1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan yang sangat pesat di Bali menyebabkan meningkatnya aktivitas di segala bidang kehidupan terutama di bidang ekonomi. Perkembangan tidak terbatas hanya pada wilayah Kabupaten Badung dengan kawasan pariwisata Kuta dan Nusa Dua serta Kota Denpasar dengan kawasan Sanur, namun juga berimbas ke wilayah pedesaan terutama di Kecamatan Ubud. Kawasan Wisata Ubud terletak di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, saat ini sudah sangat terkenal sebagai salah satu destinasi pariwisata di Bali, bahkan telah dikenal di seluruh dunia. Dikenalnya wilayah ini sebagai salah satu destinasi pariwisata telah berlangsung sejak jaman penjajahan Hindia Belanda. Hal ini tidak terlepas dari perikehidupan dan nilai-nilai budaya yang dimiliki masyarakatnya yang tidak hanya ingin tahu dan melihat dari dekat, namun tidak jarang pula mengundang minat untuk berlama-lama dan tinggal menetap di wilayah ini. Kepariwisataan di Kecamatan Ubud telah berkembang dengan sangat cepat dengan semakin banyaknya kunjungan wisatawan ke wilayah ini. Perkembangan kepariwisataan yang sangat cepat tersebut mendorong tumbuhnya usaha-usaha akomodasi pariwisata baik hotel, home stay, art shop, restoran dan rumah makan dengan berbagai jenis prasarana dan sarana pariwisata lainnya. Saat ini di Kecamatan Ubud terdapat 35 buah hotel, 207 buah home stay (pondok 1
2 wisaa), 43 rumah makan, 90 buah warung, 132 art shop dan berbagai jenis prasarana lainnya. Adanya prasarana dan sarana kepariwisataan tersebut, selain dapat meningkatkan pendapatan masyarakat juga dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Pembangunan hotel dan pembangunan home stay (pondok wisata) di rumah-rumah penduduk, menyebabkan terbatasnya ruang terbuka karena ada kecenderungan penduduk lokal berusaha memanfaatkan secara maksimal lahan pekarangan rumahnya untuk pembangunan akomodasi dan usahausaha lainnya berupa rumah makan, warung, art shop dan berbagai jenis prasarana pendukung lainnya. Dampak
negatif
pariwisata
yang
sangat
mengkhawatirkan
yang
mengancam kelestarian lingkungan di Kecamatan Ubud adalah meningkatnya volume limbah hotel dan restoran yang berpotensi mencemari lingkungan. Dilihat dari jenis limbah hotel dan restauran yang ada di Kecamatan Ubud dapat diperkirakan setiap hari di kawasan wisata Ubud akan dihasilkan limbah cair sebesar 19.470,3732 m3/hari (Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, 2009). Dapatlah dihitung berapa persen limbah cair per kamar hotel tersebut dihasilkan. Apabila air limbah hotel yang dihasilkan tidak diolah tentu akan menimbulkan dampak kerusakan pada lingkungan sekitarnya. Kerusakan yang ditimbulkan dapat berdampak pada lingkungan perairan, lingkungan darat, maupun lingkungan udara. Hal ini karena limbah hotel umumnya memiliki konsentrasi bahan pencemar yang relatif tinggi. Untuk meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan akibat pencemaran, seharusnya setiap manajemen hotel memiliki komitmen yang kuat dalam pengelolaan lingkungan. hotel dan restoran;
3 seyogyanya menunjukkan tanggung jawabnya terhadap kelestarian lingkungan dengan melakukan pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan. Hotel hendaknya memiliki suatu sistem pengolahan limbah sebelum limbah tersebut di buang ke lingkungan. Sistem pengolahan limbah sangat penting untuk dimiliki oleh setiap hotel karena melalui suatu mekanisme pengolahan yang baik maka air limbah hotel akan dapat diolah sehingga tidak berbahaya karena konsentrasi bahan pencemarnya sudah menurun. Tidak semua menajemen hotel memiliki kesadaran untuk mengolah air limbah yang dihasilkannya. Masih banyak hotel-hotel yang tidak melakukan pengolahan air limbah sebelum dibuang ke lingkungan. Dengan demikian diperlukan suatu upaya pengawasan dan penataan lingkungan yang harus dilakukan instansi terkait, dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Gianyar. Berdasarkan hal tersebut maka Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Gianyar melalui Bidang Pengawasan dan Pemulihan Pencemaran Kerusakan Lingkungan Darat dan Udara, melakukan suatu upaya pengawasan dan pemantauan terhadap upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh hotel serta melakukan pengujian secara rutin terhadap kualitas air limbah hotel. Pengujian kualitas air limbah ini dilakukan di laboratorium untuk dapat mengetahui kualitas air limbah hotel tersebut apakah masih sesuai dengan standar baku mutu air limbah sebagai mana diatur dalam Peraturan Gubernur Bali No.8 Tahun 2007, namun tingkat partisipasi dan efektivitas pengolahan air limbah belum diketahui.
4 Berdasarkan hasil pengawasan, akan dapat diketahui tingkat efektivitas pengelolaan limbah
yang telah dilakukan oleh hotel. Apabila ternyata
pengelolaan limbah yang dilakukan masih kurang dan belum mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku maka hotel tersebut akan diberikan pembinaan dan arahan teknis untuk dapat memperbaiki proses pengelolaan limbahnya agar efektif. Pengawasan dan penaatan terhadap pengelolaan limbah hotel ini memegang peranan yang sangat penting sehingga harus dilakukan secara kontinyu. Tanpa adanya mekanisme pengawasan yang baik maka hotel akan dengan bebas membuang limbah ke lingkungan tanpa didahului oleh suatu proses untuk mengelola limbahnya sehingga sangat potensial mencemari lingkungan. Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengkaji pengelolaan limbah cair yang dilakukan oleh hotel di Kecamatan Ubud. Penelitian ini akan dapat memberikan gambaran tentang tingkat kesadaran hotel dalam pengelolaan limbah serta tingkat keefektivan pengelolaan limbah yang telah dilakukan oleh hotel ditinjau dari kualitas air limbah yang dihasilkan setelah pengelolaan.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : a)
Bagaimanakah partisipasi para pengusaha hotel di Kecamatan Ubud dalam melakukan pengelolaan limbah cair ?
5 Bagaimanakah efektivitas pengolahan limbah cair yang
b)
dilakukan oleh manajemen hotel-hotel di Kecamatan Ubud ?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang merupakan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui tingkat partisipasi para pengusaha hotel di
a)
Kecamatan Ubud dalam melakukan upaya pengelolaan limbah cair. Untuk mengetahui efektivitas pengolahan limbah yang
b)
dilakukan hotel-hotel di Kecamatan Ubud ditinjau dari kualitas limbah cair.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat teoritis dan praktis. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuwan, dalam hal partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan, sedangkan secara praktis manfaatnya adalah : a)
Dapat mengetahui upaya-upaya pengolahan air limbah yang telah dilakukan hotel-hotel di Kecamatan Ubud.
b)
Dapat memberikan informasi tentang kualitas air limbah yang dihasilkan oleh hotel-hotel yang ada di Kecamatan Ubud.
