1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dinamika Pembangunan Nasional sekarang ini sudah seharusnya perlu mendapat perhatian lebih, baik bagi aparatur negara maupun bagi masyarakat. Pembangunan fisik maupun non fisik tidak akan berhasil dicapai dengan baik sesuai dengan tujuan yang diinginkan jika aparatur yang bekerja di dalamnya tidak dengan sungguh-sungguh atau tidak efektif. Kesungguhan aktivitas aparatur negara dalam hal ini adalah pegawai negeri sipil, akan membawa dampak positif terhadap hasil-hasil pembangunan. Pembangunan non fisik, khususnya pembangunan dalam bidang administrasi yang menyangkut proses kegiatan kerja para pegawai di instansiinstansi pemerintah. Jika diamati dan diperhatikan saat sekarang ini dimana ketepatan dan sasaran dalam kegiatan-kegiatan kerja atau tugas menjadi masalah yang perlu diintegrasikan, disinkronisasikan, dikoordinasikan, serta disesuaikan antara unit yang satu dengan unit lainnya, agar dapat dicapai hasil kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan serta dapat berhasil guna, dan pada akhirnya dapat dicapai efektivitas kerja yang lebih baik. Efektivitas kerja yang lebih baik dapat tercapai melalui suatu pendekatan didalamnya yaitu koordinasi.
2
Moekijat (2000: 1), mengatakan bahwa jabatan-jabatan yang diuraikan dalam uraian tugas satu persatu dan dipercayakan kepada individuindividu pada bagian-bagian, dimana mereka bekerja dalam spesialisasi atau pengkhususan masing-masing maka diperlukan koordinasi. Koordinasi dapat dikembangkan dan dipelihara hubungan yang baik di antara kegiatankegiatan, dihubungkan dan diintegrasikan, maka hasil yang efektif akan dicapai. Koordinasi adalah proses pemaduan sasaran-sasaran dan kegiatankegiatan unit-unit yang terpisah pada sebuah organsasi agar dapat mencapai tujuan organisasi secara efisien. Tanpa koordinasi, para individu dan bagianbagian akan kehilangan pandangan tentang peran mereka di dalam organisasi yang bersangkutan. Mereka akan mengejar kepentingan mereka yang khas, seringkali dengan mengorbankan tujuan organisasi yang lebih besar (Stoner: 1992: 382-384). Dengan demikian, koordinasi merupakan alat atau sarana mutlak yang diperlukan untuk dapat menciptakan efektivitas kerja terutama bagi kegiatan atau tugas-tugas pegawai pada instansi pemerintah. Kantor Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir merupakan salah satu organisai pemerintahan yang menunjang kemajuan pemerintahan
daerah
Kabupaten
Ogan
Komering
Ilir
khususnya
permasalahan pendidikan di wilayah tersebut. Berdasarkan survei awal yang telah dilaksanakan terlihat bahwa dalam lingkungan kantor Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir sering terjadi miscomunication hal ini dikarenakan sistem
3
komunikasi dan koordinasi belum begitu diterapkan pada dinas ini. Melihat struktur organisasi pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir yang begitu kompleks, maka wajar bila sering terjadi miscomunication akibat kurang begitu diterapkannya sistem komunikasi dan koordinasi yang efektif. Gambar struktur organisasi Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir dapat dilihat pada lampiran. Dari permasalahan di atas maka penulis tertarik mengangkat masalah ini ke dalam penelitian Tesis dengan judul: “Pengaruh Komunikasi dan Koordinasi terhadap Kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir”.
1.2. Perumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah Dari latar belakang di atas adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Masih terdapat hambatan komunikasi dan koordinasi antara atasan dengan bawahan.Hal ini dapat dilihat dari masih terdapatnya miss communication baik secara vertikal maupun secara herizontal. 2. Tingginya rasa saling ketidak percayaan diantara sesama pegawai, terutama yang berkaitan dengan urusan tugas. Hal ini terlihat dengan belum optimalnya keterbukaan baik secara vertikal maupun secara herizontal.
4
3. Tingkat kedisiplinan pegawai masih kurang, hal ini terlihat dengan masih terdapat pegawai yang mangkir dari pekerjaan. 1.2.2. Batasan Masalah Berkaitan dengan identifikasi permasalahan di atas, maka masalah dalam peneltian ini hanya dibatasi pada sejauh mana pengaruh komunikasi dan koordinasi terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir. 1.2.3. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti berkesimpulan untuk merumuskan permasalahan yang ada di dalam lingkungan
Dinas
Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir sebagai berikut : 1. Apakah
komunikasi
dan
koordinasi
secara
bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir. 2. Apakah komunikasi secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir. 3. Apakah koordinasi secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pegawai pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir.
5
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Mengetahui pengaruh komunikasi dan koordinasi secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir. 2. Mengetahui pengaruh komunikasi secara parsial terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir 3. Mengetahui pengaruh koordinasi secara parsial terhadap pegawai pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir.
1.4. Manfaat Penelitian Dengan dilaksanakannya penelitian ini, manfaat penelitian ini adalah: 1. Dapat digunakan sebagai masukan bagi unsur pimpinan untuk memotivasi dan melakukan program pengembangan sumber daya manusia. 2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi lembaga MM-Bina Darma dan dapat dimanfaatkan untuk penelitian berikutnya. 3. Sebagai masukan bagi pemerintahan dalam lingkup Dinas Pendidikan Nasional untuk mengembangkan sistem komunikasi dan koordinasi yang lebih efektif. 4. Secara teori penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada ilmu pengetahuan khususnya mengenai manajemen sumber daya manusia.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Komunikasi Menurut
Muhammad
(2002:1),
komunikasi
merupakan
aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. Muhammad (2002:2), mengutip definisi dari berbagai sumber, antara lain: a. Definisi Hovland, Janis dan kelley.“Communication is the process by a which an individual transmits stimuly (usually verbal) to motify the behavior of other individuals” ( komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain ). b. Definisi Forsdale “Communication is the process by which a systemis established, maintained, and altered by means of shared signals that operate according to rules” (komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara dan diubah yang
7
merupakan signal berupa verbal ataupun non verbal yang mempunyai aturan tertentu). c. Definisi Brent D. Ruben “Komunikasi manusia adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam
organisasi
dan
dalam
masyarakat
menciptakan,
mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinir lingkungannya dan orang lain” Liliweri
(2004:44)
menyatakan
bahwa
“Komunikasi
merupakan aktivitas dasar manusia yang sangat penting karena dengan komunikasi manusia dapat berhubungan antara satu dengan yang lainnya, baik dalam kehidupan sehari-hari, di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau di mana saja mereka berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam masyarakat.” Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurang atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet dan berantakan. Misalnya bila dalam suatu sekolah kepala sekolah tidak memberi informasi kepada guru-guru mengenai kapan sekolah dimulai sesudah libur semester dan apa bidang studi yang harus diajarkan oleh masing-masing guru, maka besar kemungkinan guru tidak datang mengajar. Akibatnya, muridmurid tidak belajar. Hal ini menjadikan sekolah tidak berfungsi
8
sebagaimana mestinya. Dari contoh itu kelihatan, bahwa dengan kelupaan memberi informasi saja sudah memberikan efek yang lebih besar bagi sekolah. Karena pentingnya komunikasi dalam organisasi meka perlu menjadi perhatian pengelola agar dapat membantu dalam pelaksanaan tugasnya. Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurang atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet dan berantakan. Misalnya bila dalam suatu sekolah kepala sekolah tidak memberi informasi kepada guru-guru mengenai kapan sekolah dimulai sesudah libur semester dan apa bidang studi yang harus diajarkan oleh masing-masing guru, maka besar kemungkinan guru tidak datang mengajar. Akibatnya, muridmurid tidak belajar. Hal ini menjadikan sekolah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dari contoh itu kelihatan, bahwa dengan kelupaan memberi informasi saja sudah memberikan efek yang lebih besar bagi sekolah. Karema pentingnya komunikasi dalam organisasi meka perlu menjadi perhatian pengelola agar dapat membantu dalam pelaksanaan tugasnya. Adapun penggolongan komunikasi meliputi komunikasi lisan; komunikasi tertulis; komunikasi satu arah; komunikasi dua arah; dan komunikasi lateral. Berdasarkan pemahaman terhadap komunikasi
9
tersebut, secara garis besar terdapat proses komunikasi, seperti terlihat pada gambar 1, terlihat bahwa source mengirimkan message yang telah diberi arti (encodes) kepada receiver untuk diartikan (decodes). Message yang telah diartikan oleh receiver tersebut, kemudian dikirim kembali (feedback) oleh receiver kepada source. Feedback sangat dipengaruhi beberapa faktor yaitu : physical distraction, semantic problem, cultural different dan status effect. Apabila faktor-faktor tersebut mengalami gangguan maka proses komunikasi menjadi tidak efektif. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses komunikasi tersebut berhubungan erat dengan kemampuan intelektual sumber daya manusia yang melakukan komunikasi dalam arti kemampuan sipemberi komunikasi dalam menyampaikan dan memilih teknik komunikasi agar pesan komunikasi tersebut dapat sampai dengan baik kepada penerima pesan komunikasi, sedangkan dari sudut penerima pesan, kemampuan intelektualnya dinyatakan dengan kemampuan penelaahhan maksud dari pesan komunikasi yang dimaui oleh sipemberi pesan. Pesan komunikasi itu sendiri dapat berupa pesan tertulis maupun pesan lisan.
10
Gambar 2.1. Proses Komunikasi Message
Message
Source/Encodes
Receiver/Decodess
Feedback
Noise: Physical Distraction Semantic Problem Cultural Differences Status Effect
Sumber : Schermerhon, Jr. Jhon.R., Managing Organizational Behavior, hal,
397. 2003.
Konsep komunikasi tersebut diterapkan dalam suatu organisasi sehingga dihasilkan pengertian komunikasi organisasi. Menurut Davis, (2002:112), komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi aksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi seperti komunikasi dari bawahan keatasan, komunikasi atasan ke bawahan dan komunikasi sesama karyawan. Adapun komunikasi eksternal adalah komunikasi di luar organisasi seperti hubungan dengan masyarakat umum. Sementara itu, Simamora (2001:97), menyatakan bahwa komunikasi organisasi sebagai arus data yang akan melayani komunikasi organisasi dan proses interkomunikasi dalam beberapa cara, yaitu :
11
a. Komunikasi yang berkenaan dengan kerja organisasi seperti datadata yang berkaitan dengan tugas-tugas organisasi. b. Komunikasi yang berkenaan dengan pengaturan organisasi seperti perintah dan aturan-aturan. c. Komunikasi
yang
berkenaan
dengan
pemeliharaan
dan
pengembangan organisasi seperti hubungan dengan personil dan masyarakat. Dari uraian konsep komunikasi tersebut, terdapat prinsipprinsip komunikasi. Menurut Muhammad (2002: 56), terdapat empat prinsip dasar dari komunikasi, yaitu: a. Komunikasi adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus dan selalu berubah. Komunikasi melibatkan berbagai variable seperti pengalaman, sikap, status, ketrampilan dan perasaan. Keseluruhan menentukan komunikasi yang terjadi. b. Komunikasi adalah sistem yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu pengirim pesan, penerimaan pesan, saluran dan balikan. Semua komponen tersebut mempunyai tugasnya masing-masing dan tugas dari masing-masing komponen berhubungan satu sama lain untuk menghasilkan komunikasi. c. Komunikasi bersifat interaksi dan transaksi. Yang dimaksud dengan interaksi adalah saling bertukar komunikasi, sedangkan yang dimaksud transaksi adalah komunikasi yang terjadi jika seseorang mengirim pesan, tetapi sekaligus mengirim pesan.
