BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Di tengah sengitnya persaingan memperebutkan uang pengiklan dan perhatian publik, media telah mengembangkan dan berbagi sejumlah peran. Sebagai media informasi, radio dan televisi unggul dalam menyampaikan berita secara dini yang dilengkapi dengan ulasan penjelas. Kalau media siaran memberi perhatian pada suatu peristiwa, biasanya waktu dan perhatian untuk peristiwa lain berkurang. Celah inilah yang kemudian diisi oleh koran. Sering kali koran memberitakan banyak hal, sehingga kedalamannya pun terbatas. Celah ini lalu diisi oleh majalah dan tabloid. Majalah dan tabloid acapkali sengaja meliputi sesuatu yang diberitakan oleh media massa siaran secara lebih panjang lebar. Seseorang yang tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang sesuatu yang diberitakan di televisi akan mencarinya di majalah dan tabloid. Jika ia ingin lebih mendalaminya, ia akan mencari bukunya, atau film dokumenternya. Hal ini juga menandakan bahwa peran media sebagai penafsir informasi sama pentingnya dengan perannya sebagai penyampai informasi. Kontrol sosial oleh media massa begitu ekstensif dan efektif, sehingga sebagian pengamat menganggap kekuatan utama media memang disitu (William, dkk, 2003:38-39). Sebagai contoh, Joseph Klapper melihat adanya kemampuan “rekayasa kesadaran” oleh media, dan ini dinyatakannya sebagai kekuatan terpenting media, yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan apapun. Rekayasa kesadaran sudah ada sejak lama, namun media-lah yang memungkinkan hal itu dilaksanakan secara cepat dan besar- besaran.
10
Universitas Sumatera Utara
Tabloid adalah salah satu jenis industri persuratkabaran yang lebih mengarah kepada bentuk surat kabar yang lebih kecil tiap lembarnya ;surat kabar alternatif mingguan atau semi – mingguan yang berisikan berita – berita kepentingan daerah dan hiburan, sering dibagikan secara gratis (pada bentuk surat kabar ukuran tabloid, namun lebih kecil) atau surat kabar yang cenderung menekankan cerita – cerita kriminal atau kejahatan yang sensasional, kolom – kolom berita gosip yang selalu menceritakan secara tidak langsung skandal – skandal mengenai kehidupan pribadi para selebritis dan bintang – bintang olah raga dan lainnya, sehingga disebut juga sebagai berita – berita buangan (pada bentuk
surat
kabar
berukuran
tabloid,
namun
lebih
kecil)
(http://en.wikipedia.org/wiki/Tabloid). Tabloid merupakan refleksi dari masyarakat atau keadaan zamannya dimana pembacanya diharapkan akan mendapatkan gambaran utuh mengenai segala sesuatu. Sebagai contoh, ahkir – akhir ini kita sering menyaksikan pemberitaan tentang poligami, baik itu lewat media elektronik (televisi dan radio) maupun media cetak (koran, majalah, tabloid, dll). Pernikahan kedua da’i kondang KH Abdullah Gymnastiar begitu menggemparkan masyarakat dan mencuatnya kembali pro dan kontra soal poligami, bahkan sampai melebar ke ranah politik. Sebelumnya bahkan sudah muncul orang – orang atau bahkan sampai tokoh terkemuka yang melakukan praktik poligami, seperti Wakil ketua DPR dari PBR Zaenal Ma’rif, KH Zainuddin MZ, H Komar, H Rhoma Irama, Kiwil, Parto Patrio, dan praktik poligami terakhir yang diberitakan di media massa dilakoni oleh Aman Jagau, seorang pengusaha yang disinyalir telah menikahi Angel Lelga
11
Universitas Sumatera Utara
sebagai istri keempatnya. Kabar ini tentunya semakin menguatkan kembali kasus poligami. Sebagian besar dari kasus poligami inilah yang kemudian dilahap tabloid -tabloid wanita- khususnya, untuk dijadikan berita – berita yang menarik untuk dibicarakan oleh masayarakat terutama kalangan ibu – ibu rumah tangga sebagai sesama kaum hawa dengan para korban poligami. Dalam antropologi sosial poligami merupakan praktik pernikahan lebih dari satu suami atau istri (sesuai dengan jenis kelamin orang yang bersangkutan) sekaligus pada suatu saat (berlawanan dengan monogami, dimana seseorang memiliki hanya satu suami atau istri pada suatu saat). Terdapat tiga bentuk poligami yaitu poligini (seorang pria memiliki beberapa istri sekaligus), poliandri (seorang wanita memiliki beberapa suami sekaligus), dan pernikahan kelompok (group marriage, yaitu kombinasi poligini dan poliandri). Ketiga bentuk poligami tersebut ditemukan dalam sejarah namun bentuk poligini merupakan bentuk yang paling umum. Walaupun diperbolehkan dalam beberapa kebudayaan, poligami ditentang oleh sebagian kalangan. Terutama kaum feminis menentang poligini, karena mereka menganggap poligini sebagai bentuk penindasan kepada kaum wanita. Dari cara pandang budaya memang menjadi jelas bahwa poligami merupakan proses dehumanisasi perempuan. Mengambil pandangan ahli pendidikan Freire, dehumanisasi dalam konteks poligami terlihat manakala perempuan yang dipoligami mengalami self-defreciation. Mereka membenarkan, bahkan setuju dengan tindakan poligami meskipun mengalami penderitaan lahir batin luar biasa. Tak sedikit diantara mereka yang menganggap penderitaan itu
12
Universitas Sumatera Utara