6 c)
Dapat memberikan informasi tentang efektivitas pengolah air limbah yang dilakukan hotel-hotel di Kecamatan Ubud, sehingga dapat menjadi dasar dalam upaya pembinaan pengelolaan limbah secara tepat dan efektif oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar.
d)
Dapat meningkatkan kesadaran para pengusaha hotel dan masyarakat pada umumnya tentang pentingnya pengolahan limbah cair untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan akibat pencemaran limbah hotel.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Limbah dan Limbah Cair Pengertian limbah secara umum adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia baik berupa padat, cair ataupun gas yang dipandang sudah tidak memiliki nilai ekonomis sehingga cenderung untuk dibuang. Limbah juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga limbah bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan penyakit atau merugikan. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik dari proses industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis atau bersifat merugikan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia limbah memiliki beberapa pengertian yakni : (1) limbah adalah sisa proses produksi, (2) limbah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai/tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan/pemakaian, (3) limbah adalah barang cacat atau rusak dalam proses produksi. Menurut UU No. 32/2009
8 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah didefinisikan sebagai sisa suatu usaha dan atau kegiatan. Limbah cair adalah air yang membawa sampah (limbah) dari rumah, bisnis & industri (Purwadarminta, 1997). Limbah cair juga dapat didefinisikan sebagai kotoran dari masyarakat & rumah tangga 7 dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya atau air buangan yang bersifat kotoran umum (Sugiharto, 1987). Sedangkan Metcalf & Eddy (dalam Sugiharto 1987) mendifinisikan limbah cair sebagai “ A combination of the liquid or water carried wastes removed from residences, institutions, and commercials and industrials establishment, together with such groundwater, surface water, and stormwater as may be present”. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa limbah cair/air limbah adalah sisa dari hasil usaha dan atau kegiatan yang berujud cair. Secara kimiawi, limbah terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan, terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Karakteristik limbah yaitu: 1) berukuran mikro, 2) dinamis, 3) berdampak luas (penyebarannya), dan 4) berdampak
jangka
panjang
(antar
generasi).
Sedangkan
faktor
yang
mempengaruhi kualitas limbah yaitu : 1) volume limbah, 2) kandungan bahan pencemar, 3) dan frekuensi pembuangan limbah.
9 Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 bagian, yaitu: 1) Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang merupakan hasil dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari; 2) Limbah padat, adalah benda-benda yang keberadaannya melebihi jumlah normal dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya (merugikan); 3) Limbah gas dan partikel, adalah gas dan partikel yang jumlah atau keberadaannya bersifat merugikan; dan 4) Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Menurut BAPEDAL (1995), Limbah B3 adalah bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. Contohnya logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol dan sebagainya. Limbah erat kaitannya dengan pencemaran, karena limbah inilah yang menjadi substansi pencemaran lingkungan. Dalam Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009 dijelaskan polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
10 Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat rnemberikan efek merusak. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1) jumlahnya melebihi jumlah normal, 2) berada pada waktu yang tidak tepat, dan 3) berada pada tempat yang tidak tepat. Sifat polutan antara lain: 1) merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi
dengan
zat
lingkungan
tidak
merusak
lagi,
dan
2) merusak dalam jangka waktu lama seperti Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak.
2.2 Jenis-Jenis Air Limbah Ditinjau dari sumber pembetukannya, air limbah dikelompokkan menjadi 2 yaitu : limbah organik dan anorganik. Limbah organik terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik seperti dari kegiatan rumah tangga, kegiatan industri. Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami. Limbah pertanian berupa sisa tumpahan atau penyemprotan yang berlebihan, misalnya dari pestisida dan herbisida, begitu pula dengan pemupukan yang berlebihan. Limbah ini mempunyai sifat kimia yang setabil sehingga zat tersebut akan mengendap ke dalam tanah, dasar sungai, danau, serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme yang hidup di dalamnya. Sedangkan limbah rumah
11 tangga dapat berupa padatan seperti kertas, plastik dan lain-lain, dan berupa cairan seperti air cucian, minyak goreng bekas dan lain-lain. Limbah tersebut ada yang mempunyai daya racun yang tinggi misalnya : sisa obat, baterai bekas, dan air aki. Limbah tersebut tergolong sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3), sedangkan limbah air cucian, limbah kamar mandi, dapat mengandung bibit-bibit penyakit atau pencemar biologis seperti bakteri, jamur, virus dan sebagainya. Sedangkan Limbah anorganik terdiri atas limbah industri atau limbah pertambangan. Limbah anorganik berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat di uraikan dan tidak dapat diperbaharui. Air limbah industri dapat mengandung berbagai jenis bahan anorganik, zat-zat tersebut adalah : garam anorganik seperti magnesium sulfat, magnesium klorida yang berasal dari kegiatan pertambangan dan industri. Asam anorganik seperti asam sulfat yang berasal dari industri pengolahan biji logam dan bahan bakar fosil. Ada pula limbah anorganik yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti botol plastik, botol kaca, tas plastik, kaleng dan aluminium.
2.3 Air Limbah Hotel Air limbah hotel adalah air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan hotel di mana air limbah ini bisa berupa sisa-sisa kegiatan memasak, MCK, Spa, kolam renang dan lain-lain. Komposisi air limbah hotel dapat terdiri dari beberapa persenyawaan baik yang bersifat organik maupun anorganik. Beberapa komposisi persenyawaan dalam air limbah hotel antara lain terdiri atas : uap air, zat organik, pestisida, Fenol, Alidrin, Nitrogen, Phosfor, Carbon, Calcium, Seng, Kadmium, Sulfat, Sulfida, Amoniak, Besi, Tembaga, Krom, dan senyawa kimia toksik
12 lainnya (Duncan dalam Sugiharto, 1987 ).
Air limbah hotel juga biasanya
mengandung berbagai mikroorganisme yang bersifat pathogen seperti E.coli yang dapat menimbulkan penyakit apabila mencemari perairan. Secara umum air limbah hotel menimbulkan berbagai dampak yang cukup merugikan bagi manusia. Dampaknya dapat menyebabkan atau menimbulkan panyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut: 1)
Penyakit diare dan tipus, penyakit ini terjadi karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat.
2)
Penyakit kulit misalnya kudis dan kurap. Cairan dari limbah – limbah yang masuk ke sungai akan mencemarkan airnya sehingga mengandung virus-virus penyakit. Berbagai ikan dapat mati sehingga mungkin lama kelamaan akan punah. Tidak jarang manusia juga mengkonsumsi atau menggunakan air untuk kegiatan sehari-hari, sehingga menusia akan terkena dampak limbah baik secara langsung maupun tidak langsung.
Selain mencemari, air lingkungan juga menimbulkan banjir karena banyak orang-orang yang membuang limbah rumah tangga ke sungai, sehingga pintu air mampet dan pada waktu musim hujan air tidak dapat mengalir dan air naik menggenangi rumah-rumah penduduk, sehingga dapat meresahkan penduduk.
2.4 Sumber Limbah Hotel
13 Hotel adalah jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan yang dikelola secara komersial, meliputi hotel berbintang dan hotel melati. Hotel juga menyediakan pemenuhan
berbagai
kebutuhan
hidup
sehari-hari
seperti
makan,
pencucian/laundry dan lain-lain bagi para pengunjungnya, sehingga menghasilkan limbah cair dan sampah layaknya suatu komplek pemukiman penduduk. Limbah cair perhotelan adalah limbah dalam bentuk cair yang dihasilkan oleh kegiatan hotel yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Kondisi ini disebabkan karena aktivitas yang ada di hotel relatif sama dengan seperti pada pemukiman dan fasilitas tambahan lainnya yang ada di hotel. Sumber limbah cair perhotelan tersebut antara lain: 1) limbah dari kamar mandi dan toilet, 2) limbah dari kegiatan di dapur atau restaurant, 3) limbah dari kegiatan pencucian/laundry, dan 4) limbah dari fasilitas kolam renang. 2.5 Karakteristik Limbah Hotel Karakteristik limbah cair dari perhotelan relatif sama dengan limbah domestik dari pemukiman, karena aktivitas-aktivitas yang ada di hotel relatif sama dengan aktivitas yang ada di lingkungan pemukiman. Sementara jumlah limbah yang dihasilkan dari perhotelan tergantung dari jumlah kamar yang ada dan tingkat huniannya, di samping juga dipengaruhi oleh fasilitas tambahan yang ada di hotel tersebut. Limbah perhotel pada umumnya mempunyai sifat-sifat, yaitu: 1) senyawa fisik: berwarna dan mengandung
padatan; 2) senyawa kimia organik
14 mengandung: karbohidrat, minyak dan lemak, protein, unsur surfactan seperti detergen dan sabun; 3) senyawa
kimia inorganik mengandung: alkalinity,
khloride, nitrogen, phospor, dan sulfur; dan 4 unsur biologi mengandung proyista dan virus. Rata-rata karakteristik perhotelan, konsentrasi BOD 200 – 300 mg/lt dan konsentrasi SS 200- 250 mg/lt di dalam air limbah.
