BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan
mempunyai
peranan
yang
sangat
menentukan
bagi
perkembangan dan perwujudan individu, terutama pembangunan bangsa dan negara. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat.1 Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan pendidikan. Interaksi pendidikan berfungsi membantu pengembangan seluruh potensi, kecakapan dan karakteristik peserta didik, baik yang berkenaan dengan segi intelektual, segi afektif maupun fisik motorik. Perbuatan mendidik diarahkan pada pencapaian tujuan sekarang dan yang akan datang untuk kepentingan dirinya dan masyarakat. Pendidikan berlangsung dalam tiga bentuk yaitu pengajaran yang lebih terfokus pada pengembangan segi-segi intelektual, latihan dan segi-segi keterampilan dan bimbingan pada segi afektif.2
1
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta : PT. Rineka Cipta,
1996), 6. 2
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 10.
1
2
Salah satu kemampuan utama yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan perkembangan manusia adalah kreativitas. Kemampuan ini tidak hanya dilandasi oleh kemampuan intelektual, tetapi juga didukung oleh faktorfaktor afektif dan psikomotor.3 Menyadari bahwa pendidikan Islam sebagai suatu proses pengembangan kreatifitas peserta didik yang bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa pada Allah swt, cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi, berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa dan negara serta agama.4 Maka dari itu, sangatlah penting kreativitas siswa itu untuk dikembangkan, agar nantinya anak didik mampu menginternalisasikan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupannya sehari-hari serta mampu mengatasi problematika hidup. Sesuai dengan pengamatan penulis, realita yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa pendidikan secara umum dan khususnya pada pendidikan Islam belum dapat dikatakan berhasil secara optimal, karena belum menemukan berbagai solusi dari berbagai persoalan, antara lain dapat ditemukan di lapangan bahwa pada pembelajaran PAI masih banyak mengalami kendala/ permasalahan, misalnya: pembelajaran cenderung menekankan aspek kognitif saja tanpa mempertimbangkan aspek-aspek lainnya, sehingga peserta didik hanya menguasai teorinya saja tanpa mampu mempraktekkan dan mengamalkan pelajaran yang sudah pernah didapatkan. 3 4
2002), 3.
Ibid., 104. Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta : Ciputat Press,
3
Dengan pembelajaran yang hanya menekankan aspek kognitif saja, maka anak-anak akan cenderung untuk mengejar nilai yang setinggi-tingginya, tanpa mempertimbangkan prestasi. Nilai itu bisa diperolehnya dengan jalan pintas, misalnya dengan menyontek atau cukup dengan bermalas-malasan saja. Kecenderungan untuk bermalas-malasan akan membuat kreativitas siswa terhambat. Selain itu, penggunaan metode yang tidak tepat akan menyebabkan tujuan pembelajaran tidak tercapai secara maksimal. Dari penjajakan awal di lokasi penelitian (SMAN 1 Ponorogo), peneliti telah menemukan aktivitas-aktivitas guru PAI dalam menghadapi problemaproblema yang telah terjadi di antaranya yaitu dengan menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI dalam membantu mengembangkan kreativitas siswa.5 SMAN 1 Ponorogo adalah termasuk sebuah lembaga pendidikan yang dijadikan sebagai tempat diselenggarakannya proses pembelajaran bagi anak didiknya, yang mana salah satu bidang studi yang diberikan adalah materi PAI. Realita yang ada, bahwa masih ditemukan kekurangan setelah pembelajaran PAI dilaksanakan, misalnya: siswa menguasai teori saja, tapi belum bisa mempraktekkan teori tersebut, sehingga dapatlah penulis katakan bahwa proses pembelajarannya cenderung menekankan aspek kognitif dan aspek psikomotor
5
Hasil Observasi Tanggal 30 Oktober-30 November 2007.
4
terabaikan. Padahal, pada rumusan tujuan PAI itu meliputi tiga ranah, yaitu : kognisi, afeksi dan psikomotor.6 Dalam proses pembelajaran PAI, para guru PAI SMAN 1 Ponorogo menggunakan berbagai upaya agar tujuan PAI dapat tercapai secara maksimal, sehingga anak didik selain cakap dalam keintelektualannya juga mampu menginternalisasikan PAI dalam kehidupannya sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya juga masyarakat. Dalam hal ini, misalnya adalah dengan adanya penerapan metode demonstrasi dalam mengembangkan kreativitas siswa pada pembelajaran PAI. Berangkat dari pemaparan di atas, penelitian ini berupaya membahas tentang “Implementasi Metode Demonstrasi Dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa Pada Pembelajaran PAI Di SMAN 1 Ponorogo”. B. Fokus Penelitian Peneliti telah menetapkan fokus penelitian ini pada: 1. Alasan guru PAI menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo. 2. Langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo.
6
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), 78.
5
3. Kendala-kendala dalam menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo. 4. Pengembangan
kreativitas
siswa
pada
pembelajaran
PAI
sesudah
menggunakan metode demonstrasi di SMAN 1 Ponorogo. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian, selanjutnya peneliti akan merumuskan masalah terkait dengan kemungkinan apa yang terjadi pada situasi sosial. 1. Mengapa guru PAI menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo? 2. Bagaimana
langkah-langkah
menggunakan
metode
demonstrasi
pada
pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo? 3. Apakah kendala-kendala dalam penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo? 4. Bagaimana pengembangan kreativitas siswa dalam pembelajaran PAI sesudah menggunakan metode demonstrasi di SMAN 1 Ponorogo? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk : 1. Mendiskripsikan alasan guru PAI menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo.
6
2. Mendiskripsikan langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo. 3. Mendiskripsikan kendala-kendala dalam menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo. 4. Mendiskripsikan pengembangan kreativitas siswa pada pembelajaran PAI sesudah menggunakan metode demonstrasi di SMAN 1 Ponorogo. E. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan efektivitas penggunaan metode
demonstrasi
dalam
pembelajaran
untuk
membantu
mengembangkan
kreativitas siswa, khususnya pada bidang studi PAI. 2. Secara praktis a. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan dalam menyusun program rencana peningkatan mutu pendidikan di sekolah. b. Bagi guru PAI atau calon guru PAI, agar mampu mendesain program pengajaran PAI yang sesuai, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. c. Bagi penulis, penelitian ini secara formal adalah sebagai syarat menempuh Sarjana Strata I. Selain itu juga sebagai sarana pengembangan intelektual dan kesadaran kritis terhadap fenomena sosial.
7
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan mengunakan
pendekatan
kualititatif,
yaitu
prosedur penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang atau perilaku yang dapat diamati. Berikutnya sebagai ciri dari penelitian dimana melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan sebagai sumber data langsung dan peneliti sendiri merupakan instrumen kunci, sedang instrumen lain hanya merupakan instrumen penunjang.7 2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peranan peneliti yang menentukan keseluruhan skenarionya.8 Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai kunci, partisipan penuh, sekaligus sebagai pengumpul data, sedangkan yang lain hanya sebagai penunjang. 3. Lokasi Penelitian
7
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002)
8
Ibid., 117.
4-7.
8
Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah SMAN 1 Ponorogo yang berlokasi di Jl. Budi Utomo No. 01 Ronowijayan Ponorogo lembaga pendidikan ini dipilih karena pertimbangan beberapa hal dari penulis, antara lain : a. SMAN 1 Ponorogo adalah termasuk lembaga pendidikan yang mayoritas siswanya memiliki potensi yang pantas diacungi jempol, sehingga ada peluang besar untuk mengembangkan kreativitas mereka. b. SMAN 1 Ponorogo adalah termasuk lembaga pendidikan favorit di Ponorogo dan bermutu serta mendapat banyak perhatian dari masyarakat. Suatu hal yang menjadi keunikan tersendiri yaitu hubungan guru dan siswa yang harmonis, disiplin tinggi dalam segala hal, komitmen untuk terus berprestasi. 4. Sumber Data Sumber data adalah subyek darimana data diperoleh.9 Adapun sumber data utama dari penelitian ini adalah para guru PAI dan siswa SMAN 1 Ponorogo. Sedangkan photo dan dokumen merupakan data sekunder. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik apabila dilakukan dengan subyek melalui
9
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), 114.
9
wawancara mendalam dan observasi pada latar ilmiah dimana fenomena tersebut berlangsung. Di samping itu, untuk melengkapi data, diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek). a. Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.10 Dalam penelitian ini, observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang penggunaan metode demonstrasi. b. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud digunakannya wawancara adalah : 1) Menkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. 2) Merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu. 3) Memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang. 4) Memverivikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain.
10
S. Margono, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997), 158.
10
5) Memverivikasi,
mengubah
dan
memperluas
konstruksi
yang
dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.11 Dalam penelitian ini, wawancara digunakan untuk mengetahui bagaimana penerapan metode demonstrasi dan juga kreativitas siswa pada pembelajaran PAI. c. Dokumentasi Dokumentasi
merupakan
cara
pengumpulan
data
melalui
peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang dalil atau hukum-hukum.12 Sedangkan dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang visi-misi dan tujuan SMAN 1 Ponorogo, letak geografis, struktur organisasi
serta keadaan guru dan siswa di
SMAN 1 Ponorogo. 6. Analisa Data Dalam analisis data kualitatif ada tiga tahap yang menjadi rangkaian proses analisisnya, yaitu : reduksi data, display dan yang terakhir adalah pengambilan kesimpulan dan verifikasi, ketiga tahap ini bisa dijelaskan sebagai berikut : 13 a. Reduksi data Pada tahap ini merduksi data diperlukan untuk membantuk peneliti dalam menulis semua hasil data lapangan sekaligus merangkum, memilih 11
Lexy Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 135. Margono, Metode Penelitian (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003), 16. 13 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), 91-92. 12
11
dan memilah hal-hal pokok serta menganalisanya. Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lebih tajam tentang hasil lapangan, mempermudah dalam melacak kembali bila diperlukan dan membantu dalam memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. b. Display data Display data dilakukan agar peneliti tetap dapat menguasai data yang telah dihimpun dan banyak jumlahnya dengan memilah-milah membuat display ini juga termasuk dalam analisis. c. Mengambil kesimpulan dan verivikasi Tahap ini adalah tahap di mana pengambilan kesimpulan dan verivikasi dilakukan. Hal ini dalam rangka peneliti mencari makna data dan mencoba menyimpulkan. 7. Pengecekatan Keabsahan Temuan Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas), untuk mengukur derajat kepercayaan keabsahan data (kredibilitas data) peneliti mengadakan pengecekan dengan pengamatan yang tekun dan triangulasi. Ketekukan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekukan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol yang ada hubungannya dengan kegiatan
12
belajar mengajar PAI di SMAN 1 Ponorogo secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksanaan kebasahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengcecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.14 Dalam penelitian ini yang digunakan adalah teknik triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan : a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan guru dengan apa yang dikatakan siswa. c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan siswa yang ada di sekolah unggulan dan sekolah reguler.
