BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Investasi memiliki daya tarik tersendiri. Dari tahun ke tahun investasi
dalam pasar modal juga kian berkembang pesat. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan yang mendasari melakukan investasi. Pertama, investasi sebagai perlindungan terhadap capital (capital preservation). Kedua, investasi sebagai penghasilan lancar (current income). Ketiga, investasi sebagai peningkatan capital (capital apreciation). Dan keempat, investasi sebagai spekulasi (speculation) (Koch, 2008: 36). Sebelum melakukan suatu investasi, para investor perlu mengetahui dan memilih saham-saham mana yang dapat memberikan keuntungan paling optimal bagi dana yang diinvestasikan. Dalam kegiatan analisis dan memilih saham, para investor memerlukan informasi-informasi yang relevan dan memadai melalui laporan keuangan perusahaan. Informasi yang terdapat pada laporan keuangan sangat berguna bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan di perusahaan tersebut, contohnya manajemen sebagai pihak intern perusahaan menggunakan laporan keuangan sebagai dasar pengukuran kinerja perusahaan. Bagi pihak ekstern, seperti investor menggunakan laporan keuangan untuk membantu kegiatan investasi di pasar modal.
1
2
Para
pemegang
saham
(stakeholders)
maupun
calon
investor
menggunakan laporan keuangan sebagai alat untuk membantu mereka dalam rangka membuat keputusan investasi. Sesuai dengan tujuan dari laporan keuangan yang tercantum dalam PSAK No. 1 Paragraf 9 (2015), tujuan laporan keuangan memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan menunjukkan hasil pertanggungjawaban
manajemen
atas
penggunaan
sumber
daya
yang
dipercayakan kepada mereka. Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas (Tandelilin, 2010:26). Instrument keuangan yang diperjualbelikan di pasar modal merupakan instrument jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun), salah satunya adalah saham (Tjiptono dan Hendy, 2006:2). Oleh karena itu, investor yang menginvestasikan dananya ke dalam saham tentu memiliki harapan untuk memperoleh keuntungan dari investasi yang dilakukannya, keuntungan yang mereka peroleh dapat berupa capital gain atau dividend. Pada aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga-harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan. Pembentukkan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham. Dengan kata lain harga saham terbentuk oleh supply dan demand atas saham. Supply dan demand terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham sebagai akibat kinerja perusahaan dan industri maupun faktor
3
yang sifatnya keuangan seperti rasio profitabilitas, rasio leverage atau solvabilitas, rasio likuiditas, rasio pertumbuhan, rasio nilai pasar dan faktor-faktor non keuangan seperti diversifikasi, kondisi sosial politik, dan faktor lainnya. www.idx.co.id Menurut Halim (2005: 12), pembentukkan harga saham juga terjadi apabila laba yang diperoleh perusahaan relatif tinggi, maka kemungkinan besar bahwa dividen yang dibayarkan juga relatif tinggi. Pembayaran dividen yang relatif tinggi akan berpengaruh positif terhadap harga saham di bursa, sehingga investor akan tertarik untuk membelinya. Akibatnya permintaan akan saham tersebut menjadi meningkat, dan akhirnya harganya juga akan meningkat. Menurut Rusdin (2008) bahwa harga saham ditentukan menurut hukum permintaan-penawaran atau kekuatan tawar-menawar. Semakin banyak orang yang ingin membeli, maka harga saham tersebut cenderung bergerak naik. Sebaliknya, semakin banyak orang yang ingin menjual saham, maka harga saham tersebut akan bergerak turun. Teori di atas bertentangan dengan fakta yang ada di lapangan. Beberapa perusahaan industri manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami sebuah fenomena dimana harga saham perusahaan menurun ketika laba bersih meningkat atau sebaliknya. Dari seluruh perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), beberapa perusahaan mengalami fenomena tersebut. Pada tahun 2013 Gudang Garam Tbk (GGRM) mengalami peningkatan laba bersih sebesar 7,7%, pada tahun 2012 sebesar Rp
4