2.6 Baku Mutu Air Limbah Hotel Untuk menentukan sistem pengolahan limbah diperlukan pemilihan teknologi yang tepat, agar biaya investasi IPAL tersebut murah. Di samping itu, biaya operasional IPAL nantinya juga harus murah, namun harus dapat meberikan hasil olahan yang memenuhi baku mutu limbah buangan sesuai dengan baku mutu yang beralku. Baku mutu air limbah hotel adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah hotel yang akan dibuang atau dilepas ke air permukaan. Jadi semua air limbah hotel sebelum dibuang ke perairan/ saluran umum harus diolah terlebih dahulu sampai memenuhi baku mutu seperti tersebut. Untuk wilayah propinsi Bali acuan standar baku mutu yang dipergunakan diatur dalam Peraturan Gubernur No. 8 tahun 2007.
2.7 Teknologi Pengolahan Limbah Cair Hotel
15 Pemilihan teknologi pengolahan limbah yang tepat banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: 1) laju aliran limbah, 2) kualitas air buangan dan sifatnya, 2) ketersediaan lahan, 3) standar air olahan yang diinginkan, dan 4) kemampuan pembiayaan Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik (rumah tangga) maupun industri ke badan air dapat menyebabkan pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku mutu limbah. Terdapat sebuah penelitian yang mengemukakan bahwa 285 sampel dari 636 titik sampel sumber air tanah telah tercemar oleh bakteri coli. Secara kimiawi, 75% dari sumber tersebut tidak memenuhi baku mutu air minum yang parameternya dinilai dari unsur nitrat, nitrit, besi, dan mangan. Dalam kegiatan industri, air limbah akan mengandung zat-zat/kontaminan yang dihasilkan dari sisa bahan baku, sisa pelarut atau bahan aditif, produk terbuang atau gagal, pencucian dan pembilasan peralatan, blowdown, beberapa peralatan seperti kettle boiler dan sistem air pendingin, serta sanitary wastes. Agar dapat memenuhi baku mutu, industri harus menerapkan prinsip pengendalian limbah secara cermat dan terpadu baik di dalam proses produksi (in-pipe pollution prevention) dan setelah proses produksi (end-pipe pollution prevention). Pengendalian dalam proses produksi bertujuan untuk meminimalkan volume limbah yang ditimbulkan, juga konsentrasi dan toksisitas kontaminannya. Sedangkan pengendalian setelah proses produksi dimaksudkan untuk menurunkan kadar bahan peencemar sehingga pada akhirnya
air
tersebut
memenuhi
baku
mutu
yang
sudah
ditetapkan.
Namun demikian, masalah air limbah tidak sesederhana yang dibayangkan,
16 karena pengolahan air limbah memerlukan biaya investasi yang besar dan biaya operasi yang tidak sedikit. Untuk itu, pengolahan air limbah harus dilakukan dengan cermat, dimulai dari perencanaan yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) atau Unit Pengolahan Limbah (UPL) yang benar, serta pengoperasian yang cermat. Beberapa parameter kualitas air limbah yang digunakan dalam pengolahan air limbah, yaitu: 1) parameter organik, merupakan ukuran jumlah zat organik yang terdapat dalam limbah. Parameter ini terdiri dari total organic carbon (TOC), chemical oxygen demand (COD), biochemical oxygen demand (BOD), minyak dan lemak (O&G), dan total petrolum hydrocarbons (TPH); 2) karakteristik fisik, dapat dilihat dari parameter total suspended solids (TSS), pH, temperatur, warna, bau, dan potensial reduksi; dan 3) kontaminan spesifik, dapat berupa senyawa organik atau inorganik. Pada umumnya perumahan dan industri kecil di daerah Bali belum mempunyai instalasi pengolah air limbah yang memadai. Hal ini ditunjukkan dengan pesatnya perkembangan industri pariwisata dimana tingkat pencemaran pada beberapa sungai, air tanah, danau dan pantai sudah mencapai ambang batas ekonomis. Penyebab utama pencemaran ini berasal dari limbah cair rumah tangga, hotel, resort, restaurant, peternakan serta limbah cair lainnya. Pengolahan limbah cair melalui media tanaman air sangat cocok sebagai alternatif untuk mengolah limbah cair dan air hasil olahannya dapat dimanfaatkan untuk penyiraman taman atau air irigasi pertanian. Pengolahan ini telah mendapat pengakuan dari berbagai Negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Belanda,
17 Inggris, China, India dan beberapa negara lainnya di Asia. Pengolahan limbah cair melalui media tanaman air belum dikenal secara meluas sebagai sistem pengolah limbah cair di Indonesia dan di Bali khususnya sehingga perlu lebih dimasyarakatkan. Untuk
memanfaatkan
sistem
ini
harus
tersedia
beberapa
persyaratan/komponen, yakni limbah cair domestik, kerikil sebagai media tanam, sinar matahari, dan gravitasi/kemiringan dari lokasi sumber limbah ke bak pengolah.
Gambar 2.1 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Perhotelan dengan Proses Biofilter Anaerob-aerob (Wignjohusodo, 1996) Pengolahan limbah ini merupakan sistem pengolahan limbah cair dengan filter bersifat “ biological moleculer filtration”. Bangunan pengolah limbah ini terdiri dari settling tank sebagai pengumpul dan pre-treatment yang akan mengendapkan dan mencairkan bahan-bahan padat organik dan tinja, kemudian bahan-bahan padat organik serta tinja akan diproses secara anaerobic dan dilarutkan ke dalam air yang mengalir secara gravitasi ke petak taman air atau “ wetland cell” (sel yang dibuat dari saluran batu/cor semen dengan ukuran volume tertentu dan
18 dilapisi anti bocor). Pada wetland cell tersebut diisi substrate berupa batu kerikil berukuran 10 - 15 mm dan ditanami tumbuhan air beraneka ragam (minimum 11 macam jenis). Pada filter gravel-bed wetland cell ini terjadi proses pembersihan air limbah secara fisik, kimia dan biologis dan genetik. Hasil/air limbah yang telah dikelola dimanfaatkan untuk penyiraman taman atau air irigasi pertanian. Jenis tanaman air yang dapat digunakan, antara lain: Agleonema, Anthurium, Alamanda, Banana sp, Canna, Water Bamboo, Cyperus, Dracaena, Heliconia, Caledium Lotus, Padi-padi esp, Papyrus, Philodendron, Spyder Lily dan lain-lain. Menurut Bapedalda (2008) beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem ini dapat menurunkan kadar zat pencemar limbah cair cukup tinggi. Sistem ini dapat menurunkan kadar BODs (85-99%), Total N (75-97%), Total P ((9599%), Total Suspended Solid/TSS (75-95%), COD (85-96%), NH4-N (80-96%), Pathogen parasit dan Fecal Caliform Lily dan lain-lain.
