BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan yang dialami pada berbagai sektor industri diharapkan dapat menjadi penggerak perekonomian nasional. Berbagai strategi dan pemantapan daya saing sektor ekonomi dari industri primer ke industri sekunder terus dibangun, khususnya industri manufaktur nonmigas. Salah satu sub-sektor industri yang mengalami perkembangan yang cukup pesat adalah Industri Makanan dan Minuman. Dari data yang dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian dalam Laporan kinerja Tahun 2015, Pertumbuhan Industri Makanan dan Minuman dari tahun 2012-2015 menunjukkan kinerja yang baik dibandingkan rata-rata industri pengolahan non migas. Industri pengolahan non migas terdiri atas 15 (lima belas) industri, yaitu: Industri Makanan dan Minuman, Industri Pengolahan Tembakau, Industri Tekstil dan Pakaian Jadi, Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki, Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya, Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman, Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional, Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik, Industri Barang Galian bukan Logam, Industri Logam Dasar, Industri Barang Logam; Komputer, Barang, Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik, Industri Mesin dan Perlengkapan, Industri Alat Angkutan, Industri Furnitur, Industri Pengolahan Lainnya; Jasa 1
2
Reparasi, dan Pemasangan Mesin dan Peralatan. Pertumbuhan Industri Makanan dan Minuman dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata Industri Pengolahan Non Migas ditunjukkan pada Gambar 1.
Sumber: BPS diolah Kementerian Perindustrian
Gambar 1 Pertumbuhan Industri Makanan dan Minuman dibandingkan Rata-rata Industri Pengolahan Non Migas
Bila dilihat dari kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Industri, Industri Pengolahan Non Migas memberikan kontribusi sebesar 18,18 persen pada Tabel 1, dengan Industri Makanan Dan Minuman menjadi sektor industri dengan kontribusi tertinggi, yaitu sebesar 5,61 persen, disusul oleh Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik sebesar 1,96 persen, dan Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional sebesar 1,81 persen. Bila dilihat dari nilai investasi Penanaman Modal Dalam Negeri pada Tabel 2, Industri Makanan dan Minuman kembali menjadi industri dengan nilai investasi tertinggi, sebesar Rp 24,53 Triliun, disusul oleh Industri Kimia dan Farmasi sebesar Rp 20,71 Triliun dan Industri Mineral Non Logam sebesar Rp 20,50 Triliun.
3
Tabel 1
Peran Tiap Cabang Industri terhadap PDB Sektor Industri Pengolahan Non Migas Tahun 2012-2015
No 1 2 3 4
Lapangan Usaha Industri Makanan dan Minuman Industri Pengolahan Tembakau Industri Tekstil dan Pakaian Jadi Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus 5 dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya Industri Kertas dan Barang dari Kertas; 6 Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 7 Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 8 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 9 Industri Barang Galian bukan Logam 10 Industri Logam Dasar Industri Barang Logam; Komputer, Barang 11 Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik 12 Industri Mesin dan Perlengkapan 13 Industri Alat Angkutan 14 Industri Furnitur Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi 15 dan Pemasangan Mesin dan Peralatan Industri Non Migas PRODUK DOMESTIK BRUTO
2012 5,31 0,92 1,35 0,25
2013 5,14 0,86 1,36 0,26
2014 5,32 0,91 1,32 0,27
(persen) 2015 5,61 0,94 1,21 0,27
0,70
0,70
0,72
0,67
0,86
0,78
0,80
0,76
1,67 0,89 0,73 0,75
1,65 0,80 0,73 0,78
1,70 0,76 0,73 0,78
1,81 0,74 0,72 0,78
1,89
1,95
1,87
1,96
0,29 1,93 0,26
0,27 2,02 0,26
0,31 1,96 0,27
0,32 1,91 0,27
0,19
0,17
0,18
0,18
17,99 21,45
17,72 20,98
17,90 21,01
18.18 20.84
Sumber: BPS diolah Kementerian Perindustrian