14
Lexy Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 178.
13
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 8. Tahapan-tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap yang peneliti lakukan adalah : a. Tahap pra lapangan, yang meliputi : menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilah dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang menyangkut personal etika penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi : memahami latar penelitian dan persiapan
diri
memasuki
lapangan
dan
berperan
serta
sambil
mengumpulkan data. c. Tahap analisis data, yang meliputi : analisis selama dan setelah pengumpulan data. d. Tahap penulisan hasil laporan penelitian. G. Sistematika Pembahasan Adapun sistematika pembahasan dalam penyusunan skripsi ini akan penulis sajikan dalam lima bab dan tiap-tiap bab terdiri atas beberapa sub pokok bahasan yang sistematikanya sebagai berikut :
14
BAB I
:
Pendahuluan. Bab pertama ini merupakan gambaran secara umum yang mengarah pada kerangka atau pokok permasalahan penulis. Di dalamnya memuat latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Dengan demikian, pembaca akan mendapatkan gambaran umum tentang penulisan skripsi ini.
BAB II
:
Metode demonstrasi dan kreativitas siswa pada pembelajaran PAI . Fungsinya sebagai dasar teoritik. Substansinya memuat tentang metode demonstrasi, kreativitas siswa dan pembelajaran PAI.
BAB III :
Implementasi
metode
demonstrasi
dalam
mengembangkan
kreativitas siswa pada pembelajaran PAI. Penyajian data yang meliputi paparan data umum yang ada kaitannya dengan lokasi umum penelitian yang terdiri dari sejarah singkat berdirinya, letak geografis, visi-misi serta tujuan SMAN 1 Ponorogo, dan paparan data khusus yang terdiri dari data tentang alasan guru PAI di SMAN 1 Ponorogo menggunakan metode demonstrasi, langkahlangkah, serta kendala dalam menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo, dan juga data tentang pengembangan kreativitas siswa setelah menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo.
15
BAB IV
:
Analisa data tentang
implementasi metode demonstrasi dalam
mengembangkan kreativitas siswa pada pembelajaran PAI. Substansinya
meliputi
analisa
data
tentang
alasan
GPAI
menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo, analisa data tentang langkah-langkah penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo,
analisa data tentang kendala-kendala dalam
menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo, serta analisa data tentang kreativitas siswa pada pembelajaran PAI sesudah menggunakan metode demonstrasi di SMAN 1 Ponorogo. BAB V
: Penutup. Merupakan bab terakhir dari pembahasan skripsi ini yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
16
BAB II METODE DEMONSTRASI DAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN PAI A. Metode Demonstrasi 1. Pengertian Metode Demonstrasi Yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu kepada siswa. Metode demonstrasi dapat digunakan dalam penyampaian bahan pelajaran fiqih, misalnya bagaimana cara berwudlu’ yang benar, bagaimana cara shalat yang benar, dan lain-lain. Sebab kata demonstrasi diambil dari kata “demonstration” (to show) yang artinya memperagakan atau memperlihatkan proses kelangsungan sesuatu.15 Menurut Ramayualis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam menjelaskan bahwa metode demonstrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukkan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikannya.16 Sedangkan menurut Basyiruddin Usman, metode demonstrasi adalah salah satu tehnik mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau orang lain yang 15
dengan
sengaja
diminta
atau
siswa
sendiri
ditunjuk
untuk
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 190. 16 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 195.
17
memperlihatkan kepada kelas tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu. Misalnya tentang cara memandikan mayat orang muslim/ muslimah dengan menggunakan model atau boneka, demonstrasi cara-cara tawaf pada saat menunaikan haji dan sebagainya. Metode demonstrasi ini cocok digunakan bilamana: a. Untuk memberikan latihan keterampilan tertentu kepada siswa. b. Untuk memudahkan penjelasan yang diberikan agar siswa langsung mengetahui dan dapat trampil melakukannya. c. Untuk membantu siswa dalam memahami suatu proses secara cermat dan teliti.17 Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan pada apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung. 2. Tujuan Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: a. Bagaimana cara membuatnya? b. Terdiri dari bahan apa?
17
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 45-46.
18
c. Bagaimana cara mengaturnya? d. Bagaimana proses bekerjanya? e. Bagaimana proses mengerjakannya?18 Adapun penggunaan metode demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu, cara membuat sesuatu, dengan demonstrasi siswa dapat mengamati bagian-bagian dari sesuatu benda atau alat, juga siswa dapat menyaksikan kerjanya sesuatu alat. Dengan demikian, siswa akan mengerti cara-cara penggunaan sesuatu alat sehingga mereka dapat memilih dan memperbandingkan cara yang terbaik, juga mereka akan mengetahui kebenaran sesuatu teori di dalam praktek. 3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi a. Kelebihan metode demonstrasi. Metode demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, antara lain yaitu: 1) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. 2) Dapat membantu siswa untuk mengingat lebih lama tentang materi pelajaran yang disampaikan, karena siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat bahkan mempraktekkannya secara langsung. 18
1995), 29.
J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
19
3) Dapat memfokuskan pengertian siswa terhadap materi pelajaran dalam waktu yang relatif singkat. 4) Dapat memusatkan perhatian anak didik. 5) Dapat menambah pengetahuan anak didik. 6) Dapat mengurangi kesalahpahaman karena pengajaran menjadi lebih jelas dan konkrit. 7) Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karena mereka ikut serta berperan secara langsung.19 8) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat). 9) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari. 10) Proses pengajaran lebih menarik.20 b. Kelemahan metode demonstrasi. Dalam penggunaan metode pembelajaran, selain ada kelebihannya, sudah tentu juga ada kelemahannya. Begitu juga dengan metode demonstrasi, terdapat kelemahannya. Adapun kelemahan pada metode demonstrasi adalah sebagai berikut:
19
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, 191. Syaiful Bachri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), 102-103. 20
20
1) Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi menjadi kurang efektif. 2) Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain. 3) Memerlukan waktu yang cukup banyak. Namun hal ini dapat ditanggulangi dengan menyediakan waktu khusus yang cukup memadai untuk melakukan metode demonstrasi. 4) Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efektif. Oleh karena itu, perlu melengkapi semua alat yang diperlukan dalam menggunakan metode ini. 5) Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk pembelian alatalat. Oleh karena itu, sekolah perlu merencanakan pembelian alat-alat tersebut. 6) Memerlukan tenaga yang tidak sedikit. Oleh karena itu, guru dan siswa perlu persiapan fisik, di samping penguasaan materi. 7) Bila siswa tidak aktif maka metode demonstrasi menjadi tidak efektif. Oleh karena itu, setiap siswa harus diikutsertakan dan melarang mereka membuat kegaduhan.21
21
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, 192.
21
Imansyah Alipandie menyebutkan beberapa kelemahan metode demonstrasi yaitu:22 1. Apabila sarana peralatan kurang memadai, tidak sesuai dengan kebutuhan atau tidak bisa diamati dengan jelas oleh para murid, maka metode ini kurang efektif. 2. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. 4. Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Metode Demonstrasi a. Suatu demonstrasi yang baik membutuhkan persiapan yang teliti dan cermat. Sejauh mana persiapan itu dilakukan amat banyak bergantung pada pengalaman yang telah dilalui dan kepada macam atau bentuk demonstrasi apa yang akan disajikan.23 Secara umum, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode demonstrasi adalah sebagai berikut: a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alat itu terlalu kecil atau penjelasan-penjelasan tidak jelas. b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadikan aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga. c. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis. 22
Imansyah Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum (Surabaya: Usaha Nasional, t.t.),
90. 23
Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Metodologi Pengajaran Agama Islami (Jakarta: t.p., t.t.), 116.
22
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan didemonstrasikan. f. Kelemahan yang ada pada metode demonstrasi hendaknya dicarikan jalan keluar.24 g. Rumuskan secara spesifik yang dapat dicapai oleh siswa. h. Susun langkah-langkah yang akan dilakukan dengan demonstrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang direncanakan. i. Persiapan-persiapan peralatan yang dibutuhkan sebelum demonstrasi dimulai, dan atur sesuai dengan skenario yang direncanakan. j. Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, dan jangan berlebih-lebihan.25 5. Langkah-Langkah Penerapan Metode Demonstrasi Adapun langkah-langkah dalam menerapkan metode demonstrasi adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Dalam perencanaan, hal-hal yang dilakukan adalah: 1) Merumuskan tujuan yang jelas baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat tercapai setelah metode demonstrasi berakhir:
24 25
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, 190-191. M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, 46-47.
23
a). Mempertimbangkan apakah metode itu wajar dipergunakan dan merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. b). Apakah alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa diperoleh dengan mudah dan apakah alat-alat itu sudah dicoba terlebih dahulu agar sewaktu melakukan demonstrasi tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. c). Apakah jumlah siswa memungkinkan untuk mengadakan demonstrasi dengan baik. 2) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan. Dan sebaiknya sebelum melakukan metode demonstrasi hendaknya melakukan percobaan terlebih dahulu agar sesuatu yang tidak diinginkan tidak akan terjadi di saat demonstrasi berlangsung. 3) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan. Apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada siswa menanyakan beberapa hal dan komentar selama dan sesudah demonstrasi. Menyiapkan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk merangsang observasi. 4) Selama demonstrasi berlangsung, seorang guru hendaknya introspeksi diri apakah: a). Keterangan-keterangannya dapat didengar dengan jelas oleh siswa. b). Semua media yang dipergunakan telah ditempatkan pada posisi yang baik sehingga setiap siswa dapat melihatnya dengan jelas.
