunjukan teater dari segi lain seperti semiotika, arstitektur panggung, histori, dan lain-lain. 2. Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi para apresiator seni khususnya Mahasiswa Program studi Bahasa dan Sastra Indonesia tentang konvensi dan inovasi unsur-unsur teater kontemporer. 3.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi para kritikus seni khususnya teater tentang konsep dan ideologi teater kontemporer.
4.1.2 Manfaat Praktis 1. Sebagai bahan panduan pembelajaran karya seni, khususnya pertunjukan teater bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat pada umumnya. 2. Sebagai bahan masukan dan perbandingan untuk melakukan penelitian dan pengkajian tentang pertunjukan teater. 3. Sebagai referensi dan petunjuk kepada pelaku seni untuk memproyeksikan pertunjukan teater dengan naskah berbeda.