1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Belakangan banyak bermunculan pusat layanan yang berhubungan dengan perawatan tubuh di berbagai kota besar, yang tergolong ke dalam perawatan medis maupun non medis (herbal). Perubahan gaya hidup (life style) secara tidak langsung memberi faktor perubahan dan ajang terobosan serta inovasi diberbagai bidang terutama yang berhubungan dengan perawatan yang mengarah pada kesehatan, kebugaran maupun trend lainnya. Layanan ini bukan hanya ditujukan bagi perempuan tetapi juga laki-laki, perawatan tubuh yang sering dikenal oleh masyarakat yaitu perawatan SPA (Solus per Aqua) yang mencakup tubuh, rambut, dan kaki. Pada umumnya perawatan tubuh bagi kaum laki-laki menurut pandangan masyarakat tidak begitu penting dibandingkan dengan perempuan, namun di kotakota besar dikenal adanya istilah pria metroseksual karena pria yang tergolong metroseksual ini mempunyai kegemaran dalam merawat dan memperhatikan kondisi tubuh layaknya perempuan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wilujeng dan Setya (2010), perawatan tubuh terutama pada perempuan sudah umum dilakukan namun bagi kaum laki-laki hanya khusus bagi kaum metroseksual, ketimpangan gender terlihat bahwa laki-laki yang melakukan perawatan tubuh akan berdampak pada gaya perilaku konsumsi yang mirip dengan perempuan yaitu sangat memperhatikan penampilan, mengadopsi
2
kebiasaan wanita (feminine) dan memiliki perasaan yang sensitif, sehingga berdasarkan hasil penelitian tersebut, memperjelas trend perawatan tubuh masih dibedakan berdasarkan gender. Terutama untuk kaum hawa atau perempuan kini berkembang spa untuk vagina yang dikenal dengan gurah vagina. Gurah vagina merupakan salah satu perawatan pada organ kewanitaan yang sebenarnya sudah menjadi kebiasaan dikalangan putri keraton, khususnya selir Kerajaan Surakarta (Keraton Solo) dimana perawatan dengan ratus ini menjadi salah satu perawatan yang penting terutama bagi wanita yang sudah menikah dengan disertai perawatan dari dalam dengan meminum jamu-jamuan (Murtie, 2012). Mitos seks dan wanita yang pada akhirnya menjadi suatu ketimpangan dalam gender berkembang pada masyarakat yang tingkat pengetahuan seksualitasnya tergolong rendah, sehingga dengan mudah dapat mengubah perilaku yang berdasarkan informasi mengenai vagina kering akan memberikan sensasi yang lebih baik dibandingkan kondisi yang berlendir (basah) dinyatakan dalam forum dharmacita oleh seorang dokter ahli androlog Setiawan (2008). Secara alamiah, reaksi ini wajar terjadi namun karena tingkat pengetahuan yang rendah mengenai mekanisme dari vagina saat terjadi proses seksual, maka mitos dengan vagina kering sangat kuat mempengaruhi para wanita dengan faktor pendukung dorongan kuat dari pasangannya yang secara tidak langsung mempengaruhi perilaku wanita melakukan berbagai tindakan untuk mendapatkan hasil kondisi vagina menjadi kering.