24
c). Siswa disarankan untuk membuat catatan yang dianggap perlu. 5) Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik. Namun sebaiknya terlebih dahulu mengadakan diskusi dan siswa mencoba melakukan demonstrasi kembali agar mereka memperoleh kecakapan-kecakapan yang lebih baik. b. Pelaksanaan Hal-hal yang mesti dilakukan adalah: 1) Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya. 2) Memulai demonstrasi dengan manarik perhatian siswa. 3) Mengingat pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan agar demonstrasi mencapai sasaran. 4) Memperhatikan
keadaan
siswa,
apakah
semuanya
mengikuti
demonstrasi dengan baik. 5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif memikirkan lebih lanjut tentang apa yang dilihat dan didengarkannya dalam bentuk mengajukan pertanyaan, membandingkannya dengan yang lain, dan mencoba melakukannya sendiri dengan bantuan guru. 6) Menghindari ketegangan, oleh karena itu guru hendaknya selalu menciptakan suasana yang harmonis. c. Evaluasi Sebagai tindak lanjut setelah diadakannya demonstrasi sering diiringi dengan kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya. Kegiatan ini dapat berupa
25
pemberian tugas, seperti: membuat laporan, menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut, apakah di sekolah atau di rumah. Selain itu, guru dan siswa mengadakan evaluasi terhadap demonstrasi yang dilakukan, apakah demonstrasi berjalan efektif sesuai dengan tujuan yang diharapkan, ataukah ada kelemahan-kelemahan tertentu beserta faktor penyebabnya. Evaluasi dapat dilakukan pada semua aspek yang terlibat dalam demonstrasi tersebut, baik yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan, maupun tindak lanjutnya.26 B. Kreativitas Siswa 1. Definisi Kreativitas Kata create berasal dari bahasa Latin creare, yang berarti menghasilkan, membuat. Bruce Elkin mendefinisikan create sebagai membawa ke dalam hidup, menyebabkan jadi ada, membentuk sesuatu yang sebelumnya tidak ada. Concise Oxford mendefinisikan kata creativity sebagai inventif dan imaginative.27 Ada beberapa pendapat dalam mendefinisikan kreativitas, namun pada intinya adalah sama. Kreativitas adalah hasil dari proses interaksi antara individu dan lingkungannya.28 Kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang
26 27
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,192-195. Bruce Elkin, Kesederhanaan dan Kesuksesan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 102-
103. 28
2002), 14.
Utami Munandar, Kreativitas dan Keberbakatan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
26
untuk menemukan dan menciptakan sesuatu hal baru, cara-cara baru, model baru yang berguna bagi dirinya dan masyarakat. Hal baru itu tidak perlu selalu sesuatu yang sama sekali tidak pernah ada sebelumnya.29 Beberapa ahli walaupun mengemukakan rumusan yang agak berbeda tetapi intinya adalah sama. David Campbell menekankan bahwa kretivitas adalah suatu kemampuan untuk menciptakan hasil yang sifatnya baru, inovatif, belum ada sebelumnya, menarik, aneh dan berguna bagi masyarakat. Utami Munandar memberikan rumusan tentang kreativitas sebagai berikut: a. Untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur yang ada b. Berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kualitas, ketepatgunaan, keragamanjawaban. c. Yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.30 Sedangkan menurut Maslow, kreativitas itu tidak lain adalah kekuatan yang mengarahkan manusia kepada pengekspresian dirinya. Dia juga mengatakan bahwa kreativitas tidak harus selalu berupaya penciptaan karya-
29 30
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,104. Ibid., 105.
27
karya seni, penulisan buku atau penciptaan karya-karya ilmiah yang berat dan serius, tetapi juga penciptaan sesuatu yang sederhana.31 Ada definisi lain yang mengatakan bahwa kreativitas adalah suatu gaya hidup, suatu cara dalam mempersepsi dunia. Hidup kreatif berarti mengembangkan talenta yang dimiliki, belajar menggunakan kemampuan diri sendiri secara optimal, menjajaki gagasan baru, tempat-tempat baru, aktivitasaktivitas baru, mengembangkan kepekaan terhadap masalah lingkungan, masalah orang lain, masalah kemanusiaan.32 Di bawah ini adalah beberapa alasan mengapa kreativitas itu perlu dipupuk, yaitu: a.
Karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup.
b.
Kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian.
c.
Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan, terlebih-lebih juga memberikan kepuasan kepada individu.
d.
Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.33
31 32
E. Koswara, Teori-Teori Kepribadian (Bandung: PT Eresco, 1991), 146. Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: PT Rineka Cipta,
1999), 19. 33
Utami Munandar, Kreativitas dan Keberbakatan, 43-44.
28
2. Ciri-ciri Kepribadian Kreatif Csikszentmihalyi mengemukakan sepuluh pasang ciri-ciri kepribadian kreatif yang seakan-akan paradoksal tetapi saling terpadu secara dialektis. a. Pribadi kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang memungkinkan mereka bekerja berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi mereka juga bisa tenang dan rileks, bergantung pada situasinya. b. Pribadi kreatif cerdas dan cerdik, tetapi pada saat yang sama mereka juga naïf. c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi antara sikap bermain dan disiplin. d. Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan baik introversi maupun ekstroversi. e. Orang-orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat yang sama. f. Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan androgini psikologis, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari stereotip gender (maskulin-feminin) g. Kebanyakan orang kreatif sangat bersemangat bila menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat obyektif dalam penilaian karyanya. h. Sikap keterbukaan dan sensivitas orang kreatif sering membuatnya menderita jika mendapat banyak kritikan dan serangan terhadap hasil jerih
29
payahnya, namun di saat yang sama ia juga merasakan kegembiraan yang luar biasa.34 3. Strategi dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa Horng mengemukakan berbagai strategi pengajaran kreatif dalam meningkatkan kreativitas siswa, yaitu: a. Pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student – Centered Learning). Guru menurut strategi ini berperan sebagai fasilitator yang menolong para siswa untuk melakukan refleksi diri, diskusi kelompok, bermain peran, melakukan presentasi secara dramatikal, dan berbagai aktivitas kelompok lainnya. Guru juga berperan sebagai teman belajar, inspirator, dan orang yang berbagi pengalaman. Para siswa diberi kebebasan untuk memilih perspektif yang akan mereka gunakan untuk mempelajari topik. b. Penggunaan berbagai alat bantu atau media (multi-teaching aids assisstance). Guru-guru yang kreatif akan mempunyai banyak akal menggunakan berbagai peralatan dalam mengajar untuk menggairahkan para siswa dalam berpikir, memperluas sudut pandangnya dan memicu diskusi yang mendalam.
34
Ibid., 51-53.
30
c. Strategi manajemen kelas (class management strategies). Strategi ini mencakup pembuatan iklim interaksi antara guru dan siswa yang bersahabat dan memperlakukan siswa dengan menghormati berbagai kebutuhan dan individualitasnya. Guru diharapkan mampu berbicara dengan nada dan bahasa tubuh yang ramah (gentle) kepada para siswanya. Guru diharapkan juga tidak menginterupsi atau menghakimi secara tergesa-gesa pada saat para siswa mengekspresikan ide-idenya. Guru diharapkan mampu memberikan bimbingan, pertanyaan terbuka yang lebih banyak, atau menyampaikan pengalaman pribadinya sebagai referensi. Humor yang digunakan guru di dalam kelas dapat menjadi jembatan penghubung antara guru dan siswa, serta menyediakan lingkungan belajar yang santai. d. Untuk meningkatkan kreativitas siswa adalah dengan menghubungkan isi pengajaran dengan konteks kehidupan nyata. Esquivel mengemukakan bahwa para siswa menyukai pelajaran yang berhubungan dengan berbagai peristiwa kehidupan nyata. Guru yang mampu memberikan pelajaran sesuai dengan konteks nyata kehidupan berarti telah membagikan pengalamannya kepada para siswa. Hal ini akan menjadi pemicu bagi para siswa untuk memberikan respon, berdiskusi dan berpikir dalam tingkat tinggi. e. Menggunakan pertanyaan terbuka dan mendorong para siswa untuk berpikir kreatif.
31
Pertanyaan-pertanyaan terbuka akan menggerakkan para siswa untuk berpikir kreatif. Esquivel menyatakan bahwa pertanyaan terbuka merupakan karakteristik dari guru yang kreatif. Guru yang kreatif juga selalu mendorong siswanya untuk membuat dan berimajinasi dalam diskusi kelompok.35
C. Pembelajaran PAI 1. Definisi Pendidikan Agama Islam (PAI) Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani
ajaran
agama
Islam,
dibarengi
dengan
tuntutan
untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Menurut Zakiyah Daradjat, pendidikan agama Islam adalah suatu usaha sadar untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Tayar Yusuf mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan
35
http://ridwan-psy.staff.ugm.ac.id/h-1/bagaimana-mengajari-siswa-agar-kreatif.html
32
keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah swt. Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.36 Dari pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu sebagai berikut:37 a. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai. b. Peserta didik yang hendak disiapkanuntuk mencapai tujuan; dalam arti ada yang dibimbing, diajari dan atau dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran Islam. c. Pendidik/ Guru PAI yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam. d. Kegiatan (pembelajaran) pendidikan agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam dari peserta didik. 36
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), 130. 37 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002),75.
33
Pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi
manusia
baik
yang
berbentuk
jasmani
maupun
rohani.
Menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia, dan alam semesta.38 Usaha pembelajaran agama Islam di sekolah diharapkan agar mampu membentuk kesalehan pribadi dan sekaligus kesalehan sosial sehingga pendidikan agama diharapkan jangan sampai: a.
Menumbuhkan semangat fanatisme.
b.
Menumbuhkan sikap intoleran di kalangan peserta didik dan masyarakat Indonesia.
c.
Memperlemah kerukunan hidup beragama serta persatuan dan kesatuan nasional. Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa
agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertaqwa kepada Allah swt dan berakhlak mulia serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Dengan demikian, pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan 38
Ibid., 31.
34
bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2. Tujuan PAI Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, dan bernegara. Di dalam GBPP mata pelajaran pendidikan agama Islam kurikulum 1999, tujuan PAI lebih dipersingkat lagi yaitu: agar siswa memahami, menghayati, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah swt dan berakhlak mulia. Untuk tujuan tersebut, maka ruang lingkup materi PAI (kurikulum 2006) pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu: Al-Qur’an , keimanan, syari’ah, ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh (sejarah Islam) yang menekankan pada perkembangan politik. Pada kurikulum tahun 1999 dipadatkan menjadi lima unsur pokok, yaitu: Al-Qur’an, keimanan, akhlak, fiqih dan bimbingan ibadah serta tarikh/ sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.39
39
Muhaimain, Paradigma, 78.