adalah pengorbanan yang sudah sepatutnya dijalani, atau poligami itu terjadi karena kesalahannya sendiri. Dalam kerangka demografi, para pelaku poligami kerap mengemukakan argumen statistik. Bahwa apa yang mereka lakukan hanyalah berja bakti untuk menutupi kesenjangan jumlah penduduk yang tidak seimbang antara lelaki dan perempuan. Tentu saja argumen ini malah menjadi bahan tertawaan. Sebab, statistik meskipun jumlah perempuan sedikit lebih tinggi, namun itu hanya terjadi pada usia diatas 62 tahun atau dibawah 20 tahun. Bahkan, di dalam kelompok umur 25-29 tahun, 30-34 tahun, 45-49 tahun, jumlah lelaki lebih tinggi (sensus DKI dan nasional tahun 2000). Namun, jika argumen agama akan digunakan, maka sebagaimana prinsip yang dikandung dari teks – teks keagamaan itu, dasar poligami seharusnya dilihat sebagai jalan darurat. Dalam kaidah fikih, kedaruratan memang diperkenankan. Ini sama halnya dengan memakan bangkai; suatu tindakan yang dibenarkan manakala ada yang lain yang bisa dimakan kecuali bangkai. Dalam praktik fikih Islam, sebenarnya pilihan monogami atau poligami dianggap persoalan parsial. Predikat hukumnya akan mengikuti ruang dan waktu. Karena itu pilihan monogami – poligami bukanlah sesuatu yang prinsip. Yang prinsip adalah keharusan untuk selalu merujuk pada prinsip – prinsip dasar syariah yaitu keadilan membawa kemaslahatan dan tidak mendatangkan mudarat atau kerusakan. Manakala diterapkan, maka untuk mengidentifikasi nilai – nilai prinsipal dalam kaitannya dengan praktik poligami ini, semestinya perempuan diletakkan sebagai subjek penentu keadilan. Ini pinsip karena merekalah yang secara langsung menerima akibat poligami. Dan, untuk pengujian nilai – nilai ini
13
Universitas Sumatera Utara
haruslah dilakukan secara empiris, interdisipliner, dan objektif dengan melihat efek poligami dalam relitas sosial masyarakat. Islam pada dasarnya memperbolehkan seorang pria beristri lebih dari satu (poligini). Islam memperbolehkan seorang pria beristri hingga empat orang dengan syarat sang suami harus dapat berbuat adil terhadap seluruh istrinya (Surat an-Nisa ayat 34:3). Poligini dalam islam baik dalam hukum maupun praktiknya, diterapkan secara bervariasi di tiap – tiap negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Pada masyarakat hindu baik poligami maupun poliandri dilakukan oleh sekalangan masyarakat pada zaman dulu. Hinduisme tidak melarang maupun menyarankan poligami. Pada hakekatnya dalam sejarah, hanya raja dan kasta tertentu yang melakukan poligami. Kemudian pada kitab – kitab kuno agama Yahudi menandakan bahwa poligami diizinkan, tapi berbagai kalangan Yahudi kini melarang poligami. Gereja – gereja Kristen umumnya (Protestan, Katolik, Ortodoks, dan lain – lain) menentang praktik poligami. Namun beberapa gereja memperbolehkan poligami berdasarkan kitab- kitab kuno agama Yahudi. Gereja Katolik merevisi pandangannya sejak masa Paus Leo XIII pada tahun 1866 yakni dengan melarang poligami yang berlaku hingga sekarang. Penganut Mormonisme pimpinan Joseph Smith di Amerika Serikat sejak tahun 1840-an hingga sekarang mempraktekkan, bahkan hampir mewajibkan poligami. Tahun 1882 penganut Mormon memprotes keras undang – undang anti poligami yang dibuat pemerintah Amerika Serikat. Namun praktik ini resmi dihapuskan ketika Utah memilih untuk bergabung
14
Universitas Sumatera Utara
dengan Amerika Serikat. Sejumlah gerakan sempalan Mormon sampai kini masih mempraktekkan poligami (http://id.wikipedia.org/wiki/poligami). Pemerintah Indonesia berencana akan memperluas cakupan mengenai Peraturan Pemerintah (PP) tentang pernikahan. Rencana ini dikemukakan pemerintah setelah muncul kontroversi dalam kasus pernikahan kedua seorang pemuka agama terkenal Aa’ Gym. Pasal 3 UU Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, menyatakan bahwa “pada asasnya seorang pria hanya boleh memiliki seorang istri”. Namun selama ini poligami bisa dilakukan apabila suami mendapatkan ijin dari pengadilan agama dan memenuhi syarat yang ditetapkan. Menurut Pasal 4 dari UU Nomor 1 tahun 1974, ijin hanya diberikan kepada suami apabila istri “tidak dapat menjalankan kewajibannya, mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, atau tidak dapat melahirkan keturunan”, dan memenihi syarat “adanya persetujuan dari istri, kapastian bahwa suami mampu menjamin hidup istri dan anak – anaknya, dan jaminan bahwa suami akan berlaku adil”, seperti diatur pada Pasal 5 Undang – undang yang sama. Isu dan persoalan perempuan selalu menarik untuk diamati, bahkan dewasa ini semakin banyak ilmuan atau peneliti lebih memfokuskan diri pada pengkajian perempuan secara khusus. Hal ini tentunya tidak terlepas dari kompleksitas permasalahan yang berhubungan dengan perempuan itu sendiri. Dalam Kamus Basar Bahasa Indonesia (KBBI), perempuan berarti : ”wanita dewasa” dan berdasarkan “Old Japanese English Dictionary” kata perempuan berarti “yang diinginkan”. Dengan maksud bahwa perempuan adalah sesuatu yang diinginkan pria.
