BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG Afrika Selatan merupakan salah satu negara tertua di benua Afrika. Negara ini dijajah
Britania sejak 1910. Walaupun negara ini berada di bawah jajahan Britania, mereka terpaksa berbagi kuasa dengan pihak Afrikaner. Pembagian kuasa ini telah berlanjut hingga tahun 1940-an, saat partai pro-Afrikaner yaitu Partai Nasional (NP) memperoleh mayoritas di parlemen. Strategi-strategi partai tersebut telah menciptakan dasar apartheid (yang disahkan pada tahun 1948), suatu cara untuk mengawal sistem ekonomi dan sosial negara dengan dominasi kulit putih dan diskriminasi ras. Penindasan kaum kulit hitam terus berlanjut sehingga akhir abad ke-20. Pada Februari 1990, akibat dorongan dari bangsa lain dan tentangan hebat dari berbagai gerakan anti-apartheid khususnya Kongres Nasional Afrika (ANC), pemerintahan Partai Nasional di bawah pimpinan Presiden F.W. de Klerk menarik balik larangan terhadap Kongres Nasional Afrika dan partai-partai politik berhaluan kiri yang lain dan membebaskan Nelson Mandela dari penjara. Undang-undang apartheid mulai dihapus secara perlahan-lahan dan pemilu tanpa diskriminasi yang pertama diadakan pada tahun 1994. Dalam perjuangan melepaskan diri dari penindasan Apartheid muncul seorang tokoh yang sampai sekarang masih dimuliakan di Afrika selatan, dan Ia adalah Nelson Mandela. Nelson Mandela sangat gigih dalam memperjuangkan hak kaum kulit hitam dan menolak keras penindasan kulit putih terhadap kulit hitam. Akibat perjuangannya itu, Nelson Mandela dipenjara selama 27 tahun. Selama 27 tahun Nelson Mandela meringkuk di penjara. Bahkan ia dijatuhi hukuman kurungan seumur hidup. Satu-satunya kejahatannya, ia menentang sistem apartheid: pemisahan radikal antara ras kulit putih dan kulit hitam di Afrika Selatan dalam 1
segala hal. Hanya orang kulit putih memiliki hak politik, seperti boleh memilih atau dipilih dalam DPR dan ambil bagian dalam pemerintahan. Sistem apartheid ini ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar Afrika Selatan, sehingga negara ini didasarkan atas prinsip rasistis yang sangat tidak etis. Dengan segenap tenaga Nelson Mandela melawan keadaan tidak adil ini. Untuk itu ia sudah lama bergabung dengan gerakan African National Congress (ANC) di mana ia juga menjadi ketua umum. Tujuannya adalah persamaan hak untuk semua kelompok etnis di Afrika Selatan. Pada 1960, ANC sudah dilarang, tapi para anggotanya melanjutkan perjuangan secara tersembunyi. Selama di penjara, Mandela menderita banyak. Antara lain ia harus dirawat untuk beberapa waktu karena penyakit tuberkulosis. Tetapi, di tengah segala penderitaan itu Mandela justru menjadi simbol perjuangan ANC di Afrika Selatan dan di dunia internasional. Pada 11 Februari 1990 Nelson Mandela dibebaskan dari penjara oleh pemerintahan Presiden FW de Klerk. Pada saat itu suasana sudah berubah, karena de Klerk dan partainya, National Party, mengerti bahwa tidak ada masa depan untuk Afrika Selatan bila susunan rasistisnya tidak ditinggalkan. Di pihak lain, Mandela menyadari juga bahwa ANC harus menghentikan perjuangan bersenjata dan mengusahakan rekonsiliasi dengan Presiden de Klerk dan pemimpin-pemimpin Afrika Selatan lainnya. Dalam hal ini, ia berbeda pendapat dengan beberapa