35
Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.40 3. Kurikulum PAI Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curare yang berarti tempat berpacu. Sedangkan secara terminologi, banyak para ahli yang mendefinisikan kurikulum, di antaranya adalah Zakiyah Daradjat yang memandang kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu.41 Setiap jenis kurikulum mempunyai ciri atau karakteristik sendiri, termasuk kurikulum PAI. Adapun karakteristik kurikulum PAI adalah: a. Memiliki sistem pengajaran dan materi yang selaras dengan fitrah manusia. b. Harus mewujudkan tujuan pendidikan Ialam, yaitu memurnikan ketaatan dan peribadatan hanya kepada Allah. c. Memperhatikan tujuan-tujuan masyarakat yang realistis. 40 41
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, 135. Ramayualis, Ilmu Pendidikan Islam, 150.
36
d. Harus memilih metode yang realistis. e. Tidak bertentangan dengan konsep-konsep Islam. f. Bersifat realistis dan efektif. g. Harus sesuai dengan berbagai tingkatan usia anak didik. h. Memperlihatkan aspek pendidikan tentang segi perilaku yang bersifat aktifitas langsung.42 Adapun fungsi kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah adalah sebagai berikut: a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangankekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupannya. e. Pencegahan, untuk menangkal hal-hal negative dari lingkungannya. f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem dan fungsionalnya. 42
Majid dan Dian, Pendidikan, 78.
37
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.43 4. Metode PAI Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.44 Bertitik tolak pada pengertian metode pengajaran, yaitu suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka fungsi metode mengajar tidak dapat diabaikan karena metode mengajar tersebut turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar-mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam suatu sistem pengajaran. Oleh karena itu, pemakaian metode harus sesuai dan selaras dengan karakteristik siswa, materi, kondisi lingkungan (setting) di mana pengajaran berlangsung.45 Adapun metode mengajar yang dapat digunakan antara lain adalah sebagai berikut:
43
Ibid., 134-135. Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, 40. 45 Usman, Metodologi, 31. 44
38
a. Metode ceramah, adalah suatu cara penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan oleh pendidik. b. Metode tanya jawab, adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang telah mereka baca. c. Metode diskusi, adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pembelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik/ membicarakan dan menganalisis secara ilmiahguna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah. d. Metode pemberian tugas, adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan murid mempertanggungjawabkan. e. Metode demonstrasi,
adalah suatu cara mengajar dimana guru
mempertunjukkan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikan. f. Metode eksperimen, adalah suatu cara mengajar dengan menyuruh murid melakukan suatu percobaan, dan setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap murid, sedangkan guru memperhatikan yang dilakukan oleh murid sambil memberikan arahan. g. Metode kerja kelompok, adalah suatu cara mengajar dimana guru membagi murid-muridnya ke dalam kelompok tertentu dan setiap
39
kelompok diberi tugas-tugas tertentu dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.46 5. Media PAI Agar tujuan pendidikan bisa tercapai, maka perlu diperhatikan segala sesuatu yang mendukung keberhasilan program pendidikan itu. Untuk itu, perlu sekali dalam proses pembelajaran itu diciptakan suasana yang kondusif agar peserta didik benar-benar tertarik dan ikut aktif dalam proses itu. Dalam kaitannya dengan usaha menciptakan suasana yang kondusif itu, alat/ media pendidikan atau pengajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Zakiyah Darajat menyebutkan bahwa media pendidikan adalah sumber belajar dan dapat juga diartikan dengan manusia dan benda atau peristiwa yang membuat siswa mungkin memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Media yang dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasinya dapat dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya. a. Media dilihat dari jenisnya. 1) Media auditif, yaitu: media yang hanya mengandalkan suara saja.
46
Ramayualis, Ilmu Pendidikan Islam, 193-195.
40
2) Media visual, yaitu: media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. 3) Media audiovisual, yaitu: media yang mempunyai unsure suara dan unsur gambar. b. Media dilihat dari daya liputnya. 1) Media dengan daya liput luas dan serentak. 2) Media dengan daya liput terbatas oleh ruang dan tempat. 3) Media untuk pengajaran individual. c. Media dilihat dari cara pembuatannya. 1) Media sederhana. 2) Media kompleks.47 Media pembelajaran PAI mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan peserta didik. Media pembelajaran dapat berupa apa saja yang dapat dijadikan perantara (medium) untuk dimuati pesan nilai-nilai pendidikan agama yang akan disampaikan kepada peserta didik. Pemilihan media pembelajaran PAI sekurang-kurangnya dapat mempertimbangkan lima hal, yaitu: a. Tingkat kecermatan representasi. b. Tingkat interaktif yang ditimbulkannya. c. Tingkat kemampuan khusus yang dimilikinya.
47
Djamarah dan Zain, Strategi, 140.
41
d. Tingkat motivasi yang mampu ditimbulkannya. e. Tingkat biaya yang diperlukannya.48
6. Evaluasi PAI Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan cara atau tehnik penilaian terhadap tingkah laku peserta didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan mentalpsikologis dan spiritual-religius peserta didik. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan evaluasi dalam pendidikan Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam guna melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri.49 Jadi, evaluasi dilakukan untuk mengukur sejauh mana tujuan itu tercapai.
48 49
Muhaimin, Paradigma, 152. Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,53.
42
BAB III IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN PAI DI SMAN 1 PONOROGO A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMAN 1 Ponorogo SMA Negeri 1 Ponorogo merupakan sekolah tertua di Ponorogo dan dirikan pada tahun 1960. Awal berdirinya sekolah ini belum memiliki gedung sendiri yang menetap dan memadai, akan tetapi masih berpindah-pindah dari satu gedung ke gedung lainnya. Gedung SLTP Negeri 2 yang berada di jalan Basuki Rahmat (jalan Ksatria) sebelumnya adalah gedung SMAN 1 Ponorogo, itupun hanya cukup untuk ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, serta beberapa ruang kelas. Adapun kelas lain menempati gedung paseban yang masing-masing untuk kelas 2C (sosial) begitu juga dengan gedung CHTH yang sekarang ditempati DPRD kabupaten Ponorogo pernah digunakan kelas 2C (sosial).Untuk kelas 2B (IPA) menyewa rumah milik penduduk sebagai ruang pemebelajaran. Disebelah tenggara SLTP 2 sekarang ini berdiri barak-barak penampungan permesta.Yang digunakan sebagai tempat proses belajar mengajar kelas satu. Kemudian SMA Negeri 1 Ponorogo mendapat pinjaman gedung milik koperasi Bakti di jalan Batoro
43
Katong, namun tidak berlangsung lama. Baru pada tahun 1083 SMA Negeri 1 Ponorogo pindah lagi ke desa Ronowijayan Siman Ponorogo. SMA Negeri 1 Ponorogo sekarang telah memiliki gedung sendiri dan lingkungan sekitarnya menunjang untuk memenuhi persyaratan sebuah sekolah. Untuk memperlancar proses belajar mengajar, SMAN 1 Ponorogo memiliki 27 kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 gudang, 5 laboratorium, 1 perpustakaan, 1 mushola, 6 ruang BP atau UKS, 1 ruang penjaga, 1 ruang wakasek, 1 ruang piket/ruang tamu, 1 ruang MGMP, 1 ruang penggandaan , 1 ruang pramuka, 1 ruang OSIS, 1 ruang pecinta alam, 1 ruang koperasi sekolah, 1 tempat satpam, 1 lapangan tennis, 1 kantin, 3 WC guru, 21 WC siswa,. Dengan keadaan sekolah yang semakin memadai tersebut berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Hal itu terbukti dengan banyaknya alumni SMAN 1 Ponorogo yang sukses. Selain telah memiliki gedung yang luas dan fasilitas yang lengkap SMAN 1 Ponorogo juga telah memiliki tenaga pengajar, tenaga tata usaha, sekitar 1072 siswa, 3 buah laboratorium IPA, laboratorium bahasa, laboratorium komputer, ruang perpustakaan, ruang ketrampilan, sekretariat ekstra kurikuler, sekretariat OSIS. Sedangkan visi, misi dan tujuan SMAN 1 Ponorogo yaitu: a. Visi Terwujudnya lulusan yang intelek, cerdas, berbudaya, agamis, dan berprestasi tingkat ASEAN.
44
b. Misi 1) Mengembangkan lingkungan pendidikan yang efektif, higinis, dan demokratis. 2) Mengembangkan kecerdasan intelektual sebagai bekal memasuki pendidikan tinggi. 3) Mengembangkan kultur inovatif, dan kreatif untuk membentuk jiwa yang memiliki etos kerja, berprestasi terbaik bidang akademik maupun non akademik. 4) Mengembangkan nilai-nilai luhur bangsa guna membangun ketahanan budaya, cinta bangsa, dan cinta tanah air. 5) Mengembangkan nilai-nilai religius guna membangun ketahanan etika moral. c. Tujuan 1) Terwujudnya pembelajaran yang efektif dan menyenangkan untuk membekali siswa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi yang berkualitas. 2) Terwujudnya kegiatan-kegiatan inovasi pembelajaran, dan vokasional untuk membekali siswa dalam menghadapi tantangan kompetisi pada era global.
45
3) Terwujudnya kegiatan ekstrakurikuler yang efektif guna menyiapkan siswa berprestasi untuk menjuarai lomba-lomba akademik dan non akademik tingkat lokal, regional, dan nasional 4) Terwujudnya sarana dan prasarana yang memadai untuk mewujudkan lingkungan pendidikan yang menyenangkan untuk mengembangkan potensi siswa. 5) Terwujudnya lulusan yang berakhlak mulia, dan memiliki ketahanan budaya untuk membentuk kepribadian siswa yang berkualitas.50 2. Letak Geografis SMAN 1 Ponorogo SMA Negeri 1 Ponorogo berada di jalan Budi Utomo No.01 Ronowijayan Siman Ponorogo, depan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. SMA Negeri 1 Ponorogo memiliki lokasi yang strategis dan mudah dijangkau oleh jalur angkutan umum. Secara geografis letak SMAN 1 Ponorogo adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Ronowijayan 2. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Ronowijayan 3. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Ronowijayan 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Ronowijayan51
50 51
Dokumentasi Profil SMAN 1 Ponorogo, dikutip pada tanggal 02 Maret 2008. Dokumentasi Profil SMAN 1 Ponorogo, dikutip pada tanggal 02 Maret 2008.