15
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti berbagai persepsi yang tersebar di kalangan ibu – ibu rumah tangga di kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan Selayang tentang berita poligami yang disajikan di tabloid Nova.
I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Bagaimana persepsi ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang terhadap berita poligami di tabloid Nova?”.
I.3. Pembatasan Masalah Suatu penelitian ilmiah agar tidak mengambang, perlu diberikan suatu batasan agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas dan sistematis. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, adapun yang menjadi batasan/fokus penelitian ini adalah : 1.
Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yang hanya menggambarkan suatu situasi atau peristiwa penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.
2.
Jenis berita yang menjadi objek penelitian hanya berita tentang poligami.
3.
Penelitian ini hanya dilakukan pada tabloid Nova edisi 4 Desember 2006 sampai dengan 31 Maret 2007.
16
Universitas Sumatera Utara
4.
Objek penelitian ini adalah ibu – ibu rumah tangga di kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan Selayang dengan usia 25-50 tahun.
5.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi ibu – ibu rumah tangga tentang berita poligami yang disajikan di tabloid Nova.
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan ibu – ibu rumah tangga di kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan Selayang tentang fenomena poligami. 2. Untuk mengetahui persepsi yang terbentuk di kalangan ibu – ibu rumah tangga di kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan Selayang terhadap berita poligami di tabloid Nova.
I.4.2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap keilmuan ilmu komunikasi. 2. Secara teoritis, penelitian berguna untuk memperkaya khasanah penelitian, dan dapat memperluas cakrawala pengetahuan peneliti serta mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU, mengenai poligami dan persepsi khalayak.
17
Universitas Sumatera Utara
3. Secara praktis, melalui penelitian ini dapat diketahui bagaimana persepsi khalayak di kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan Selayang terhadap berita poligami yang disajikan di tabloid Nova. I.5. Kerangka Teori Adapun teori – teori yang dianggap relevan dengan masalah penelitian ini adalah : I.5.1. Teori Agenda Setting Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw adalah orang yang pertama kali yang memperkenalkan teori agenda setting ini. Teori ini muncul sekitar tahun 1973 dengan publikasi pertamanya berjudul ‘The Agenda Setting Function of The Mass Media” Public Opinion Quarterly no. 37. Secara singkat teori penyusunan agenda ini mengatakan media tidak selalu berhasil memberitahu apa yang kita pikir, tetapi media tersebut benar-benar berhasil memberitahu kita berpikir tentang apa. Media massa selalu berhasil mengarahkan pada kita apa yang harus kita lakukan. Media memberikan agendaagenda lewat pemberitaannya, sedangkan masyarakat akan mengikutinya. Menurut asumsi teori ini media punya kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu. Media mengatakan pada kita apa yang penting dan apa yang tidak penting. Media pun mengatur apa yang harus kita lihat atau tokoh siapa yang harus kita dukung. Coba Anda perhatikan hal-hal yang kita anggap penting untuk dibicarakan dalam pertemuan antar pribadi. Hal-hal itu pulalah yang juga menjadi pusat perhatian media. Memang, kita dapat mengatakan bahwa tidak ada peristiwa penting dapat terjadi tanpa liputan media. Jika memang media tidak meliputnya,
18
Universitas Sumatera Utara
maka itu berarti tidak penting. Tetapi, apakah media memusatkan perhatian hanya pada suatu peristiwa karena itu memang benar-benar penting atau perhatian medialah yang membuat peristiwa itu penting? Sebenarnya, media mengarahkan kita untuk menusatkan perhatian pada subjek tertentu yang diberitakan media. Ini artinya, media menentukan agenda kita. I.5.2. Media Massa Berdasarkan fungsinya media massa dibagi ke dalam media cetak dan media elektronik. Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu instansi atau organisasi. Pesan yang disampaikan melalui media massa bersifat umum (public) karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Kemampuan media massa dapat menimbulkan keserempakan (stimultaneity) pada pihak – pihak khalayak dalam menerima pesan – pesan yang disebarkan. Ada beberapa jenis media massa, yaitu media yang berorientasi pada aspek : (1) penglihatan (verbal visual), misalnya media cetak ; (2) pendengaran (audio) semata – mata (radio, tape recorder), verbal vokal ; dan (3) pada pendengaran dan penglihatan (televisi, film, video) yang bersifat verbal visual lokal (Liliweri, 2001:3007). Jenis media yang secara tradisional termasuk ke dalam media massa adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Seiring dengan perkembangan teknologi dan sosial budaya, telah berkembang media – media lain yang kemudian dikelompokkan ke dalam media massa seperti internet dan tabloid.