Tabel 2 Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri Tahun 2012 – 2015 (Rp. Miliar)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Lapangan Usaha Industri Makanan dan Minuman Industri Tekstil dan Pakaian Jadi Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik Industri Barang Galian bukan Logam Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik Industri Instrumen Kedokteran, Presisi & Optik & Jam Industri Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain Industri Lainnya
Sumber: BPS diolah Kementerian Perindustrian
2012 11.166,7 4.450,9
2013 2.445,9 2.445,9
2014 19.596,4 1.451,5
2015 24.533,99 2.724,51
767
801
1031
54
57
3.907
5.851
1.185,33
7561
6.849,4
4.093,7
6.529,47
5.069,5
8.886,5
13.314
20.712,45
2.855
2.905,2
2.117,5
3.695,88
10.730,7
4.624,5
11.923,1
20.501,7
7.225,7
7.567,5
5.292,6
7.938,39
-
210,1
-
-
664,4
2.068,5
490,1
1.070,81
31,5
61,8
68,1
147,36
4
Melihat peluang yang baik dari industri makanan dan minuman, tentunya pasar modal memiliki peran penting Sebagai lembaga perantara. Pasar modal memiliki peran bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal memiliki fungsi ekonomi karena menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana akan dipertemukan dalam pasar modal, dimana akan terjadi transaksi memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Sekuritas yang biasa diperjualbelikan dalam pasar modal dapat berupa saham ataupun obligasi (Tandelilin,2010:26) Pasar modal adalah sarana yang mempertemukan penjual dan pembeli dana. Tempat penawaran penjualan efek ini dilaksanakan berdasarkan satu lembaga resmi yang disebut bursa efek. Perdagangan surat berharga merupakan cara untuk menarik dana masyarakat dalam hal ini investor untuk mengembangkan perekonomian dimana dana tersebut adalah modal yang dibutuhkan perusahaan untuk memperluas usahanya. Dengan dijualnya saham pasar modal berarti masyarakat diberi kesempatan untuk memiliki dan mendapatkan keuntungan. Aktivitas pasar modal, harga saham merupakan faktor yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh investor dalam melakukan investasi karena harga saham menunjukkan prestasi emiten, pergerakan harga saham searah dengan kinerja emiten.
5
Apabila emiten mempunyai prestasi yang semakin baik maka keuntungan yang dapat dihasilkan dari operasi usaha semakin besar. Kondisi yang demikian, harga saham emiten yang bersangkutan cenderung naik. Harga saham juga menunjukkan nilai suatu perusahaan. Nilai saham merupakan indeks yang tepat untuk efektivitas perusahaan. Daftar harga saham perusahaan Industri Makanan dan Minuman periode 2012-2015 dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Daftar Harga Saham Perusahaan Industri Makanan dan Minuman Periode 2012-2015
Nama Perusahaan PT Akasha Wira International Tbk PT Cahaya Kalbar Tbk PT Davomas Abadi Tbk PT Delta Djakarta Tbk PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk PT Indofood Sukses Makmur Tbk PT Mayora Indah Tbk PT Multi Bintang Indonesia Tbk PT Nippon Indosari Corpindo Tbk PT Prasidha Aneka Niaga Tbk PT Sekar Bumi Tbk PT Sekar Laut Tbk PT Siantar Top Tbk PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk PT Tri Banyan Tirta Tbk PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
2012 1.920 1.300 50 255.000 7.800 5.850 20.000 740.000 6.900 205 390 180 1.050 1.080 315
2013 2.000 50 380.000 10.200 6.600 26.000 1.200.000 1.020 150 480 180 1.550 1.430 570
2014 50 390.000 13.100 6.750 20.900 11.950 1.385 143 970 300 2.880 2.095 352
2015 50 5.200 13.475 5.175 30.500 8.200 1.265 122 945 370 3.015 1.210 325
1.330 -
4.500 1.160
3.720 1.500
3.945 675
Sumber: www.idx.co.id
Dalam melakukan investasi di pasar modal, investor harus benar-benar menyadari bahwa di samping memperoleh keuntungan ia juga dapat mengalami kerugian. Tidak ada jaminan bila investasi di pasar modal investor akan mendapat capital gain, karena akan sangat mungkin investor juga akan mengalami capital loss. Oleh karena itu investor harus berhati-hati dalam menentukan saham mana yang akan dipilih. Salah satu tindakan yang dapat
