BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki fungsi tradisional sebagai lembaga intermediasi yang
berperan penting bagi pergerakan dan pertumbuhan ekonomi. Peran penting perbankan ditunjukan dari sisi ekonomi makro yaitu bank sebagai alat untuk menetapkan kebijakan moneter dan dari sisi ekonomi mikro yaitu bank sebagai sumber utama pembiayaan bagi para pengusaha maupun individu (Koch, 2000). Perbankan di Indonesia memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional, yakni sebagai penunjang kelancaran sistem pembayaran, pelaksanaan kebijakan moneter, dan pencapaian stabilitas sistem keuangan (Bank Indonesia, 2013). Industri perbankan merupakan industri yang sangat diatur oleh peraturan dan ketentuan (highly regulated industry) agar fungsi perbankan berjalan dengan efisien, stabil dan risiko yang terkontrol. Namun ditengah persaingan yang ketat pertumbuhan teknologi dan perubahan kebutuhan masyarakat, perbankan dituntut melakukan diversifikasi dan inovasi sehingga perbankan tidak lagi mengutamakan kegiatan tradisional perbankan sebagai institusi intermediasi dalam menyimpan dan meminjamkan uang. Salah satu bentuk diversifikasi dan inovasi perbankan modern yang semakin berkembang adalah aktivitas bank untuk melaksanakan transaksi di luar neraca atau off-balance sheet (OBS) activity seperti memberikan komitmen
1
pinjaman, memberikan jasa jaminan Bank Garansi dan Letter of Credit serta melaksanakan transaksi valuta asing yang menghasilkan pendapatan fee bagi bank. Bank juga mulai menjual atau melakukan sekuritisasi tagihan pinjaman yang dimilikinya ke investor sebagai salah satu pendanaan bank. Jenis-jenis kegiatan tersebut adalah aktivitas OBS yang merupakan kegiatan non tradisional bank (Siamat, 2004, Rose, 2013, Calmes dan Theoret, 2009). Dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh Stiroh (2004), Stiroh dan Rumble (2006), Lepetit et al. (2006) serta Calmes dan Theoret (2010), bank dapat memanfaatkan upaya diversifikasi kepada kegiatan yang lebih berisiko, misalnya dengan modal ekuitas yang lebih sedikit, bank berpeluang mendapatkan pendanaan dengan keleluasaan bentuk instrumen keuangan seperti sekuritisasi untuk memberikan lebih banyak pinjaman atau memberikan jasa penjaminan transaksi yang akan dilakukan nasabah. Beberapa aktivitas OBS dapat melindungi dan mengurangi risiko dari tingkat bunga, kredit, dan nilai tukar dengan transaksi derivatif namun juga dapat meningkatkan risiko tersebut apabila terjebak dalam aksi spekulatif. Aktivitas-aktivitas OBS juga berpeluang menghasilkan pendapatan fee yang menjadi sumber dari pendapatan non bunga atau noninterest income bagi banyak institusi finansial, khususnya pada institusi-institusi besar dan terpercaya. Perkembangan industri perbankan di Indonesia sampai dengan tahun 2014 masih menunjukkan pertumbuhan yang positif. Sesuai data Bank Indonesia yang disajikan pada Gambar 1.1., total laba bersih yang dihimpun industri perbankan nasional di tahun 2014 sebesar Rp 112,2 triliun, tumbuh 14,3% dari tahun 2004 sebesar Rp 29,4 triliun. Dilihat dari data Return On Asset (ROA) yang disajikan
2
Bank Indonesia selama peridoe 2004-2014, perbankan nasional menunjukkan nilai ROA positif dengan rata-rata sebesar 2,78 dan nilai ROE positif dengan rata-rata sebesar 22,95. Return on Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) merupakan ukuran profitabilitas yang sering digunakan dunia perbankan. Kegiatan perbankan masih didominasi untuk kegiatan pengumpulan dana simpanan dan penyaluran kredit kepada masyarakat sehingga laba bersih yang dihasilkan masih ditopang oleh laba dari bunga. Di sisi lain perlu diperhatikan peningkatan laba non bunga yang menyebabkan porsi Net Interest Income atau pendapatan bunga bersih terhadap laba bersih menurun dari 91% di tahun 2004 menjadi 71% di tahun 2014. Terdapat fenomena peningkatan aktivitas OBS dalam satu dekade terakhir dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 31,6% yang melebihi pertumbuhan kredit dengan rata-rata pertumbuhan 20,8% selama 2004-2014. Aktivitas OBS ini meliputi komitmen pinjaman, jaminan Bank Garansi dan Letter of Credit serta transaksi valuta asing yang dilakukan Bank Umum Nasional sesuai ketentuan Bank Indonesia untuk melakukan kegiatan sebagai Bank Devisa. Namun demikian pertumbuhan aktivitas OBS di perbankan Indonesia terlihat lebih fluktuatif dibandingkan pertumbuhan laba bersih, ROA dan ROE sebagaimana Gambar 1.2.