19
Universitas Sumatera Utara
Marshall McLuhan mengembangkan model inovatif untuk membantu menjelaskan tentang media massa. Dalam pemikiran McLuhan, buku, majalah, tabloid
dan surat kabar adalah media yang panas (hot media) karena
membutuhkan tingkat berpikir yang tinggi untuk menggunakannya. Misalnya, untuk membaca sebuah buku seseorang harus membenamkan dirinya untuk memperoleh apa saja dari buku tersebut. Hubungan antara media dan pembaca sangat erat. Hal ini juga sama dengan tabloid dan surat kabar. McLuhan juga memikirkan bahwa film sebagai media yang panas karena melibatkan penonton secara menyeluruh. Layar yang besar menuntut perhatian penuh dari penonton , dan tertutup, karena ruangan penonton yang gelap menutup gangguan – gangguan yang timbul. Secara berbeda, McLuhan mengklasifikasikan media elektronik, khususnya televisi, sebagai media yang dingin (cool media) karena dapat digunakan dengan keterlibatan intelektual yang sedikit dan hampir tidak memerlukan usaha yang keras. Walaupun televisi memiliki banyak hal yang berhubungan dengan pancaindera dari film, termasuk penglihatan, gerakan, dan suara, tetapi tidak membuat penonton dibanjiri oleh hal itu selain mendorong kesadaran dengan segera. Ketika radio didengarkan, hanya sebagai suara latar belakang saja, tidak memerlukan keterlibatan pendengar sama sekali, dan McLuhan menyebutnya sebagai media yang dingin. Akan tetapi radio adalah media yang panas, ketika mengikutsertakan khayalan pendengar, seperti drama radio. I.5.3. Berita We cannot not communicate. Kita (manusia) tidak dapat tidak berkomunikasi. Demikian bunyi proposisi dasar dalam perspektif ilmu
20
Universitas Sumatera Utara
komunikasi. Hukum dasar tersebut pada dasarnya menegaskan bahwa setiap tingkah laku manusia adalah mengandung pesan. Dari cara berpakaian hingga gerak tubuh kita, disadari atau tidak, adalah pesan yang hendak disampaikan kepada orang lain. Bila dilihat dari tujuan penyampaiannya (penerima pesan), komunikasi dibedakan menjadi komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Komunikasi yang terakhir pada lazimnya menggunakan media massa sebagai sarana (medium) untuk menyampaikan pesan. Salah satu bentuk komunikasi massa adalah berita. Karena bersifat massal, maka berita sebagai bentuk komunikasi memiliki kekhasan berupa penerapan prinsip dan kode etik jurnalistik sebagai koridor penyampaian informasi sehingga tidak bias dari kepentingan khalayaknya. Secara bahasa kata jurnalistik atau journalistic dalam Bahasa Inggris berasal dari kata du jour atau journal yang berasal dari Bahasa Perancis, yang artinya hari atau catatan harian. Secara istilah, jurnalistik adalah proses penulisan dan penyebaran informasi berupa berita, feature, dan opini melalui media massa. Informasi berarti keterangan, pesan, gagasan, atau pemberitahuan tentang suatu masalah atau peristiwa. Dalam definisi jurnalistik yang dimaksud dengan informasi adalah news (berita), views (pandangan atau opini), dan karangan khas yang disebut feature (berisikan fakta dan opini). Penulisan informasi adalah aktivitas penulisan atau penyusunan berita, opini, dan feature untuk dipublikasikan atau dimuat di media massa. Pelakunya adalah wartawan (journalist) dan penulis (writer).
21
Universitas Sumatera Utara
Tidak ada definisi baku yang menjelaskan tentang definisi berita. Menurut Mitchel V. Charnley, berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka. Berita (news) berasal dari bahasa Latin yaitu Novus (Noval) yang berarti baru (new). Artinya berita selalu merupakan kejadian yang bersifat baru, yaitu baru diketahui oleh penerima berita. Dikalangan wartawan ada yang mengartikan news sebagai singkatan dari : - North
- utara
- East
- timur
- West
- barat
- South
- selatan
Mereka mengartikan berita sebagai laporan dari keempat penjuru angin tersebut, laporan dari mana – mana, dari berbagai tempat di dunia ini (Effendy, 1993:130). Berita adalah laporan tentang gagasan, kejadian atau konflik yang baru terjadi, yang menarik bagi konsumen berita dan menguntungkan bagi pembuat berita itu sendiri. Atau berita adalah segala sesuatu yang pada waktu tertentu menarik hati sejumlah orang, dan berita yang baik adalah yang paling menarik bagi banyak orang (pembaca atau pendengar). William S. Maulsby mendefenisikan berita adalah suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut.