46
3. Struktur Organisasi SMAN 1 Ponorogo52 Tabel STRUKTUR ORGANISASI SMA NEGERI 1 Ponorogo Tahun Ajaran 2007-2008
KOMITE SEKOLAH
KEPALA SEKOLAH
TATA USAHA
WK.PRASARANA
KOORD. GURU MP
GURU
WK. HUMAS
BK
SISWA
4. Keadaan Guru dan Siswa SMAN 1 Ponorogo i.
Jumlah pengajar di SMAN 1 Ponorogo adalah 76 orang, sebagaimana terlampir.53
52 53
Dokumentasi Profil SMAN 1 Ponorogo, dikutip pada tanggal 02 Maret 2008. Dokumentasi Profil SMAN 1 Ponorogo, dikutip pada tanggal 02 Maret 2008.
47
ii.
Jumlah siswa di SMAN 1 Ponorogo adalah berjumlah 1.075 siswa pada tahun ajaran 2007-2008, sebagaimana terlampir.54
B. Deskripsi Data 1. Data
Tentang
Alasan
Penggunaan
Metode
Demonstrasi
pada
Pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo. Metode demonstrasi adalah salah satu metode pembelajaran dimana seorang guru mempraktekkan di depan dan siswa memperhatikan, kemudian ganti siswa mempraktekkan sendiri. Metode demonstrasi adalah salah satu metode yang sangat efektif untuk diterapkan pada pembelajaran, khususnya pada pembelajaran PAI.55 Sebagaimana penuturan Bapak Drs. H. Imam Sudjono, bahwa sangat perlu sekali metode demonstrasi ini digunakan pada pembelajaran PAI, bahkan penggunaannya adalah wajib. Terutama pada materi PAI yang mana seorang guru memang harus mempraktekannya, misalnya pada materi tentang perawatan jenazah. Pada dasarnya tujuan pembelajaran PAI itu mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk mencapai ketiga ranah tersebut yang maksudnya adalah tujuan pembelajaran tercapai secara maksimal maka penggunaan metode demonstrasilah yang paling tepat.
54
Dokumentasi Profil SMAN 1 Ponorogo, dikutip pada tanggal 02 Maret 2008. Hasil wawancara dengan Drs. H. Imam Sudjono (Guru PAI Kelas XI SMAN 1 Ponorogo) pada Rabu 02 Maret 2008, pukul 10.00 WIB di ruang tamu SMAN 1 Ponorogo. 55
48
Bapak. Drs. H. Imam Sudjono menyatakan bahwa: Metode demonstrasi digunakan pada saat guru menyampaikan materi tentang perawatan jenazah, haji, bersuci (wudlu), khutbah Jum’at. Untuk praktek khutbah Jum’at ini masih belum pernah dilaksanakan, tetapi para guru PAI sudah sepakat untuk mempraktekkan materi tentang khutbah Jum’at. Tetapi untuk pelaksanaan shalat Jum’at berjama’ah di sekolah sudah lama dilaksanakan. Bahkan siswa diwajibkan untuk melaksanakannya di sekolah, siswa yang absen dalam mengikuti shalat Jum’at di sekolah maka imbasnya adalah pada nilai PAI mereka. Oleh karena itu, setelah anak mempunyai rutinitas melaksanakan shalat Jum’at, mereka dituntut untuk bisa berkhutbah. Dari uraian di atas, ada beberapa alasan tentang penggunaan metode demonstrasi, yaitu: 1.
Agar siswa lebih mudah dalam mengerti dan memahami materi yang disajikan guru. Dengan memperlihatkan proses/ tata cara pelaksanaan sesuatu, maka penyerapan siswa terhadap materi pelajaran akan lebih mudah. Selain itu, siswa akan memahami materi pelajaran dengan lebih mendalam.
2.
Karena metode demonstrasi merupakan metode yang paling efektif untuk
mencapai tujuan pembelajaran, terutama pada materi yang
mengharuskan seorang guru untuk mempraktekkannya. Misalnya pada bab haji, bersuci (wudlu), shalat, dan perawatan jenazah. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran akan memberikan pengaruh yang besar terhadap siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kelihaian, keluwesan dan kemahiran dalam mempraktekkan/ mendemonstrasikan suatu materi akan menjadi keprofesionalan tersendiri bagi seorang guru.
49
3.
Agar siswa selain menguasai materi, mereka juga bisa mempraktekkan pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Dengan siswa telah mengetahui prakteknya secara langsung, maka mereka akan mampu mengikuti gurunya untuk praktek. Akhirnya, mereka mampu untuk mempraktekkannya sendiri. Demikian halnya, Bapak Thoha Tarom juga mengemukakan alasan
beliau menggunakan metode demonstrasi, yaitu: a. Untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. b. Agar nantinya siswa bisa mengamalkan materi pelajaran PAI yang sudah mereka dapatkan di sekolah. c. Agar siswa lebih aktif pada saat proses belajar mengajar berlangsung. 2. Data Tentang Langkah-Langkah Penggunaan Metode Demonstrasi pada Pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo. Adapun langkah-langkah penggunaan metode demonstrasi yang diterapkan di SMAN 1 Ponorogo adalah sebagai berikut: 1. Persiapan Langkah pertama dalam penggunaan metode demonstrasi adalah persiapan. Dalam tahap ini ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, di antaranya adalah menyiapkan alat untuk memperagakan/ alat yang menunjang pelaksanaan metode demonstrasi. Pada materi perawatan jenazah, alat yang dipersiapkan adalah berupa boneka (sebagai mayat), kain kafan, kapas, tali dan gelu (tanah liat yang sudah dibentuk untuk mengganjal mayat ketika dibaringkan di liang lahat). Untuk materi wudlu, alat yang harus dipersiapkan hanyalah air.
50
Sedangkan untuk materi haji, alat yang harus dipersiapkan di antaranya adalah pakaian ihrom, tempat dan juga alat-alat peraga lain yang ada kaitannya dengan pelaksanaan haji, misalnya: ka’bah. Dalam praktek haji, anak-anak juga harus menggunakan pakaian ihrom. Jadi, masing-masing siswa harus mempunyai pakaian ihrom. Jika tidak punya mereka harus meminjam. Tempat digunakan untuk mempraktekkan thawaf, wukuf, sa’i. Perlu disiapkan juga gambar-gambar pelaksanaan orang yang sedang haji, misalnya foto ka’bah, gambar orang yang sedang melaksanakan wukuf, thawaf, dan sebagainya. 56 2. Penyampaian materi. Sebelum seorang guru mempraktekkan/ mendemonstrasikan materi pelajaran, terlebih dulu guru harus menyampaikan materi dengan memberikan penjelasan. Pada penggunaan metode demonstrasi biasanya juga ada kolaborasi dengan metode pembelajaran lain, tetapi yang biasanya dipakai adalah metode ceramah, yaitu guru memberikan penjelasan secara lisan. Dengan begitu, materi bisa disampaikan secara tuntas dengan waktu yang tidak lama. Karena bagaimanapun siswa akan merasa kesulitan mempraktekkan, jika mereka sendiri belum menguasai/ memahami materi yang akan dipraktekkan. Setelah materi selesai dijelaskan oleh guru, anak-anak dianjurkan untuk menghafalkan bacaan-bacaan yang sekiranya memang perlu dihafalkan. Contohnya pada materi haji, bacaan yang harus dihafalkan
56
Wawancara dengan Bapak Imam Sudjono ( Guru PAI kelas XI SMAN 1 Ponorogo) pada Rabu, 02 Maret 2008, pukul 10.00 WIB Di Ruang Tamu SMAN 1 Ponorogo.
51
adalah bacaan talbiyah. Pada materi wudlu, yang dihafalkan adalah niat berwudlu. Sedangkan pada bab perawatan jenazah yang dihafalkan adalah do’anya.57 3. Praktek. Langkah yang ketiga adalah mempraktekkan teori dari materi yang sudah dijelaskan. Pada langkah ini, terlebih dulu guru mempraktekkan di depan kelas dan para siswa memperhatikannya. Mengenai alokasi waktu, biasanya maksimal membutuhkan waktu maksimal dua kali pertemuan, contohnya materi perawatan jenazah. Tetapi ada juga yang memakan waktu sampai sehari, yaitu pada bab haji.58 Dalam pelaksanaan praktek haji memang membutuhkan banyak waktu karena banyaknya kegiatan yang harus dipraktekkan, mulai dari praktek ihram, wukuf, thawaf, sa’i, dan sebagainya. Oleh karena itu, khusus bab haji, pelaksanaan prakteknya harus ada kesepakatan antara seluruh guru PAI dengan pihak sekolah untuk menentukan waktunya. Karena praktek haji tidak akan mungkin hanya dipandu oleh seorang guru PAI saja. Praktek haji dilaksanakan secara bersama-sama, yaitu seluruh siswa dengan dipandu oleh seluruh guru PAI, baik guru PAI kelas X, XI maupun XII. Selain itu juga dibantu oleh guru-guru lain yang sudah pernah melaksanakan haji. Artinya, khusus praktek haji, maka melibatkan guru bidang studi lain yang sudah punya pengalaman haji ke baitullah.
57
Wawancara dengan Bapak Imam Sudjono (Guru PAI kelas XI SMAN 1 Ponorogo) pada Rabu, 02 Maret 2008, pukul 10.00 WIB Di Ruang Tamu SMAN 1 Ponorogo. 58 Wawancara dengan Bapak Thoha Tarom (Guru PAI kelas XII SMAN 1 Ponorogo) pada Rabu, 02 Maret 2008, pukul 08.30 WIB Di Perpustakaan SMAN 1 Ponorogo.
52
Untuk pelaksanaan praktek haji tidak dilaksanakan di dalam kelas, tetapi sudah
disiapkan
tempat-tempat
khusus
yang
kondusif
untuk
mempraktekkan haji.59 Untuk materi yang memungkinkan dipraktekkan di dalam kelas, seperti praktek perawatan jenazah, maka pelaksanaanya cukup dilaksanakan di dalam kelas saja. 4. Evaluasi. Evaluasi pembelajaran dalam bidang studi PAI di SMAN 1 Ponorogo terdiri dari nalai tugas, nilai ulangan harian dan nilai semester. Evaluasi juga diberikan berdasarkan kebijakan guru, baik diberikan pada saat awal pembelajaran maupun akhir dari pembelajaran. Evaluasi/ tes yang diberikan pada saat awal pembelajaran adalah sebagai alat untuk mengetahui sejauh mana siswa sudah menguasai dan memahami materi pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya. Evaluasi/ tes yang diberikan pada akhir pembelajaran adalah sebagai alat untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tehadap materi yang baru diajarkan. Evaluasi/ tes demikian dapat dimasukkan dalam nilai tugas. Nilai ulangan diperoleh siswa dengan melakukan ulangan harian, di mana ulangan ini dilakukan sesuai dengan kebijakan guru yang menyampaikan. Evaluasi demonstrasi
yang
adalah
dilakukan bahwa
setelah
masing-masing
menggunakan siswa
metode
harus
bisa
mempraktekkan sendiri materi yang sudah pernah diajarkan oleh guru.