4.068.711.000.000 menjadi Rp 4.383.932.000.000 pada tahun 2013. Namun disisi lain pada tahun 2013 harga saham menurun sebesar 25%, pada tahun 2012 sebesar Rp 56.300 menjadi Rp 42.000 pada tahun 2013. Kemudian Merck Indonesia Tbk (MERK) pada tahun 2014 mengalami peningkatan laba bersih sebesar 3,4%, pada tahun 2013 sebesar Rp 175.444.757.000 menjadi Rp 181.472.234.000 pada tahun 2013. Namun disisi lain pada tahun 2014 harga saham menurun sebesar 15,3%, pada tahun 2013 sebesar Rp 189.000 menjadi Rp 160.000 pada tahun 2014. Harga saham emiten farmasi PT Kimia Farma Tbk yang berkode KAEF dalam kondisi pasar bullish berpeluang ditransaksikan dengan Price Earning Ratio (PER) 30 kali setahun kedepan, maka sahamnya berpeluang memiliki ruang penguatan 26,4% dari harga saat ini. Untuk Senin (1/6/2015) harga saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) memiliki support Rp 1.100 dan resiten Rp 1.180. Pelemahan rupiah atas dolar AS yang sudah menembus level Rp 13.200 menjadi pemicu utama koreksi harga sahamnya. Bila dibandingkan dengan harga sahamnya akhir 2014 lalu di Rp 1.465 harga saham KAEF telah terkoreksi menurun sebesar 23,5% hingga akhir Mei lalu. Harga saham KAEF saat ini relatif murah dibandingkan dengan prospek pertumbuhan laba tahun ini yang diperkirakan bisa 12% mencapai Rp 262,22 miliar dengan pertumbuhan penjualan bersih 16% mencapai Rp 5,24 miliar. (www.idsaham.com) Hal sebaliknya terjadi pada Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk (ULTJ) tahun 2013 mengalami penurunan laba bersih sebesar 8%, pada tahun 2012 sebesar Rp 353.431.619.485 menjadi Rp 325.127.420.664 pada tahun 2013. Namun disisi lain pada tahun 2013 harga saham meningkat drastis sebesar
5
238,3%, pada tahun 2012 sebesar Rp 1.330 menjadi Rp 4.500 pada tahun 2013. Kemudian pada Darya Varia Laboratoria Tbk (DVLA) tahun 2013 mengalami penurunan laba bersih sebesar 15,5%, pada tahun 2012 sebesar Rp 148.909.089.000 menjadi Rp 125.796.473.000. Namun disisi lain pada tahun 2013 harga saham mengalami kenaikan sebesar 30,2%, pada tahun 2012 sebesar Rp 1.690 menjadi Rp 2.200 pada tahun 2013. Kemudian pada Handjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) tahun 2014 mengalami penurunan laba bersih sebesar 7,3%,
pada
tahun
2013
sebesar
Rp
10.807.957.000.000
menjadi
Rp
10.014.995.000.000. Namun disisi lain pada tahun 2014 harga saham mengalami kenaikan sebesar 10%, pada tahun 2013 sebesar Rp 62.400 menjadi Rp 68.650 pada tahun 2014. (www.idx.co.id). Tabel 1.1 Fenomena Laba Bersih dan Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015 No.
Kode Perusahaan
1
MBTO
2
ULTJ
3
GGRM
4
DVLA
5
MERK
6
HMSP
7
KAEF
2011
Laba Bersih (Rp) 42.659.406.355
Harga Saham (Rp) 410
2012
45.523078.819
410
2012
353.431.619.485
1.330
Tahun
2013
325.127.420.664
4.500
2012
4.068.711.000.000
56.300
2013
4.383.932.000.000
42.000
2012
148.909.089.000
1.690
2013
125.796.473.000
2.200
2013
175.444.757.000
189.000
2014
181.472.234.000
160.000
2013
10.807.957.000.000
62.400
2014
10.014.995.000.000
68.650
2014
234.625.000.000
1465
2015
252.972.506.074
870
Sumber: www.idx.co.id (Data diolah kembali)
6
Terdapat fenomena dari perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang lainnya, yaitu pada Martina Berto Tbk (MBTO). Komisaris independen MBTO Kusyanto Kadiman mengungkapkan bahwa beliau terus didesak oleh para investor karena harga sahamnya tidak mengalami kenaikan dari tahun 2011 ke tahun 2012. Para investor mendesak perusahaan karena mereka melihat adanya peningkatan kondisi keuangan yaitu pada tahun 2012 perusahaan mencatat penjualan tumbuh 10,4% menjadi Rp144,8 M, dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp131,84 M. Laba bersih juga meningkat 9,4% menjadi Rp10,94 M dibanding tahun sebelumnya Rp10 M. Harga saham anak usaha produsen kosmetika PT Martha Tilaar Tbk (MRAT) itu memang stagnan di level Rp 410 per lembar saham. Dia mengaku, manajeman memang tidak bisa melakukan cara khusus untuk membuat harga saham naik (Astutik, 2012). Berdasarkan fenomena yang telah terjadi peneliti mempunyai keinginan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi harga saham perusahaan. Menurut Husnan (2005) salah satu cara untuk memprediksi harga saham adalah dengan melakukan analisis fundamental melalui rasio keuangan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (Harahap, 2006:297). Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai acuan memprediksi harga saham yang dapat digunakan oleh para investor antara lain rasio profitabilitas, rasio leverage, dan pengukuran tambahan non keuangan yaitu diversifikasi perusahaan.