2.8 Proses Pengolahan Air Limbah Hotel Tujuan utama pengolahan limbah cair untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Pengolahan limbah cair tersebut dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahapan yaitu sebagai beirkut. Pengolahan Awal (Pretreatment). Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam
19 aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separation. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment). Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment). Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment). Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane separation, serta thickening gravity or flotation. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment). Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration, atau landfill. Salah satu proses pengolahan yaitu dengan blackwater, greywater namun tidak dapat dibuang ke septic tank karena kandungan detergen dapat membunuh
20 bakteri pengurai yang dibutuhkan septic tank. Karena itu, diperlukan pengolahan khusus yang dapat menetralisasi kandungan detergen dan juga menangkap lemak. Cara yang paling sederhana mengatasi pencemaran greywater adalah dengan menanami selokan dengan tanaman air yang bisa menyerap zat pencemar. Tanaman yang bisa digunakan, antara lain jaringao, Pontederia cordata (bunga ungu), lidi air, futoy ruas, Thypa angustifolia (bunga coklat), melati air, dan lili air. Cara ini sangat mudah, tapi hanya bisa menyerap sedikit zat pencemar dan tak bisa menyaring lemak dan sampah hasil dapur yang ikut terbuang ke selokan. Cara yang lebih efektif adalah membuat instalasi pengolahan yang sering disebut dengan sistem pengolahan air limbah (SPAL). Caranya gampang; bahan yang dibutuhkan adalah bahan yang murah meriah sehingga rasanya tak sulit diterapkan di rumah Anda. Instalasi SPAL terdiri dari dua bagian, yaitu bak pengumpul dan tangki resapan. Di dalam bak pengumpul terdapat ruang untuk menangkap sampah yang dilengkapi dengan kasa 1 cm persegi, ruang untuk penangkap lemak, dan ruang untuk menangkap pasir. Tangki resapan dibuat lebih rendah dari bak pengumpul agar air dapat mengalir lancar. Di dalam tangki resapan ini terdapat arang dan batu koral yang berfungsi untuk menyaring zat-zat pencemar yang ada dalam greywater. Air bekas cucian atau bekas mandi dialirkan ke ruang penangkap sampah yang telah dilengkapi dengan saringan di bagian dasarnya. Sampah akan tersaring dan air akan mengalir masuk ke ruang di bawahnya. Jika air mengandung pasir, pasir akan mengendap di dasar ruang ini, sedangkan lapisan minyak karena berat jenisnya lebih ringan akan mengambang di ruang penangkap lemak. Air yang
21 telah bebas dari pasir, sampah, dan lemak akan mengalir ke pipa yang berada di tengah-tengah tangki resapan. Bagian bawah pipa tersebut diberi lubang sehingga air akan keluar dari bagian bawah. Sebelum air menuju ke saluran pembuangan, air akan melewati penyaring berupa batu koral dan batok kelapa. Beberapa kompleks perumahan seperti Lippo Karawaci dan hampir semua apartemen telah memiliki instalasi pengolah limbah greywater yang canggih dan modern. Greywater yang telah diolah akan digunakan lagi untuk menyiram tanaman, mengguyur kloset, dan untuk mencuci mobil. Di Singapura dan negara-negara maju, greywater bahkan diolah lagi menjadi air minum. Salah satu teknik pengolahan limbah cair domestik sederhana yang ramah lingkungan adalah dengan menggunakan media tanaman air atau yang disebut Waste Water Garden (WWG). Dengan WWG kandungan unsur-unsur pencemar dapat dikurangi dan air limbah yang berasal dari WWG dapat dilepas ke lingkungan karena telah memenuhi baku mutu lingkungan (Bapedalda Provinsi Bali, 2009). Waste Water Garden (WWG) memiliki beberapa keunggulan : 1. Menurut beberapa hasil penelitian sistem WWG dapat menurunkan kadar pencemar pada air limbah cukup tinggi. Sistem ini dapat menurunkan kadar BOD 5 (85,99 %), Total N (75 – 97 %), Total P (95 – 99 %), Total Suspended Solid (TSS) (75 – 95 %), COD (85 – 96%), NH4-N (80 – 96 %), Phatogen parasit dan Fecal Coliform Bacteria (99%). 2. Hasil olahannya dapat dimanfaatkan untuk menyiram pertanian atau irigasi pertanian.
22 3. Menggunakan sistem biological moleculer filtration sehingga dalam
pengolahannya tidak menimbulkan pencemaran baru dari bahan-bahan kimia berbahaya. 4. Memerlukan
biaya
operasioonal
yang
relatif
lebih
murah
bila
dibandingkan dengan operasional STP. 5. Memberikan nuansa estetika yang baik dalam pengolahan limbah karena adanya pemakaian tanaman pada bak pengolahannya.
2.9 Pemantauan dan Pengawasan Pembuangan Air Limbah Hotel Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui daya dukungnya. Pencemaran yang mengakibatkan penurunan kualitas air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources) seperti: limbah industri limbah usaha peternakan, perhotelan, rumah sakit dan limbah tersebar (non point sources) seperti: limbah pertanian, perkebunan dan domestik . Pengaturan pemantauan kualitas air pada sumber air (instream) merupakan tugas pokok dan fungsi institusi pengelola sumberdaya air wilayah sungai. Untuk limbah yang keluar dari sumber sumber pencemar dan instalasi pengolahan air limbah (offstream), pemantauannya menjadi tugas dan fungsi instansi teknis yang bertanggung jawab terhadap pembinaan kegiatan yang bersangkutan. Dalam rangka memberikan rekomendasi teknis terhadap ijin pembuangan air limbah dan untuk memperoleh informasi indikasi sumber pencemar, maka institusi pengelola sumberdaya air dapat melakukan pemantauan pembuangan air limbah. Informasi
23 dapat juga diperoleh melalui data sekunder dari institusi teknis yang bertanggung jawab dalam pembinaan kegiatan yang menimbulkan pencemaran. Untuk mendukung pelaksanaan tugas intitusi pengelola sumberdaya air diperlukan pedoman teknis pemantauan pembuangan air limbah. Program pemantauan pembuangan air limbah ditetapkan dengan memperhatikan kemampuan Pengelola Sumberdaya Air wilayah sungai untuk melaksanakan program tersebut. Pemantauan pembuangan air limbah pada umumnya melibatkan analisa dari sejumlah kecil contoh yang diambil dari keseluruhan parameter yang diinginkan. Untuk dapat mengambil contoh, diperlukan peralatan yang memenuhi syarat sesuai dengan tujuan yang diharapkan, yaitu: 1)
Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh
2)
Mudah dicuci dari bekas contoh yang sebelumnya
3)
Contoh mudah dipindahkan ke dalam botol penampung tanpa ada sisa bahan tersuspensi di dalamnya.
4)
Kapasitas alat 1-5 liter tergantung dari maksud pemeriksaan
5)
Mudah dan aman dibawa
Untuk hasil pemantauan yang telah dilakukan nantinya disajikan sebagai berikut: 1)
Hasil pemantauan lapangan, yang meliputi : (1)
Hasil perhitungan pemeriksaan di lapangan dicatat dalam buku catatan lapangan;
(2)
Diteliti kembali cara perhitungan dan satuan yang digunakan;
24 (3)
Data dari catatan lapangan dipindahkan ke formulir data.
2) Hasil analisis laboratorium Agar tugas pemantauan pembuangan air limbah dapat dilaksanakan dengan baik diperlukan suatu pengawasan. Pengawasan dilakukan oleh atasan yang berhak melakukan pengawasan terhadap unit pemantau yang melaksanakan pemantauan. Objek pengawasan meliputi: (1)
Rencana dan realisasi pemantauan
(2)
Pengambilan, pengangkutan dan penyimpanan contoh air limbah
(3)
Kelengkapan, kebenaran, dan akurasi data yang berkaitan dengan pembuangan air limbah.