anggota ANC lain yang lebih radikal. Lalu menyusul beberapa tahun di mana diupayakan persiapan masa depan untuk Afrika Selatan yang demokratis. Selama 1990 dan 1991 pemerintahan Presiden de Klerk berangsur-angsur menarik kembali undang-undang yang menjadi dasar hukum untuk sistem apartheid. Pada 1993, dibentuk pemerintahan kesatuan nasional yang harus mempersiapkan pemilihan umum multiras pertama di Afrika Selatan dan sekaligus membentuk konstituante yang bertugas merumuskan undang-undang dasar baru. Pada tahun yang sama, Nelson Mandela bersama Presiden de Klerk dianugerahi
2
Hadiah Nobel untuk perdamaian yang menggarisbawahi dukungan internasional bagi usaha damai mereka1. Pada tahun 1994, diadakanlah pemilu yang tampa diskrimanasi dan jauh dari kesan Apartheid. Nelson mandela pun terpilih sebagai Afrika selatan dan menjadi presiden Afrika selatan yang berkulit hitam. Dan kemenangan Nelson Mandela merupakan harapan baru tentunya bagi Kulit hitam karena suara dan kepentingan kulit hitam akan menjadi bagian dari kepentingan Afrika Selatan secara umun dan akan diperjuangkan baik di parlemen maupun di pemerintahan Konstitusi Afrika Selatan yang baru disetujui parlemen pada bulan Mei 1996. Konstitusi ini menetapkan serangkaian institusi untuk mengawasi kewenangan politik dan administratif di dalam bingkai demokrasi konstitusional. De Klerk tetap saja menentang penerapan konstitusi ini dan menarik diri dari pemerintah koalisi sebagai bentuk protes. ANC mengambil alih jabatan-jabatan kabinet yang sebelumnya dipegang Partai Nasional; Mbeki menjadi Wakil Presiden tunggal. Andai suatu hari Mandela bersama Mbkei berada di luar negeri, Buthelezi ditunjuk sebagai "Presiden Sementara". Ini menandakan adanya perbaikan hubungan antara dirinya dengan Mandela2. Mandela mengundurkan diri sebagai Presiden ANC pada konferensi Desember 1997, dan meski berharap Ramaphosa akan menggantikannya, ANC memilih Mbeki sebagai presiden; Mandela mengaku bahwa saat itu Mbeki telah menjadi "Presiden negara secara de facto". Menggantikan Mbeki sebagai Wakil Presiden, Mandela dan Eksekutif mendukung pencalonan Jacob Zuma, seorang Zulu yang sempat dipenjara di Pulau Robben, tetapi ia ditantang Winnie, yang retorika populisnya memberinya banyak pengikut di dalam partai; Zuma mengalahkannya dengan telak di pemilu.
1
Kees Bertens,2009, Perspektif Etika Baru, 55 Esai tentang Masalah Aktual, Yogyakarta, Kanisius, hal 224 ―Nelson Mandela Penarikan Diri dari Dunia politik, http://rizkapratiwiuchil.blogspot.com/2014/03/nelson-mandela.html diakses 22 april 20I4 2
3
Menikmati alam kemerdekaan pada usia tua dan sakit-sakitan adalah hal yang lumrah terjadi pada diri seorang pejuang. Seperti juga yang dialami Nelson Mandela. Ketika menjadi Presiden, usia pahlawan hitam ini sudah 76 tahun. Dalam keadaan kesehatan rapuh, Mandela pun akhirnya mengikuti nasihat dokter pribadinya, agar mengurangi aktivitasnya dan mendelegasikan sejumlah wewenang pada wakilnya. Dan pilihan sebagai pendamping pun jatuh pada diri Mbeki, waktu itu berusia 51 tahun. Mandela memang serius mempersiapkan Mbeki menjadi penggantinya. Ketika Mandela menunjuk Mbeki yang masih belum berpengalaman, menjadi Menteri Perumahan dalam kabinet pertama pasca-apartheid; orang belum berpaling