12
Misalnya, seseorang berbicara kepada orang lain dan orang lain tersebut sambil mendengar memberikan komentar. d. Komunikasi dapat terjadi disengaja maupun tidak disengaja. Komunikasi yang disengaja terjadi apabila pesan yang mempunyai maksud tertentu dikirimkan kepada penerima yang dimaksudkan. Akan tetapi, jika pesan yang tidak disengaja dikirimkan atau dimaksudkan untuk orang tertentu maka komunikasi tersebut dilakukan dengan tidak sengaja. Komunikasi organisasi yang berjalan efektif tersebut akan mempengaruhi tingkat kepuasan dalam bekerja diantara anggota organisasi
karena
komunikasi
organisasi
yang
efektif
akan
mempengaruhi motivasi kerja dan kinerja serta kerjasama antar individu dan kelompok.
2.1.2. Iklim Komunikasi Menurut Muhammad
(2002: 85), iklim komunikasi adalah
kualitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi dalam organisasi. Sementara itu, Redding (1986) yang dikutip oleh muhammad (2002:86) mengemukakan terdapat lima dimensi penting dari iklim komunikasi yaitu
13
a. Dukungan atau bawahan mengamati hubungan komunikasi mereka dengan atasan dapat membantu mereka untuk membangun dan menjaga peran diri yang sangat berharga dan penting. b. Partisipasi memuat keputusan yaitu bawahan diikut sertakan dalam pembuatan keputusan dalam organisasi. c. Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia. d. Keterbukaan dan keterusterangan yaitu sejauh mana organisasi memberikan informasi yang dibutuhkan oleh anggotannya. e. Harapan atas kinerja yang tinggi pada tingkat tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi. 2.1.3. Koordinasi Koordinasi menurut Mulyana (2003: 51), ialah Penataan kelompok secara teratur guna mempersatukan tindakan dalam mengejar tujuan bersama. Sedangkan menurut James AF Stoner dalam bukunya (2001: 318), mengemukan bahwa “koordinasi adalah proses pemanduan tujuan dan kegiatan unit-unit yang terpisah departemen atau bidang-bidang fungsional dalam suatu perusahaan untuk mencapai tujuan
perusahaan
secara
efisien”.
Menurut
Prof.
Sukanto
Reksodiprojo (dalam Djatmiko, 2002:62) “koordinasi merupakan proses peningkatan kegiatan khusus individu dan kelompok satu dengan yang lainnya dan menjamin tercapainya tujuan bersama”. Tanpa suatu koordinasi orang-orang atau departemen akan kehilangan pandangan tentang peran mereka dalam perusahaan. Dan
14
apabila demikan, mereka mungkin akan mulai mengejar kepentingan mereka sendiri yang akan mengorbankan tujuan perusahaan secara keseluruhan. 2.1.3.1. Kebutuhan akan Koordinasi Aktifitas suatu unit dalam suatu organisasi berbeda dalam hal sejauh mana aktivitas unit lainnya kebutuhan akan suatu koordinasi tergantung pada persyaratan bentuk dan komunikasi
tugas-tugas
yang
dilakukan
dan
tingkat
ketergantungan berbagai sub unit yang melaksanakan tugas tersebut (Joseph, 2003:156-162). Menurut Muhammad (2002:86) ada tiga variasi yang diperlukan oleh suatu unit-unit organisasi dalam menentukan kebutuhan akan koordinasi, yaitu : 1) Ketergantungan
yang
dikelompokkan
(pooled
interdependence), terjadi apabila unit-unit organisasi tidak tergantung satu sama lain untuk melaksankan perkerjaan sehari-hari, tetapi saling tergantung pada prestasi yang memadai dari setiap unit bagi tercapainya tujuan akhir 2) Ketergantungan sekuensial (sequential interpendence), yaitu suatu
unit organisasi harus melaksanakan aktivitas
terlebih dahulu sebelum unit-unit selanjutnya dapat bertindak .
15
3) Ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence), melibatkan hubungan timbal balik antara sejumlah unit.
2.1.3.2. Masalah-masalah dalam Mencapai Koordinasi yang Efektif Simamora (2003:58), mengindentifikasikan empat jenis perbedaan sikap dan gaya kerja yang cenderung timbul diantara para karyawan dan departemen organisasi dalam suatu koordinasi. Perbedaan ini yang disebut dengan diferensiasi
yang
mengkoordinasikan
dapat
memperumit
kegiatan
organisasi
tugas secara
untuk efektif.
Perbedaan-perbedaan tersebut ialah sebagai berikut: 1) Perbedaan orientasi terhadap tujuan tertentu, anggotaanggota dari sub unit atau departemen yang berbeda mengembangkan pandangan tersendiri tentang cara terbaik untuk meningkatkan kepentingan organisasi. 2) Perbedaan orientasi waktu, misalnya unti produksi menggunakan waktu yang singkat dan segera dalam menangani suatu masalah sehubungan dengan pangsa pasar yang menuntut, sedangkan unit penelitian dan pengembangan memerlukan waktu yang lama untuk memecahkan suatu masalah sehubungan dengan jalur proses yang dihadapi.
16
3) Perbedaan
orientasi
antar
pribadi,
unit
produksi
memperoleh cara-cara komunikasi yang tiba-tiba dan mendadak. 4) Perbedaan fomalitas struktur, setiap jenis sub dalam perusahaan dapat memiliki metode dan standar yang berbeda-beda dalam mengevaluasi kemajuan pelaksanakan pekerjaan dalam mencapai tujuan organisasi juga dalam memberi imbalan pada pegawai.
2.1.3.3. Pendekatan untuk Melaksanakan Koordinasi yang Efektif Menurut Djatmiko (2002: 64-65), mengemukakan ada tiga
pendekatan
yang
digunakan
untuk
melaksanakan
koordinasi yang efektif: 1) Penerapan Teknik Manajemen Dasar Masalah koordinasi dengan tuntutan koordinasi yang paling sederhana seringkali dapat ditanggulangi dengan menggunakan mekanisme manajerial dasar untuk mencapai pengendalian. Hal tersebut mencakup tiga aspek, yaitu: (a) Hirarki Manajerial, rantai komando organisasi yang menyatakan hubungan di antara anggota dan unit-unit yang mereka awasi, sehingga mempermudah aliran informasi dan kerja diantara unit-unit yang ada.
17
(b) Aturan dan prosedur, aturan dan prosedur organisasi yang dirancang untuk menangani kejadian rutin yang mungkin akan timbul. Jika peraturan dan prosedur tersebut diikuti secara cepat dan bebas, sehingga para manajer mempunyai banyak waktu untuk mengkaji kejadian-kejadian baru. (c) Rencana dan tujuan, akan terkoordinasi apabila semua unit mencurahkan usahanya kepada target yang sama dalam cakupan cukup yang luas.
2) Meningkatkan Potensi untuk Koordinasi Apabila berbagai unit organisasi makin saling tergantung atau memperbesar ukurannya dan memperluas fungsinya.
Maka
semakin
banyak
informasi
yang
diperlukan organisasi dalam mencapai tujuannya, sehingga potensi untuk mengkoordinasi juga harus ditingkatkan. Potensi organisasi yang ditingkatkan dengan dua arah ialah, sebagai berikut: (a) Sistem
informasi
vertikal,
merupakan
cara
mengirimkan data ketingkat atas dan bawah organisasi. Komunikasi yang terjadi di dalam dan di luar garis komando.
18
(b) Hubungan
lateral,
memungkinkan
hubungan
pertukaran informasi dan pengambilan keputusan pada tingkat yang benar-benar membutuhkan informasi. Ada beberapa jenis hubungan lateral, antara lain: ¾ Peran penghubung terbatas (boundary spanning roles), apabila jumlah kontak diantara departemen meningkat secara dramatis, mungkin jalan terbaik adalah dengan membentuk peran penghubung terbatas dan menentukan para anggotanya dan unitunit yang ada. ¾ Komite dan satuan tugas, suatu kelompok yang dibentuk dan diorganisasi secara formal untuk menangani masalah dan keputusan yang berulangulang. Satuan tugas ialah suatu kelompok yang dibentuk secara khusus. ¾ Peran pengintegrasi, dibentuk apabila produk, jasa atau proyek khusus yang melingkupi sejumlah departemen memerlukan koordinasi dan perhatian yang berkesinambungan dari seseorang yang tidak berada di departemen yang bersangkutan. ¾ Peran penghubung manajerial (manajerial linked roles) bisa dibentuk apabila posisis pengintegrasi yang diuraikan di atas tidak mengkoordinasi tugas
19
tertentu
secara
efektif.
Manajer
penghubung
memiliki otoritas formal atas semua unit guna menjamin kerja sama untuk mencapai tujuan organisasi sebagai kesatuan yang menyeluruh. ¾ Organisasi matrik mempunyai karakteristik bagi peran penghubung manajerial maupun satuan tugas.
3) Mengurangi Kebutuhan akan Koordinasi Terdapat dua cara untuk mengurangi kebutuhan akan koordinasi, yaitu: (a) Penyediaan sumber daya cadangan tambahan, dalam hal ini memberi kelonggaran pada unit-unit dalam memenuhi tuntutan unit lainnya. (b) Pembentukan unit yang independen, merupakan cara lain mengurangi kebutuhan akan koordinasi, yaitu dengan pembentukan unit yang dapat melaksanakan secara internal semua aspek dari satu tugas. 2.1.3.4. Kinerja Menurut Gomes (2001:71), kinerja adalah catatan outcome
yang dihasilkan dari fungsi pekerjaan tertentu
selama satu periode tertentu. Untuk mengetahui tingkat kinerja pegawai yang dilakukan penilaian kinerja. Bernandin dan Russel (2002: 379), mendefisikan penilaian kinerja sebagai
20
suatu cara untuk mengukur kontribusi dari individu-individu anggota organisasi kepada organisasinya. Dilihat dari titik acuannya, penilaian kinerja dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu : a. Penilaian kinerja berdasarkan hasil yaitu merumuskan kinerja berdasarkan tujuan organisasi atau mengukur hasilhasil. b. Penilaian kinerja berdasarkan perilaku yaitu mengukur sarana pencapaian sasaran dan bukannya hasil akhir. Dalam praktek, tipe ini banyak dipakai pada pekerjaan yang melibatkan aspek-aspek kualitatif. c. Penilaian kinerja berdasarkan judgement yaitu menilai kinerja berdasarkan deskripsi perilaku yang spesifik. Dimensi-dimensi di bawah ini biasanya menjadi perhatian dari tipe penilaian ini yaitu: (1) Kuantitas pekerjaan: jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu (2) Kualitas
periode.
pekerjaan:
mutu
kerja
yang
berdasarkan syarat-syarat yang ditetapkan. (3) Pengetahuan mengenai pekerjaan. (4) Kreativitas dalam melaksanakan pekerja. (5) Kesediaan untuk bekerjasama.
dicapai
21
(6) Keandalan: kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja. (7) Inisiatif: semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru. (8) Kualitas
personal:
kepribadian,
kepemimpinan,
keramah-tamahan dan integritas pribadi. (9) Dalam melakukan penilaian kinerja, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: (a) Keterkaitan pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan, pengukuran
tugas
yang
dilaksanakan
dan
disesuaikan dengan pekerjaan yang diuji. (b) Mengukur hanya perilaku yang dapat dilihat. (c) Sesuaikan standar-standar penilaian. (d) Hindarkan subyektifitas. (e) Dilakukan pada selang waktu yang tepat. (f) Diperbaharui secara teratur. (g) Tingkatkan partisipasi bawahan. Menurut Simamora (2003 : 305), persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu sistem penilaian kinerja dapat dikatakan efektif adalah relevansi antara standar kinerja dan tujuan organisasi, sensitivitas dalam membedakan pegawai yang efektif dengan yang tidak efektif, konsitensi penilaian,
22
dukungan dari orang-orang yang menggunakannya dan praktis.