(4)
Kinerja laboratorium (penerapan quality assurance bagi yang mengaplikasikan)
(5)
2.10
Pelaporan
Partisipasi Masyarakat Konsep partisipasi dalam perkembangannya memiliki pengertian yang
beragam walaupun dalam beberapa hal memiliki persamaan. Dalam pembangunan yang demokratis, terdapat tiga tradisi partisipasi yaitu partisipasi politik, partisipasi sosial dan partisipasi warga (Gaventa dan Valderama, 1999). Partisipasi sosial ditempatkan diluar lembaga formal pemerintahan. Sedangkan partisipasi warga diartikan sebagai suatu kepedulian dengan perbagai bentuk keikutsertaan warga dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan di
25 berbagai gelanggang kunci yang mempengaruhi kehidupan mereka (Gaventa dan Valderama, 1999) Berdasarkan berbagai pengertian partisipasi tersebut, paling tidak ada dua pengertian partisipasi, (1) partisipasi masyarakat dalam pembangunan diartikan sebagai dukungan rakyat dengan ukuran kemauan masyarakat untuk ikut menanggung biaya pembangunan baik berupa uang maupun tenaga; (2) partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan kerjasama yang erat antara perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Tinggi rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dari pengertian kedua ini tidak hanya diukur dengan kemauan rakyat untuk menanggung biaya pembangunan, tetapi juga dengan ada tidaknya hak rakyat untuk ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang akan dibangun serta ada tidaknya kemauan rakyat untuk melestarikan dan mengembangkan hasil proyek itu secara mandiri. Berdasarkan sudut pandang sosiologis, pengertian pertama tidak dapat dikatakan sebagai partisipasi masyarakat, melainkan mobilisasi masyarakat dalam pembangunan. Partisipasi berarti mendorong proses belajar bersama, berkomonikasi yang seimbang dalam membahas persoalan publik, menjadikan kesepakatan warga sebagai sumber utama dalam pengambilan keputusan ditingkat politik formal dan memberi ruang bagi masyarakat untuk mengontrol keputusan publik agar dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Dengan demikian pengertian partisipasi adalah keterlibatan seseorang dalam
26 suatu kegiatan mulai dari menentukan tujuan, perencanaan, pelaksanaan dan monitoring dengan dilandasi oleh kesadaran akan tujuan itu. Pembangunan merupakan satu bentuk perubahan yang direncanakan. Dewasa ini pembangunan yang direncanakan dalam suatu masyarakat berpegang pada model pembangunan dari bawah atau community based development. Menurut David Pitt (dalam Geriya, 1995) model pembangunan dari bawah mengandung prinsip-prinsip : a.
Potensi masyarakat adalah model awal yang dapat dilanjutkan, sehingga proses pembangunan mempunyai dasar yang mantap.
b.
Pembangunan mempunyai jati diri yang bertumpu pada kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Dengan bekal jati diri yang jelas dan mantap masyarakat menjadi stabil dalam menghadapi berbagai perubahan dan tantangan.
c.
Partisipasi aktif masyarakat dapat digerakkan dan dikembangkan karena pembangunan sesuai dengan kemauan, kemampuan dan
kesepakatan
masyarakat. Masyarakat terlatih untuk mandiri dan bertangguang jawab. d.
Masyarakat cukup dihargai kemartabatannya sehingga setatus mereka bukan saja sebagai obyek, melainkan juga sebagai subyek pembangunan.
e.
Pembangunan memiliki mekanisme kesinambungan (sustainable) karena sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang bersansangkutan.
f.
Pembangunan bersifat efektif dan sekaligus ekonomis, karena masyarakat akan terus terlibat aktif dalam proses pemeliharaan.
27 Konsep pembangunan yang berdasar pada masyarakat (community based development) didapatkan hal-hal positif sebagai berikut : pertama, masyarakat diperlakukan sebagai obyek; kedua, terjadi kecocokan aspirasi dan budaya yang terbina melalui dialog; ketiga, berkembang partisipasi serba rela dalam suasana integratif. Terdapat dua bentuk partisipasi yang sangat erat kaitannya dengan program-program pembangunan masyarakat lokal, yakni partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal (Ndraha dalam Loosyanhe, 2003). Disebut partisipasi vertikal karena dapat terjadi dalam kondisi tertentu masyarakat lokal terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain. Dalam hal ini masyarakat lokal berada pada posisi sebagai bawahan atau klien. Partisipasi horizontal adalah pada saat masyarakat lokal mempunyai kemampuan untuk berprakarsa, di mana setiap anggota atau kelompok dari masyarakat lokal berpartisipasi satu dengan yang lainnya baik dalam melakukan usaha bersama maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain. Apabila partisipasi horizontal ini telah terjadi merupakan suatu tanda permulaan timbulnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri. Selanjutnya dalam kontek lebih luas dinyatakan bahwa masyarakat bergerak untuk berpartisipasi jika : a. Partisipasi dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah ada di tengah-tengah masyarakat yang bersangkutan. b. Partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan.
28 c. Manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi kepentingan masyarakat setempat. d. Dalam proses partisipasi ini terjamin adanya control yang dilakukan masyarakat. Partisipasi masyarakat ternyata akan berkurang jika mereka tidak atau kurang berperan dalam mengambil keputusan Pengelolaan pemanfaatan,
lingkungan
penataan,
hidup
pemeliharaan,
merupakan
upaya
pengendalian,
dan
terpadu
dalam
pengembangan
lingkungan hidup. Bila dilihat dari bentuk partisipasi yang ada, partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan ada yang berbentuk vertikal maupun horinzontal. Pertama, partisipasi vertikal dalam pengelolaan lingkungan adalah bentuk partisipasi masyarakat di mana masyarakat lokal hanya ikut serta sebagai pelaksana atau mendukung sebuah kegiatan yang program-programnya digagas atau direncanakan oleh lembaga atau instansi tertentu dalam program-progrm pengelolaan lingkungan. Kedua, partisipasi horizontal adalah pada saat masyarakat lokal mempunyai kemampuan untuk berprakarsa, di mana setiap anggota atau kelompok dari masyarakat local berpartisipasi satu dengan lainnya baik dalam melakukan usaha bersama maupun dalam rangka malakukan kegiatan dengan pihak lain. Berkaitan dengan pengelolaan lingkungan parisipasi masyarakat yang bersifat horizontal relatif banyak ditemukan dalam masyarakat. Upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang muncul dari prakarsa masyarakat bersangkutan dapat kita lihat sebagai suatu kearifan lokal dalam masyarakat tersebut.
29 Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan partisipasi dalam pengelolaan lingkungan adalah berkaitan dengan teknologi pengelolaan limbah yang diterapkan oleh masing-masing hotel. Tinggi rendah tingkat partisipasi hotel dalam pengelolaan limbah diukur berdasarkan teknologi yang diterapkan, kualitas sarana pengelolaan limbah yang dipergunakan, tahapan atau proses pengelolaan limbah, kualitas pengelolaan limbah yang dihasilkan, dan kepatuhan terhadap regulasi yang telah ditetapkan pemerintah.