22
Universitas Sumatera Utara
Prof. Mitchel V. Charnley dalam bukunya “Reporting”, mendefenisikan berita adalah laporan tercapat mengenai fakta dan opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau keduanya, bagi sejumlah besar penduduk (Effendy, 1993:131). I.5.4. Teori Persepsi Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses yang terjadi dalam pengamatan seseorang terhadap orang lain. Persepsi juga diartikan sebagai proses, pemahaman terhadap informasi yang disampaikan oleh orang lain yang saling berkomunikasi, berhubungan atau bekerjasama. Jadi setiap orang tidak terlepas dari proses persepsi. Hal ini juga sejalan dengan apa yang dikemukakan Le Boueuf (Effendy, 1992:48) yang mengatakan bahwa persepsi adalah pemahaman kita terhadap apa yang kita alami. Penafsiran kita terhadap apa yang kita lihat dan kita dengar yang dipengaruhi oleh kombinasi antar pengalaman masa lalu, keadaan serta psikologi yang benar – benar sama. Bagi setiap orang apa yang dipersepsikan itulah kenyataannya (Rakhmat, 2000:55). Menurut Desiderato persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 2000:55) : sensasi adalah bagian dari persepsi, walaupun begitu menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. Menurut Kenneth E. Anderson, atensi atau perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat
23
Universitas Sumatera Utara
stimuli lainnya melemah (Rakhmat, 2000:52). Terdapat dua faktor eksternal dan internal dalam menarik perhatian : 1. Faktor eksternal penarik perhatian yaitu :
Gerakan
Intensitas stimuli
Kebauran (Novelty)
Perulangan
2. Faktor internal penarik perhatian yaitu :
Faktor biologis
Faktor sosiopsikologis (Rakhmat, 2000:53)
Sensasi berasal dari kata “sense”, artinya alat pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. “Bila alat-alat indera mengubah informasi menjadi impuls-impuls saraf – dengan ‘bahasa’ yang dipahami oleh (‘komputer’) otak – maka terjadilah proses sensasi,” kata Dennis Coon. “Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan indera,” tulis Benyamin B. Wolman. Apapun definisi sensasi, fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Melalui alat indera, manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu, melalui alat indralah manusia memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk berinteraksi dengan dunia. Tanpa alat indera manusia sama, bahkan mungkin lebih dari rumput-rumputan, karena rumput dapat juga mengindera cahaya dan humiditas (Rakhmat, 2000:49).
24
Universitas Sumatera Utara
Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Demikian definisi yang diberikan oleh Kenneth E. Andersen. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada alah atu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain. Ekspektasi atau harapan adalah sesuatu hal yang diinginkan atau cita – citakan oleh seseorang atau kelompok orang agar dapat terwujud atau tercapai. Ekspektasi setiap individu bergantung kepada orientasi budaya yang dimilikinya. Orientasi budaya individu tersebut, nantinya akan sangat menentukan prilaku dan harapan yang akan memberi makna pada sejumlah nilai yang akan diperolehnya. Orientasi tersebut berkaitan dengan variabel sistem sosial, yang terdiri dari : a. Faktor demografis, antara lain : jenis kelamin, usia dan lain-lain. b. Faktor etnografis, antara lain :suku bangsa, bahasa dan lain-lain. c. Faktor status sosial dan ekonomi, antara lain : tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan. d. Afiliansi kelompok formal dan informal, antara lain : organisasi profesi yang terdiri dari seni budaya, olah raga, organisasi kekeluargaan dan lainlain. Motivasi merupakan dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu untuk memenuhi keinginan atau kebutuhannya. Untuk mendapatkan apa yang menjadi harapan seseorang, tentu saja sangan diperlukan peranan motivasi dari diri seseorang. Adapun keberadaan dan motivasi seseorang dipenuhi oleh faktor – faktor :
Suasana mental
25
Universitas Sumatera Utara
Suasana emosional (Rakhmat, 2000:56)
Memori adalah organisme
sanggup
sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan merekam
fakta
tentang
dunia
dan
menggunakan
pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Kita tidak menyadari pekerjaan memori pada dua tahap yang pertama. Kita hanya mengetahui memori pada tahap ketiga pemanggilan kembali. Pemanggilan diketahui dengan empat cara yaitu : 1. Pengingatan (Recall) adalah proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara verbatin (kata demi kata), tanpa petunjuk yang jelas. 2. Pengenalan (Recognation). Agak sukar untuk mengingat kembali sejumlah fakta, akan tetapi lebih mudah mengenalnya kembali. 3. Bekerja lagi (Relearting). Menguasai kembali pelajaran sudah pernah kita peroleh termasuk pekerjaan memori. 4. Redintegrasi (Redintegration) adalah merekonstruksi seluruh masa lalu dari satu petunjuk memori kecil (Rakhmat, 2000:62-63). William James mengatakan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data – data yang kita proses dari lingkungan yang diserap oleh indera serta sebagian lainnya diperoleh dari pengolahan ingatan (memori) kita dan kemudian diolah kembali didasarkan pengalaman yang kita miliki. Sementara itu Philip Kotler mengidentifikasikan persepsi sebagai berikut : “Perception is the process by wich and individual selects, organizes and interprets information inputs to create a meaningful pictures of the world”.