2.2. Hasil Penelitian terdahulu Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yunus (2002:80) “Analisis Pengaruh Koordinasi Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Musi Rawas”. Berdasarkan hasil penelitian beliau menunjukkan bahwa variabel koordinasi (kerjasama dan kekompakkan, informasi dan komunikasi, dan perintah berantai) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas kerja. Secara parsial Variabel yang memiliki pengaruh dominan terhadap efektivitas kerja pegawai adalah kerjasama dan kekompakkan, sedangkan variabel perintah berantai tidak memiliki pengaruh yang signifikan Taufik (Tesis, 2003). Judul Penelitian “Pengaruh Iklim Komunikasi Terhadap Kinerja Anggota DPRD Di Lingkup DPRD Kabupaten Musi Rawas”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda nilai koefisien korelasi antara variabel bebas yaitu iklim komunikasi terhadap kinerja anggota DPRD Kabupaten Musi Rawas adalah sebesar 0,994, artinya keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 99,4% dan dapat dinyatakan hubungan ini sangat erat. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,986, berarti variabel bebas yaitu iklim komunikasi berpengaruh sebesar 98,6% terhadap terhadap kinerja
23
anggota DPRD Kabupaten Musi Rawas sedangkan sisanya 1,4% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel-variabel yang diteliti seperti; penempatan kerja, struktur organisasi perusahaan, umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan (Mangkunegara; 2000).
2.3. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan suatu model konseptual tentang bagaimana
teori
berhubungan
dengan
berbagai
faktor
yang
telah
diidentifikasi sebagai masalah riset. Pada bagian ini, secara teoritis dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Kerangka pemikiran akan memberikan manfaat, yaitu terjadi persepsi yang sama antara periset dan pembaca terhadap alur-alur pikiran periset, dalam rangka membentuk hipotesis-hipotesis secara logis. Menurut Muhammad ( 2002:86 ) ada tiga variasi yang diperlukan oleh suatu unit-unit organisasi dalam menentukan kebutuhan akan koordinasi, yaitu : 1). Pooled Interdependence, 2). Sequential
Interdependence, 3).
Reciprocal Interdependence. Koordinasi ini pada akhirnya akan membawa pada kinerja pegawai secara keseluruhan. Komunikasi
organisasi
yang
berjalan
efektif
tersebut
akan
mempengaruhi tingkat kepuasan dalam bekerja diantara anggota organisasi karena komunikasi organisasi yang efektif akan mempengaruhi motivasi kerja dan kinerja serta kerjasama antar individu dan kelompok ( Muhammad 2002: 56 )
24
Berdasarkan logika uraian diatas dapat dirumuskan pengaruh antar berbagai variabel yang akan diteliti dapat digambarkan sebagaimana pada gambar 2.2 : Input
Proses
Output
Outcome
Komunikasi ( X1 ) • • • • •
Dukungan Patisipasi Kepercayaan Keterbukaan Harapan
D i n a s Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir
Koordinasi ( X2 ) • • •
Kinerja (Y) • • • •
Penghargaan Efektivitas Efisiensi
Kualitas kerja Kuantitas kerja Ketepatan waktu Efektivitas
Pooled Interdependence Sequential Interdependence Reciprocal Interdependence
Feedback Gambar 2.2. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian di atas menunjukan bahwa kelompok variabel yang menjadi perhatian penelitian ini yaitu : a) Komunikasi sebagai variabel bebas (X1) berpengaruh terhadap kinerja pegawai sebagai variabel terikat (Y). b) Koordinasi sebagai variabel bebas (X2) berpengaruh terhadap kinerja pegawai sebagai variabel terikat (Y). c) Komunikasi sebagai variabel bebas (X1) dan koordinasi sebagai variabel bebas (X2) secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja pegawai sebagai variabel terikat (Y).
25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka pada apenelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut : a) Komunikasi dan koordinasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir. b) Komunikasi secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir. c) Koordinasi secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir. 3.2. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut Umar (2004: 81) metode deskriprif bertujuan untuk menggabarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Dengan membagi variabel-variabel penelitian ini ke dalam variabel bebas: komunikasi dan koordinasi dan variabel terikat: kinerja pegawai pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir.
26
3.3. Definisi, Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel pokok yang akan dianalisis, yaitu komunikasi sebagai variabel bebas pertama (X1), koordinasi sebagai variabel bebas kedua (X2), dan kinerja pegawai sebagai variabel terikat ( Y ). Uraian masing-masing variabel penelitian sebagai berikut: 3.3.1. Variabel komunikasi terdapat lima dimensi penting dari iklim komunikasi yaitu : 1) Dukungan atau bawahan mengamati hubungan komunikasi mereka
dengan
atasan
dapat
membantu
mereka
untuk
membangun dan menjaga peran diri yang sangat berharga dan penting. 2) Partisipasi memuat keputusan yaitu bawahan diikut sertakan dalam pembuatan keputusan dalam organisasi. 3) Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia. 4) Keterbukaan dan keterusterangan yaitu sejauh mana organisasi memberikan informasi yang dibutuhkan oleh anggotannya. 5) Harapan atas kinerja yang tinggi pada tingkat tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi. Cara penilaiannya masing-masing pertanyaan diberi bobot sebagai berikut : 5
= Sangat Setuju
4
= Setuju
3
= Kurang Setuju
27
2
= Tidak Setuju
1
= Sangat Tidak Setuju Secara lengkap, operasionalisasi variabel komunikasi seperti
tertera pada tabel di bawah ini : Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel Komunikasi Variabel Komunikasi
Dimensi
Indikator
Skala
Dukungan
Hubungan komunikasi antara bawahan dengan atasan.
1 s.d. 5
Partisipasi
Keikutsertaan bawahan dalam pembuatan keputusan.
6 s.d. 10
Kepercayaan
Taraf kepercayaan dalam menyimpan rahasia perusahaan.
11 s.d. 15
Keterbukaan
Sejauh mana organisasi memberi informasi kepada anggota.
16 s.d. 20
Harapan
Tujuan kinerja dikomunikasikan kepada anggota organisasi.
21 s.d. 25
Sumber : Muhammad (2002:86) 3.3.2. Variabel Koordinasi Variasi yang diperlukan oleh suatu unit-unit organisasi dalam menentukan kebutuhan akan koordinasi, yaitu : a. Ketergantungan yang dikelompokkan (pooled interdependence) b. Ketergantungan sekuensial (sequential interpendence) c. Ketergantungan timbal balik (reciprocal interpendence)
28
Cara penilaiannya masing-masing pertanyaan diberi bobot sebagai berikut : 5
= Sangat Setuju
4
= Setuju
3
= Kurang Setuju
2
= Tidak Setuju
1
= Sangat Tidak Setuju Tabel 3.2. Operasionalisasi Variabel Koordinasi
Variabel
Dimensi
Indikator
Skala
Koordinasi
pooled interdependence
Tingkat saling tergantung pada prestasi
1 s.d. 7
sequential interpendence
Tingkat ketergantungan pada satu unit lain
8 s.d. 14
reciprocal interdependence
Tingkat hubungan timbal balik antara sejumlah unit
15 s.d. 20
Sumber : Muhammad (2002:86) 3.3.3. Variabel Kinerja 1) Kualitas Tingkat dimana hasil aktivitas yang dilakukan mendekati sempurna dalam menyesuaikan beberapa cara ideal dari penampilan aktivitas ataupun memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan dari suatu aktivitas.
29
2) Kuantittas Jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah-istilah seperti dollar, jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan. 3) Ketepatan Waktu Tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada waktu awal yang diinginkan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain 4) Efektivitas Tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan untuk menaikkan keuntungan atau mengurangi kerugian dari setiap unit
atau
instansi dalam penggunaan sumber daya. Kinerja pegawai ini dinilai oleh pihak atasan, dengan cara memberikan bobot penilaian pada tiap pertanyaan, yaitu: 5
= Sangat Setuju
4
= Setuju
3
= Kurang Setuju
2
= Tidak Setuju
1
= Sangat Tidak Setuju Secara lengkap variabel kinerja pegawai seperti tertera pada
tabel di bawah ini:
30
Tabel 3.3. Operasionalisasi Variabel Kinerja Variabel Kinerja
Dimensi
Indikator
Skala
Kualitas Kerja
Tingkat kualitas pekerjaan.
1 s.d. 5
Kuantitas Kerja
Tingkat kuantitas penyelesaian pekerjaan.
6 s.d. 10
Ketepatan Waktu
Tingkat ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan.
11 s.d. 15
Efektivitas
Tingkat penggunaan sumber daya organsasi.
16 s.d. 20
3.4. Jenis, Sumber dan Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir. Jenis data berupa data primer yang sumbernya adalah semua karyawan yang berjumlah 90 pegawai. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode sensus yaitu dengan mengambil keseluruhan populasi menjadi sampel (responden). Data yang terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisis dengan menggunakan paket program SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 13,0 for windows. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tertutup model likert dengan interval 1 sampai 5.
hasil kuesioner selanjutnya dilakukan uji
validitas dan reliabilitas dengan teknik Cronbach’s Alpha melalui program SPSS versi 13,0.
31
3.5. Metode Analisis Dalam menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan dependen, model yang digunakan adalah model regresi berganda, yang dapat dinyatakan sebagai berikut. (Umar, 2004: 188). Y = a + b1X1+ b2X2 + E Dimana: Y
= Kinerja Pegawai
a
= Konstanta
b1,b2 = koefisien regresi X1
= Komunikasi
X2
= Koordinasi
E
= Error
3.6. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan secara statistik melalui beberapa rangkaian atau tahapan pengujian sebagai berikut: a) Uji F Uji ini merupakan pengujian terhadap koefisien regresi secara bersamasama dan hipotesis yang digunakan adalah: H0
B1, B2 ................... Bm = 0, artinya bahwa tidak terdapat pengaruh B
B
yang nyata (signifikan) secara simultan dari variabel bebas Xi terhadap vaariabel terikat Y.