30
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Berpikir Seiring dengan pesatnya perkembangan pariwisata di kawasan Ubud,
maka akan diikuti dengan pesatnya perkembangan berbagai fasilitas penunjang kegiatan pariwisata tersebut. Salah satu fasilitas yang berkembang dengan pesat jumlahnya adalah hotel. Di Kawasan Ubud merupakan lokasi pembangunan hotel terbanyak yang terdapat di Kabupaten Gianyar. Hotel yang ada mulai dari hotel berbintang, hotel melati maupun pondok wisata. Adanya perkembangan yang pesat dalam hal pembangunan sarana dan prasarana hotel ini di satu sisi jelas telah memberikan dampak positif yang sangat luas kepada masyarakat yang ada di kawasan Ubud, mulai dari adanya peningkatan jumlah kesempatan kerja yang berdampak pada pengurangan jumlah pengangguran, serta adanya peningkatan pendapatan masyarakat di kawasan wisata Ubud. Namun demikian disisi lain perkembangan yang pesat pada bidang sarana dan prasarana Hotel juga memberikan ancaman terhadap kelestarian lingkungan. Hal ini dapat terjadi karena hotel-hotel memiliki potensi buangan limbah yang cukup besar. Limbah yang dihasilkan hotel dapat berupa sisa-sisa
30 22
31 buangan hasil kegiatan atau operasional harian dari dapur, MCK, Laundry, dan kegiatan lainnya. Limbah buangan yang dihasilkan ini memiliki karakteristik dan komposisi bahan-bahan pencemar yang berbahaya bagi lingkungan karena apabila dibuang ke lingkungan dapat merusak kelestarian lingkungan. Demikian pula halnya dengan limbah yang dihasilkan oleh hotel apabila dibuang ke lingkungan tanpa adanya proses pengolahan terlebih dahulu akan dapat menurunkan kualitas lingkungan. Limbah hotel dapat dibuang ke lingkungan apabila sudah memenuhi nilai standar baku mutu air limbah hotel yang khusus untuk Provinsi Bali diatur dalam Peraturan Gubernur Bali Nomor: 8 Tahun 2007. Dalam peraturan tersebut telah dijabarkan secara rinci tentang standar baku mutu limbah hotel yang harus dipenuhi agar layak dibuang ke lingkungan. Untuk mencapai kualitas air limbah seperti yang dipersyaratkan dalam standar baku mutu tersebut maka, idealnya setiap hotel harus melakukan pemeriksaan kualitas air limbah sebelum dibuang ke lingkungan. Apabila kemudian pemeriksaan air limbah menunjukkan bahwa air limbah hotel tersebut masih berada diatas standar baku mutu yang dipersyaratkan maka hotel yang bersangkutan harus melakukan pengolahan air limbah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Hal ini bertujuan untuk menurunkan kandungan bahan-bahan kimia, bahan organik, maupun bahan toksik berbahaya yang ada pada limbah tersebut. yang berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan. Setiap hotel akan menghasilkan dan membuang limbah cair ke lingkungan. Limbah yang dibuang ke lingkungan akan mencemari badan air dan media
32 lingkungan lainnya. Tanggung jawab pengelola hotel adalah tidak melakukan pencemaran terhadap lingkungan sesuai prinsip ”Poluter mustpay pollutant”. Partisipasi pengelola hotel terhadap pengelolaan limbah cair yang dihasilkan adalah bagian dari upaya penyelamatan lingkungan. Sedemikian tinggi partisipasi pengelola hotel maka penyelamatan dan pelestarian lingkungan akan lebih bermakna. Partisipasi pengelola hotel dalam kontek pengelolaan lingkungan diartikan sebagai keterlibatan pengelola hotel terutama dalam upaya penyelamatan lingkungan melalui pengelolaan limbah yang dihasilkannya. Pengelolaan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas hasil olahan. Pengelolaan yang baik apabila hasil olahan tidak memberikan banyak primer ikutannya sehingga tidak akan menurunkan kualitas lingkungan. Pengelolaan limbah cair dikatakan efektif apabila hasil olahan tersebut di bawah baku mutu yang disyaratkan sehingga siap dibuang ke media lingkungan.
Partisipasi Hotel
Hotel
Limbah Cair 1. Pemahaman Regulasi Pemerintah terkait pengelolaan lingkungan 2. Pemahaman Sistem Pengolahan Limbah 3. Keabsahan IPAL
Kualitas Air
Sistem Pengelolaan
Program Pemerintah
33
Efektivitas
Air yang di buang ke badan air Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
3.2
Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1)
Pengusaha hotel di Kecamatan Ubud cukup berpartisipasi dalam pengolahan limbah cair.
2)
Pengolahan limbah yang dilakukan oleh hotel di Kecamatan Ubud cukup efektif.
34
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat partisipasi pengusaha hotel yang ada di Kecamatan Ubud dalam melakukan pengolahan limbah. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif dengan pendekatan survei. Pengakajian partisipasi pengusaha hotel difokuskan pada aspek: 1) Pemahaman para pengusaha terhadap regulasi pemerintah tentang pengelolaan limbah hotel. Pemahanan ini diukur dari bentuk adanya instalasi pengolahan limbah. Data hasil pengukuran berupa data kualitatif dalam skala 5 dikumpulkan melalui wawancara dan observasi lapangan. 2) Motivasi untuk melakukan pengolahan limbah para pengusaha dilihat dari upaya-upaya yang dilakukan dalam mengingkatkan kualitas olahan. Data hasil pengukurannya berupa data kualitatif dalam skala 5 dikumpulkan melalui kuesioner terbuka. 3) Pengolahan limbah yang dilakukan, dilihat dari jenis teknologi yang diterapkan dan keabsahan langkah-langkah pengolahannya. Data hasil
35 pengukuran berupa data kuantitatif skala 5 dikumpulkan melalui kuesioner terbuka. Efektivitas pengolahan limbah difokuskan pada kualitas hasil olahan limbah cair yang dihasilkan masing-masing hotel. Data efektivitas berupa data kuantitatif yang diperoleh dari hasil uji pengujian Laboratorium sampel limbah cair dari masing-masing hotel. Hasil 34 pengujian laboratorium dikonversikan ke dalam bentuk skala 5.
4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Ubud pada
16 buah hotel
berbintang dan melati. Penelitian dilaksanakan secara bertahap mulai 5 April 2010 sampai dengan 9 Agustus 2010.
4.3
Ruang Lingkup Penelitian Penilitian ini mengkaji partisipasi pengusaha hotel dalam pengelolaan
lingkungan dengan melibatkan semua manajemen hotel di Kecamatan Ubud. Fokus kajian pada limbah cair berupa air limbah yang dibuang ke lingkungan oleh masing-masing hotel. Partisipasi dilihat dari wujud pemahaman, motivasi dan hasil aktivitas pengusaha hotel terhadap regulasi pemerintah yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup. Akhir penelitian ini menggambarkan efektivitas pengolahan limbah yang dilakukan oleh hotel di Kecamatan Ubud didasarkan pada kualitas limbah hasil
36 olahan dibandingkan dengan Standar Baku Mutu limbah hotel berdasarkan Peraturan Gubernur Bali No.8 Tahun 2007. Efektivitas pengolahan limbah ini diukur berdasarkan pada uji kualitas air limbah yang telah melalui proses pengolahan pada hotel-hotel tersebut. Uji kualitas limbah dilakukan di laboratorium dengan mengambil sampel limbah pada outlet-outlet pembuangan limbah yang dimiliki hotel-hotel tersebut. Apabila masih ada parameter uji yang masih melebihi standar baku mutu (Nilai Ambang Maksimum) maka akan dilakukan pengarahan/penyuluhan terhadap pengusaha hotel untuk melakukan pengolahan limbah yang lebih baik. Demikian juga apabila berdasarkan hasil evaluasi diketahui bahwa kualitas limbah hotel di kawasan wisata ubud masih sesuai dengan standar baku mutu maka diperlukan suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan pencapaian tersebut agar tidak terjadi penurunan kualitas limbah hotel kembali.