6
dilakukan dalam menentukan saham mana yang memberikan keuntungan sekarang dan masa mendatang adalah dengan melakukan penilaian saham. Berdasarkan Tabel 3 di atas, perusahaan mengalami fluktuasi harga saham dari tahun ke tahun. Ada perusahaan yang menunjukkan harga saham yang tetap tiap tahun, yaitu PT Davomas Abadi Tbk. Ada yang mengalami peningkatan harga saham dari tahun ke tahun, contohnya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Ada pula perusahaan yang mengalami penurunan harga saham selama tahun pengamatan, contohnya PT Prasidha Aneka Niaga Tbk. Dari fakta-fakta di atas, dapat dikatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham. Para investor perlu melakukan analisis yang mendalam mengenai perubahan tersebut. Salah satu caranya adalah dengan melakukan analisis fundamental berbasis rasio keuangan. Secara garis besar terdapat dua macam analisis untuk menentukan nilai saham, yaitu analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis) dan analisis teknis (tehnical analysis) (Hartono,2007:61). Perkembangan harga saham suatu perusahaan akan mencerminkan nilai saham tersebut dan juga keuntungan yang akan didapatkan pemegang saham. Jika perusahaan tersebut berjalan lancar maka harga saham perusahaan akan meningkat, hal ini menunjukkan bertambahnya tingkat permintaan. Naik turunnya harga saham dipengaruhi oleh berbagai faktor, faktor internal maupun faktor eksternal perusahaan, faktor eksternal sebagian disebabkan oleh sentimen investor sedangkan faktor internal disebabkan kondisi fundamental perusahaan (Harjito,2009:85). Faktor tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan
7
analisis fundamental berdasarkan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan. Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham yang akan datang,
mengestimasi
nilai
faktor-faktor
fundamental
yang
dapat
mempengaruhi harga saham yang akan datang sehingga diperoleh taksiran harga saham (Husnan,2009:315). Informasi fundamental adalah informasi yang berhubungan dengan kondisi perusahaan yang umumnya ditunjukkan dalam laporan keuangan yang merupakan salah satu kinerja perusahaan. Dari laporan keuangan dapat diketahui beberapa informasi fundamental antara lain: Rasiorasio keuangan, arus kas, serta ukuran kinerja-kinerja lainnya yang dihubungkan dengan harga saham. Rasio keuangan dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio), Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio), Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio), Rasio Aktivitas (Activity Ratio), dan Rasio Penilaian (Valuation Ratio) (Sutrisno,2009:215). Beberapa penelitian terdahulu telah menguji pengaruh dari faktor fundamental terhadap harga saham. Hasil penelitian terdahulu menggunakan rasio Profitabilitas meliputi Net Profit Margin, Return On Asset, Return On Equity, Return On Investment, dan Earning Per Share atau Dividend Per Share terhadap harga saham menunjukkan pengaruh positif didukung penelitian yang dilakukan
oleh
Pandansari
(2012),
Dewi
&
Suaryana
(2013),
Dadrasmoghaddam, Karmozdi, & Mohseni (2013), Polii Saerang dan Mandagie (2014), Dewi & Hidayat (2014), Daniel (2015), Idawati & Wahyudi (2015), dan
8