3
Gambar 1.1. Aktivitas OBS, Kredit, Laba Bersih dan ROA Perbankan Nasional 2004-2014 (Rp Triliun)
Sumber : Bank Indonesia – diolah
Gambar 1.2. Pertumbuhan Aktivitas OBS, Laba dan ROA Perbankan Nasional Periode 2005-2014 (dalam %)
Sumber : Bank Indonesia – diolah
Calmes dan Theoret (2010) menyampaikan bahwa pada satu sisi, peningkatan dari pendapatan non bunga (non-interest income) dalam pendapatan operasional bank terlihat menguntungkan, namun pada sisi lain komponen non4
interest income terhadap laba rugi operasional (net operating revenue) menjadi lebih fluktuatif daripada pendapatan bunga (net interest income). Volatilitas dari pertumbuhan non-interest income ini diperburuk oleh kekacauan pasar pada milenium kedua seperti krisis dan resesi sehingga menyebabkan non-interest income sensitif terhadap pasar bursa dan akhirnya berdampak langsung pada volatilitas pertumbuhan laba rugi operasional (Stiroh, 2004). Namun demikian adalah fakta bahwa aktivitas OBS yang tercantum dalam laporan komitmen dan kontinjensi masih jarang mendapatkan perhatian dibandingkan pos-pos neraca, rugi laba dan rasio keuangan lainnya. Pelaksanaan aktivitas OBS akan memberikan risiko bagi kegiatan perbankan dan ini merupakan tantangan karena risiko aktivitas OBS sering tidak dipaparkan secara jelas pada laporan keuangan (Cornett dan Saunders, 2011). Kegagalan beberapa institusi finansial besar di Amerika Serikat selama krisis finansial dapat dikaitkan dengan gagalnya sistem yang ada untuk mendeteksi dini risiko yang melekat pada aktivitas-aktivitas OBS. Hal ini sejalan dengan penelitian DeYoung dan Roland (2001) serta Lepetit et.al. (2006) bahwa peningkatan eksposur aktivitas pendapatan non bunga akan mengalami fluktuasi pendapatan bank dan meningkatkan risiko yang lebih tinggi dibandingkan bank tradisional. Beberapa penelitian di Jepang, Eropa dan Amerika Serikat (Khambata, Hirche. 2002, Khambata, Bagdi. 2003 dan Ziadeh 2012) menyimpulkan bahwa peningkatan
aktivitas
OBS
akan
meningkatkan
risiko
perbankan
dan
mempengaruhi kemungkinan kegagalan sebuah bank.
5
Pengelolaan aktivitas OBS yang kurang tepat menyebabkan beberapa institusi finansial besar bankrut dan tutup usaha selama krisis finansial antara lain bank investasi seperti Lehman Brothers, Bear Stearns, Merrill Lynch, lembaga simpanan seperti Washington Mutual, asuransi seperti AIG, bank komersial seperti Citigroup, lembaga pembiayaan seperti CIT Group, Fannie Mae dan Freddie Mac. Untuk mengurangi dan mengelola risiko perbankan di Indonesia, Bank Indonesia sebagai regulator telah mengeluarkan ketentuan berupa Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 yang menilai Tingkat Kesehatan Bank dengan meneliti profil risiko suatu bank berdasarkan risiko antara lain risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas.
1.2.
Rumusan Masalah Seiring dengan pertumbuhan aktivitas OBS yang meningkat pesat
mendekati pertumbuhan kredit, perlu adanya penelitian pengaruh aktivitas OBS terhadap risiko dan profitabilitas perbankan. Terdapat hasil yang tidak konsisten dari penelitian terdahulu terkait pengaruh aktivitas OBS terhadap profitabilitas perbankan antara lain : a.
Beberapa penelitian menyimpulkan adanya hubungan yang positif antara peningkatan aktivitas OBS dengan profitabilitas seperti penelitian Davis dan Tuori (2000) di perbankan Uni Eropa dan penelitian Khasawneh dan Al Kadash (2014) di Timur Tengah dan Afrika Utara.
b.
Beberapa penelitian menyimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas OBS dengan profitabilitas seperti penelitian Karim dan Gee
6
(2007) di Malaysia serta Aktan dan Gee (2013) di Turki. Bahkan beberapa penelitian seperti Roger dan Sinkey (1999) dan Calmes dan Theoriet (2010) menemukan aktivitas OBS mengurangi kinerja profitabilitas. Selain itu dari hasil pengamatan, penelitian mengenai hubungan aktivitas off balance sheet yang berkaitan dengan profitabilitas perbankan dan risiko di Indonesia relative masih sedikit dengan hasil yang berbeda yaitu: a.
Siregar (2012) menemukan bahwa pendapatan non bunga yang dihitung dari porsi pendapatan non bunga (SNONIN – share of non interest income) berdampak signifikan terhadap variabel ROA dan ROE pada Bank Umum Swasta Nasional selama 2004-2010.
b.