26
Universitas Sumatera Utara
(Persepsi adalah proses dimana individu memilih, menyusun dan mengartikan informasi yang masuk untuk membuat gambaran berarti dari dunia). Ada beberapa hal khusus yang dibawa Philif Kotler sebagai faktor tambahan dalam penyaringan yaitu : 1. Sifat fisik rangka/stimuli yang diterima 2. Pengaruh rangsangan/stimuli terhadap alat indera komunikasi 3. Suasana ketika induvidu menerima rangsangan tadi Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu hal penting yang dialami oleh setiap orang. Setiap orang akan menerima segala sesuatu berupa informasi ataupun segala rangsangan yang dating dari lingkungannya, dalam batas – batas kemampuannya. Segala rangsangan yang diterimanya tersebut diolah dan selanjutnya diproses. Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja. Tentu saja ada faktor – faktor yang mempengaruhi. Faktor – faktor itulah yang menyebabkan dua orang yang melihat sesuatu mungkin memberi interpretasi yang berbeda tentang yang dilihatnya itu. Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat 3 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang yaitu : 1. Diri orang yang bersangkutan sendiri. Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberi interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapannya. 2. Sasaran persepsi tersebut. Sasaran itu mungkin berupa orang, benda atau peristiwa, sifat – sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi
27
Universitas Sumatera Utara
orang yang melihatnya. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran tindak tanduk, dan ciri – ciri lain dari sasaran persepsi itu turut menentukan cara pandang orang melihatnya. 3. Faktor situasi. Persepsi harus dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapatkan perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pertumbuhan persepsi seseorang. I.6. Keranga Konsep Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkina hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada perumusan hipotesa (Nawawi, 1995:40). Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:57). Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Tradisi poligami adalah tradisi yang sama tuanya dengan peradaban manusia. Tercatat dalam sejarah Israel Kuno bahwa Raja Solomo (Nabi Sulaiman) memiliki 700 istri dan 300 selir. Sementara Raja David (Nabi Daud) punya enam istri dan sejumlah selir. Dalam sejarah masyarakat Islam formatif tercatat beberapa tokoh yang juga memiliki banyak istri. Sejarah mencatat Mughirah Shuebah memiliki 80 istri sepanjang hidupnya. Muhammad Thayib (423 H)
28
Universitas Sumatera Utara
pernah menikahi sejumlah 900 perempuan, bahkan salah seorang pemimpin besar kekhalifahan Abbasiyah yang membawa Islam ke zaman keemasan, Harun arRasyid, membangun tempat besar khusus untuk lebih dari seribu selirnya. Demikian pula yang terjadi pada raja – raja Jawa terdahulu. Kenyataan itu memberikan kesadaran kepada kita bahwa poligami sebenarnya menemukan kedekatannya dengan budaya. Sering terdapat kaitan antara poligami dengan akses kekuasaan dan ekonomi dibanding ajaran keagamaan. Poligami saat ini begitu santer dibicarakan di masyarakat khususnya di kalangan perempuan. Hal ini mencuat ketika berita tentang menikahnya KH Abdullah Gymnastiar yang akrab dipanggil Aa Gym untuk yang kedua kalinya. Karena sosok Aa Gym di mata sebagian besar perempuan adalah seorang pemimpin keluarga yang ideal dan penuh keteladanan, disamping beliau sebagai ustadz terkenal yang wajahnya tidak asing lagi sering muncul di berbagai media massa. Keputusan Aa Gym menikah lagi menjadi pukulan tersendiri bagi kaum hawa yang selama ini mengidolakannya. Hampir sebagian besar perempuan berkomentar kecewa atas pernikahan Aa Gym itu, karena bagi mereka walaupun agama membolehkan berpoligami secara syar’i namun yang akan merasakan pahitnya adalah kaum hawa. Poligami sebenarnya sudah lama menjadi polemik di kalangan umat Islam Indonesia maupun di kalangan non-Islam. Persoalannya adalah masih relavankah poligami untuk diterapkan saat di sebuah era dimana komitmen untuk mengakui kesamaan harkat dan martabat laki – laki dan perempuan sudah sedemikian kuat. Menurut pendapat mereka poligami menjadikan seorang wanita teraniaya,
29
Universitas Sumatera Utara
tertindas, kehilangan harga dirinya. Apalagi cemoohan masyarakat sekitar yang memang sebagian besar memandang rendah pelaku poligami. Hal ini kemudian dijadikan jastifikasi (pembenar) oleh sebagian kalangan untuk menolak keabsahan poligami sebagai sebuah realita hukum Islam. Bahkan, tidak jarang kalangan Islam Liberal, termasuk feminisme memandang poligami sebagai salah satu bentuk penindasan atau tindakan diskriminatif atas perempuan. Kaum
feminis
radikal
memandang,
bahwa
kebolehan
poligami
merupakan deklarasi penindasan laki – laki atas perempuan yang tiada akhir. Mereka menuduh agama Islam – yang membolehkan poligami- telah bertindak bias gender. Pandangan seperti ini telah merasuk pikiran banyak aktivis perempuan dewasa ini dan sebagian besar masyarakat. Bahkan pandangan seperti ini seakan – akan memperoleh legitimasi dengan adanya praktik – praktik poligami di tengah masyarakat kita yang tidak sesuai dengan tuntutan Islam. Ditambah lagi dengan adanya sosialisasi yang sistematis dan berkesinambungan tentang pencitraburukan ibu tiri/istri muda, baik melalui film maupun cerita – cerita rakyat (http://id.wikipedia.org/wiki/poligami). Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder, atau komunikan. Khalayak adalah salah satu aktor dari proses komunikasi. Karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan karena apabila komunikasi itu diboikot oleh khalayak sudah pasti komunikasi itu akan gagal mencapai tujuannya. Khalayak bisa didefinisikan beberapa individu, keluarga dan masyarakat. Ada tiga aspek yang perlu diketahui oleh seorang komunikator menyangkut
30
Universitas Sumatera Utara