3
Kesetaraan gender merupakan suatu kebebasan memilih sesuatu yang diinginkan tanpa adanya tekanan atau paksaan dari pihak lain dimana dalam pengambilan keputusan kedudukan sama dalam upaya memperoleh manfaat dari lingkungannya (Pudiastuti, 2012). Pembedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari konstruksi sosial budaya untuk menciptakan kesetaraan gender adalah dengan cara menghilangkan peran biologis gender yaitu dengan usaha radikal untuk mengubah pola pikir dan struktur keluarga yang menciptakannya dan hal ini dikatakan oleh Showalter (1989) dalam Marzuki. Secara biologis terdapat perbedaan sensasi seksualitas laki-laki dengan perempuan, perbedaan tersebut dipengaruhi oleh faktor internal (hormon seksual, psikis, kesehatan tubuh dan pengalaman seksual) dan faktor eksternal (nilai sosial dan moral dari masyarakat). Berdasarkan gender dan mitos-mitos kaum laki-laki dituntut untuk lebih menguasai terkait hubungan seksual maka berlomba untuk mengkonsumsi obat kuat yang dinyatakan dalam tabloid Nakita rubrik seksologi oleh seorang dokter spesialis andrologi Wimpie Pangkahila (2012). Bagi kaum laki-laki dan mitos vagina kering bagi kaum perempuan sehingga gencar melakukan segala cara untuk mendapatkan kondisi vagina yang kering (Puspayanti, 2012). Perilaku inilah yang erat terkait dengan persepsi seseorang mengenai suatu mitos yang beredar bahwa dengan gurah vagina akan memberikan kesan seperti layaknya perempuan yang masih gadis (virgin) dan mitos ini penting untuk dicegah, karena sudah banyak menjamur praktek-praktek yang menyalahi aturan medis. Sebagai contoh pemakaian produk Tongkat Gurah Vagina (TGV) yang
4
sesuai dengan namanya yaitu tongkat sebagai media yang berbahan dasar Clerodendron serratum (daun senggugu) yang bertujuan untuk mengeluarkan lendir- lendir yang kotor dan tidak bermanfaat. Namun belum diketahui secara pasti apakah prosedur yang digunakan sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan (Dharmacita, 2008). Ada berbagai versi dalam penanganan gurah vagina, namun dalam penelitian ini dibahas mengenai gurah vagina dengan menggunakan teknik ratus (ramuan herbal). Belum ada pembuktian secara klinis bahwa gurah vagina akan menghilangkan keputihan (masalah pada organ kewanitaan), namun dapat diambil kesimpulan apabila organ kewanitaan bersih akan mengurangi risiko-risiko penyakit seperti keputihan yang dikatakan dalam majalah detik health oleh seorang dokter umum Nadesul (2011). Selain masalah keputihan, vagina merupakan alat kopulasi (hubungan kelamin) dan proses melahirkan sehingga penting mendapatkan perawatan khusus agar kesehatan wanita dapat terjaga. Diteliti lebih mendalam lagi berbagai alasan dan persepsi wanita memilih perawatan khusus organ kewanitaan ini sebagai suatu hal yang rutin dilakukan, di antaranya karena terkait dengan tradisi atau kepercayaan yang ada di masyarakat. Bahwa dengan kondisi vagina yang kering dan rapat akan memberikan efek yang baik saat berhubungan seksual. Tidak dapat dipungkiri bahwa keyakinan dan persepsi yang kuat sejak dahulu yang beredar di masyarakat mengatakan bahwa, seorang wanita (istri) harus memberikan pengabdian dan pelayanan yang optimal pada suami. Dalam hal ini terlihat adanya ketimpangan gender antara laki-laki dengan perempuan, dengan kata lain segala cara dilakukan oleh para wanita (istri)
5
untuk memberi pelayanan yang terbaik demi terbentuknya keharmonisan dalam rumah tangga. Selain faktor tersebut di atas, pengetahuan dan tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk melakukan gurah vagina teknik ratus. Penelitian yang dilakukan oleh Grimley et al. (2006) menyatakan bahwa wanita yang secara teratur melakukan pencucian saluran vagina yang dikenal dengan istilah vaginal douching diperoleh persentase 28,5% yang tidak sekolah menengah umum (SMU) atau pendidikan umum, 17,6% wanita yang berjenjang pendidikan SMU atau pendidikan umum, 13,0% tanpa gelar kesarjanaan, 3,7% dengan gelar kesarjanaan (S1) atau lebih tinggi, dan lainnya 37,2%. Dilihat dari persentase yang melakukan douching berdasarkan penelitian di atas, pendidikan yang tergolong tinggi tidak menjamin sikap dan perilaku seseorang dalam pengambilan keputusan dalam hal ini melakukan douching. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Martens dan Monif (2003) diperoleh hasil bahwa perempuan dari ras kulit hitam, pendidikan rendah, pendapatan rendah dan memiliki riwayat PMS (Penyakit Menular Seksual) yang melakukan douching cenderung untuk menderita BV (Bacterial Vaginosis) sebesar 76,5% dibandingkan dengan yang normal sebesar 19,1%. Status ekonomi pun sangat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam perawatan gurah vagina teknik ratus ini. Terkait dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh McKee (2009), bahwa vaginal douching secara luas dipraktekkan oleh perempuan Amerika dengan status ekonomi yang rendah.