Wibowo (2011) menyimpulkan bank tidak memperoleh manfaat peningkatan kinerja namun menurunkan risiko dari 29 Bank Umum selama 2004-2009. Di sisi lain, peningkatan aktivitas OBS akan memberikan risiko bagi
perbankan yang melaksanakannya. Beberapa penelitian yang meneliti pengaruh pelaksanaan aktivitas OBS terhadap risiko bank memberikan perhatian khusus pada risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas. Khambata dan Hirche (2002) serta Khambata dan Bagdi (2003) menyimpulkan peningkatan aktivitas OBS akan meningkatkan risiko perbankan khususnya risiko kredit, sementara Hull (1989) menyatakan risiko kredit bank dari aktivitas OBS akan dipengaruhi oleh ukuran bank dan tujuan transaksi OBS. Chaudhry (1994) meneliti risiko pasar bank dari aktivitas OBS dan menemukan bahwa bank yang memiliki eksposur lebih besar dalam aktivitas OBS akan lebih efisien untuk mengelola risiko pasar yang dilihat dari risiko suku bunga dibandingkan bank kecil. Sementara Scopelliti (2013)
7
menyimpulkan bahwa pemanfaatan aktivitas OBS khususnya sekuritisasi aktiva dapat meningkatkan risiko kredit namun menurunkan risiko likuiditas.
1.3.
Pertanyaan Penelitian Penelitian aktivitas OBS sebelumnya menitikberatkan pada pengaruh porsi
pendapatan non bunga terhadap total pendapatan sebagai hasil dari aktivitas OBS atau pada pengaruh besarnya aktivitas OBS. Pada penelitian ini penulis berusaha meneliti pengaruh pendapatan non bunga dan besarnya aktivitas OBS secara bersamaan sehingga dapat disusun beberapa pertanyaan penelitian yang menjadi dasar penelitian yaitu : a.
Apakah terdapat pengaruh aktivitas off balance sheet terhadap profitabilitas bank pada Bank Umum Nasional Devisa dan Bank Campuran di Indonesia periode 2004-2014?
b.
Apakah terdapat pengaruh aktivitas off balance sheet terhadap risiko bank pada Bank Umum Nasional Devisa dan Bank Campuran di Indonesia periode 2004-2014?
1.4.
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
a.
Menemukan bukti empiris mengenai pengaruh antara aktivitas off balance sheet terhadap profitabilitas bank pada Bank Umum Nasional Devisa dan Bank Campuran di Indonesia periode 2004-2014.
8
b.
Menemukan bukti empiris mengenai pengaruh antara aktivitas off balance sheet terhadap risiko bank pada Bank Umum Nasional Devisa dan Bank Campuran di Indonesia periode 2004-2014.
1.5.
Manfaat Penelitian
1.5.1.
Dari sisi akademis. Penelitian ini memberikan manfaat keilmuan berkaitan dengan aktivitas
off-balance sheet (OBS) dalam perbankan nasional dengan memperlihatkan pengaruh pergerakan aktivitas OBS terhadap profitabilitas dan risiko Bank Umum Devisa di Indonesia selama periode tahun 2004-2014. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan serta menambah referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan pengembangan penelitian sejenis. 1.5.2.
Dari sisi praktisi Penelitian ini bermanfaat bagi regulator perbankan yaitu Bank Indonesia,
investor, dan pengelola atau praktisi perbankan. a.
Bagi Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan Penelitian ini bermanfaat untuk bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan pengawasan aktivitas OBS pada perbankan nasional.
b.
Bagi investor. Penelitian ini memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pemilihan tempat dan pengambilan keputusan investasi perbankan nasional dengan kinerja baik dan risiko rendah.
9
c.
Bagi pengelola/praktisi perbankan. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan maupun pengelolaan bank di masa yang akan datang.
1.6.
Ruang Lingkup dan Variabel Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada bank umum di Indonesia yang
memiliki kriteria sebagai Bank Umum Devisa atau Bank Campuran yang dapat melakukan aktivitas OBS,
memiliki laporan
keuangan
tahunan
secara
berkesinambungan dalam periode pengamatan di tahun 2004-2014. Penilaian yang digunakan untuk mengukur profitabilitas bank dan risiko bank sebagai variabel dependen. Profitabilitas bank diukur dengan menggunakan rasio Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) sementara risiko bank diukur meliputi risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas. Variabel independen dalam penelitian ini adalah aktivitas OBS dengan menggunakan tingkat pinjaman, ukuran bank, leverage keuangan, likuiditas bank dan risiko kredit bank sebagai variabel kontrolnya.
1.7.
Sistematika Penelitian Sistematika penulisan penelitian ini akan dijelaskan dalam lima bab yang
terdiri dari :
10
BAB I : PENDAHULUAN Membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,batasan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Mencakup tinjauan literatur, konsep serta penelitian sebelumnya yang mendukung atau yang relevan dan perumusan hipotesis. BAB III : METODE PENELITIAN Membahas batasan-batasan penelitian, spesifikasi model yang digunakan untuk analisis dalam penelitian ini, data dan sumber data, periode observasi, metode analisis, hipotesis, tahapan dan prosedur analisis. BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN Membahas analisis data secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan model, tahapan dan prosedur analisis yang telah ditentukan sebelumnya. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Membahas kesimpulan hasil analisis dan saran yang relevan yang dapat diberikan terkait dengan kesimpulan hasil penelitian.
11