Untuk menentukan F tabel, tarap nyata yang
digunakan sebesar 5% dengan derajat kekebesan df = (k-1) dan (n-k).
32
Apabila F hitung lebih besar dari F tabel (F hitung > F tabel), maka terdapat pengaruh yang nyata dari variabel bebas secara serentak kepada variabel terikat, atau dengan kata lain hipotesis lebih kecil H0 ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya apabila F hitung lebih kecil dari F Tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak artinya tidak terdapat pengaruh yang secara serentak variabel bebas terhadap variabel terikat. b) Uji t Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel bebas terhadap variabel terikat, dimana dapat diformulasikan sebagai berikut: t =
r x y √ n-2 √ ( 1-r xy2 )
Hipotesa yang digunakan: H0 : Bi = 0, artinya tidak ada pengaruh yang nyata dari variabel bebas Xi terhadap variabel terikat Y. Ha : Bi
≠
0, artinya terdapat pengaruh yang nyata dari variabel bebas Xi
terhadap variabel terikat Y. Untuk menentukan t tabel, tarap nyata yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kekebesan, df (n-k-1) dimana merupakan jumlah variabel bebas. H0 ditolak Ha diterima, apabila t hitung > t tabel, artinya terdapat pengaruh yang nyata dari variabel bebas secara parsial variabel terikat Ha ditolak, apabila t hitung < t tabel, artinya tidak terdapat pengaruh yang nyata secara parsial dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
33
3.7. Lokasi dan Jadwal Penelitian a) Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir. b) Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 4 bulan dari bulan Nopember 2005 sampai bulan Februari 2006.
Tabel 3. 4. Jadwal Penelitian 2005/2006 No.
Bulan
Kegiatan November
1.
Persiapan.
2.
Penyusunan dan Seminar Usulan Penelitian.
3.
Pengumpulan Data.
4.
Pengolahan dan Analisis Data.
5.
Penyelesaian Tesis dan Ujian.
Desember
Januari
Februari
34
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini disajikan uraian dari proses penelitian dan deskripsi tentang hasil penelitian. Uraian disajikan secara runtut, dimulai dengan membahas gambaran umum pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan, struktur organisasi, proses penelitian, kemudian dijelaskan tentang hasil penelitian. pada bagian akhir akan dijelaskan tentang pengujian hipotesis yang didasarkan pada hasil analisis regresi linear berganda. 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Di dalam bab ini akan dicantumkan data hasil penelitian yang sudah diolah dari data primer. Penelitian menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi berganda. Analisis deskriptif menggambarkan karakteristik responden dalam bentuk table frekwensi sedangkan analisis regresi digunakan untuk melihat pengaruh Komunikasi (X1) dan Koordinasi (X2) terhadap Kinerja (Y), pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir. 4.2. Sejarah singkat berdirinya Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir. Dinas
Pendidikan
Nasional
Kabupaten
Ogan
Komering
Ilir
merupakan hasil penggabungan dari dua instansi pemerintah yang mengurusi masalah pendidikan di Kabupaten Ogan Komering Ilir yaitu Dinas
35
Pendidikan dan Kebudayaan (Dinas P dan K) dan Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ogan Komering Ilir (Kandep Dikbud). Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang kemudian disempurnakan menjadi UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, sebagai perwujudan pelaksana Otonomi Daerah dibentuklah Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir yang berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2001 tanggal 31 Januari 2001 tentang pembentukan DinasDinas daerah dalam Kabupaten Ogan Komering Ilir. Sejak berdirinya pertama kali pada tahun 1951. Dinas P&K yang kini telah menjadi Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir telah mengalami sebanyak tiga belas kali pergantian Kepala Dinas. Dinas Pendidikan Nasional ini Dinas pendidikan ini didirikan dengan tujuan utama memelaksanakan urusan rumah tangga Kabupaten Ogan Komering Ilir di bidang
pendidikan,
menyusun
rencana,
mengkoordinasikan
serta
merumuskan kebijakan teknis, menyelenggarakan pembinaan, bimbingan dan pengembangan di bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku. Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir berlokasi dijalan Letnan Darna Jambi Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir sekarang ini memiliki pegawai sebanyak 90 orang untuk melayani guru dan masyarakat luas dari 12 kecamatan dalam Kabupaten Ogan Komering Ilir. Untuk mencapai tujuan utama Organisasi, Dinas Pendidikan Nasional
36
Kabupaten
Ogan
Komering
Ilir
telah
merumuskan
Visi
yaitu
;
“Terselenggaranya Pendidikan yang Bermutu untuk menghasilkan Insan yang yang menguasai IPTEK DAN BERAKHLAK MULIA“. Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan, Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir, menetapkan misi sebagai berikut : 1. Memberikan pelayanan pendidikan yang demokratis, merata, relevan, efektif dan efisien; 2. Mensukseskan program Wajib Belajar 9 tahun; 3. Meningkatkan kualitas pendidikan dasar, menengah dan pendidikan luar sekolah; 4. Meningkatkan pembinaan generasi muda dan olahraga. 4.3. Struktur Organisasi Untuk melaksanakan tugas dibidang pendidikan sebagai bagian pelaksanaan pembangunan. Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir memberdayakan Sumber Daya Manusia diberbagai tingkatan sebagai berikut : Kepala Dinas a. Bagian Tata Usaha 1. Subag Tata Usaha dan Perlengkapan 2. subag Perencanaan 3. Subag Kepegawaian 4. Subag Keuangan
37
b. SubdinTK/RA/SD/MI/SDLB 1. Seksi Kurikulum 2. Seksi Tenaga Teknis 3. Seksi Sarana Pendidikan 4. Seksi Sekolah Swasta
c. Subdin SLTP/MTs/SM/MA 1. Seksi Kurikulum 2. Seksi Tenaga Teknis 3. Seksi Sarana Pendidikan 4. Seksi Sekolah Swasta
d. Subdin Bangunan dan Gedung 1. Seksi Bangunan dan Gedung TK/RA/SD/MI/SDLB 2. Seksi Baangunan dan Gedung SMP/MTs 3. Seksi Bangunan dan Gedung SM/MA 4. Seksi Subsidi dan Bantuan
e. Subdin Diklusepora 1. Seksi Pendidikan Luar Sekolah 2. Seksi Pendidikan Generasi Muda dan Pramuka 3. Seksi Pembinaan Olah Raga 4. Seksi Tenaga Teknis Diklusepora
38
f. Subdin Tenaga Kependidikan 1. Seksi Pengembangan dan Pembinaan Karier TK-SD/MI 2. Seksi Pengembangan dan Pembinaan Karier SMP/MTs 3. Seksi Pengembangan dan Pembinaan Karier SMA/MA 4. Seksi Pengembangan dan Pembinaan Karier Diklusepora Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten ogan Komering Ilir dalam pelaksanaan tugas membantu Bupati Ogan Komering Ilir dibidang pelayanan dan penyelenggaraan pendidikan mempunyai tugas antara lain : a. Menyusun rencana dan program kerja Dinas Pendidikan Nasional sebagai pedoman pelaksanaan tugas. b.
Membagi, mengkoordinasikan, membina, menyelia, menilai dan mengevaluasi tugas Kepala Bagian, Kepala Subdin, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Nasional Kecamatan, Kepala UPTD dan Pengawas di lingkungan Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir.
c. Menelaah peraturan perundang-undangan Pendidikan Nasional yang menjadi tanggungjawabnya sesuai dengan pelimpahan kewenangan yang diberikan oleh Bupati Ogan Komering Ilir. d. Menyusun Laporan Dinas Pendidikan Nasional sesuai dengan hasil yang dicapai sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. Dalam pelaksanaan tugas-tugas dibidang pendidikan ini Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir dibantu oleh beberapa orang staf sebagai berikut:
39
a) Kepala Bagian Tata Usaha b) Kepala Sub Dinas TK-SD/MI c) Kepala Sub Dinas SMP/MTs/SMA/MA d) Kepala Sub Dinas Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga e) Kepala Sub Dinas Bangunan dan Gedung f) Kepala Sub Dinas Tenaga Kependidikan g) Kepala Cabang Dinas di 12 Kecamatan h) Koordinator Pengawas Bagian Tata Usaha sebagai pembantu Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir dalam bidang ketatausahaan mempunyai tugas sebagai berikut: 1) Menyusun rencana dan program kerja Bagian Tata Usaha sebagai pedoman pelaksanaan tugas. 2) Menelaah
peraturan
perundang-undangan
dibidang
ketatausahaan,
perlengkapan, perencanaan, kepegawaian dan keuangan. 3) Menyusun rencana pengadaan, pemeliharaan alat kantor, gedung dan perlengkapan Dinas Pendidikan Nasional. 4) Melaksanakan kegiatan kerumahtanggaan, Ketatausaan dan Kearsipan. 5) Menganalisis, mengolah dan menyajikan data yang diperlukan 6) Memproses usul kenaikan pangkat, berkala, izin cuti, pensiun, penghargaan, pemberhentian dan izin belajar serta izin kawin cerai tenaga pendidik dan kependidikan.
40
7) Memberikan Layanan teknis lainnya dibidang Kepegawaian. 8) Menyusun Anggaran Pndapatan dan Belanja Rutin dan Pembangunan, Pra Daftar Isian Proyek ( Pra DIP ) dan Petunjuk Operasional ( PO ) sesuai ketentuan yang berlaku. 9) Menyusun Laporan pelaksanaan kegiatan sesuai hasil yang dicapai sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. Kepala Bagian Tata Usaha dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh empat orang Kepala Sub Bagian sebagai berikut: a) Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Perlengkapan b) Kepala Sub Bagian Kepegawaian c) Kepala Sub Bagian Perencanaan d) Kepala Sub Bagian Keuangan Sub Dinas TK-SD/MI membantu Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir dalam penyelenggaraan Pendidikan Tingkat Pra Sekolah dan Pendidikan Dasar mempunyai tugas antara lain: 1) Menyusun rencana dan program kerja Sub Dinas TK-SD/MI/SDLB 2) Menelaah peraturan Perundang-undangan dibidang TK-SD/MI/SDLB 3) Menyusun petunjuk penerimaan siswa baru, pelaksanaan kurikulum, evaluasi belajar dan Usaha Kesehatan Sekolah. 4) Menyusun rencana kebutuhan guru dan tenaga kependidikan serta sarana pendidikan sesuai data dan informasi dan ketentuan yang berlaku. 5) Mengelola Administrasi dan Sekretariat Guru Bantu dan Guru tidak tetap lainnya.
41
6) Merekomendasikan izin pembukaan sekolah TK-SD/MI/SDLB, izin belajar
guru
TK-SD/MI/SDLB
dan
izin
melaksanakan
tugas
kemasyarakatan lainnya. 7) Melaksanakan pembinaan kegiatan KKG TK-SD/MI. 8) Mengusulkan calon guru teladan TK-SD/MI tingkat kabupaten dan guru berprestasi lainnya. 9) Mengevaluasi pelaksanaan kurikulum, pemerataan guru dan tenaga kependidikan TK-SD/MI. 10) Memberikan layanan teknis Subdin TK-SD/MI. 11) Menyusun Laporan Subdin TK-SD/MI sesuai dengan hasil yang dicapai sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. Dalam pelaksanaan tugas Kepala Sub Dinas TK-SD/MI dibantu oleh empat Kepala Seksi sebagai berikut: a) Kepala Seksi Kurikulum b) Kepala Seksi Tenaga Teknis c) Kepala Seksi Pendidikan Swasta d) Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan
Subdin SMP/MTs/SMA/MA membantu Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir dalam penyelenggaraan dan pengelolaan antrara lain:
pendidikan ditingkat SMP/MTs/SMA/MA mempunyai tugas
42
1)
Membantu Kepala Dinas Pendidikan Nasional.