khalayaknya, yakni aspek sisiodemografik, aspek profil psikologis dan aspek karakteristik perilaku khalayak (Cangara, 2000:151). Tidak bisa dipungkiri, audience yang dimaksud dalam komunikasi massa ini sangat beragam, dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku atau ratusan pembaca jurnal ilmiah. Masing – masing audience ini berbeda satu sama lain. Mereka berbeda dalam cara berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang diterimanya, pengalaman dan orientasi hidupnya. Tetapi masing – masing individu ini juga saling mereaksi satu sama lain terhadap pesan yang diterimanya. Khalayak memiliki sifat – sifat sebagaimana yang ada pada konsep massa, namun lebih spesifik teragregat pada suatu media massa. Sifat dari audien massa umpamanya : 1. Terdiri dari jumlah yang besar. Pendengar radio, televisi, atau pembaca koran adalah massa dalam jumlah yang besar. Sulit memprediksi jumlah mereka. 2. Suatu pemberitaan media massa dapat ditangkap oleh masyarakat dari berbagai tempat, sehingga sifat audien massa juga ada tersebar dimana-mana, terpencar, dan tidak mengelompok pada wilayah tertentu. 3. Pada mulanya audiensi massa tidak interaktif, artinya antara media massa dan pendengar atau pemirsanya tidak saling berhubungan, namun saat ini konsep ini mulai ditinggal, karena audien massa dan media massa dapat berinteraksi satu dengan lainnya melalui komunikasi telepon. Dengan demikian, maka audiensi massa memiliki pilihan berinteraksi atau tidak berinteraksi dengan media massa. 4. Terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang sangat heterogen. Audiensi massa tidak dapat dikategorikan terdiri dari segmentasi tertentu, kalaupun ada
31
Universitas Sumatera Utara
seperti dalam acara – acara televisi dan radio maupun media cetak, maka heterogenitas dalam segmen tersebut tidak dapat dihindari. 5. Tidak terorganisir dan bergerak sendiri. Karena sifatnya yang besar, maka audiensi massa sulit diorganisir dan akhirnya bergerak sendiri – sendiri. I.7. Variabel Operasional Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas maka dibuat variabel operasional yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.1 Operasional Variabel
Variabel Teoritis Berita Poligami di Tabloid Nova
Variabel Operasional 1. Fakta 2. Opini 3. Menarik 4. Penting
Persepsi Ibu – Ibu Rumah Tangga
1.Sensasi 2.Atensi 3.Ekspektasi 4.Motivasi 5.Memori
Karakteristik Responden
1.Usia 2.Pendidikan 3.Suku bangsa 4.Agama
32
Universitas Sumatera Utara
I.8. Definisi Variabel Operasional Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain definisi operasional adalah salah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46). Definisi operasional dari variabel – variabel dalam penelitian ini adalah : 1.
Berita Poligami di tabloid Nova, terdiri dari : a. Fakta : apakah berita yang disajikan dalam tabloid Nova merupakan fakta atau kenyataan dari realitas kehidupan yang sebenarnya. b. Opini : apakah berita yang disajikan dalam tabloid Nova merupakan opini dan hanya sekedar pendapat sepihak dari realitas kehidupan. c. Menarik : seberapa besar berita tersebut dapat menarik perhatian ibuibu rumah tangga. d. Penting : seberapa besar berita tersebut dianggap penting oleh ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang.
2.
Persepsi ibu – ibu rumah tangga, terdiri dari : a. Sensasi : pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan indera. b. Atensi : seberapa besar perhatian ibu-ibu rumah tangga tersebut dalam membaca berita tentang poligami di tabloid Nova.
33
Universitas Sumatera Utara
c. Ekspektasi : harapan atau tujuan apa yang mendorong ibu-ibu rumah tangga tersebut untuk membaca berita tentang poligami di tabloid Nova. d. Motivasi : motivasi atau dasar apa yang mendorong ibu-ibu rumah tangga tersebut untuk membaca berita poligami di tabliod Nova. e. Memori : sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan mengunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. 3.
Karakteristik Responden, terdiri dari : a. Usia : umur responden saat mengisi kuesioner. Tingkatan umur responden yang akan dijadikan sampel yaitu 25-50 tahun. b. Pendidikan : tingkat pendidikan terakhir dari responden yang kan dijadikan sampel c. Suku Bangsa : suku bangsa dari responden d. Agama : agama yang dianut oleh responden
I.9. Metodologi Penelitian I.9.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesa atau membuat prediksi. Metode deskriptif
bertujuan untuk melukiskan secara sistematis
karakteristik populasi atau bidang – bidang tertentu secara faktual dan cermat tanpa mencari atau menjelaskan suatu hubungan (Rakhmat, 2004:27).
34
Universitas Sumatera Utara
I.9.2. Lokasi Penelitian Penelitian akan dilakukan di kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan Selayang, mengingat lokasi tersebut terdiri dari beraneka ragam suku, religi, dan status sosial sehingga khalayaknya yang berbeda – beda dan layak untuk dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini. I.9.2.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, dan tumbuh – tumbuhan, gejala – gejala, nilai test, atau peristiwa – peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 1995:141). Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu- ibu rumah tangga di kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan selayang yang berusia antara 25-50 tahun. Adapun yang menjadi alasan bagi peneliti dalam memilih populasi tersebut karena berdasarkan pengamatan peneliti, ibu – ibu rumah tangga di kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan Selayang memiliki latar belakang yang beragam, misalnya dari tingkat pendidikannya, usia, agama dan suku bangsa, sehingga sangat mendukung penelitian. Sedangkan batasan usia dilakukan karena pada usia di atas termasuk usia yang produktif dan mampu untuk memberikan penilaian terhadap fenomena poligami. Berdasarkan data yang diperoleh, penduduk di kelurahan Asam Kumbang kecamatam Medan Selayang adalah sebanyak 13250 jiwa dan yang layak untuk menjadi objek penelitian adalah sebanyak 3505 jiwa (kantor lurah kelurahan Asam Kumbang.