padanya. Namun, ketika Mbeki tampil sebagai satu-satunya kandidat Deputi Ketua ANC (sekaligus Wapres) pada bulan Desember 1994, mulailah mata orang terbuka. Mbeki memang dipersiapkan untuk menggantikan Mandela di masa datang.Namun demikian, Mbeki bukanlah pemimpin karbitan. Nyatanya, ketika orang masih meremehkannya saat ditunjuk sebagai Menteri Perumahan, Mbeki unjuk gigi. Dalam waktu sebulan, Mbeki tampil sebagai menteri kabinet Afsel yang menonjol3. Ketika menjadi pendamping dalam perjalanan Mandela menuju puncak kekuasaan, Mbeki pun menunjukkan kemampuannya. Ia tidak hanya menjadi pendamping formalitas Mandela, akan tetapi pendamping dalam arti yang sebenarnya. Setiap kali Mandela menghadapi kesulitan, Mbeki yang membantu mencari jalan keluarnya. Mbeki menjadi teman Mandela di saat krisis. Penyerahan tongkat estafet kepemimpinan negara terjadi pada 14 Juni 1999 ketika Wakil Presiden Thabo Mbeki dipilih parlemen menjadi Presiden Afrika Selatan. Anggota parlemen yang terdiri tidak kurang 400 orang melakukan pertemuan untuk pelantikan
3
Thabo Mbeki Penerus Mandela, copyright https://groups.yahoo.com/neo/groups/ambon/conversations/messages/926 , diakses 11 maret 2014
compas,
4
presiden terpilih. Presiden Thabo Mvuyelwa Mbeki resmi menjabat sejak 16 Juni 1999. Ia menjadi presiden pertama yang terpilih melalui pemilihan umum pada 1999.
B. RUMUSAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan masalah ; Bagaimana perbedaan kepemimpinan Nelson Mandela dan Thabo Mbeki dalam Membangun Afrika Selatan?
C. KEASLIAN PENELITIAN Sejauh penelusuran penulis, sama sekali penulis belum menemukan karya tulis yang mengangkat secara spesifik mengenai Komparasi Nelson Mandela dan Thabo Mbeki dalam Memimpin Afrika Selatan, karena itu, peneliti menempatkan karya ini benar-benar terjaga keasliannya. Adapun penelusuran penulis terhadap karya ilmiah yang ada diperpustakaan Hubungan Internasional UGM tentang Afrika Selatan ialah 1. Peran Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) dalam Proses Rekonsiliasi Nasional di Afrika Selatan, oleh Skripsi Arif Dharmawan. Dalam skripsi ini, memfokuskan pada Peranan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Nasional di Afrika Selatan, tetapi tidak menyoroti peranan kepemimpinan dalam Nelson Mandela dan Thabo Mbeki dalam Membangun Afrika Selatan. 2. Gear Policy dan Negara dalam Ekonomi Neoliberal di Afrika Selatan Pasca Apartheid, oleh Rochdi Mohan Nazala. Perbedaan Skripsi ini dengan Tesis saya terletak pada fokus penelitian, dimana Tesis saya lebih memfokuskan pada perbandingan kepemimpinan antara Nelson Mandela dengan Thabo Mbeki sedangkan Skripsi Rochdi Mohan Nazala fokos pada Kebijakan Gear.
5
3. The Effectiveness of Clean Development Mechanism (CDM) in Supporting Poverty Alleviation In South Africa. Thesis Amalia, Nailul Lutfi. Thesis ini lebih membahas hambatan dan implementasi CDM dalam mengatasi kemiskinan di Afrika Selatan. Tanpa mengurangi keaslian penelitian ini juga, karya-karya tulis tersebut di atas menjadi pedoman atau panduan dalam menyusun hasil penelitian ini yang tentu saja dijelaskan secara mendetail sumber acuannya secara akurat, sehingga hasil penelitian ini memenuhi standar keilmiahan sebagaimana yang telah menjadi acuan bagi Universitas Gadjah Mada.
D. TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh keterbukaan dan pemegang kekuasaan adalah kaum kulit hitam memberikan dampak yang sangat terhadap perkembangan sosial di Afsel. Salah satu kebijakan pemerintah adalah Black Empowerment Programme dan African Renaissance adalah dua hal yang menjadi katalisator perubahan sosial budaya bangsa Afrika Selatan setelah masa apharteid berakhir. Dengan program ini, saat ini dapat dilihat bahwa angka kesempatan kerja bagi warga kulit hitam naik dengan pesat dan sebaliknya bagi warga kulit putih dan kulit berwarna semakin turun, terutama di kalangan pendidikan rendah.Keterbukaan dan kampanye terhadap pencegahan penularan dan penanganan penderita HIV/AIDS juga nampak pada mass media dan lembaga pendidikan. Asimilasi dan integrasi budaya secara langsung antara warga kulit hitam dan kulit putih/berwarna berlangsung secara formal di sekolah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, ada beberapa literatur yang digunakan untuk membahas permasalahan ini yang terkait dengan kepemimpinan Nelson Mandela dan Thabo Mbeki serta sejarah Afrika, situasi politik domestik Afrika Selatan, serta berbagai peranan Afrika Selatatan di kawasan Africa dengan tujuan untuk memperkuat argumen yang 6
dibuat oleh penulis. Diharapkan literature review ini dapat memberikan masukan dalam melakukan penulisan dan memberikan kelengkapan pada data penelitian. Buku pertama adalah buku yang ditulis oleh William Mervin Gumede, yang berjudul Thabo Mbeki And The Battle For The Soul Of The ANC yang di cetak Zebra Press, di Cape Town Afrika Selatan Tahun 2007. Tulisan dalam buku ini menganalisis tentang perjuangan Afrika Selatan untuk Mewujudkan Demokrasi yang lepas dari Apartheid dan Bagaimana Thabo Mbeki Melepaskan diri dari Bayang Bayang Nelson Mandela dalam Memimpin Afrika Selatan, serta Peranan Thabo Mbeki dalam menyatakuan Negara- Negara di Afrika. perdebatan konstitusi Jepang yang dirasakan sudah tidak relevan lagi dengan kondisi regional dan internasional dewasa ini. Kebutuhan Afrika Selatan untuk terlibat dan mendapat pengakuan Internasional menjadi acuan Thabo Mbeki setelah lepas dari Masalah Apartheid. Dalam buku ini sangat jelas dipaparkan seorang Thabo Mbeki membangun Afrika Selatan, tetapi penulis kurang melihat, bagaimana pengaruh sosok kepemimpinan yang Thabo Mbeki Miliki terhadap kebijakan yang Ia tetapkan. Oleh karenanya , dalam Tesis ini Penulis menambahi analisis kepemimpinan terhadap kebijakan yang diterapkan di Afrika Selatan. Buku kedua adalah buku tulisan dari Xolela Mangcu yang berjudul To The Brink The State Of Democracy In South Africa. Buku ini diterbitkan tahun 2008 dan dicetak oleh KwaZulu-Natal University Press di Afrika Selatan. Dalam buku ini, Xolela Mangcu membahas secara umum mengenai reformasi Demokrasi Afrika Selatan, Upaya pencegahan dan Pemberatan Virus yang menjadi Penyakit Nasional yaitu HIV/AIDS, dan menjelaskan juga bagaima Pemerintah Membangaun Kembali Bangsa dalam Pemerataan Pembangunan bagi Kulit Hitam dan Kulit putih yang memiliki kedudukan dan kesempatan yang sama dalam Hukum, Bisnis, Pendidikan dan Perumahan. Dalam buku ini, jelas disampaikan mengenai reformasi di Afrika Selatan, tetapi dalam Thesis ini Penulis menambahkan pengaruh Demokrasi terhadap perkembangan Afrika Selatan
7
Buku ketiga yang digunakan penulis The Anatomy of a South Africa, yang ditulis oleh Mohamed Adhikari yang di cetak UCT Press di Afrika Selatan tahun 2010. Dalam buku ini dijelaskan kesengsaraan afrika selatan di zaman Afrika Selatan.Banyak perlawanan yang dilakukan oleh kaum kulit hitam Afrika Selatan untuk menolak sistem Apartheid di Afrika Selatan, tetapi bukan keadilan yang mereka dapat, melainkan pelanggaran HAM yang semakin merajalela bahkan pembunuhan massal terhadap kaum demonstran di Afrika Selatan.Buku ini dijadikan acuan terhadap perbandingan Afrika Selatan di Zaman Apartheid dan Pasca Apartheid dari segi pelanggaran HAM, tetapi dalam Thesis ini, Penulis menambahkan perbandingan Afrika Selatan pasca Apartheid dari berbagai sisi yaitu Ekonomi, Demokrasi dan Politik yang diimbangi dengan masing masing fokus pemerintahan Nelson Mandela dan Thabo Mbeki.