Yulsiati (2016). Rasio profitabilitas tidak berpengaruh terhadap harga saham dari penelitian oleh Meythi, En, & Rusli (2011), Safitri (2013), dan Buigut, Soi, Koskei, & Kibet (2013). Hasil penelitian terdahulu menggunakan rasio Likuiditas meliputi; Current Ratio, Quick Ratio, atau Acid Test Ratio terhadap harga saham menunjukkan tidak adanya pengaruh didukung oleh penelitian yang dilakukan Meythi, En, & Rusli (2011), Deitiana (2013), Tan Syarif & Ariza (2014), terjadi pengaruh negatif didukung penelitian oleh Daniel (2015), sedangkan yang menunjukkan pengaruh positif ada dalam penelitian Kohansal, Dadrasmoghaddam, Karmozdi, & Mohseni (2013). Penelitian menggunakan rasio Solvabilitas; Total Debt to Total Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, Time Interest Earned Ratio, Fixed Charge Coverage Ratio, dan Debt Service Ratio menunjukkan pengaruh negatif terhadap harga saham dalam penelitian Dewi, Suaryana (2013) Daniel (2015), sedangkan dalam penelitian lain menunjukkan positif oleh Pandansari (2012). Rasio solvabilitas terhadap harga saham menunjukkan tidak ada pengaruh dalam penelitian Safitri (2013), yang menunjukkan adanya pengaruh dalam penelitian Tan Syarif & Ariza (2014) Sondakh, Tommy, & Mangantar (2015). Penelitian menggunakan rasio Aktivitas; perputaran aktiva tetap, Total Assets Turnover, menunjukkan pengaruh terhadap harga saham dalam penelitian Tan Syarif & Ariza (2014). Sedangkan dalam penelitian lainnya tidak adanya pengaruh terhadap harga saham oleh Deitiana (2013).
9
Kemudian untuk rasio Penilaian; Price Earning Ratio dan Price Book Value, hasil penelitian menunjukkan positif dan signifikan terhadap harga saham dalam penelitian oleh Safitri (2013), Arslan & Zaman (2014), dan Daniel (2015). Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel faktor fundamental terhadap harga saham sebagai kelanjutan dari penelitian sebelumnya. Melalui analisis tersebut, penulis mencoba memperkirakan pengaruh faktor fundamental terhadap harga saham dan hubungan faktor-faktor tersebut. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terdapat pada perbedaan variabel fundamental yang digunakan dan sektor industri yang menjadi objek penelitian. Objek penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur sub sektor industri makanan dan minuman di BEI periode 2012-2015 sebagai objek penelitian karena pertumbuhan nilai industri makanan dan minuman lebih stabil. Saat ini industri makanan dan minuman adalah sektor dengan kontribusi terbesar ekonomi Indonesia, yaitu 5,5 persen produk domestik bruto nasional dan 31 persen produk domestik bruto industri pengolahan nonmigas (Tribun Bisnis,2016). Penelitian ini penting untuk dilakukan karena akan memberikan hasil yang diharapkan
dapat
membantu
perusahaan
dalam
meningkatkan
nilai
perusahaannya dan bagi investor diharapkan dapat membantu memberikan informasi akan harga saham sehingga dapat mengetahui waktu kapan membeli dan menjual sahamnya serta faktor apa saja yang dapat diperhatikan sebagai
10
pengaruh harga saham sehingga dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam membuat keputusan.
B. Pembatasan Masalah Penelitian Agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan yang dimaksud, dalam penelitian ini peneliti membatasi pada ruang lingkup yaitu; Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Current Ratio (CR), Price Earning Ratio (PER), dan Total Asset Turn Over (TATO). 1. Debt to Equity Ratio adalah rasio yang dihitung dengan membagi total hutang dengan total aset. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara total hutang terhadap total shareholders equity yang dimiliki perusahaan. Total hutang disini merupakan total hutang jangka pendek dan total hutang jangka panjang. Sedangkan Shareholders Equity adalah total modal sendiri (total modal saham disetor dan laba ditahan) yang dimiliki oleh perusahaan (Brigham dan Houston,2012:143). Semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER). Semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang (Pandansari,2012). 2. Return on Assets (ROA) adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin besar rasionya semakin bagus karena perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan aset yang dimilikinya secara efektif untuk menghasilkan laba (Polii Saerang dan Mandagie,2014).