2)
Menyusun rencana dan program kerja Subdin SMP/SM.
3)
Membagi tugas Kepala Seksi sesuai dengan bidangnya.
4)
Memberi petunjuk pada Kepala Seksi sesuai dengan bidangnya.
5)
Mengkoordasikan Kepala Seksi dalam melaksanakan tugasnya agar terjalin kerja sama yang baik.
6)
Menyelia pelaksanaan tugas Kepala Seksi agar hasil yang dicapai sesuai dengan sasaran yang telah diterapkan.
7)
Menilai prestasi kerja Kepala Seksi.
8)
Menelaah Peraturan Perundang-undangan di Subdin SMP/SM.
9)
Menyusun petunjuk Penerimaan Siswa Baru,Pelaksanaan Kurikulum, Evaluasi Belajar dan Usaha Kesehatan Sekolah.
10) Memberi rekomendasi test Calon Kepala SMP/SM. 11) Menyusun saran alternatif pada Subdin SMP/SM. 12) Melaksanakan program kerja sama luar negeri di bidang Sekolah Menengah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan pemerintah. 13) Pembinaan pengelolaan sekolah unggulan dan sekolah yang terkena musibah/ bencana alam. 14) Mendayagunakan program Teknologi, komunikasi untuk pengelolaan pendidikan. 15) Menyusun rencana kebutuhan guru dan tenaga kependidikan lainnya berdasarkan data dan informasi serta ketentuan yang berlaku.
43
16) Menyusun
rencana
peningkatan
kompetensi
guru
dan
tenaga
kependidikan lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 17) Merekomendasikan izin pembukaan, penegerian, akreditasi, izin belajar guru SMP/SM, izin melaksanakan penelitian kemasyarakatan. 18) Memproses usul Berkala Guru SMP/SM. 19) Memproses usul Guru Perbantuan , GT/GTT. 20) Menyusun, memproses dan melaksanakan MGMP. 21) Mengusulkan calon Guru Teladan Tingkat SMP/SM. 22) Membina kegiatan MKKS. 23) Memproses Cuti Guru SMP/SM. 24) Menetapkan/mengusulkan pemberitahuan Pensiun Guru SMP/SM. 25) Menyusun formasi penambahan, penempatan, dan pelantikan Guru Baru SMP/SM. 26) Menyusun, memproses dan mengusulkan Beasiswa SMP/SM. 27) Mengkoordinasi pelaksanaan pengadaan dan pendistribusian sarana pendidikan. 28) Memantau pelaksanaan kurikulum, pemerataan guru dan tenaga kependidikan lainnya serta pendayagunaan sarana dan prasarana SMP/SM. 29) Memberi layanan teknis di Subdin SMP/SM. 30) Mengendalikan tugas Pengawas SMP/SM. 31) Menetapkan bentuk bantuan dan peran serta masyarakat dalam menunjang kegiatan pendidikan.
44
32) Menyusun laporan Subdin SMP/SM sesuai hasil yang telah dicapai sebagai pertanggungjawb pelaksanaan tugas. 33) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan Subdin Bangunan dan Gedung membantu Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir dalam penyelenggaraan dan pengelolaan
pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan mulai dari tingkat TK/SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK mempunyai tugas antrara lain: a.
Menyusun rencana dan program kerja Sub Dinas Bangunan dan Gedung sebagai pedoman pelaksanaan tugas.
b.
Menelaah peraturan perundang-undangan dibidang bangunan dan gedung.
c.
Menyusun konsep usul penentuan lokasi pembangunan dan rehabilitasi gedung TK-SD/MI/SDLB,SMP/MTs/SMA/MA/SMK.
d.
Menyelenggarakan pembangunan gedung TK-SD/MI, SMP/MTs/SM.
e.
Melaksanakan rehabilitasi gedung TK-SD/MI, SMP/MTs/SM.
f.
Mengadakan inventarisasi gedung-gedung bangunan dan sarana yang digunakan untukkegiatan pendidkan.
g.
Menyusun laporan Subdin sesuai dengan hasil yang telah dicapai sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan tugas. Dalam pelaksanaan tugas Kepala Sub Dinas Bangunan dan
Gedung dibantu oleh empat Kepala Seksi sebagai berikut: 1.
Kepala Seksi Bangunan dan rehabilitasi Gedung TK/SD
45
2.
Kepala Seksi Bangunan dan rehabilitasi Gedung SMP/MTs
3.
Kepala Seksi Bangunan dan rehabilitasi Gedung SM/MA
4.
Kepala Seksi Subsidi dan bantuan Subdin Diklusepora membantu Kepala Dinas Pendidikan Nasional
Kabupaten Ogan Komering Ilir dalam pengelolaan kegiatan pendidikan luar sekolah pemnbinaan Generasi Muda dan Olahraga mempunyai tugas antrara lain: 1) Menyusun rencana kerja dan program kerja sub dinas pendidikan luar sekolah, pemuda dan noleh raga sebagai pedoman pelaksanaan tugas. 2) Menelaah peraturan perundang-undangan pendidikan luar sekolah, pembinaan generasi muda/pramuka, kesiswaan dan keolahragaan. 3) Menyusun petunjuk teknis penyelenggaraan kegiatan pendidikan luar sekolah, pembinaan dan pengembangan generasi muda/pramuka, kesiswaan dan keolahragaan sesuai dengan kjetentuan yang berlaku. 4) Menyusun kebutuhan dan pengadaan-pengadaan tenaga teknis dan sarana pendidikan luar sekolah, pembinaan generasi muda, pramuka, kesiswaan dan keolahragaan. 5) Menyusun rencana penetapan pemberian izin penyelenggaraan kursus pendidikan luar sekolah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 6) Mengevaluasi pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan luar sekolah, pembinaan generasi muda/pramuka, kesiswaan dan keolahragaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
46
7) Melaksanakan kerjasama dengan instansi pemerintah dan organisasi yang menyelenggarakan
pendidikan
luar
sekolah.
Pembinaan
generasi
Muda/Pramuka, kesiswaan dan keolahragaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 8) Memberi pelayanan teknis bidang pendidikan luar sekolah. Pembinaan generasi Muda, Pramuka, Kesiswaan dan Keolahragaan. 9) Menetapkan kurikulum muatan lokal pendidikan luar sekolah. 10) Menetapkan Juknis penilaian hasil belajar luar sekolah. 11) Menyusun Laporan subdin Diklusepora sesuai dengan hasil yang dicapai sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. Dalam pelaksanaan tugas Kepala Sub Dinas Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga dibantu oleh empat Kepala Seksi sebagai berikut: a)
Kepala Seksi Pendidikan Luar Sekolah.
b)
Kepala Seksi Pembinaan Olahraga
c)
Kepala Seksi Pembinaan Generasi Muda/Pramuka.
d)
Kepala Seksi Tenaga Teknis. Sub Dinas Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan Nasional
Kabupaten Ogan Komering Ilir dalam membantu Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir mempunyai tugas antrara lain: 1) Menyusun rencana program kerja sub Dinas Tenaga Kependidikan sebagai pedoman pelaksanaan tugas. 2) Menelaah peraturan perundang-undangan tenaga kependidikan.
47
3) Menyusun rencana pelatihan guru, pengawas dan penilik Diklusepora. 4) Menyusun rencana diklat calon kepala TK/SD/MI/SDLB/SMP/MTs/ SM/MA. 5) Melaksanakan kegiatan seleksi guru teladan TK/SD/MI/SDLB/SMP/ MTs/SM/MA dan tenaga kependidikan Diklusepora. 6) Menyusun
petunjuk
pembinaan
TK/SD/MI/SDLB/SMP/MTs/SM/MA
dan
pengembangan dan
tenaga
karir
guru
kependidikan
Diklusepora. 7) Meneliti usul pemerosesan penetapan angka keridit jabatan guru TK/SD/MI/SDLB/SMP/MTs/SM/MA, pamong dan pengawas dan penilik Diklusepora. 8) Menyusun usul penyempurnaan kurikulum sistem penyelenggaraan penataran guru, pengawas dan penilik Diklusepora. 9) Menyusun laporan Sub Dinas Tenaga Kependidikan berdasarkan hasil yang dicapai sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. Dalam pelaksanaan tugas Kepala Sub Dinas Tenaga Kependidikan, dibantu oleh empat orang Kepala Seksi sebagai berikut: a)
Kepala Seksi Pengembangan dan Pembinaan karier TK/SD/MI
b)
Kepala Seksi Pengembangan dan Pembinaan karier SMP/MTs
c)
Kepala Seksi Pengembangan dan Pembinaan karier SM/MA
d)
Kepala Seksi Pengembangan dan Pembinaan karier Diklusepora
48
4.4. Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini antara lain berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan akhir, da masa kerja pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan . Dengan jumlah 90 responden yang meliputi Kepala Sub Bagian, Kasubsi dan Staf dilingkungan Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan, dari hasil analisis responden memperlihatkan. Jenis kelamin yang tertinggi adalah laki-laki sebanyak 70 responden ( 77 %) dengan tingkat umur terbanyak berkisar antara 46 s/d 50 tahun sebanyak 32 responden (35%) serta tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA dan S1 sebanyak 41 responden (45 %), serta masa kerja yang paling besar diatas 20 tahun sebanyak 31 orang ( 34 %). Tingkat jabatan yang paling banyak adalah staf operasional sebesar 44 responden (49%). Karakteristik responden yang diambil diharapkan dapat mewakili penelitian yang dilaksanakan khususnya yang terkait dengan Komunikasi dan Keordinasi. Rekapitulasi distribusi karakteristik responden ditunjukkan pada Tabel 4.1.
49
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden No 1
Distribusi Profil Responden
70 20
77 % 23 %
41 6 41 2
45 % 6% 45 % 4%
29 21 19 31
32 % 23% 11% 34%
13 29 32 16
16% 32% 35% 17%
Esselon II B Esselon III A Esselon IV. A Fungsional Staf Operasional
1 6 24 15 44
2% 6% 26% 17% 49%
Total
90
100 %
Distribusi Tingkat Pendidikan SMA D3 S1 S2
3
Distribusi Masa Kerja 1-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun > 20 tahun
4
Distribusi Usia Responden 25-35 tahun 36-45 tahun 46-50 tahun >50 tahun
5
Percent
Distribusi Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
2
Frequency
Distribusi Jabatan
Sumber : data primer yang diolah
50
4.5. Deskripsi Variabel Penelitian Sebanyak 90 pegawai terpilih menjadi responden dalam penelitian ini. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari Komunikasi (X1), terdiri dari 25 item pertanyaan dan Koordinasi (X2) terdiri dari 20 item pertanyaan. Variabel terikat penelitian ini adalah variabel Kinerja Pegawai (Y) terdiri dari 20 item pertanyaan. Untuk menganalisis variabel-variabel tersebut diambil dari skor rata-rata jumlah skor dari komponen masing-masing variabel kemudian membuat interval untuk masing-masing nilai pada setiap variabel. 1) Variabel Komunikasi (X1) Berikut tabel distribusi frekuensi variabel Komunikasi (X1), berdasarkan data hasil pengumpulan kuesioner. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Komunikasi (X1) Skor
Interval
Sangat tidak setuju Tidak setuju Kurang Setuju Setuju Sangat setuju
1 1,9 2,7 3,5 4,2
s/d s/d s/d s/d s/d
Total
1,8 2,6 3,4 4,1 5
Frekwensi
Persentase
0 0 0 18 72
0% 0% 0% 20% 80%
90
100%
(Sumber data primer yang diolah) Dari Tabel tersebut sebanyak 72 responden memilih sangat setuju pertanyaan pada variabel Komunikasi (X1), hal ini mencerminkan responden sangat setuju Komunikasi dilingkungan Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan.