E. KERANGKA TEORI Dalam menganalisis tulisan ini, penulis menggunakan teori kepemimpinan. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka.Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu: pemimpin sebagai subjek dan yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan kepemimpinannya4. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan 4
Kartini Kartono. Dr. Pemimpin Dan Kepemimpinan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1998, hal. 35
8
mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasanalasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama. Sebagaimana didefinisikan oleh Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), kepemimpinan adalah the process of directing and influencing the task related activities of group members. Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota dalam hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Lebih jauh lagi, Griffin (2000) membagi pengertian kepemimpinan menjadi dua konsep, yaitu sebagai proses,dan sebagai atribut. Sebagai proses, kepemimpinan difokuskan kepada apa yangdilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses di mana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai, bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi. Adapun dari sisi atribut, kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu, pemimpin dapat didefinisikan sebagai seorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin mereka5. Selain itu banyak juga pendapat dari para tokoh mengenai arti dari kepemimpinanini, yaitu6: 1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu. (Tannenbaum, Weschler, & Massarik, 1961:24)
5
Kepemimpinan,http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032RAHAYU_GININTASASI/kepemi mpinan.pdf diakses tanggal 25 april 2014. 6 Kartini Kartono. Dr. Pemimpin Dan Kepemimpinan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1998, hal. 35
9
2. Kepemimpinan adalah pembentukkan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan dan interaksi (Stogdill, 1974:411). 3. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan rutin organisasi ( Katz & Kahn,1978:528). 4. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas sebuah kelompok yangdiorganisasi kea rah pencapaian tujuan ( Rauch & Behling, 1984:46) 5. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran ( Jacob&Jacques, 1990:281) 6. Para pemimpin adalah mereka yang secara konsisten memberi kontribusi yang efektif terhadap orde social dan yang diharapkan dan dipersepsikan melakukannya (Hosking, 1988:153) 7. Kepemimpinan sebagai sebuah proses pengaruh social yang dalam hal ini pengaruh yang sengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktifitas-aktifitas serta hubungan-hubungan sebuah kelompok atauorganisasi (Yukl, 1994:2) Perkembangan Kepemimpinan merupakan hasil daripada organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika daripada interaksi sosial. Sejak mula kala terbentuknya suatukelompok sosial, seseorang atau beberapa orang di antara warga-warganya melakukanperanan yang lebih aktif daripada rekan-rekannya, sehingga orang tadi atau beberapaorang tampak lebih menonjol daripada yang lainnya. Itulah asal mula timbulnyakepemimpinan, yang kebanyakan timbul dan berkembang dalam struktur sosial yangkurang stabil. Munculnya seorang pemimpin sangat diperlukkan dalam keadaan – keadaan di mana tujuan daripada kelompok sosial yang bersangkutan terhalang atau apabila kelompok tadi mengalami ancaman- ancaman dari luar. Dalam keadaandemikianlah, agak
10
sulit bagi warga -warga kelompok yang bersangkutan untukmenentukkan langkah – langkah yang harus diambil dalam mengatasi kesulitan yangdihadapinya. Munculnya seorang pemimpin merupakkan hasil dari suatu proses yang dinamis yang sesuai dengan kebutuhan – kebutuhan kelompok tersebut. Apabila dalam saat tersebut muncul seorang pemimpin, maka kemungkinan besar kelompok tersebut akanmengalami suatu disintegrasi. Tidak munculnya pemimpin tadi adalah mungkin karenaseorang individu yang diharapkan menjadi pimpinan, ternyata tidak berhasil membukajalan bagi kelompoknya untuk mencapai tujuan dan bahwa kebutuhan warganya tidakterpenuhi.