11
3. Current Ratio (CR) merupakan rasio likuiditas yang digunakan sebagai alat ukur untuk menentukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin besar Current Ratio (CR) yang dimiliki menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya terutama modal kerja yang sangat penting untuk menjaga kinerja perusahaan yang pada akhirnya mempengaruhi harga saham (Deitiana,2013). 4. Price Earning Ratio (PER) menunjukkan jumlah yang rela dibayarkan oleh investor
untuk
setiap
laba
yang
dilaporkan
(Brigham
dan
Houston,2012:150). PER mengindikasikan derajat kepercayaan investor pada kinerja masa depan perusahaan. Semakin tinggi PER, investor semakin percaya pada emiten, sehingga harga saham semakin mahal (Safitri,2013). 5. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover) menunjukkan efektivitas
penggunaan
seluruh
harta
perusahaan
dalam
rangka
menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih (Net Sales) yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan (Sawir,2005:17). Semakin tinggi rasio Total Asset Turn Over (TATO) berarti semakin efisien penggunaan seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata lain, jumlah aset yang sama dapat memperbesar volume penjualan apabila total aset turnover ditingkatkan atau diperbesar (Tan Syarif dan Ariza,2014).
12
C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang, harga saham dapat dipengaruhi oleh faktor fundamental. Oleh karena itu rumusan masalah yang ada pada penelitian ini adalah: 1. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur sub-sektor industri makanan dan minuman di BEI periode 2012-2015? 2. Apakah Return on Assets (ROA) berpengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur sub-sektor industri makanan dan minuman di BEI periode 2012-2015? 3. Apakah Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur sub-sektor industri makanan dan minuman di BEI periode 2012-2015? 4. Apakah Price Earning Ratio (PER) berpengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur sub-sektor industri makanan dan minuman di BEI periode 2012-2015? 5. Apakah Total Asset Turn Over (TATO) berpengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur sub-sektor industri makanan dan minuman di BEI periode 2012-2015?
D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:
13
1. Untuk mengetahui pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham perusahaan manufaktur sub-sektor industri makanan dan minuman di BEI periode 2012-2015. 2. Untuk mengetahui pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap harga saham perusahaan manufaktur sub-sektor industri makanan dan minuman di BEI periode 2012-2015. 3. Untuk mengetahui pengaruh Current Ratio (CR) terhadap harga saham perusahaan manufaktur sub-sektor industri makanan dan minuman di BEI periode 2012-2015. 4. Untuk mengetahui pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham perusahaan manufaktur sub-sektor industri makanan dan minuman di BEI periode 2012-2015. 5. Untuk mengetahui pengaruh Total Asset Turn Over (TATO) terhadap harga saham perusahaan manufaktur sub-sektor industri makanan dan minuman di BEI periode 2012-2015.
E. Kontribusi Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak antara lain: 1. Bagi Perusahaan Sub Sektor Industri Makanan dan Minuman Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi manajemen dalam membuat kebijakan atau keputusan untuk memperbaiki kinerja perusahaan guna meningkatkan nilai perusahaan dengan memperhatikan
14
variabel Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Current Ratio (CR), Price Earning Ratio (PER), dan Total Asset Turn Over (TATO). 2. Bagi Investor dan Calon Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan investasi saham khususnya pada perusahaan manufaktur sub sektor industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia dengan memperhatikan variabel Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Current Ratio (CR), Price Earning Ratio (PER), dan Total Asset Turn Over (TATO). 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memacu penelitian yang lebih baik, menambah wawasan mengenai Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Current Ratio (CR), Price Earning Ratio (PER), dan Total Asset Turn Over (TATO) yang berpengaruh terhadap harga saham, serta sebagai bahan tambahan referensi bagi peneliti selanjutnya.