6
Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan dan tingkat pendidikan serta status ekonomi sangat mempengaruhi pengambilan keputusan terhadap perawatan gurah vagina teknik ratus. Dimana dengan pengetahuan yang rendah sangat memungkinkan seseorang tidak mengetahui secara pasti dampak dari pengambilan keputusan mengenai gurah vagina teknik ratus yang dalam perawatannya mempunyai prosedur dari segi bahan yang digunakan dan frekuensi untuk melakukan perawatan tersebut. Dengan pengetahuan dan tingkat pendidikan yang rendah pun akan besar pengaruhnya terhadap iklan-iklan dalam media massa yang menawarkan berbagai macam perawatan, karena keterbatasan pengetahuan maka tanpa berpikir baik buruknya perawatan yang ditawarkan muncullah keinginan untuk mencoba. Fasilitas pendukung, sikap terapis, dukungan keluarga dan media massa juga berkemungkinan mempunyai pengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam melakukan gurah vagina teknik ratus. Seperti pada hasil penelitian yang dilaporkan oleh McKee (2009), bahwa responden biasanya mengetahui tentang douching dari anggota keluarga dan teman-teman khususnya perempuan. Banyak faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam memilih suatu perawatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu responden yang sudah menikah di Indonesia menyatakan bahwa untuk memperkuat hubungan yang harmonis dalam kehidupan rumah tangga adalah kenikmatan seksual suami yang cenderung untuk mengkondisikan organ kewanitaan dalam keadaan yang kering dengan menggunakan produk-produk herbal (Hilber et al. (2010)).
7
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Grimley et al., (2006), bahwa alasan utama wanita melakukan douching adalah merasakan bersih setelah menstruasi (66,5%), kebersihan secara menyeluruh (43,6%), untuk membersihkan diri sebelum dan sesudah berhubungan seks (36,7%), untuk mengurangi bau dari vagina (26,9%), bahwa douching baik dan normal untuk dilakukan (19,4%), mengeluarkan cairan abnormal (6,4%), perdarahan menstruasi (4,3%) dan untuk mencegah kehamilan (3,0%). Hal inilah yang kuat menjadi alasan para wanita melakukan berbagai cara untuk mendapatkan hasil yang maksimal selain karena alasan kesehatan. Namun kenyataannya perawatan khusus organ kewanitaan ini masih merupakan masalah pro dan kontra, mengingat efek dari penggunaan bahan-bahan yang digunakan selama proses perawatan. Tujuan dari perawatan gurah vagina agar organ kewanitaan tetap bersih sehingga bebas dari infeksi dan peradangan ke saluran kencing, namun harus dilakukan secara benar dan terkontrol. Jika dilakukan dengan cara yang salah dapat berakibat keseimbangan alaminya (kimiawi dan biologis) terganggu dan risiko terkena infeksi akan meningkat (Lavander, 2011). Dengan adanya fenomena tersebut, berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah diuraikan di atas dan fenomena yang terjadi di masyarakat khususnya para wanita yang melakukan gurah vagina teknik ratus, maka dalam penelitian ini digali secara mendalam mengenai hubungan antara persepsi, sosial ekonomi, dukungan keluarga, dan media massa dengan layanan gurah vagina teknik ratus di Spa tahun 2013.