51
2) Variabel Frekuensi Koordinasi (X2) Berikut tabel distribusi frekuensi variabel Koordinasi (X2) berdasarkan data hasil pengumpulan kuesioner. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Koordinasi (X2) Skor
Interval
Sangat tidak setuju Tidak setuju Kurang Setuju Setuju Sangat setuju
1 1,9 2,7 3,5 4,2
s/d s/d s/d s/d s/d
Frekwensi
Persentase
0 0 0 17 73
0% 0% 0% 19% 81%
90
100%
1,8 2,6 3,4 4,1 5
Total (Sumber data primer yang diolah)
Dari Tabel tersebut diketahui bahwa sebanyak 73 responden memilih sangat setuju untuk pertanyaan pada variabel Koordinasi (X2), kondisi ini menggambarkan responden sangat setuju terhadap Koordinasi (X2) yang dijalankan pimpinan dilingkungan Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan
3) Variabel Kinerja Pegawai (Y) Berikut tabel distribusi frekuensi variabel Kinerja Pegawai (Y) berdasarkan data hasil pengumpulan kuesioner.
52
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Pegawai (Y)
Skor
Interval
Sangat tidak setuju Tidak setuju Kurang Setuju Setuju Sangat setuju
1 1,9 2,7 3,5 4,2
s/d s/d s/d s/d s/d
Total
1,8 2,6 3,4 4,1 5
Frekwensi
Persentase
0 0 0 11 79
0% 0% 0% 13% 87%
90
100%
(Sumber data primer yang diolah) Dari Tabel tersebut diketahui bahwa sebanyak 79 responden menyatakan sangat setuju terhadap pertanyaan pada variabel Kinerja Pegawai (Y), hal ini mencerminkan respoden sangat setuju terhadap Kinerja Pegawai yang dicapai pegawai dilingkungan Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan.
4.6. Uji Kuesioner Kuesiner yang digunakan untuk menampung data haruslah valid dan reliabel. Oleh karena itu, sebelum digunakan kuesiner diuji dahulu keabsahannya. Di bawah ini adalah hasil uji kuesioner dengan menggunakan paket software SPSS ver.13.0. Untuk pengujian validitas, prosesnya adalah dengan melihat nilainilai korelasi tiap item pertanyaan yang ada di bawah colom corrected itemtotal correlation. Nilai-nilai ini dibandingkan dengan nilai r tabel dengan
53
menggunakan n = 90 dan alpha 5% didapat r = 0.205. Oleh karena nilai r lebih besar dari nilai r tabel, maka kuesioner adalah valid. Tabel 4.5 Hasil Uj iValiditas Variabel Komunikasi Item-Total Statistics
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25
Scale Mean if Item Deleted 110.3889 110.7111 110.3000 110.2778 110.5111 110.4111 110.7333 110.3444 110.5222 110.6333 111.3222 110.3333 110.7556 110.6333 110.7556 110.6000 110.6667 110.6889 110.3556 110.4111 110.3222 110.3000 110.2778 110.3111 110.3667
Scale Corrected Variance if Item-Total Item Deleted Correlation 67.701 .628 62.680 .705 69.628 .658 71.282 .420 70.612 .382 67.818 .605 62.782 .700 70.813 .428 70.747 .345 68.797 .566 69.007 .418 68.629 .495 68.389 .413 67.830 .627 65.086 .554 69.007 .568 68.000 .610 67.498 .697 69.018 .679 67.998 .729 69.232 .688 69.313 .708 70.180 .603 69.093 .726 68.976 .673
Squared Cronbach's Multiple Alpha if Item Correlation Deleted . .922 . .921 . .923 . .925 . .926 . .923 . .922 . .925 . .926 . .923 . .926 . .924 . .927 . .922 . .925 . .923 . .922 . .921 . .922 . .921 . .922 . .922 . .923 . .922 . .922
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS ver. 13.0 Dari Tabel 4.4 diperlihatkan nilai corrected item-total correlation lebih besar dari r = 0,205, sehingga dinyatakan valid.
54
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Koordinasi Item-Total Statistics
B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B16 B17 B18 B19 B20
Scale Corrected Squared Cronbach's Scale Mean if Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted 87.3111 46.734 .611 . .906 87.6333 42.954 .658 . .906 87.2222 48.444 .615 . .907 87.2000 49.757 .388 . .910 87.4333 48.765 .421 . .910 87.3333 46.764 .597 . .906 87.6556 42.970 .658 . .906 87.2667 49.321 .407 . .910 87.4444 48.834 .387 . .911 87.5556 47.351 .590 . .906 87.2556 48.013 .651 . .906 87.2889 47.871 .640 . .906 87.6778 47.030 .424 . .911 87.5556 46.542 .651 . .905 87.6778 44.198 .571 . .909 87.5222 47.398 .612 . .906 87.5889 46.762 .623 . .905 87.6111 46.285 .720 . .903 87.2778 47.821 .660 . .906 87.3333 47.101 .692 . .904
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS ver. 13.0
Dari Tabel 4.6 diperlihatkan nilai corrected item-total correlation lebih besar dari r = 0,250, sehingga dinyatakan valid.
55
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Pegawai Item-Total Statistics
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 C14 C15 C16 C17 C18 C19 C20
Scale Mean if Item Deleted 88.7222 89.1333 88.7222 89.1333 88.7889 88.8556 88.8000 88.7111 88.7444 88.7222 88.7667 89.0667 88.7778 88.9444 88.6889 88.6889 88.8000 88.7333 89.0667 89.0556
Scale Corrected Variance if Item-Total Item Deleted Correlation 33.664 .790 34.903 .409 34.180 .674 34.162 .515 34.011 .637 33.743 .610 33.578 .674 33.938 .745 33.586 .774 33.664 .790 34.091 .641 34.467 .475 33.860 .637 33.806 .599 34.419 .671 33.925 .789 33.533 .724 33.501 .809 33.928 .543 34.300 .504
Squared Cronbach's Multiple Alpha if Item Correlation Deleted . .933 . .940 . .935 . .938 . .936 . .936 . .935 . .934 . .933 . .933 . .935 . .939 . .936 . .936 . .935 . .933 . .934 . .933 . .938 . .938
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS ver. 13.0 Dari Tabel 4.7 diperlihatkan nilai corrected item-total correlation lebih besar dari r = 0,205, sehingga dinyatakan valid. Untuk menguji reliabilitasnya, dilakukan dengan menggunakan nilai alpha yang dibandingkan dengan patokan r = 0.205. Oleh karena nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel maka kuesioner dinyatakan reliabel.
56
Tabel 4.8 Rekapitulasi Uji Reliabilitas Variabel
Cronbach’s Alpha
Keterangan
Komunikasi
0.926
Reliabel
Koordinasi
0.911
Reliabel
Kinerja Pegawai
0.939
Reliabel
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS ver. 13.0
4.7. Uji Persyaratan Analisis Regresi Majemuk 4.7.1. Hasil Uji Normalitas Tujuan dilakukannya uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah model regresi, variable terikat dan variable bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Data yang berdistribusi normal dalam suatu model regresi dapat dilihat pada grafik normal P-P plot, dimana bila titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, maka data tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal. Pada Gambar 4.1. memperlihatkan P-P Plot telah berdistribusi normal.
57
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: KINERJA 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 4.1 Uji Normalitas
Dari hasil uji regresi juga dapat diperoleh informasi mengenai kurva, yang dapat dijelaskan pada gambar 4.2. Dari gambar tersebut diperlihatkan bahwa secara umum diagram batang berada dibawah kurva normal sehingga data Y berdistribusi normal.
58
Histogram
Dependent Variable: KINERJA
20
Frequency
15
10
5
Mean = 8.76E-15 Std. Dev. = 0.989 N = 90
0 -4
-3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Residual
Gambar 4.2. Histogram yang disertai Kurva Normal
4.7.2. Hasil Uji Heterokedastisitas Pengujian heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pengamatan kepengamatan yang lain dengan dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : •
Jika ada data yang membentuk pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu dan teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka telah terjadi heterokedastisitas.
59
•
Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa pada grafik scatterplot
terlihat titik-titik yang menyebar secara acak dan data menyebar dengan baik di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini menunjukkan tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.
Scatterplot
Dependent Variable: KINERJA 5.00
4.80
KINERJA
4.60
4.40
4.20
4.00
3.80 -3
-2
-1
0
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 4.3 Uji Heterokedastisitas.
1
60
4.7.3. Hasil Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahn pada periode t-1 (sebelumnya). Dimana pengujian autokorelasi dapat dideteksi dari besarnya nilai Durbin Watson. Berikut ini merupakan petunjuk dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi : a. Angka DW di bawah -2 berati ada autokorelasi positif. b. Angka DW diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. c. Angka DW di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif . Hasil pengolahan data SPSS memperlihatkan hasil uji autokorelasi sebagai berikut.
Tabel 4.9. Uji Autokorelasi Model
Durbin Watson
1
1,413
Dari hasil model Summary (lihat lampiran) dapat diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 1,413 dimana nilai DW diantara -2 sampai +2, maka tidak terjadi autokorelasi
61
4.7.4. Hubungan Korelasi Tabel 4.10 Correlations Pearson Correlation KINERJA KOMUNIKASI KOORDINASI Sig. (1-tailed) KINERJA KOMUNIKASI KOORDINASI N KINERJA KOMUNIKASI KOORDINASI
KINERJA KOMUNIKASI KOORDINASI 1.000 .629 .563 .629 1.000 .712 .563 .712 1.000 . .000 .000 .000 . .000 .000 .000 . 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Pada tabel 4.10 diperlihatkan bahwa korelasi antara variabel Koordinasi dan Kinerja dinyatakan dengan nilai 0,563, hal ini menunjukkan bahwa hubungan keduanya searah dan sangat kuat. Artinya bila variable Koordinasi naik, maka kinerja pegawai akan naik, dan demikian sebaliknya. Begitu juga dengan variable komunikasi dengan variable kinerja yang dinyatakan dengan nilai 0,629. hal ini menunjukkan bahwa hubungan keduanya searah dan sangat kuat. Artinya bila variable Komunikasi naik, maka Kinerja pegawai akan naik, dan demikian sebaliknya.