4.4
Objek Penelitian Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 16 hotel yang masing-masing
terdiri atas kategori hotel berbintang, hotel melati dan pondok wisata. Sampel diambil dari populasi hotel yang ada di Kecamatan Ubud seperti ditunjukkan pada Tabel 4.1
37
Tabel 4.1 Data Nama Hotel yang Digunakan sebagai Sampel dalam Penelitian No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Nama Hotel Kupu-Kupu Barong Uma Ubud Hotel Maya Ubud Puri Kamandalu Resort Anini Raka Komaneka Tjampuhan Ubud Hotel Ibah Hotel Junjungan Ubud Hotel & Spa Waka Namya resort
Ketegori Hotel Berbintang Hotel Berbintang Hotel Berbintang Hotel Berbintang Hotel Melati Hotel Melati Hotel Melati Hotel Melati Hotel Melati Hotel Melati
. 11.
Kajeng Bungalow
Pondok Wisata
12.
Djagra
Pondok Wisata
13.
Taman Bebek
Pondok Wisata
14.
Nyuh Gading
Pondok Wisata
. 15.
Swasti
Pondok Wisata
. 16.
Villa Santi
Pondok Wisata
. Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, 2009
38 4.5
Jenis dan Sumber Data 4.5.1
Jenis Data Adapun jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut : 1)
Data kualitatif, data berupa penjabaran atau deskripsi secara terinci dalam bentuk pernyataan yang berkaitan dengan penelitian dan tidak berupa angka-angka, seperti data tentang kategori tingkat partisipasi pengolahan limbah hotel yang dilihat dari pemahaman yang dimiliki oleh pemilik hotel berkaitan
dengan
pentingnya
pengolahan
limbah
bagi
lingkungan, bahaya pencemaran oleh limbah, serta ada tidaknya operasional pengolahan limbah yang dimiliki oleh hotel tersebut. 2)
Data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka yang dapat digunakan untuk mencari perhitungan-perhitungan yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini adalah data tentang hasil uji laboratorium terhadap kualitas limbah yang akan memperlihatkan data besaran kandungan bahan-bahan pencemar dalam limbah hotel tersebut.
4.5.2 Sumber Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber di lapangan, data primer diperoleh melalui metode observasi dan
39 pengamatan di lokasi penelitian. Data primer ini berupa data tentang tingkat partisipasi pemilik hotel dalam pengolahan limbah hotel serta data hasil analisa laboratorium terhadap limbah hotel. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari narasumber, melainkan sudah dalam bentuk hasil penelitian dari berbagai pihak, yang dapat berupa dokumen dan laporan ilmiah maupun buku-buku yang dipakai sebagai pendukung dan penunjang dalam proses analisis. Dalam penelitian ini berupa laporan tentang jumlah hotel di kawasan wisata Ubud oleh Dinas Pariwisata Daerah (Diparda) Kabupaten Gianyar yang digunakan sebagai dasar dalam penentuan sampel hotel yang akan diperiksa. Sebagai sumber data penelitian ini manager masing-masing hotel di Kecamatan Ubud dan Laboran Dinas Lingkungan Hidup di Kabupaten Gianyar.
4.6
Instrumen Penelitian Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data tingkat partisipasi
mengusaha hotel dalam pengelolaan lingkungan dan efektivitas pengolahan limbah cair. Partisipasi pengusaha hotel dalam pengelolaan lingkungan adalah pemahaman, motivasi dan hasil aktivitas para pengusaha hotel di Kecamatan Ubud terhadap regulasi pemerintah dalam bentuk Peraturan Gubernur Bali No.8 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Limbah Hotel. Tingkat pemahaman pengusaha terhadap regulasi pemerintah terwujud instalasi teknologi yang pernah maupun yang sedang diterapkan pengolahan limbah. Motivasi terhadap regulasi pemerintah berupa upaya-upaya yang telah maupun yang sedang dilakukan untuk meningkatkan kualitas olahan. Hasil aktivitas berupa kualitas olahan limbah dalam bentuk air yang dibuang melalui outlet dari masing-masing hotel.
40 Sedangkan efektivitas pengelohan limbah adalah tingkat kualitas hasil olahan limbah cair yang dihasilkan masing-masing hotel di Kecamatan Ubud dibandingkan dengan Standar Baku Mutu Limbah Hotel yang ditetapkan dalam Peraturan Gubernur Bali Nomor: 8 tahun 2007. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini kuesioner yang bersifat terbuka dengan skala pengukuran menggunakan rating scale 1 (sangat kurang), 2 (kurang), 3 (cukup), 4 ( baik), atau 5 (sangat baik). Kisi kuesioner disajikan pada Tabel 4.2 dan lembar kuesioner dapat dilihat pada lampiran 3
Tabel 4.2 Kisi-Kisi Tingkat Partisipasi Pengusaha Hotel Dalam Pengelolaan Lingkungan di Kelurahan Ubud. Variabel 1. Partisipasi
Diminsi
Pertanyaaan
Peraturan Gubernur Bali No. 8 Tahun 2007 1.Pemahaman Regulasi Pemerintah
2. Motivasi
3.Hasil aktivitas 2.Efektivitas
Indikator
Kualitas Hasil Olahan
1. Teknologi yang pernah dan sedang diterapkan 2.Instalisi Pengolahan limbah 3. langkah-langkah pengolahan limbah yang sedang dilaksanakan 1. Upaya-upaya yang pernah dilakukan dalam meningkatkan kualitas olahan 2.Upaya-upaya yang sedang dilakukan dalam meningkatkan kualitas olahan Kualitas hasil olahan pada unsur fisika dan zat kimia 1. Kualitas zat padat
No. 1, 2, 3, dan 4
No. 5 dan 6
No. 6 No. 6.