8
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas maka muncul permasalahan yang perlu diteliti adalah sebagai berikut. 1. Apakah ada hubungan antara persepsi dengan layanan gurah vagina teknik ratus? 2. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan layanan gurah vagina teknik ratus? 3. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan layanan gurah vagina teknik ratus? 4. Apakah ada hubungan antara status ekonomi dengan layanan gurah vagina teknik ratus? 5. Apakah ada hubungan antara fasilitas pendukung dengan layanan gurah vagina teknik ratus? 6. Apakah ada hubungan antara sikap terapis dengan layanan gurah vagina teknik ratus? 7. Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan layanan gurah vagina teknik ratus? 8. Apakah ada hubungan antara media massa dengan layanan gurah vagina teknik ratus? 9. Variabel bebas manakah yang memiliki kontribusi tertinggi yang berhubungan dengan layanan gurah vagina teknik ratus?
9
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah mencari seberapa besar hubungan
antara persepsi, pengetahuan, tingkat pendidikan, status ekonomi, fasilitas pendukung, sikap terapis, dukungan keluarga dan media massa dengan layanan gurah vagina teknik ratus di Nur Traditional Beauty Salon, Trendz, dan Keraton Spa.
1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan : 1. Hubungan antara persepsi dengan layanan gurah vagina teknik ratus di Nur Traditional Beauty Salon, Trendz, dan Keraton Spa. 2. Hubungan antara pengetahuan dengan layanan gurah vagina teknik ratus di Nur Traditional Beauty Salon, Trendz, dan Keraton Spa. 3. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan layanan gurah vagina teknik ratus di Nur Traditional Beauty Salon, Trendz, dan Keraton Spa. 4. Hubungan antara status ekonomi dengan layanan gurah vagina teknik ratus di Nur Traditional Beauty Salon, Trendz, dan Keraton Spa. 5. Hubungan antara fasilitas pendukung dengan layanan gurah vagina teknik ratus di Nur Traditional Beauty Salon, Trendz, dan Keraton Spa. 6. Hubungan antara sikap terapis dengan layanan gurah vagina teknik ratus di Nur Traditional Beauty Salon, Trendz, dan Keraton Spa.
10
7. Hubungan antara dukungan keluarga dengan layanan gurah vagina teknik ratus di Nur Traditional Beauty Salon, Trendz, dan Keraton Spa. 8. Hubungan antara media massa dengan layanan gurah vagina teknik ratus di Nur Traditional Beauty Salon, Trendz, dan Keraton Spa. 9. Variabel bebas yang berkontribusi tertinggi yang berhubungan dengan layanan gurah vagina teknik ratus di Nur Traditional Beauty Salon, Trendz, dan Keraton Spa.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan menambah pembendaharaan ilmu pengetahuan dalam melakukan kajian pada bidang yang sama terutama kajian gender dan social capital terutama mekanisme kepercayaan kepada praktek kesehatan organ intim perempuan bagi peneliti selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Untuk Tenaga Kesehatan dan Masyarakat Umum Melalui penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan dan masyarakat umum mendapatkan pengetahuan tentang dampak positif dan negatif perawatan gurah vagina teknik ratus terhadap kesehatan terutama organ intim kewanitaan sehingga dapat diambil langkah-langkah dan prosedur selanjutnya yang tepat. 2. Untuk perempuan yang melakukan gurah vagina teknik ratus Melalui penelitian ini diharapkan perempuan yang melakukan gurah vagina teknik ratus mengetahui secara spesifik faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam melakukan perawatan organ intim kewanitaan.
11
3. Untuk Peneliti Melalui penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam melaksanakan penelitian dan mengembangkan penelitian lanjutan.