4.8. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Berikut adalah hasil pengujian regresi linear berganda antara variabel dan Komunikasi ( X1 ) Koordinasi ( X2 ) dan Kinerja Pegawai ( Y ). Hasil dari pengolahan SPSS dapat dilihat pada tabel 4.11.
62
Tabel 4.11 Model Summaryb Model 1
R .650a
R Square .422
Adjusted R Square .409
Std. Error of the Estimate .23542
DurbinWatson 1.413
a. Predictors: (Constant), KOORDINASI, KOMUNIKASI b. Dependent Variable: KINERJA
Dilihat pada table 4.11 tampak bahwa : 1. Koefisien korelasi ganda sebesar 0,650 ini berarti hubungan yang positif dan cukup kuat antara komunikasi dan koordinasi secara bersama dengan kinerja. 2. Variasi perubahan kinerja ditunjukkan oleh koefisien determinasi sebesar 0,422 atau 42,20 %, sisanya sebesar 57,80% perubahan kinerja dapat dijelaskan
oleh
faktor-faktor
lain
yang
tidak
diteliti
seperti
disiplin,motivasi, pelatihan dan pengembangan, budaya dan iklim kerja, dan lain-lain.
Rekapitulasi dari hasil pengujian yang berhubungan dengan regresi berganda ditunjukkan pada table 4.12
63
Tabel 4.12 Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Variabel
B
Beta
T hitung Tingkat Sig
Konstanta 1,927
Keterangan
5,575
Berpengaruh 0,000 terhadap model regresi
Komunikasi (X1)
0,412
0,462
3,986
0,000
Signifikan
Koordinasi (X2)
0,178
0,234
2,014
0,047 Signifikan
F hitung Signifikasi R R²
31,796 0,000 0,650 0,422
Sumber : hasil pengolahan SPSS yang diolah
Dari tabel 4.12 tampak bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0.422 berarti bahwa 42,2% variabelitas variabel Kinerja para pegawai dapat diterangkan oleh variabel bebas dalam hal ini Komunikasi dan Koordinasi, sisanya 57,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini, antara lain; disiplin, Koordinasi dan pengembangan, budaya dan iklim organisasi, sistem insentif dan sebagainya. Untuk menguji apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Komunikasi dan Koordinasi terhadap Kinerja para pegawai maka dapat dilihat dari hasil pengujian pada tabel 4.13 sebagai berikut:
64
Tabel 4.13 Coefficientsa
Model 1 (Constant) KOMUNIKAS KOORDINAS
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 1.927 .346 .412 .103 .462 .178 .088 .234
t 5.575 3.986 2.014
Sig. .000 .000 .047
a. Dependent Variable: KINERJA
Dari tabel 4.13 berdasarkan perhitungan SPSS diperoleh : 1.
Pada variable Komunikasi ( X1 ), Probability Value (P. Value) sebesar 0,000 < 0,05 ini berarti Ho ditolak, sedangkan Ha diterima. Jadi ada pengaruh yang positif dan nyata antara variable Komunikasi ( X1 ) terhadap variable Kinerja ( Y ).
2.
Pada variable Koordinasi ( X2 ), Probability Value (P. Value) sebesar 0,047 < 0,05 berarti Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variable Koordinasi ( X2 ) terhadap variable Kinerja ( Y ).
3.
Pengaruh Komunikasi dan Kinerja secara persial dapat dilihat dari koefisien Beta dimana Komunikasi ( X1 ) sebesar 0,462, sedangkan Koordinasi ( X2 ) sebesar 0, 234, ini berarti Komunikasi ( X1 ) lebih besar pengaruhnya terhadap Kinerja ( Y ).
65
Selanjutnya Untuk menguji apakah terdapat pengaruh yang kuat secara simultan antara Komunikasi dan Koordinasi terhadap Kinerja para pegawai maka dapat juga dilihat dari hasil pengujian pada tabel 4.14 sebagai berikut: Tabel 14 ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 3.524 4.822 8.346
df 2 87 89
Mean Square 1.762 .055
F 31.796
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), KOORDINASI, KOMUNIKASI b. Dependent Variable: KINERJA
Berdasarkan perhitungan SPSS diperoleh nilai F hitung sebesar 31,796. Dimana kriteria penolakan H0, jika F hitung lebih besar dari F tabel atau F0 > Fα1, n-3, dengan mengambil taraf sifnifikan (α) sebesar 5%, maka dari tabel distribusi F didapat nilai F tabel untuk F0.05.1.90 = 3,95. Dikarenakan 31,796 lebih besar dari 3,95, dan sig F sebesar 0.000 maka H0 ditolak. Artinya dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan secara linear antara Komunikasi dan Koordinasi terhadap Kinerja para pegawai. Dapat diartikan juga bahwa terdapat pengaruh secara bersama-sama antara Komunikasi dan Koordinasi terhadap Kinerja para pegawai sebesar koefisisen determinasinya (R2) = 0.422 atau 42,2%. Untuk menguji secara parsial (sendiri-sendiri) atau untuk mengetahui variabel bebas mana yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat di uji dengan uji t, hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.15 sebagai berikut :
66
Tabel 4.15 Coefficientsa
Model 1
(Constant) KOMUNIKASI KOORDINASI
Unstandardized Coefficients B Std. Error 1.927 .346 .412 .103 .178 .088
Standardized Coefficients Beta .462 .234
t 5.575 3.986 2.014
Sig. .000 .000 .047
a. Dependent Variable: KINERJA
Dari hasil perhitungan program SPSS untuk uji parsial adalah sebagai berikut: 1. Model persamaan regresi linier berganda pada tabel di atas adalah : Y = 1,927 + 0.412X1 + 0.178X2 Dari persamaan regresi diatas dapat diartikan jika tidak ada komunikasi dan koordinasi maka nilai kinerja 1,927. Jika X1 meningkat dengan 1 unit skor, maka Y akan meningkat sebesar 0,412 unit skor dengan ketentuan X2 konstant. Jika X2 meningkat dengan 1 unit skor maka Y meningkat dengan 0,178 unit skor dengan ketentuan X1 konstant . Dari fungsi regresi tersebut diatas, maka dapat juga diketahui bahwa : a) Jika variabel Komunikasi (X1) berubah maka Kinerja Pegawai (Y) akan berubah. Tanda positif menunjukkan perubahan yang searah. Apabila Komunikasi (X1) meningkat, maka Kinerja Pegawai (Y) juga meningkat dengan koefisien regresi sebesar 0,412. Dan sebaliknya jika Komunikasi (X1) menurun, maka Kinerja Pegawai (Y) menurun dengan koefisien regresi sebesar 0,412.
juga
67
b) Jika variabel Koordinasi (X2) berubah maka Kinerja Pegawai (Y) akan berubah. Tanda positip menunjukkan perubahan yang searah .Apabila Koordinasi (X2) meningkat, maka Kinerja Pegawai (Y) akan meningkat dengan koefisien regresi sebesar 0,178. Dan sebaliknya jika Koordinasi (X2) menurun, maka Kinerja Pegawai (Y)
akan
menurun dengan koefisien regresi sebesar 0,178. c) Nilai 1,927 adalah apabila nilai Komunikasi (X1) dan Koordinasi (X2) tidak mengalami penambahan atau pengurangan maka nilai Kinerja Pegawai (Y) sebesar nilai konstanta yaitu, 1.927.
2. Kriteria penolakan H0, jika t hitung lebih besar dari t tabel atau t0 > tα1,n-3. 3. Nilai t hitung sebesar 3,986 dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5%, maka nilai t tabel atau t0.025.1.90 = 1,67, sehingga dikarenakan t hitung 3,986 lebih besar dari t tabel 1,67, maka menolak H0 atau dengan kata lain Komunikasi berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai pegawai sebesar 0.462. 4. Nilai t hitung sebesar 2,014 dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5%, maka nilai t tabel atau t0.025.1.90 = 1,67, sehingga dikarenakan t hitung 2,014 lebih besar dari t tabel 1,67, maka menolak H0 atau dengan kata lain Koordinasi berpengaruh terhadap Kinerja para pegawai sebesar 0.234.
68
4.9. Pembahasan Pembahasan yang akan dilakukan berikut ini berdasarkan hasil analisis statistik korelasi parsial, hubungan korelasional dan korelasi regresi berganda linier, dan upaya pendalaman tiap vaiabel dengan menggunakan hasil analisis yang telah diolah dengan bantuan paket program Statistical Program for Social Science (SPSS) For MS Windows Release 13’ 4.9.1. Pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja Pegawai Nilai t hitung Produk ( X1 ) sebesar 3,986 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 (p < 0,05), maka menolak Ho atau dengan kata lain hal ini menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara variabel Komunikasi ( X1 ) terhadap Kinerja Pegawai ( Y ). Kondisi ini menandakan terdapat hubungan positif antara variabel Komunikasi terhadap variabel Kinerja Pegawai serta mendukung hipotesis yang diajukan. Konsep komunikasi tersebut diterapkan dalam suatu organisasi sehingga dihasilkan pengertian komunikasi organisasi. Menurut Davis, (2002, hal. 112) komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi aksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi seperti komunikasi dari bawahan keatasan, komunikasi atasan ke bawahan dan komunikasi sesama karyawan. Adapun komunikasi eksternal adalah komunikasi di luar organisasi seperti hubungan dengan masyarakat umum. Sementara itu, Simamora (2001, hal. 97)
69
menyatakan bahwa komunikasi organisasi sebagai arus data yang akan melayani komunikasi organisasi dan proses interkomunikasi dalam beberapa cara, yaitu : a. Komunikasi yang berkenaan dengan kerja organisasi seperti datadata yang berkaitan dengan tugas-tugas organisasi. b. Komunikasi yang berkenaan dengan pengaturan organisasi seperti perintah dan aturan-aturan. c. Komunikasi
yang
berkenaan
dengan
pemeliharaan
dan
pengembangan organisasi seperti hubungan dengan personil dan masyarakat. Dari uraian konsep komunikasi tersebut, terdapat prinsipprinsip komunikasi. Menurut Muhammad (2002, hal. 56), terdapat empat prinsip dasar dari komunikasi, yaitu: a. Komunikasi adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus dan selalu berubah. Komunikasi melibatkan berbagai variable seperti pengalaman, sikap, status, ketrampilan dan perasaan. Keseluruhan menentukan komunikasi yang terjadi. b. Komunikasi adalah sistem yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu pengirim pesan, penerimaan pesan, saluran dan balikan. Semua komponen tersebut mempunyai tugasnya masing-masing dan tugas dari masing-masing komponen berhubungan satu sama lain untuk menghasilkan komunikasi.