59
Wawancara dengan Bapak Imam Sudjono ( Guru PAI kelas XI SMAN 1 Ponorogo) pada Rabu, 02 Maret 2008, pukul 10.00 WIB Di Ruang Tamu SMAN 1 Ponorogo.
53
Karena keterbatasan waktu, evaluasi diadakan setelah penggunaan metode demonstrasi, untuk aspek kognitifnya menggunakan ulangan harian. Untuk aspek afektif, penilaian diberikan pada saat proses belajar-mengajar berlangsung. Sedangkan untuk aspek psikomotornya penilaian dilakukan dengan cara meminta siswa untuk mempraktekkan. Tetapi sekali lagi, karena keterbatasan waktu maka prakteknya juga dilakukan secara bertahap.60 Ada juga guru yang prakteknya menggunakan sistem acak, sehingga tidak seluruh siswa mempraktekkannya.61 3. Data Tentang Kendala-Kendala Penggunaan Metode Demonstrasi pada Pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo. Setiap penggunaan metode pembelajaran, pasti menemui hambatanhambatan dalam pelaksanaanya, begitu juga dengan penggunaan metode demonstrasi yang diterapkan di SMAN 1 Ponorogo juga menemui hambatanhambatan. Adapun hambatan-hambatannya yaitu: 1. Alokasi waktu yang terbatas dalam proses pembelajaran. Metode demonstrasi cukup membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, ada beberapa materi pelajaran yang membutuhkan kadang melebihi alokasi yang telah ditentukan.
60
Wawancara dengan Bapak Imam Sudjono (Guru PAI kelas XI SMAN 1 Ponorogo) pada Kamis, 03 Maret 2008, pukul 09.30 WIB Di Perpustakaan SMAN 1 Ponorogo. 61 Wawancara dengan Bapak Thoha Tarom (Guru PAI kelas XII SMAN 1 Ponorogo) pada Rabu, 02 Maret 2008, pukul 08.30 WIB Di Perpustakaan SMAN 1 Ponorogo.
54
2. Sarana dan prasarana. Walapun metode demonstrasi sudah diterapkan sejak lama, tetapi masih ada beberapa alat peraga yang belum dimiliki sekolah, contohnya adalah alat peraga untuk mendemonstrasikan pelaksanaan haji. 3. Tempat. Tidak semua materi PAI dapat didemonstrasikan di dalam kelas. Ada beberapa materi PAI yang memang akan lebih efektif jika prakteknya dilaksanakan di luar kelas, misalnya praktek haji.62 4. Keberanian anak untuk mencoba mempraktekkan materi yang sudah disampaikan guru. Terkadang anak-anak tidak berani mencoba mempraktekkan di dalam kelas, dengan alasan malu, atau belum bisa sehingga guru kadang sulit untuk mengetahui apakah si anak sudah benar-benar bisa jika mereka mempraktekkannya sendiri.63 Namun demikian, pihak sekolah khususnya guru PAI berupaya mengatasi hambatan-hambatan tersebut, yaitu: a. Untuk masalah terbatasnya waktu khususnya pada pelaksanaan praktek haji, maka seluruh guru PAI dengan pihak sekolah mengadakan kesepakatan
untuk
menentukan
waktu
pelaksanaannya
dengan
mengadakan praktek di luar jam pelajaran dan pelaksanaannya dilakukan secara bersama-sama (seluruh siswa) 62
Wawancara dengan Bapak Imam Sudjono (Guru PAI kelas XI SMAN 1 Ponorogo) pada Kamis, 03 Maret 2008, pukul 09.30 WIB Di Perpustakaan SMAN 1 Ponorogo. 63 Wawancara dengan Bapak Thoha Tarom (Guru PAI kelas XII SMAN 1 Ponorogo) pada Rabu, 02 Maret 2008, pukul 08.30 WIB Di Perpustakaan SMAN 1 Ponorogo.
55
b. Untuk peralatan peraga yang belum dimiliki sekolah, maka pemecahannya adalah pinjam ke lembaga lain. Contohnya, untuk kelengkapan alat peraga haji seperti ka’bah maka pinjam ke Surya Mabrur. c. Untuk materi yang tidak dapat dilakukan di dalam kelas, maka pelaksanaannya dengan mengajak siswa keluar kelas. Misalnya untuk praktek haji, seperti tata cara thawaf dilaksanakan di masjid Al-Manar (UNMUH Ponorogo).64 4. Data Tentang Kreativitas Siswa pada Pembelajaran PAI Setelah Menggunakan Metode Demonstrasi di SMAN 1 Ponorogo. Pendidikan Agama Islam sebagai suatu proses pengembangan kreatifitas peserta didik yang bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa pada Allah swt, cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi, berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa dan negara serta agama. Maka dari itu, sangatlah penting kreativitas siswa itu untuk dikembangkan, agar nantinya anak didik mampu menginternalisasikan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupannya sehari-hari serta mampu mengatasi problematika hidup. Pemilihan metode yang tepat akan memberikan dampak pada pencapaian tujuan pembelajaran. Pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo, para guru PAI telah memilih metode demonstrasi untuk mencapai
64
Wawancara dengan Bapak Imam Sudjono (Guru PAI kelas XI SMAN 1 Ponorogo) pada Kamis, 03 Maret 2008, pukul 09.30 WIB Di Perpustakaan SMAN 1 Ponorogo.
56
tujuan pembelajaran tersebut. Dengan tercapainya tujuan pembelajaran maka juga akan menentukan kualitas lulusan di SMAN 1 Ponorogo. Bapak Drs. H. Imam Sudjono mengemukakan bahwa: Salah satu dari sekian visi dan misi yang ada di SMAN 1 Ponorogo adalah terwujudnya lulusan yang agamis, mengembangkan kultur inovatif dan kreatif, terwujudnya sarana dan prasarana yang memadai untuk mewujudkan lingkungan pendidikan yang menyenangkan untuk mengembangkan potensi siswa, serta mengembangkan nilai-nilai religius guna membangun ketahanan etika moral. Dengan melihat pada visi dan misi di atas, metode demonstrasi adalah salah satu dari beberapa metode pembelajaran PAI yang sangat efektif untuk mencapai apa yang menjadi visi dan misi bahkan tujuan dari SMAN 1 Ponorogo.65 Menurut Bapak Choirul Fata:66 Kreativitas pada pembelajaran PAI adalah di mana seorang anak ketika dihadapkan pada sesuatu kenyataan mereka akan bisa cepat tanggap dan mampu mengatasi hal tersebut sesuai dengan apa yang telah mereka dapatkan dari mata pelajaran PAI dengan menginternalisasikan nilai-nilai agama tersebut. Kemudian Bapak Choirul Fata menceritakan pengalaman beliau ketika masih mengajar bidang studi PAI. Beliau mengungkapkan bahwa:
Contoh dari kreativitas pada siswa adalah ketika saya menyampaikan materi tentang kebersihan. Saya menunjukkan sebuah hadist dan menjelaskan maksud hadits tersebut. Kemudian saya minta anak-anak untuk melihat apa yang ada di kanan-kiri, depan-belakang, dan apa yang ada di bawah mereka. Setelah itu anak-anak merenungkan. Lalu 65
Ibid. Guru Bahasa Arab Kelas X, yang sudah beberapa tahun memegang bidang studi PAI. Baru sekitar 1 tahun ini beliau memegang muatan lokal bahasa Arab khusus untuk kelas X. 66
57
saya menginstruksikan: “Lakukan sesuatu!”. Dengan sendirinya anakanak bertindak berdasarkan materi yang baru saja saya sampaikan. Kemudian saya mengamati anak-anak, dengan begitu saya bisa menyimpulkan ternyata ada anak yang kreatif dan ada juga yang tidak. Dengan mengimplementasikan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI, kreativitas siswa dapat dikembangkan. Hal ini terbukti ketika ada kematian salah satu keluarga warga SMAN 1 Ponorogo. Ketika bertakziyah, anak-anak tidak hanya diam saja cuma sekedar untuk ikut berbela sungkawa, tetapi mereka langsung tanggap apa yang bisa dilakukan ketika sedang takziyah. Dengan dipimpin oleh salah seorang guru, mereka kemudian ikut menyalatkan jenazah, sekaligus mereka mempraktekkan teori-teori yang didapatkan di sekolah, tentunya pada pembelajaran PAI.67 Kreativitas siswa akan sangat nampak ketika mereka dihadapkan pada realita. Pada pembelajaran PAI sangat perlu sekali kreativitas siwa dikembangkan. Bagaimanapun si anak nantinya bahkan saat ini harus mampu berinteraksi dengan masyarakat. Dalam kondisi yang seperti itu, mereka dituntut untuk memiliki kreativitas, karena tidak menutup kemungkinan anakanak akan mengalami problema dalam kehidupannya. Demikian halnya, Bapak Imam Sudjono juga mengemukakan: Kreativitas itu sangat perlu sekali, karena dalam kehidupan itu pasti ada problematika-problematika. Dan kreativitas itu diperlukan untuk membantu mengatasi problematika-problematika tersebut.
67
Wawancara dengan Bapak Choirul Fata (Guru Bahasa Arab Kelas X) pada Rabu, pukul 09.30 WIB Di Ruang Tamu SMAN 1 Ponorogo.
