BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pasar keuangan yang berkembang dengan sangat pesat menyebabkan
terjadinya perubahan situasi dan kondisi pasar yang cenderung menimbulkan risiko bagi para investor. Diversifikasi portofolio merupakan strategi manajemen risiko yang dapat menjadi salah satu solusi penyelesaian yang bisa digunakan oleh para investor untuk mengurangi tingkat risiko keuangan (Siahaan, 2008). Namun dengan adanya diversifikasi portofolio saja tidaklah cukup karena diversifikasi hanyalah suatu kebijakan untuk mengurangi risiko non sistematis, sehingga risiko pasar (risiko sistematis) masih tetap ada. Oleh karena itu, untuk mengurangi risiko pasar diperlukan suatu instrumen lindung nilai (hedging) yang dapat menurunkan tingkat varians return. Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan kontrak derivatif (derivative) sebagai instrumen lindung nilai. Kontrak futures, forward, option, dan swaps merupakan beberapa instrumen derivatif yang dapat digunakan sebagai alat lindung nilai. Kontrak derivatif yang sudah diterbitkan dan mulai banyak digunakan di Indonesia adalah kontrak futures, baik kontrak futures pada instrumen keuangan seperti saham maupun pada instrumen komoditas. Komoditas yang umumnya ditransaksikan adalah kopi, kakao, gula, kedelai, jagung, tembaga, kapas, lada, gandum, minyak sawit mentah (crude palm oil, disingkat CPO), katun, susu, dan logam (emas, perak, nikel).
1
2
Komoditas dari sektor pertanian dan sektor industri merupakan hal yang penting bagi perekonomian Indonesia. Di Indonesia, sektor industri berkaitan erat dengan sektor pertanian terutama industri yang menggunakan bahan baku dari hasil pertanian. Masalah sering timbul ketika bahan baku komoditas yang diperlukan untuk sektor industri tidak terpenuhi dengan baik. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan bahan baku industri yang tinggi dan tidak diimbangi dengan produksi dari sektor pertanian. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan bahan baku komoditas tersebut, pemerintah harus mengimpor hasil pertanian. Ketergantungan akan bahan baku impor menyebabkan harga komoditas lokal akan dipengaruhi oleh harga komoditas dunia. Harga komoditas dalam negeri menjadi tidak stabil dan cenderung mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Dalam jangka pendek dapat dikatakan bahwa perubahan harga komoditas cenderung fluktuatif (Bappenas, 2014). Salah satu alternatif penyelesaian masalah ini adalah melakukan perdagangan dengan kontrak berjangka (futures contract). Kontrak berjangka akan membantu harga komoditas yang ada di pasaran menjadi lebih stabil dan mengurangi harga dapat melonjak tinggi. Dalam hal ini terdapat beberapa metode yang bisa digunakan untuk menganalisis penentuan harga kontrak berjangka salah satunya adalah metode Markov Chain Monte Carlo (MCMC). Pada penelitian sebelumnya, metode MCMC pernah digunakan oleh Johannes, Kumar, & Polson (1999) dan Eraker, Johannes, & Polson (2003) yang membahas tentang kegunaan MCMC hanya sebagai alat dalam penentuan model harga saham. Penelitian oleh Landauskas dan Valakevicius (2011) juga
3
menggunakan metode MCMC untuk memodelkan harga saham. Pendekatan model pada penelitiannya dilakukan dengan tujuan menghilangkan semua anggapan atau asumsi dari distribusi harga saham yang ingin dimodelkan. Mengingat bahwa model data finansial pada saat itu banyak didasarkan pada penggunaan asumsi sehingga model yang terbentuk tidak dapat digunakan dalam berbagai kasus yang ada. Oleh karena itu, pada penelitiannya metode MCMC ini dipilih untuk mengatasi permasalahan penggunaan asumsi tersebut. (Landauskas & Valakevicius, 2011). Berdasarkan uraian di atas telah diketahui bahwa kegunaan metode MCMC ini dapat diterapkan dalam berbagai data finansial. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengimplementasikan metode MCMC dalam penentuan harga kontrak berjangka suatu komoditas.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun masalah yang akan dibahas
pada penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana menentukan harga kontrak berjangka suatu komoditas dengan menggunakan metode Markov Chain Monte Carlo?
2.
Bagaimana perbandingan harga kontrak berjangka suatu komoditas yang dihitung menggunakan metode Markov Chain Monte Carlo jika dibandingkan dengan metode Standard Monte Carlo?
4
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun tujuan dari penelitian ini
adalah: 1.
Mengetahui hasil penentuan harga kontrak berjangka komoditas dengan menggunakan metode Markov Chain Monte Carlo;
2.
Mengetahui perbandingan harga kontrak berjangka suatu komoditas yang dihitung menggunakan metode Markov Chain Monte Carlo jika dibandingkan dengan metode Standard Monte Carlo.
1.4
Batasan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang agar permasalahan tidak meluas
pada pembahasan yang lain maka penulis akan membatasi masalah pada: 1.
Data yang akan digunakan dibatasi pada data historis komoditas kakao selama 1 Februari 2012 sampai 1 Februari 2015.
2.
Kontrak yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi hanya untuk tiga bulan ke depan. Hal ini didasarkan pada kebiasaan dan standardisasi sistem kontrak berjangka yang berlaku di bursa berjangka Indonesia.
5
1.5
Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun manfaat yang diharapkan
dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagi Pembaca Pembaca dapat mengetahui informasi dan mendapatkan pengetahuan melalui tulisan mengenai analisis kontrak berjangka. Dengan adanya penelitian mengenai implementasi Markov Chain Monte Carlo dalam analisis kontrak berjangka akan diperoleh sumber referensi pengetahuan yang baru bagi pembaca dalam dunia finansial.
2.
Bagi Perusahaan Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya perusahaan untuk melakukan analisis kontrak berjangka dalam menentukan nilai harga suatu kontrak berjangka komoditas yang dapat memberikan lindung nilai terhadap fluktuasi harga.
3.
Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dan acuan dalam penelitian selanjutnya apabila ingin mengadakan penelitian yang berhubungan dengan metode Markov Chain Monte Carlo dan kontrak berjangka.