35
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1 Jumlah penduduk kelurahan Asam Kumbang
Lingkungan
Jumlah Jiwa
I
Ibu – ibu Rumah Tangga 25-50 tahun 368
II
376
1353
III
383
1480
IV
472
1525
V
209
736
VI
250
820
VII
320
1280
VIII
475
1210
IX
367
1723
X
275
1276
Jumlah
3505
13250
1840
Sumber : Kantor Lurah Kelurahan Asam Kumbang
I.9.2.2 Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara – cara tertentu (Nawawi, 1995:144). Berdasarkan data populasi yang ada, maka untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90% (Kriyantono, 160:2006) yakni sebagai berikut :
n=
N N (d ) 2 + 1
36
Universitas Sumatera Utara
=
3505 3505(0,1) 2 + 1
=
3505 35,05 + 1
=
3505 36,05
= 97 orang
Keterangan : N = Populasi n = Sampel d = Presisi (yang digunakan adalah 10% atau 0,1) Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 97 orang. Sedangkan untuk menentukan responden yang berhak dijadikan sampel digunakan Teknik Stratified Proporsional Random Sampling. Penggunaan teknik ini memungkinkan untuk memberi peluang kepada populasi yang lebih kecil untuk tetap dipilih sebagai sampel (Rakhmat, 2004:79) dengan rumus : N=
nlxn N
Keterangan : nl : jumlah jiwa n : jumlah sampel N : populasi Berdasarkan rumus di atas maka dapat dihitung sampel yang terpilih di setiap lingkungan adalah :
37
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2 Proporsional Random Sampling
Lingkungan
Populasi
Penarikan
Sampel
Sampel I
368
II
376
III
383
IV
472
V
209
VI
250
VII
320
320x97 3505
9
VIII
475
475x97 3505
13
IX
367
367x97 3505
10
X
275
275x97 3505
8
Jumlah
97
368x97 3505
376x97 3505 383x97 3505 472x97 3505 209x97 3505
250x97 3505
38
10
10
11
13
6
7
Universitas Sumatera Utara
I.10. Teknik Penarikan Sampel Teknik penarikan sampel pada penelitian ini adalah : I.10.1. Purposive Sampling Pengambilan sampel dengan teknik ini disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimana sampel yang digunakan sesuai denga kriteria – kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Kriteria sampelnya adalah masyarakat di kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan Selayang yang berusia 25-50 tahun. I.10.2. Accidental Sampling Pengambilan sampel yang dilakukan denagn cara mengambil sampel siapa saja yang secara kebetulan ditemukan di lapangan (lokasi penelitian). Setelah jumlahnya diperkirakan mencukupi maka pengumpulan data dihentikan (Nawawi, 1995:156). I.11. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua teknk pengumpulan data, yaitu : I.11.1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Yaitu dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. I.11.2 Penelitian Lapangan (Field Research) Yaitu pengumpulan data yang meliputi kegiatan survei di lokasi penelitian, pengumpulan data dari responden melalui : 1. Kuesioner, yaitu alat pengumpul dalam bentuk sejumlah pertanyaan tertulis yang harus dijawab pula oleh para responden (Nawawi,
39
Universitas Sumatera Utara
1991:117). Dalam hal ini peneliti akan menyebar kuesioner kepada masyarakat di kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan Selayang yang terpilih menjadi sampel. 2. Pengamatan Langsung (observasi), yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala – gejala yang tampak pada objek penelitian (Nawawi, 1998:100). Observasi terhadap media cetak (Tabloid) dilakukan dalam rangka mengamati gejala yang akan diteliti dari berita poligami di tabloid Nova. I.12. Teknik Analisis Data I.12.1. Analisis Tabel Tunggal Merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi – bagikan variabel penelitian ke dalam kategori – kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari dua kolom yaitu kolom sejumlah frekuensi dan kolom presentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995:266). I.13. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari 5 bab, dimana tiap bab memiliki keterkaitan dan saling mendukung. BAB I PENDAHULUAN Menjelaskna latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, kerangka konsep, operasional variabel, dan definisi operasional variabel.
40
Universitas Sumatera Utara
BAB II URAIAN TEORITIS Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup komunikasi, komunikasi massa, media massa, berita, teori persepsi dan teori agenda setting. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menjelaskan mengenai deskripsi lokasi penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI DATA Bab ini berisikan hasil dan pembahasan terdiri dari tingkat reliabilitas, analisis tabel tunggal beserta pembahasannya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan hasil penelitian yang diperoleh peneliti, terdiri dari kesimpulan terhadap permasalahan yang diteliti beserta saran-saran terhadap pihak yang berkepentingan secara akademis dan praktis disertai dengan daftar pustaka dan lampiran.
41
Universitas Sumatera Utara