58
Metode demonstrasi ternyata sangat efektif untuk diterapkan pada pembelajaran PAI. Apalagi siswa diharapkan mampu menginternalisasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan mereka sehari-hari.68 Dari pihak siswa, tampaknya metode demonstrasi dapat mem-berikan manfaat yang besar. Sebagaimana dituturkan oleh salah seorang siswa kelas XI, Fathoni, bahwa: Menurut saya, pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi seperti yang telah diterapkan oleh guru PAI memberikan manfaat yang sangat besar kepada saya. Contohnya, setiap hari kita punya kewajiban untuk melaksanakan shalat lima waktu. Dengan guru mendemonstrasikan materi tentang shalat saya lebih mengetahui tata cara shalat yang baik dan benar. Dan dengan guru menggunakan metode demonstrasi, maka saya akan mencoba untuk mempraktekkan materi-materi PAI dalam kehidupan sehari-hari.69
Selain itu, metode demonstrasi diakui dapat membantu mengembangkan kreativitas siswa. Sebagaimana telah dituturkan oleh Nanik, salah seorang siswa kelas XII IPA-3, bahwa: Metode demonstrasi memang telah diterapkan pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo. Dengan metode demonstrasi, maka ketika ada kematian biasanya kalau ada waktu pada saat takziyah, maka temanteman juga ikut menyalatkan.70
68
Wawancara dengan Bapak Imam Sudjono (Guru PAI kelas XI SMAN 1 Ponorogo) pada Kamis, 03 Maret 2008, pukul 09.30 WIB Di Perpustakaan SMAN 1 Ponorogo. 69
Wawancara dengan Fathoni (siswa kelas XI IPA-5) pada Rabu, 02 Maret 2008, pukul 09.30 WIB di ruang tamu SMAN 1 Ponorogo. 70 Wawancara dengan Nanik (siswa kelas XII IPA-3) pada Selasa, 01 Maret 2008, pukul 16.00 WIB di sebuah asrama.
59
Dengan penggunaan metode demonstrasi siswa akan lebih kreatif, sehingga memudahkan mereka dalam menginternalisasikan nilai-nilai ajaran Islam di kehidupannya sehari-hari. Contoh yang konkrit adalah ketika mereka telah mengetahui tata cara pelaksanaan shalat jenazah, mereka akan mencoba melaksanakan shalat ghaib ketika jenazah telah dikuburkan. Dari beberapa pernyataan di atas, dapatlah penulis simpulkan bahwa metode demonstrasi adalah salah satu metode pembelajaran PAI yang efektif diterapkan, khususnya dalam membantu mengembangkan kreativitas siswa pada PAI. Hasilnya begitu nampak, ketika siswa dihadapkan pada realita mereka mampu mempraktekkan dan menginternalisasikan pendidikan agama Islam dalam kehidupan mereka di masyarakat. Kemampuan untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki merupakan suatu kreativitas tersendiri bagi peserta didik.
60
BAB IV ANALISA DATA TENTANG IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN PAI DI SMAN 1 PONOROGO A.
Analisa Data Tentang Alasan Penggunaan Metode Demonstrasi pada Pembelajaran PAI Di SMAN 1 Ponorogo. Menurut Basyiruddin Usman, metode demonstrasi adalah salah satu tehnik mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta atau siswa sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu. Misalnya tentang cara memandikan mayat orang muslim/ muslimah dengan menggunakan model atau boneka, demonstrasi cara-cara tawaf pada saat menunaikan haji dan sebagainya.71 Metode demonstrasi adalah sebuah metode pembelajaran yang memberikan makna tersendiri bagi siswa dalam memahami materi pelajaran dan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam metode demonstrasi, seorang guru dan siswa harus selalu aktif terutama pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo, metode demonstrasi selalu digunakan ketika guru menyampaikan materi tentang haji, perawatan
71
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 45-46.
61
jenazah, wudlu, shalat. Dalam hal ini, tentunya diperlukan kecakapan siswa untuk bisa mempraktekkannya. Metode demonstrasi yang diterapkan di SMAN 1 Ponorogo khususnya pada pembelajaran PAI, sudah sangat tepat di dalam pelaksanaannya, karena adanya kesesuaian dalam penggunaan metode demonstrasi dengan materi yang disampaikan oleh guru. Metode demonstrasi pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMAN 1 Ponorogo sudah diterapkan sebagai salah satu metode yang utama selain beberapa metode lainnya. Tentunya
dalam
menetapkan
suatu
metode
seorang
guru
mempertimbangkan beberapa faktor. Begitu juga dengan para guru PAI dalam menetapkan metode demonstrasi, ada beberapa alasan yang akhirnya menetapkan bahwa metode demonstrasi adalah salah satu metode yang tepat untuk menyampaikan materi. Adapun alasannya yaitu: yang pertama adalah agar siswa lebih mudah dalam mengerti dan memahami materi yang disajikan guru. Dengan memperlihatkan proses/ tata cara pelaksanaan sesuatu, maka penyerapan siswa terhadap materi pelajaran akan lebih mudah. Selain itu, siswa akan memahami materi pelajaran dengan lebih mendalam. Alasan yang kedua adalah karena metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif untuk membantu mencapai tujuan pembelajaran, terutama
pada
materi
yang
mengharuskan
seorang
guru
untuk
mempraktekkannya. Misalnya pada bab haji, bersuci (wudlu), shalat, dan perawatan jenazah. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran akan memberikan pengaruh yang besar
62
terhadap siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kelihaian, keluwesan dan kemahiran dalam mempraktekkan/ mendemonstrasikan suatu materi akan menjadi keprofesionalan tersendiri bagi seorang guru untuk mengantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan metode dapat menunjang pencapaian
tujuan
pengajaran,
bukan
tujuan
pengajaran
yang
harus
menyesuaikan diri dengan metode.72 Dengan demikian, pemilihan metode yang tepat akan berpengaruh pada tujuan pembelajaran. Alasan yang ketiga adalah agar siswa selain menguasai materi, mereka juga bisa mempraktekkan pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Dengan siswa telah mengetahui prakteknya secara langsung, maka mereka akan mampu mengikuti
gurunya
untuk
praktek.
Akhirnya,
mereka
mampu
untuk
mempraktekkannya sendiri. Adapun alasan yang keempat adalah agar nantinya siswa bisa mengamalkan materi pelajaran PAI yang sudah mereka dapatkan di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan metode demonstrasi, kelak materi yang sudah pernah diajarkan di sekolah dapat membantu siswa ketika berdiri di tengah masyarakat. Jadi, selain memberikan manfaat kepada diri siswa sendiri juga memberikan manfaat untuk orang lain. Jadi, alasan penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo mempunyai relevansi dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
72
Syaiful Bachri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 87.
63
B.
Analisa
Data
Tentang
Langkah-Langkah
Penggunaan
Metode
Demonstrasi pada Pembelajaran PAI Di SMAN 1 Ponorogo. Setiap penggunaan suatu metode, pasti ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Begitu juga dengan penggunaan metode demonstrasi, ada beberapa langkah dalam penggunaannya. Secara garis besar, penerapan metode demonstrasi mencakup langkah-langkah sebagai berikut, yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.73 Demikian halnya, guru PAI di SMAN I Ponorogo juga telah menetapkan langkah-langkah dalam menggunakan metode demonstrasi. Adapun langkahlangkahnya meliputi: persiapan, penyampaian materi, mendemonstrasikan materi yang sudah disampaikan, dan evaluasi. Pada langkah yang pertama, hal-hal yang dilakukan guru adalah mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan metode demonstrasi, yaitu mulai dari persiapan alat untuk mendemonstrasikan, tempat yang tepat untuk pelaksanaan demonstrasi dan juga hal-hal lain yang menunjang pelaksanaan metode demonstrasi. Persiapan pelaksanaan metode demonstrasi harus benar-benar matang, karena berfungsi dalam menunjang efektifitas penggunaan metode demonstrasi. Adapun langkah yang kedua, adalah menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah agar materi bisa disampaikan secara tuntas, selain itu agar siswa terlebih dulu menguasai materi yang akan didemonstrasikan sehingga ketika guru mendemonstrasikan mereka tidak 73
2002), 194.
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press,
64
kebingungan. Salah satu aspek penting dalam metode demonstrasi adalah sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan didemonstrasikan.74 Dengan demikian, pelaksanaan demonstrasi akan lebih mudah. Langkah ketiga, yaitu mendemonstrasikan materi pelajaran yang sudah disampaikan.
Setelah
guru
selesai
menyampaikan
materi
yang
akan
didemonstrasikan, kemudian guru mempraktekkannya. Siswa memperhatikan secara seksama, kemudian mencoba untuk mempraktekkannya sendiri. Sedangkan
langkah
yang
terakhir
dalam
pelaksanaan
metode
demonstrasi adalah evaluasi. Setelah materi pelajaran telah disampaikan dan juga didemonstrasikan, maka guru mengadakan evaluasi. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman dan keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran. Adapun alat evaluasi yang yang dipersiapkan dalam pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo dengan menggunakan metode demonstrasi adalah terdiri dari: nilai tugas, nilai ulangan harian, dan nilai semester, yang meliputi nilai kognitif untuk ulangan yang diberikan dengan tertulis, nilai afektif atau nilai sikap yang diberikan oleh guru pada saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung, dan nilai psikomotorik sebagai nilai praktek. Metode demonstrasi dapat menghilangkan verbalisme sehingga siswa akan semakin memahami materi pelajaran. Akan tetapi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar metode demonstrasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Materi yang didemonstrasikan perlu ditindaklanjuti oleh siswa dalam
74
Ibid., 191.
65
kehidupan sehari-hari maupun dengan latihan yang kontinyu sehingga siswa tidak lupa dengan materi tersebut.75 Dari pemaparan di atas, dapatlah penulis katakan bahwa langkah demi langkah dari penggunaan metode demonstrasi harus benar-benar diperhatikan karena akan berpengaruh pada efektifitas penggunaan metode demonstrasi itu sendiri. C.
Analisa Data Tentang Kendala-Kendala Penggunaan Metode Demonstrasi pada Pembelajaran PAI Di SMAN 1 Ponorogo. Dalam penggunaan metode pembelajaran, selain ada kelebihannya, sudah tentu juga ada kelemahannya. Begitu juga dengan metode demonstrasi, terdapat kelemahannya. Adapun kelemahan pada metode demonstrasi diantaranya adalah metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang, memerlukan waktu yang cukup banyak, memerlukan biaya, memerlukan tenaga yang tidak sedikit, bila siswa tidak aktif maka metode demonstrasi menjadi tidak efektif.76 Imansyah
Alipandie
menyebutkan
beberapa
kelemahan
metode
demonstrasi yaitu:77 1. Apabila sarana peralatan kurang memadai, tidak sesuai dengan kebutuhan atau tidak bisa diamati dengan jelas oleh para murid, maka metode ini kurang efektif. 2. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. 75
Arief, Pengantar Ilmu, 195. Ibid., 192. 77 Imansyah Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum (Surabaya: Usaha Nasional, t.t.), 76
90.