Adapun fungsi kepemimpinan dalam penerapannya sebagai berikut : 1. Pemimpin sebagai eksekutif ( executive Leader) Sering
juga
disebut
sebagai
administrator
atau
manajer.
Fungsinya
adalahmenerjemahkan kebijaksanaan menjadi suatu kegiatan, dia memempin dan mengawasitindakan
orang-orang
keputusan-keputusanyang
yang menjadi
kemudian
bawahannya. Dan
memerintahkannya
untuk
membuat
dilaksanakan.
Kepemimpinan ini banyakditemukan didalam masyarakat dan biasanya bersifat kepemerintahan, mulai dari pusatsampai ke daerah-daerah memerlukkan fungsi tersebut. 2. Pemimpin sebagai penengah. Dalam
masyarakat
modern,
tanggung
jawab
keadilan
terletak
di
tangan
pemimpindengan keahliaanya yang khas dan ditunjuk secara khusus. Ini dikenal denganpengadilan. Dan bidang lainnya, umpamanya dalam bidang olahraga, terdapat wasit yangmempunyai tugas sebagai wasit. 3. Pemimpin sebagai penganjur
11
Sebagai propagandis, sebagai juru bicara, atau sebagai pengarah opini merupakkan orang-orang penting dalam masyarakat. Mereka bergerak dalam bidang komunikasi dan publistik yang menguasai ilmu komunikasi. Penganjur adalah sejenis pemimpin yang memberi inspirasi kepada orang lain.Seringkali ia merupakkan orang yang pandai bergaul dan fasih berbicara. 4. Pemimpin sebagai ahli Pemimpin sebagai ahli dapat dianalogikan sebagai instruktur atau seorang juru penerang, berada dalam posisi yang khusus dalam hubungannya dengan unit sosial dimana dia bekerja. Kepemimpinannya hanya berdasarkan fakta dan hanya pada bidangdimana terdapat fakta. Termasuk dalam kategori ini adalah guru, petugas sosial, dosen,dokter, ahli hukum, dan sebagainya yang mencapai dan memelihara pengaruhnya karenamereka mempunyai pengetahuan untuk diberikkan kepada orang lain 5. Pemimpin diskusi Tipe pemimpin yang seperti ini dapat dijumpai dalam lingkungan kepemimpinanyang demokratis
dimana
komunikasi
memegang
peranan
yang
sangat
penting.
Seseorangyang secara lengkap memenuhi kriteria kepemimpinan demokratis ialah orang yang menerima peranannya sebagai pemimpin diskusi.
Dalam menjalankan peranannya, para pemimpin memiliki tipe tipe tersendiri. Tipe – tipe kepemimpinan diantaranya : 1. Tipe Otokratik Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menunjuukkan sikap yangmenonjol ‖keakuannya‖, antara lain dalam bentuk: 12
Kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain didalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya. Pengabaian peran para bawahan dalam proses pemgambilan keputusan. Gaya kepemimpinan yang dipergunakan adalah: Menuntut ketaatan penuh dari bawahannya. Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya. Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi. Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjaduinya penyimpangnoleh bawahan. 2. Tipe Paternalistik Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat dilingkungan masyarakat yangbersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utamamasyarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh paraanggota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan. Pemimpinseperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tokoh-tokoh adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikapkebersamaan.
3. Tipe Kharismatik Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat 13
besar. Tegasnya seorang pemimpin yang Kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun parapengikut tersebut tidk selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
4. Tipe Laissez Faire Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri ari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran – sasaran apa yang ingin dicapai, tugas yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.