7
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Harahap, 2009: 304). Pada penelitian ini profitabilitas diukur dengan menggunakan Earning Per Share (EPS), yakni rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Dengan pengertian lain, tingkat pengembalian yang tinggi (Kasmir, 2012: 207). Menurut Syamsudin (2007: 66) earning per share (EPS) merupakan rasio yang banyak diperhatikan oleh calon investor, karena informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan dapat menggambarkan prospek earning perusahaan masa depan. Pada umumnya, manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham tertarik akan EPS, karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut. Karena itu sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan berapa utang yang layak diambil dan dari mana sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membayar utang (Fahmi 2011 dalam Anjani 2014). Pada penelitian ini leverage diukur dengan debt asset ratio (DAR) dimana
8
menurut Syamsuddin (2007: 67) DAR merupakan perbandingan antara jumlah hutang dengan modal total aktiva. Hal ini berarti semakin tinggi nilai rasio ini maka semakin tinggi pula risiko bagi kreditur dan sebaliknya DAR yang kecil belum tentu lebih baik dari DAR yang besar karena mencapai tingkat laba yang diharapkan perusahaan membutuhkan untuk tumbuh dan berkembang. Dengan demikian, besar kecilnya DAR selalu diikuti besar kecilnya risiko pula sehingga DAR berpengaruh baik positif maupun negatif. Menurut Ramanujam dan Varadaran (1990), diversifikasi adalah sebagai masuknya perusahaan ke dalam lini aktivitas bisnis baru melalui pengembangan bisnis internal dan akuisisi. Diversifikasi produk yaitu upaya mencari dan menciptakan produk atau pasar yang baru, atau keduanya, dalam rangka mengejar pertumbuhan,
peningkatan
penjualan,
profitabilitas,
dan
fleksibilitas
(Tjiptono). Effendy (1996:109) mengemukakan bahwa diversifikasi produk didefinisikan sebagai suatu perluasan pemilihan barang dan jasa yang dijual oleh perusahaan dengan jalan menambah produk baru atau jasa ataupun memperbaiki tipe, warna, mode, ukuran, jenis dari produk yang sudah ada dalam rangka memperoleh laba maksimal. Sedangkan menurut Kotler (2001Ea:69) menyatakan konsep diversifikasi produk merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kinerja bisnis yang ada dengan jalan mengidentifikasi peluang untuk menambah bisnis menarik yang tidak berkaitan dengan bisnis perusahaan saat ini. Berdasarkan penelitian terdahulu, faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham antara lain, faktor pertama yaitu earning per share (EPS) menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Meythi, Tan Kwang En, Linda Rusli ( 2015) EPS
9
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andriky (2015) dan Nurmalasari (2009) yang menyatakan bahwa EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Faktor yang kedua yaitu debt asset ratio (DAR) menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Presetyo (2013) DAR berpengaruh signifikan negatif terhadap harga saham. Faktor terakhir yaitu diversifikasi menurut hasil penelitian yang telah dilakukan Octavilia dan Njo Anastasia (2014) diversifikasi berpengaruh bergerak bersama-sama secara parsial dalam jangka panjang. Berdasarkan fenomena dan penelitian terdahulu yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai EPS, DAR, diversifikasi perusahaan, dan harga saham pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan demikian, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan topik: “PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN DIVERSIFIKASI TERHADAP
HARGA
SAHAM”
(Studi
Empiris
Pada
Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)
1.2.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang dibahas dari judul di atas, maka
diperlukan pembatasan masalah sesuai dengan metode, ruang lingkup, dan informasi yang dibutuhkan agar pembahasan masalah tidak meluas. Perusahaan
10
yang akan diteliti yaitu Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2015. Penulis mengidentifikasi masalah yang akan menjadi pokok pemikiran dan pembahasan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Diversifikasi Perusahaan terhadap Harga Saham pada perusahaan manufaktur secara parsial. 2. Bagaimana pengaruh antara Profitabilitas, Leverage, dan Diversifikasi Perusahaan pada perusahaan Manufaktur secara simultan.
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan
identifikasi
masalah
yang
telah
dikemukakan
pada
Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2015, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai: 1. Mengetahui pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Diversifikasi Perusahaan terhadap Harga Saham pada perusahaan manufaktur secara parsial. 2. Mengetahui pengaruh anrata Profitabilitas, Leverage, dan Diversifikasi Perusahaan terhadap Harga Saham pada perusahaan manufaktur secara simultan.
1.4.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
11
a. Kegunaan Operasional: 1. Perusahaan Perusahaan diharapkan untuk dapat memberikan informasi keuangan yang objektif, relevan, dan dapat diandalkan agar para investor dapat menilai suatu kondisi perusahaan yang berguna untuk pengambilan keputusan investasi. 2. Investor Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi para investor atas informasi keuangan dalam melakukan pengambilan keputusan untuk berinvestasi di pasar modal, sehingga dapat memperkecil risiko yang mungkin dapat terjadi sebagai akibat dalam pembelian saham di pasar modal. b. Kegunaan Akademis: 1. Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan, khususnya mengenai
pengaruh
perkembangan
profitabilitas,
leverage,
dan
diversifikasi perusahaan terhadap harga saham pada peusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) baik secara parsial maupun simultan. 2. Peneliti Penelitian ini merupakan bagian dari proses pembelajaran yang diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman
12
dalam bidang penelitian dan merupakan wujud dari aplikasi ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan.
1.5.
Lokasi dan Waktu Penelitian Peniliti melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur sector industry
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Peneliti mengambil data yang diunduh pada www.idx.co.id dan situs lain yang dapat mendukung penelitian. Penelitian dilakukan sejak November 2015 sampai dengan Mei 2016.