BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu sistem transportasi mengharuskan setiap pelabuhan memiliki suatu kerangka dasar rencana pengembangan dan pembangunan pelabuhan. Kerangka dasar tersebut tertuang dalam suatu rencana pengembangan keruangan yang kemudian dijabarkan dalam suatu tahapan pelaksanaan pembangunan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Hal ini diperlukan untuk menjamin kepastian usaha dan pelaksanaan pembangunan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dan untuk menjamin kepastian usaha dan pelaksanaan pembangunan pelabuhan yang terencana, terpadu, efisien dan berkesinambungan. Kerangka dasar rencana pengembangan dan pembangunan suatu pelabuhan tersebut diwujudkan dalam suatu rencana induk atau masterplan pelabuhan yang menjadi bagian dari tata ruang wilayah dimana pelabuhan tersebut berada, untuk menjamin sinkronisasi antara rencana pengembangan pelabuhan dengan rencana pengembangan wilayah. Kementerian Perhubungan Republik Indonesia melalui Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 54 tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut, menyatakan bahwa penyelenggaraan pelabuhan laut wajib melakukan kaji ulang rencana induk atau masterplan pelabuhan selambat-lambatnya setiap 5 (lima) tahun sekali atau sesuai dengan kebutuhan.
1
Pelabuhan Maumere merupakan salah satu pelabuhan laut yang berada dalam wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur yang hierarkinya menurut Keputusan Menteri Perhubungan No.KM 53 tahun 2002 tentang Tatanan Kepelabuhanan Nasional adalah sebagai Pelabuhan Lokal. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sikka No.2 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka tahun 2012-2032 maka Pelabuhan Maumere diarahkan sebagai Pelabuhan Pengumpul, berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur No.1 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2010-2030 maka Pelabuhan Maumere juga diarahkan sebagai Pelabuhan Pengumpul dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional maka Pelabuhan Maumere diarahkan sebagai simpul transportasi nasional dangan status tahapan pengembangan I / Pengembangan Pelabuhan Nasional (I/3). Masterplan Pelabuhan Maumere tahun 2002-2025 ditetapkan oleh Direksi PT. Pelabuhan Indonesia III (PERSERO) pada tahun 2003 berdasarkan data kondisi eksisting pelabuhan sampai dengan tahun 2000 yang meliputi; Daerah Pendukung (Hinterland) Pelabuhan Maumere; Pelabuhan-pelabuhan di sekitar Pelabuhan Maumere; Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp); Fasillitas dan Peralatan Pelabuhan; Arus Barang, Penumpang, Hewan, BBM dan Kunjungan Kapal; dan Pokok Kajian terhadap Lingkungan Hidup. Berdasarkan uraian seperti tersebut diatas dan untuk lebih meningkatkan pelayanan Pelabuhan Maumere, penulis merasa tertarik melakukan suatu penelitian 2
untuk mengkaji ulang Masterplan Pelabuhan Maumere yang ada, dalam suatu penelitian dengan judul “Evaluasi Masterplan Pelabuhan Maumere”. Rencana Tata Guna Lahan Pelabuhan Maumere berdasarkan Masterplan Pelabuhan Maumere Tahun 2002-2025 seperti terlihat dalam Gambar 1.1. Dalam gambar tersebut ditunjukan zonasi lahan Daerah Lingkungan Kerja daratan (DLKr daratan) Pelabuhan Maumere.
Gambar I.1 Rencana Tata Guna Lahan Pelabuhan Maumere Sumber : Masterplan Pelabuhan Maumere Tahun 2002-2025 1.2 Lokasi Penelitian Pelabuhan Maumere terletak pada Teluk Maumere, pantai utara di Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), termasuk dalam wilayah Kabupaten Sikka yang secara geografi terletak pada posisi: 080 37’ 08” LS dan 1220 13’ 00” 3
BT. Secara alamiah letak Pelabuhan Maumere berhadapan dengan Pulau Besar, Pulau Kambing dan Pulau Pemana. Peta lokasi penelitian ditunjukan dalam
Gambar 1.2. Dalam gambar
tersebut diperlihatkan letak Pelabuhan Maumere dan pelabuhan–pelabuhan lain yang ada di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur serta sistem transportasi laut yang menghubungkan pelabuhan–pelabuhan tersebut maupun dengan pelabuhanpelabuhan lain yang berada di luar wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk : 1. Menganalisis kebutuhan akan ruang pelabuhan (lapangan penumpukan peti kemas, gudang dan lapangan penumpukan terbuka, dermaga, gedung terminal penumpang dan areal parkir) pada saat ini dan pada saat mendatang (jangka pendek, menengah, panjang). 2. Menganalisis kebutuhan peralatan penanganan peti kemas (shore crane, head truck, mobile crane). 3. Membuat prediksi perkembangan kunjungan kapal dan peningkatan bongkar muat. 4. Menganalisis SWOT kondisi pelabuhan yang ada saat ini. 5. Membuat penyempurnaan masterplan yang ada sesuai dengan perkembangan arus kapal, barang dan penumpang.
4
5 Gambar I.2 Peta Lokasi Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan dua manfaat, yakni : 1. Secara teoritis dapat menambah dan memperkaya studi mengenai evaluasi masterplan pelabuhan, 2. Secara praktis dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan kebijakan untuk lebih meningkatkan pelayanan Pelabuhan Maumere, baik dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. 1.5 Batasan Penelitian Bertolak dari kondisi tersebut di atas dan mengingat keterbatasan penelitian dalam waktu, biaya dan tenaga, penelitian ini dibatasi hanya dalam hal menganalisis kebutuhan akan ruang pelabuhan (lapangan penumpukan peti kemas, gudang dan lapangan penumpukan terbuka, dermaga, gedung terminal penumpang dan areal parkir) pada saat ini dan pada saat mendatang (jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang), menganalisis kebutuhan peralatan penanganan peti kemas (shore crane, head truck, mobile crane), membuat prediksi perkembangan kunjungan kapal dan peningkatan bongkar muat, menganalisis SWOT kondisi pelabuhan yang ada saat ini dan membuat penyempurnaan masterplan yang ada sesuai dengan perkembangan arus kapal, barang dan penumpang.
6