5. Tipe Demokratis a. Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi. b. Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupasehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidakbisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan. c. Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya. d.Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan martabat manusia. Banyak ciri-ciri pemimpin dan kepemimpinan yang ditampilkan oleh para pakar yang meliputi ciri-ciri fisik, ciri-ciri intelektual, dan ciri-ciri kepribadian. Dr.W.A. Gerungan telah mengetengahkan ciri-ciri yang dimiliki oleh kebanyakan pemimpin yangbaik dan dijadikan perhatian para penilai ketika sedang melaksanakan penyaringanterhadap calon-calon pemimpin dalam latihan-latihan kader kepemimpinan.
14
Penjelasannya sebagai berikut: 1. Persepsi Sosial Persepsi sosial dapat diartikan sebagai kecakapan dalam melihat dan memahami perasaan, sikap dan kebutuhan anggota-anggota kelompok. Kecakapan ini sangat dibutuhkan untuk memenuhi tugas kepemimpinan. Persepsi sosial ini terutama diperlukkan oleh seorang pemimpin untuk dapat melaksanakan tugasnya dalam memberikan pandangan dan patokkan yang menyeluruh dari keadaan-keadaan didalam dan diluar kelompok. 2. Kemampuan berpikir abstrak Kemampuan berpikir abstrak dapat menjadikkan indikasi bahwa seseorang mempunyai kecerdasan yang tinggi. Kemampuan abstrak yang sebenarnya merupakan salah satu segi dari struktur intelegensi, khusus dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk dapat menafsirkan kecenderungan-kecenderungan kegiatan di dalam kelompok dan keadaan umum diluar kelompok dalam hubungannya degan tujuan kelompok.Ini berarti bahwa ketajaman persepsi dan kemampuan menganalisis didampingioleh kemampuan abstrak dan mengintegrasikan fakta-fakta interaksi sosial didalam dandiluar kelompok. Kemampuan tersebut memerlukan taraf intelegensia yang tinggi padaseorang pemimpin yang harus diarahkan oleh persepsi sosial yang telah diterangkan diatas.
3. Keseimbangan emosional Merupakan faktor paling penting dalam kepemimpinan. Jelasnya, pada diri seorang pemimpin harus terdapat kematangan emoional yang berdasarkan kesadaran yang mendalam akan kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, cita-cita, dan alam perasaan, serta pengintegrasian kesemuanya itu kedalam suatu kepribadian yang harmonis. Dan ini bukanlah suatu kepribadian harmoni yang beku dan statis, melainkan suatu harmoni dalam ketegangan-
15
ketegangan emosional, suatu keseimbangan yang dinamis, yang dapat bergerak kemanamana, tetapi mempunyai dasar yang matang dan stabil. Kematangan emosional ini diperlukkan oleh seorang pemimpin untuk dapat turut merasakan keinginan dan cita-cita anggota kelompok dalam rangka melaksanakan tugas kepemimpinan dengan sukses. Teori kepemimpinan membicarakan bagaimana seseorang menjadi pemimpin ataubagaimana timbulnya seorang pemimpin. Ada beberapa teori tentang kepemimpinan, diantaranya ialah7 : 1. Teori Genetik Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan "leaders are born and not made".bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan karena ia telahdilahirkan dengan bakat pemimpin.Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin. 2. Teori Sosial Jika teori genetis mengatakan bahwa "leaders are born and not made", make penganutpenganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu : "Leaders are made and not born". Penganutpenganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadipemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu. 3. Teori Ekologis Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori sosial. Penganutpenganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pangalaman-pengalaman yang
7
Soeharto Rujiatmojo Drs. Ikhtisar Kepemimpinan Dalam Administrasi Negara Di Indonesia, 1984, Jakarta. Halaman 33
16
memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori sosial dan dapat dikatakan teori yang paling baik dari teori-teori kepemimpinan. Namun demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang timbul sebagaipemimpin yang baik. Seorang Pemimpin tentunya sering memiliki hambatan dalam menjalankan proses kepemimpinannya. Hambatan yang dialami oleh Pemimpin tidak lepas dari8 : 1. Fakor internal Kurangnya motivasi dari pemimpin itu sendir, emosi yang tidak stabil, tidak percata diri, takut dalam mengambil resiko, terbatasnya kecakapan pemimpin. 2. Fakor eksternal Tidak adanya dukungan dari orang terdekat, tidak adanya dukungan dari bawahan, terlalu banyak tekanan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa seorang yang tergolong sebagai pemimpin adalah seorang yang pada waktu lahirnya yang berhasil memang telah diberkahi dengan bakat-bakat kepemimpinan dan karirnya mengembangkan bakat genetisnya melalui pendidikan pengalaman kerja. Pengembangan kemampuan itu adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus dengan maksud agar yang bersangkutan semakin memiliki lebih banyak ciri-ciri kepemimpinan.