70
c. Komunikasi bersifat interaksi dan transaksi. Yang dimaksud dengan interaksi adalah saling bertukar komunikasi, sedangkan yang dimaksud transaksi adalah komunikasi yang terjadi jika seseorang mengirim pesan, tetapi sekaligus mengirim pesan. Misalnya, seseorang berbicara kepada orang lain dan orang lain tersebut sambil mendengar memberikan komentar. d. Komunikasi dapat terjadi disengaja maupun tidak disengaja. Komunikasi yang disengaja terjadi apabila pesan yang mempunyai maksud tertentu dikirimkan kepada penerima yang dimaksudkan. Akan tetapi, jika pesan yang tidak disengaja dikirimkan atau dimaksudkan untuk orang tertentu maka komunikasi tersebut dilakukan dengan tidak sengaja. e. Komunikasi organisasi yang berjalan efektif tersebut akan mempengaruhi tingkat kepuasan dalam bekerja diantara anggota organisasi karena komunikasi organisasi yang efektif akan mempengaruhi motivasi kerja dan kinerja serta kerjasama antar individu dan kelompok. Liliweri
(2004:44)
menyatakan
bahwa
“Komunikasi
merupakan aktivitas dasar manusia yang sangat penting karena dengan komunikasi manusia dapat berhubungan antara satu dengan yang lainnya, baik dalam kehidupan sehari-hari, di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau di mana saja mereka berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam masyarakat.”
71
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurang atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet dan berantakan. Misalnya bila dalam suatu sekolah kepala sekolah tidak memberi informasi kepada guru-guru mengenai kapan sekolah dimulai sesudah libur semester dan apa bidang studi yang harus diajarkan oleh masing-masing guru, maka besar kemungkinan guru tidak datang mengajar. Akibatnya, muridmurid tidak belajar. Hal ini menjadikan sekolah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dari contoh itu kelihatan, bahwa dengan kelupaan memberi informasi saja sudah memberikan efek yang lebih besar bagi sekolah. Karema pentingnya komunikasi dalam organisasi maka perlu menjadi perhatian pengelola agar dapat membantu dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.
4.9.2. Pengaruh Koordinasi terhadap Kinerja Pegawai Nilai t hitung Koordinasi ( X2 ) sebesar 2,014 dengan tingkat signifikan sebesar 0,047 (p < 0,05) Maka menolak Ho atau dengan kata lain Hal ini menunjukkan, ada pengaruh yang signifikan antara variabel Koordinasi ( X2 ) terhadap Kinerja Pegawai ( Y ). dengan kata lain terdapat hubungan positif antara variabel Koordinasi terhadap variabel Kinerja Pegawai. Kebutuhan akan suatu koordinasi tergantung
72
pada persyaratan bentuk dan komunikasi tugas-tugas yang dilakukan dan tingkat ketergantungan berbagai sub unit yang melaksanakan tugas tersebut (Joseph, 2003:156-162). Menurut Muhammad (2002:86) ada tiga variasi yang diperlukan oleh suatu unit-unit organisasi dalam menentukan kebutuhan akan koordinasi, yaitu : 1. Ketergantungan yang dikelompokkan (pooled interdependence), terjadi apabila unit-unit organisasi tidak tergantung satu sama lain untuk melaksankan perkerjaan sehari-hari, tetapi saling tergantung pada prestasi yang memadai dari setiap unit bagi tercapainya tujuan akhir 2. Ketergantungan sekuensial (sequential interpendence), yaitu suatu unit organisasi harus melaksanakan aktivitas terlebih dahulu sebelum unit-unit selanjutnya dapat bertindak . 3. Ketergantungan
timbal
balik
(reciprocal
interdependence),
melibatkan hubungan timbal balik antara sejumlah unit. Koordinasi adalah proses pemaduan sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan unit-unit yang terpisah pada sebuah organsasi agar dapat mencapai tujuan organisasi secara efisien. Tanpa koordinasi, para individu dan bagian-bagian akan kehilangan pandangan tentang peran mereka di dalam organisasi yang bersangkutan. Mereka akan mengejar
kepentingan
mereka
yang
khas,
seringkali
dengan
mengorbankan tujuan organisasi yang lebih besar (Stoner: 1992; 382-
73
384). Dengan demikian, koordinasi merupakan alat atau sarana mutlak yang diperlukan untuk dapat menciptakan efektivitas kerja terutama bagi kegiatan atau tugas-tugas pegawai pada instansi pemerintah.
4.9.3. Pengaruh Komunikasi dan Koordinasi terhadap Kinerja Pegawai Dengan mengambil taraf signifikan sebesar 5% maka dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 (p < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan secara linear antara Komunikasi ( X1 ) dan Koordinasi ( X2 ) terhadap Kinerja Pegawai ( Y ) serta menunjukkan, hubungan positif antara variabel Komunikasi dan Koordinasi terhadap variabel Kinerja Pegawai. Hasil penelitian mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yunus (2002:80) “Analisis Pengaruh Koordinasi Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Musi Rawas”. Berdasarkan hasil penelitian beliau menunjukkan
bahwa
variabel
koordinasi
(kerjasama
dan
kekompakkan, informasi dan komunikasi, dan perintah berantai) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas kerja. Secara parsial Variabel yang memiliki pengaruh dominan terhadap
efektivitas
kerja
pegawai
adalah
kerjasama
dan
kekompakkan, sedangkan variabel perintah berantai tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Taufik
(Tesis,
2003).
Judul
Penelitian
Pengaruh
Iklim
Komunikasi Terhadap Kinerja Anggota DPRD di Lingkup DPRD
74
Kabupaten Musi Rawas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda nilai koefisien korelasi antara variabel bebas yaitu iklim komunikasi terhadap kinerja anggota DPRD Kabupaten Musi Rawas adalah sebesar 0,994, artinya keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 99,4% dan dapat dinyatakan hubungan ini sangat erat. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,986, berarti variabel bebas yaitu iklim komunikasi berpengaruh sebesar 98,6% terhadap terhadap kinerja anggota DPRD Kabupaten Musi Rawas sedangkan sisanya 1,4% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang diteliti seperti; penempatan kerja, struktur organisasi perusahaan, umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan (Mangkunegara; 2000).
75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis pada Bab IV tentang hubungan pengaruh antara Komunikasi dan Koordinasi terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan, berikut akan disajikan beberapa kesimpulan sebagai hasil dari kegiatan penelitian, di samping itu pula pada bab ini akan disajikan saran-saran sebagai alternatif solusi permasalahan. 5.1. Kesimpulan 1) Jika variabel Komunikasi (X1) berubah maka Kinerja Pegawai (Y) akan berubah. Tanda positif menunjukkan perubahan yang searah. Apabila Komunikasi (X1) meningkat, maka Kinerja Pegawai (Y) juga meningkat dengan koefisien regresi sebesar 0,412. Dan sebaliknya jika Komunikasi (X1) menurun, maka Kinerja Pegawai (Y)
juga menurun dengan
koefisien regresi sebesar 0,412. Secara parsial ada hubungan yang positif antara variabel Komunikasi terhadap variabel Kinerja Pegawai, apabila ada peningkatan dalam Komunikasi maka Kinerja Pegawai akan meningkat. Selanjutnya hipotesis yang menyatakan Komunikasi secara parsial berpengaruh positif terhadap Kinerja Pegawai. 2) Jika variabel Koordinasi (X2) berubah maka Kinerja Pegawai (Y) akan berubah. Tanda positip menunjukkan perubahan yang searah .Apabila Koordinasi (X2) meningkat, maka Kinerja Pegawai (Y) akan meningkat
76
dengan koefisien regresi sebesar 0,178. Dan sebaliknya jika Koordinasi (X2) menurun, maka Kinerja Pegawai (Y) akan menurun dengan koefisien regresi sebesar 0,178. Secara parsial juga ada hubungan yang positif antara variabel Koordinasi terhadap variabel Kinerja Pegawai, artinya terdapat hubungan yang positif kuat antara Koordinasi dan Kinerja Pegawai, hal ini mengandung makna bahwa, apabila ada peningkatan dalam Koordinasi maka Kinerja Pegawai akan meningkat. Selanjutnya hipotesis yang menyatakan Koordinasi secara parsial berpengaruh positif terhadap Kinerja Pegawai. 3) Dikarenakan 31,796 lebih besar dari 3,95, dan sig F sebesar 0.000 maka H0 ditolak. Artinya dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan secara linear antara Komunikasi dan Koordinasi terhadap Kinerja para pegawai. Dapat diartikan juga bahwa terdapat pengaruh secara bersama-sama antara Komunikasi dan Koordinasi terhadap Kinerja para pegawai sebesar koefisisen determinasinya (R2) = 0.422 atau 42,2%. Secara agregat secara bersama-sama korelasi antara variabel Komunikasi dan Koordinasi terhadap Kinerja Pegawai, hal ini mengandung makna bahwa, apabila ada peningkatan dalam Komunikasi dan Koordinasi maka Kinerja Pegawai akan meningkat. Hipotesis yang menyatakan Komunikasi dan Koordinasi secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap Kinerja Pegawai.
77
5.2. Saran 1) Bila dilihat dari R Square dimana variasi perubahan kinerja sangat kecil oleh sebab itu disarankan faktor-faktor lain harus diperhatikan disamping tetap memperhatikan komunikasi dan koordinasi. 2) Diharapkan koordinasi harus mendapat perhatian, karena pengaruh koordinasi masih lebih kecil dibandingkan dengan komunikasi 3) Pimpinan perlu melakukan komunikasi organisasi yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi seperti komunikasi dari bawahan ke atasan, komunikasi atasan kebawahan dan komunikasi sesama karyawan. Ada pun komunikasi eksternal adalah komunikasi di luar organisasi seperti hubungan dengan masyarakat umum. 4) Koordinasi perlu ditingkatkan yang merupakan proses peningkatan kegiatan khusus individu dan kelompok satu dengan yang lainnya dan menjamin tercapainya tujuan bersama”. Tanpa suatu koordinasi orangorang atau departemen akan kehilangan pandangan tentang peran mereka dalam suatu organisasi. Dan apabila demikian, mereka mungkin akan mulai mengejar kepentingan mereka sendiri yang akan mengorbankan tujuan organisasi secara keseluruhan.
78
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Benardin, h.j and russel, j.c., 2002, Human Resource Management An Exprimental Approoch, Mc Graw-Hill Book Company, Ltd. Singapore. Davis, keith, dan John W. Newstrom, 2002, Perilaku Dalam Organisasi, Edisi ketujuh, Erlangga, Jakarta. Yayat Hayati, Djatmiko, 2002, Perilaku Organisasi, Alfabeta, Bandung. Gomes, f. Cardoso. 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Andi Yogyakarta. Liliweri, Alo, 2004, Wacana Komunikasi Organisasi, Mandar Maju, Bandung. Arni, Muhammad, 2002, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta Deddy, Mulyana, 2003, Komunikasi Organisasi: Teori dan Kebijakan. Jakarta, LP3ES. Bilson, Simamora, 2003, Memenangkan Pasar dengan pemasaran efektif dan profitabilitas, Jakarta, PT. Gramedia, Jakarta. Stoner, James Af,R et, al, 2001, Manajemen, Edisi Indonesia, Alih Bahasa Alexander Sindoro, PT. Prenhallindo, Jakarta. Taufik, M. 2003, Hubungan Iklim Komunikasi Terhadap Kinerja Anggota DPRD Di Kabupaten Musi Rawas, Tesis, MM-UNSRI. Husein, Umar, 2004, Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi, Edisi Revisi, PT. Gramedia, Jakarta. Anwar Prabu, Mangkunegara, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Moekijat, 2000, Administrasi Perkantoran, Mandar Maju, Bandung. Stoner, James AF, 1992, Manajemen, Edisi Indonesia, Alih Bahasa Alexander Sindoro, PT. Prenhallindo, Jakarta.