66
Dengan adanya kelemahan yang terdapat pada metode demonstrasi tersebut, maka hal ini akan menjadikan kendala-kendala dalam menerapkan metode demonstrasi. Begitu juga dengan penerapan metode demonstrasi di SMAN 1 Ponorogo juga mengalami beberapa kendala yang terkait dengan kelemahan dari penggunaan metode demonstrasi. Sebagaimana telah dipaparkan pada sub bab sebelumnya, ada persoalanpersoalan yang menjadi kendala dalam implementasi metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo, baik yang muncul dalam teknis pelaksanaan maupun kesiapan-kesiapan penunjang lainnya. Kendala pertama adalah masalah terbatasnya alokasi waktu. Akibatnya, jika seharusnya siswa benar-benar menguasai dan memahami materi yang sudah disampaikan guru sehingga mereka benar-benar bisa mempraktekkannya sendiri maka hal tersebut tidak mustahil jika hanya sebagian siswa saja yang mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal. Kendala yang kedua adalah sarana dan prasarana. Kurang lengkapnya alat yang digunakan untuk mendemonstrasikan materi pelajaran akan berpengaruh terhadap efektifitas penggunaan metode demonstrasi. Jadi, dapat dikatakan bahwa kelengkapan sarana dan prasarana adalah salah satu komponen yang
ikut
menentukan
keberhasilan
pendidikan
dan
pengajaran.
Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai dan lengkap, maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Kendala yang ketiga adalah masalah tempat. Tidak semua materi pelajaran dapat didemonstrasikan di dalam kelas. Ada beberapa materi pelajaran
67
yang membutuhkan tempat yang luas untuk mendemonstrasikan materi pelajaran, contohnya adalah pada pelaksanaan praktek manasik haji. Kendala yang keempat adalah ketidakberanian anak untuk mencoba mempraktekkan pada saat kegiatan belajar mengajar telah usai. Sehingga guru sulit untuk mengetahui apakah siswa benar-benar sudah bisa jika mereka mempraktekkan sendiri. Jadi, dapatlah penulis katakan bahwa siswa harus diberi motivasi agar mereka berani untuk mempraktekkannya. Dengan berbagai kendala yang terjadi, tentunya tiap sekolah juga mengusahakan upaya untuk mengatasinya. Adapun upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala dalam penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo adalah yang pertama, dengan mengadakan praktek di luar jam pelajaran. Dalam hal ini khususnya pada materi tentang haji. Adapun waktunya sesuai dengan kesepakatan antara seluruh guru PAI dengan pihak sekolah, karena pelaksanaan praktek haji membutuhkan waktu yang lama, pelaksanaannya dilakukan secara bersama-sama (dalam bentuk kelas besar) dan tidak memungkinkan jika hanya dipandu oleh satu orang guru PAI saja. Upaya yang kedua yaitu: untuk paralatan peraga yang belum dimiliki oleh sekolah, maka alternatif lain adalah dengan pinjam ke lembaga lain, misalnya pada praktek haji untuk ka’bahnya pinjam ke Surya Mabrur. Upaya
yang
ketiga
yaitu
siswa
diajak
keluar
kelas
untuk
mendemonstrasikan materi yang tidak dapat dilakukan di dalam kelas., karena tidak semua materi yang akan didemonstrasikan dapat didemonstrasikan di dalam kelas. Dalam hal ini juga masih tentang materi haji. Untuk praktek wukuf
68
dilaksanakan di masjid Al-Manar UNMUH, untuk sa’i dilaksanakan di halaman sekolah yang biasa digunakan untuk upacara, dan untuk thawaf dilaksanakan di lapangan basket SMAN 1 Ponorogo. D.
Analisa Data Tentang Kreativitas Siswa pada Pembelajaran PAI Setelah Menggunakan Metode Demonstrasi Di SMAN 1 Ponorogo. Pendidikan agama Islam adalah salah satu proses pengembangan potensi kreativitas peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt, cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi, berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya bangsa dan negara serta agama.78 Salah satu kemampuan utama yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan perkembangan manusia adalah kreativitas. Kemampuan ini banyak dilandasi oleh kemampuan intelektual, tetapi juga didukung oleh faktorfaktor afektif dan psikomotor.79 Orang mempunyai persepsi sendiri-sendiri dalam mendefinisikan kreativitas. Ada yang mengatakan bahwa kreativitas adalah suatu gaya hidup, suatu cara dalam mempersepsi dunia. Hidup kreatif berarti
mengembangkan
talenta
yang
dimiliki,
belajar
menggunakan
kemampuan diri sendiri secara optimal, menjajaki gagasan baru, tempat-tempat baru, aktivitas-aktivitas baru, mengembangkan kepekaan terhadap masalah lingkungan, masalah orang lain, masalah kemanusiaan.80 78
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta : Ciputat Press,
2002), 3. 79 80
1999), 19.
Ibid., 104. Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: PT Rineka Cipta,
69
Yang dimaksud
kreativitas
dalam
pembahasan
ini
(khususnya
pembelajaran PAI), bukanlah harus sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya atupun berupa karya-karya baru, tetapi cenderung kepada bagaimana anak mampu menginternalisasikan pendidikan agama Islam ke dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, apa yang telah mereka dapatkan dari pembelajaran PAI dapat memberikan manfaat kepada diri siswa itu sendiri dan juga bagi masyarakat. Dari deskripsi data pada bab III telah disebutkan bahwa salah satu visi dan misi SMAN 1 Ponorogo adalah terwujudnya lulusan yang agamis, mengembangkan kultur inovatif dan kreatif, terwujudnya sarana dan prasarana yang memadai untuk mewujudkan lingkungan pendidikan yang menyenangkan untuk mengembangkan potensi siswa, serta mengembangkan nilai-nilai religius guna membangun ketahanan etika moral. Metode demonstrasi telah dipilih oleh guru PAI sebagai salah satu metode yang dapat membantu mengembangkan kreativitas siswa di SMAN 1 Ponorogo, khususnya pada bidang studi PAI. Kreativitas itu tidaklah harus sesuatu yang baru atau berupa penciptaan karya-karya baru. Tetapi kreativitas yang dimaksud di sini adalah bagaimana seorang siswa ketika dihadapkan pada realita dan problema, mereka mampu mengatasinya. Pentingnya kreativitas adalah untuk membantu siswa mengatasi problematika dalam kehidupan seharihari terlebih didasarkan pada ajaran-ajaran agama Islam. Contoh kecil yang dapat menunjukkan bahwa metode demonstrasi bisa membantu mengembangkan kreativitas siswa adalah ketika ada kematian, siswa akan cepat tanggap dengan apa yang harus mereka lakukan. Misalnya ikut
70
menyalatkan jenazah atau ikut mengkafani, dan sebagainya. Jika mereka belum bisa mempraktekkan tata cara perawatan jenazah (hanya menguasai teorinya saja), maka kemungkinan besar yang muncul adalah mereka hanya akan diam tanpa tindakan. Kepekaan terhadap lingkungan sosial akan mendorong seseorang untuk mengambil upaya besar dalam menghadapinya. Guru PAI SMAN 1 Ponorogo pun telah mengakui bahwa metode demonstrasi adalah satu metode yang efektif untuk diterapkan pada pembelajaran PAI. Karena banyak manfaat dan kelebihan yang dapat diambil dari penggunaan metode demonstrasi.
71
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan 1.
Alasan guru PAI menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo adalah agar siswa lebih mudah dalam mengerti dan memahami materi yang disajikan guru, karena metode demonstrasi merupakan metode yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran, karena untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran, agar siswa selain menguasai materi, mereka juga bisa mempraktekkan pelajaran yang telah disampaikan oleh guru, agar nantinya siswa bisa mengamalkan materi pelajaran PAI yang sudah mereka dapatkan di sekolah, dan juga agar siswa lebih aktif pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
2.
Langkah-langkah penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo mencakup empat langkah, yaitu: persiapan, penjelasan materi, pelaksanaan praktek dan evaluasi.
3.
Kelemahan dalam penggunaan metode demonstrasi menyebabkan kendala tersendiri dalam penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo. Kendala dalam menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di SMAN 1 Ponorogo adalah alokasi waktu yang terbatas dalam proses pembelajaran, sarana dan prasarana yang kurang
72
lengkap, tempat yang kurang memadai, ketidakberanian anak untuk mencoba mempraktekkan materi yang sudah disampaikan guru. 4.
Metode demonstrasi adalah salah satu metode yang efektif untuk diterapkan pada pembelajaran PAI. Karena banyak manfaat dan kelebihan yang dapat diambil dari penggunaan metode demonstrasi tersebut. Metode demonstrasi adalah salah satu metode pembelajaran yang bisa membantu mengembangkan kreativitas siswa pada pembelajaran PAI. Contoh kecil yang dapat menunjukkan bahwa metode demonstrasi bisa membantu mengembangkan kreativitas siswa adalah ketika ada kematian, siswa akan cepat tanggap dengan apa yang harus mereka lakukan. Misalnya ikut menyalatkan jenazah atau ikut mengkafani, bahkan mereka juga mampu melaksanakan shalat ghaib, dan sebagainya. Jadi, kreativitas siswa dengan menggunakan metode demonstrasi dapat dikembangkan.
B.
Saran-saran 1.
Kepada pihak SMAN 1 Ponorogo, untuk dapat melengkapi sarana dan prasarana terutama pada media pembelajaran, agar proses belajar mengajar berjalan lancar.
2.
Kepada guru PAI SMAN 1 Ponorogo hendaknya pengajaran tidak hanya menekankan aspek kognitifnya saja, tetapi ada keseimbangan antara ranah
73
kognitif, afektif dan psikomotorik. Sehingga tujuan pembelajaran benarbenar dapat tercapai. 3.
Kepada siswa SMAN 1 Ponorogo, hendaknya dapat memahami bahwa pendidikan itu sangat penting, khususnya pendidikan agama Islam (PAI). Pendidikan agama tidaklah cukup hanya dimengerti dan dipahami, tetapi haruslah mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
74
DAFTAR PUSTAKA Alipandie, Imansyah. Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha Nasional, t.t. Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press, 2002. Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: t.p., t.t. Djamarah, Syaiful Bachri & Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996. Hadi, Amirul. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003. Hasibuan, J.J, & Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995. Http://ridwan-psy.staff.ugm.ac.id/h-1/bagaimana-mengajari-siswa-agarkreatif.html. Koswara, E. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: PT Eresco, 1991. Majid, Abdul & Andayani, Dian. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002. Margono, S. Prosedure Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997. Meleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosadakarya, 2002. Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002. Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1999. ----------, Kreativitas dan Keterbakatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002.
75
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia, 2006. Roestiyah. Strategi belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2001. Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991. Sukamdinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Usman, M. Basyurddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta : Ciputat Press, 2002.