8
Loc.cit
17
Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai syarat-syaratideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, akan tetapi beberapa di antaranya yangterpenting adalah sebagai berikut 9: a) Memiliki inteligensi yang tinggi dan pendidikan umum yang luas b) Bersifat ramah tamah dalam tutur kata, sikap, dan perbuatan c) Berwibawa dan memiliki daya tarik d) Sehat jasmaniah maupun rohaniah (fisik maupun mental) e) Kemampuan analistis f) Memiliki daya ingat yang kuat g) Mempunyai kapasitas integratif h) Keterampilan berkomunikasi i) Keterampilan mendidik j) Personalitas dan objektivitas k) Jujur (terhadap diri sendiri, atasan, bawahan, sesama pegawai)
F. HIPOTESA Jawaban sementara yang dapat diperoleh berdasarkan rumusan permasalahan, yaitu : Model kepemimpinan Nelson Mandela dan Thabo Mbeki sebagai Pemimpin Sekaligus Presiden Afrika Selatan di masanya berbeda, dikarenakan perbedaan karakter dan fokus masalah yang dihadapi.
G. METODE PENELETIAN Metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :
9
Kepemimpinan,http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032RAHAYU_GININTASASI/kepemi mpinan.pdf.op cit.
18
a. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dikelompokkan dan dipisah-pisahkan kemudian dipilih berdasarkan kualitas kebenarannya, kemudian disusun secara sistematis dan dianalisis dengan menggunakan metode berpikir induktif guna menjawab permasalahan yang ada sehingga dapat dihasilkan suatu uraian yang jelas sesuai dengan permasalahannya. b.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan yaitu dengan cara
membaca, mempelajari serta menganalisis bahan-bahan ilmu hubungan internasional yaitu, buku-buku, tulisan ilmiah dan makalah serta browse data dari Internet yang berkaitan dengan materi yang diteliti.
H. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk menjelaskan secara komprehensif mengenai Persamaan dan perbedaan kepemimpinan Nelson Mandela dan Thabo Mbeki dalam Menjalankan Pemerintahan di Afrika Selatan. 2. Sebagai persyaratan untuk meraih gelar Master Ilmu Hubungan Internasional di Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
19
I. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I
: Dalam bab ini memaparkan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, keaslian penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, hipotesis, metode penelitian, tujuan penelitian, dan sitematika penulisan. BAB II
: Berisi penjelasan mengenai Perjuangan Dan Sejarah Afrika Selatan Menuju
Negara yang Demokratis. Dalam bab ini akan menjelaskan Afrika selatan di Zaman Apartheid dan post Apartheid, Sejarah Demokrasi Afrika Selatan, BAB III
: Berisi penjelasan Perkembangan Politik Afrika Selatan. Dalam bab ini akan
menjelaskan gaya kepemimpinan Nelson Mandela dan Thabo Mbeki dalam Memimpin Afrika Selatan, dan Bagaimana Thabo Mbeki melepaskan kepemimpinannya dari bayang bayang sosok seorang Nelson Mandela. BAB IV
: Berisi mengenai Implikasi Kepemimpinan Nelson Mandela dan Thabo
Mbeki dalam Membangun Africa Selatan. Dalam bab ini akan menjelaskan Wujud perjuangan dari Nelson Mandela dan Thabo Mbeki sampai terbentuknya NEPAD DAN AFRICAN UNION. BAB V
: Merupakan bab yang berisi kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan.
20