41 Pengolahan Limbah
Cair
(TSS) 2. Kualitas unsur Nitrat (NO3) 3. Kualitas unsur Nitrit (NO2) 4. Kualitas pH 5. Kualitas unsur Amonia 6. Kualitas BOD 5 7. Kualitas COD
Kreteria penilaian atau penskoran jawaban responden mengunakan rating scale 1 (sangat jelek), 2 (jelek), 3(cukup), 4 (baik), atau 5 (sangat baik). Pedoman atau rubrik penilaian seperti Tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Rubrik Penskoran Jawaban Responden untuk Butir Pernyataan No 1 – 5 No Pernya taan
1
2
2
Kriteria Jawaban Resapan , atau STP, atau WWG Resapan dan STP STP Resapan Tidak menggunakan salah satu teknologi instalasi bebas kebocoran instalasinya ada peluang kebocoran instalasi ada gejala kebocoran instalasi ada sedikit kebocoran instalasi banyak bocor Jika Tahapan: Pretreatment, Preatreatment, scondary treatment, Tertiary treatment, Sludge treatment semuanya dilalaui. Jika Tahapan: Pretreatment, Preatreatment, scondary treatment, Tertiary treatment, Sludge treatment ada salah satu tidak dilalaui. Jika Tahapan: Pretreatment, Preatreatment, scondary treatment, Tertiary treatment, Sludge treatment ada salah dua atau tiga tidak dilalaui. Jika Tahapan: Pretreatment, Preatreatment, scondary treatment, Tertiary treatment, Sludge treatment ada hanya salah satu dilalaui. Jika Tahapan: Pretreatment, Preatreatment, scondary treatment, Tertiary treatment, Sludge treatment semuanya dilalaui
Rentang Skor 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3
2
1
42 No Pernya taan
3
4
5
Rentang Skor
Kriteria Jawaban Jika Tahapan: Pretreatment, Preatreatment, scondary treatment, Tertiary treatment, Sludge treatment semuanya dilalaui. Jika Tahapan: Pretreatment, Preatreatment, scondary treatment, Tertiary treatment, Sludge treatment ada salah satu tidak dilalaui. Jika Tahapan: Pretreatment, Preatreatment, scondary treatment, Tertiary treatment, Sludge treatment ada salah dua atau tiga tidak dilalaui. Jika Tahapan: Pretreatment, Preatreatment, scondary treatment, Tertiary treatment, Sludge treatment ada hanya salah satu dilalaui. Jika Tahapan: Pretreatment, Preatreatment, scondary treatment, Tertiary treatment, Sludge treatment semuanya dilalaui. Penuh inovasi mengacu kepada regulasi pemerintah Mengacu regulasi Pemerintah Inovatif Inovatif namun kurang mengacu regulasi pemerintah Kurang Inovatif tidak mengacu mengacu regulasi pemerintah Sama sekali tidak mengacu regulasipemerintah Penuh inovasi mengacu kepada regulasi pemerintah Mengacu regulasi Pemerintah Inovatif Inovatif namun kurang mengacu regulasi pemerintah Kurang Inovatif tidak mengacu mengacu regulasi pemerintah Sama sekali tidak mengacu regulasipemerintah
5
4
3
2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
Skoring kualitas hasil uji sampel limbah cair dari masing-masing responden, berdasarkan patokan Baku Mutu Limbah Hotel yang ditetapkan dalam peraturan Gubernur No. 8 tahun 2007 seperti ditunjukkan pada Tabel 4.4. Dengan demikian pedoman skoring untuk pernyataan 6 dan 7 disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.4 Standar Baku Mutu Air Limbah Hotel Unsur-Unsur Parameter Uji A. FISIKA 1. Zat Padat (TSS) B. Kimia 1 Nitrat (NO3) 2 Nitrit (NO2)
No
Satuan
Batas Maksimum yang Diperbolehkan
mg/L
50
mg/L mg/L
20 1
43 3 pH mg/L 4 Amonia mg/L 5. BOD 5 mg/L 6. COD mg/L Sumber : Peraturan Gubernur Bali Nomor : 8 tahun 2007
6-9 1 75 100
Tabel 4.5 Rubrik Penskoran Jawaban Responden Untuk Butir Pernyataan No 6 dan 7 No.
Parameter Pengujian
1
Zat Padat (TSS)
2
Nitrat (NO3)
3
Nitrit (NO2)
4
pH
5
Amonia
6
BOD 5
7
COD
Hasil pengujian dalam mg/l 0 sampai dg kurang dari 12,25 12,5 sampai dg kurang dari 25 25 sampai dg kurang dari 37,5 37,5 sampai dg kurang dari 50 Lebih dari atau sama dg 50 0 sampai dg kurang dari 5 5 sampai dg kurang dari 10 10 sampai dg kurang dari 15 15 sampai dg kurang dari 20 Lebih dari atau sama dg 20 0 sampai dg kurang dari 0,25 0,25 sampai dg kurang dari 0,5 0,5 sampai dg kurang dari 0,75 0,75 sampai dg kurang dari 1 Lebih dari atau sama dg 1 0 sampai dg kurang dari 1,5 1,5 sampai dg kurang dari 3 3 sampai dg kurang dari 4,5 4,5 sampai dg kurang dari 6 Lebih dari atau sama dg 6 0 sampai dg kurang dari 0,25 0,25 sampai dg kurang dari 0,5 0,5 sampai dg kurang dari 0,75 0,75 sampai dg kurang dari 1 Lebih dari atau sama dg 1 0 sampai dg kurang dari 18,75 18,75 sampai dg kurang dari 37,5 37,5 sampai dg kurang dari 56,25 56,25 sampai dg kurang dari 75 Lebih dari atau sama dg 75 0 sampai dg kurang dari 25 25 sampai dg kurang dari 50 50 sampai dg kurang dari 75 75 sampai dg kurang dari 100
Skor 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2
44 Lebih dari atau sama dg 100
1
Skor Penilaian :
Skor yang dicapai Nilai = ---------------------------- x 100% ( Sudjana, 2004: 124) Skor Maksimum Instrumen lain yang dapat menunjang keabsahan data, yaitu: 1) Kamera digital yang digunakan untuk memperoleh informasi berupa gambar-gambar di lapangan pada saat melakukan pengawasan dan penelitian, 2) Alat perekam untuk melakukan wawancara dengan pemilik hotel, dan 3) Alat-alat laboratorium untuk mengukur kualitas air limbah yang diolah sehingga dapat diketahui efektivitas pengolahan limbah dari hotel-hotel yang telah melakukan pengolahan.
4.7
Teknik Pengumpulan Data Jenis data dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data fisik dan data
sosial. Dengan demikian teknik pengumpukan data yang dipergunakan pun mengikuti dua kaedah yang berbeda. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan pada saat pelaksanaan program pengawasan dan pemantauan pengelolaan lingkungan yang dilakukan mulai bulan Pebruari 2010 oleh Bidang Pengawasan dan Pemulihan Pencemaran Kerusakan Lingkungan Darat dan Udara Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar. Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut .
45 Pertama-tama
peneliti
melakukan
persiapan
pengawasan
dengan
melakukan pendataan terhadap jumlah hotel dan jenis hotel yang ada di kawasan wisata Ubud. Langkah selanjutnya dilakukan oleh peneliti dengan menyusun jadwal pengawasan yang akan dilakukan setiap bulan selama tahun 2010. Kemudian juga dilakukan penyusunan dan persiapan berbagai instrumentasi yang akan digunakan dalam proses penelitian. Selanjutnya dilakukan proses pengawasan dimulai pada bulan Pebruari 2010. Adapun data yang akan dipergunakan adalah data hasil 3 bulan pengawasan yakni pada bulan Pebruari, Maret dan April 2010. Setelah data dikumpulkan selanjutnya dilakukan proses Analisa Data. Pada saat yang bersamaan juga dilakukan wawancara terhadap manajemen hotel untuk mendapatkan data tentang partisipasi hotel dalam pengelolaan lingkungan. Wawancara terutama dilakukan kepada para teknisi yang secara langsung menangani sistem pengelolaan limbah di masing-masing hotel.
4.8
Teknik Analisis Data Data tingkat partisipasi dilihat dari perolehan skor hasil pengukuran
masing-masing variabel seperti ditunjukkan pada tabel 4.3. Sedangkan efektivitas mengolahan dilihat dari kualitas hasil olahan limbah cair masing hotel dengan fokus pada variabel seperti ditunjukkan pada Tabel 4.3. Data hasil pengukuran masing-masing variabel
yang telah dinyatakan dalam bentuk persentase
diklasifikasikan menggunakan Pedoman Acuan Patokan (PAP)
tingkat
pencapaian: 90% – 100 % Sangat Tinggi (ST); 80% – 89 % Tinggi (T); 65% –
46 79 % Cukup (C); 40 % – 64 % Rendah (R); atau 0% – 39% Sangat Rendah (SR) (Modifikasi Ditjen Pendidikan Tinggi , Dep. P dan K, 1980). PAP ini akan dimodifikasi sesuai dengan kontek variabel yang diukur. Data hasil pengukuran dianalisis secara Deskriptif untuk melihat kecenderungan-kecenderungan yang terjadi pada masing-masing parameter. Kecenderungan yang diamati seperti rata-rata dan modus (mode). Selanjutnya akan dapat diketahui parameter-parameter yang masih melampaui nilai ambang batas maksimum. Sehingga dari hasil penelitian ini akan dapat memberikan kesimpulan terhadap tingkat partisipasi dan efektivitas pengolahan limbah yang telah dilakukan pihak hotel sehingga nantinya dapat dilakukan koreksi atau perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaannya.