BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia.
Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang cenderung terus berkembang, seperti penggunaan minyak bumi untuk sektor transportasi atau penggunaan energi batu bara untuk menopang kegiatan industri. Tingginya tingkat permintaan akan energi tiap tahun tidak bisa diabaikan, namun masalahnya adalah tidak diimbangi oleh produksi energi serta akses terhadap sumber daya energi yang semakin lama cenderung semakin mahal dalam biaya produksi yang mengakibatkan melambungnya harga energi saat ini, serta semakin menipisnya sumber energi primer (minyak bumi, gas bumi, dan batu bara) yang biasa digunakan sebagai bahan bakar utama dalam proses produksi energi. Banyak faktor yang menciptakan ketidakseimbangan ini terjadi antara lain adalah pesatnya laju pertambahan penduduk dan semakin tingginya peran industri dalam perekonomian di banyak negara yang sudah mulai meninggalkan sektor pertanian. Hal ini meningkatkan konsumsi energi dunia secara drastis dan mengakibatkan tersedotnya cadangan energi Diperkirakan hingga tahun 2030 konsumsi energi dunia masih tergantung kepada energi minyak bumi yang tidak terbarukan (IEA, 2013). Oleh karena itu dunia perlu mengembangkan energi alternatif. Misalnya seperti penggunaan bahan bakar nabati, dan hidrogen sebagai bahan bakar alternatif untuk sektor transportasi. Selain lebih murah dalam biaya produksi dan eksplorasi, juga lebih ramah
1
lingkungan, sehingga gas CO2 dapat dikurangi. Hasil buangan energi juga menjadi masalah yang harus dipecahkan untuk masa depan. Gas beracun seperti CO2 telah membuat lingkungan tercemar, dimana hal ini sangat mempengaruhi aspek sosial ekonomi hamipr seluruh negara di dunia Banyak peneliti dan ilmuwan telah melakukan studi dan mengembangkan tentang potensi penggunaan sumber daya energi yang dapat diperbaharui seperti energi biogas dan biofuel, namun sepertinya pengembangan ini masih membutuhkan waktu serta biaya pengembangan yang tidak murah. Beberapa organisasi seperti IEA, EU, dan World Bank yang membuat aturan tentang penggunaan energi alternatif dan terbarukan serta melakukan kebijakan tertentu untuk menjamin seluruh negara mendapat pasokan energi yang sesuai dengan kebutuhan. Gambar 1. 1. Perkembangan konsumsi energi di dunia tahun 1987-2012
Sumber: British Petroleum Statistical Review of World Energy 2013 2
Pada gambar 1.1 menunjukkan kenaikan konsumsi akan energi dari tahun ke tahun, secara total kenaikan dari tahun 2011 ke tahun 2012 adalah sebesar 1,8% sementara rata-rata kenaikan selama 10 tahun terakhir adalah 2,6%. Hal ini disebabkan karena banyaknya negara di dunia yang sudah beralih ke sektor industri dan mulai meninggalkan sektor pertanian. Peran energi mutlak diperlukan untuk mendukung sektor industri yang mulai tumbuh sebagai sektor utama bagi pertumbuhan ekonomi negara maju maupun negara berkembang. Selain itu juga penggunaan sumber energi terbarukan (renewables energy resources) belum dapat menggantikan penggunaan energi primer. Hal ini terlihat dari share minyak dan batu bara yang mendominasi pada grafik di atas, lebih dari 8000 million tonnes of oil equivalent (Mtoe) keduanya menyumbang penggunaan energi di dunian ini. Sementara sektor yang banyak memanfaatkan energi ini adalah sektor industri, disusul sektor transportasi dan sektor rumah tangga. Melihat tingginya konsumsi energi dunia yang masih lebih menitikberatkan pada energi primer, perlu ada kebijakan khusus dalam hal ini. Kita tahu produsen energi primer cukup terbatas, tidak semua negara mempunyai sumber energi primer. Oleh karena itu harus ada langkah khusus untuk mengatasi hal ini, yaitu mengembangkan energi alternatif, dimana semua negara dapat mengolah energi untuk mereka sendiri sehingga ketahanan energi tiap negara menjadi terjamin.
3
Gambar 1. 2 Konsumsi energi berdasarkan region tahun 2011-2012
Million Tonnes of Oil Equivalent
6000 5000 4000 3000 2011 2012
2000 1000 0
North America
South and Central America
Europe
Middle East
Africa
Asia Pasific
Sumber: British Petroleum Statistical Review of World Energy 2013 Terlihat pada gambar 1. 2 tentang konsumen terbesar dari energi di dunia berdasarkan region. Berdasarkan region, konsumsi energi tertinggi adalah di kawasan Asia Pasifik, dimana negara industri seperti Cina, Jepang, India, dan Korea Selatan menjadi penyumbang terbesarnya. Paling mengejutkan adalah Cina berhasil menyalip Amerika Serikat dari segi konsumsi energi. Amerika Serikat hanya mengkonsumsi sebesar 2200 Mtoe sementara Cina mengkonsumsi sebesar 2500 Mtoe. Secara spesifik, konsumsi energi terbesar terdapat di kawasan Asia Pasifik. ASEAN sebagai kawasan khusus mempunyai pertumbuhan konsumsi energi yang tinggi. Menurut ASEAN Centre of Energy dalam 3rd ASEAN Energy Outlook, pertumbuhan konsumsi energi primer tiap tahun adalah 3,6%. Total konsumsi energi primer sebesar 511 MTOE pada tahun 2007. Sementara itu energi yang
4
paling cepat tumbuh adalah batu bara dengan kenaikan konsumsi sebesar 13% per tahun. Namun penggunaan energi terbesar adalah pada minyak, meskipun pertumbuhan konsumsi energi ini hanya 2,2% per tahun. Berdasarkan sektor yang mengkonsumsi energi, ternyata sektor yang paling banyak memakai energi adalah rumah tangga dan sektor komersil, kemudian disusul oleh industri dan yang terakhir adalah sektor transportasi pada tahun 2007. Terdapat perbedaan pada tahun 1995 dan tahun 2007, dimana transportasi yang dulu lebih banyak memakai energi, kini mulai disalip oleh sektor industri. Hal ini mengindikasikan bahwa, perkembangan sektor industri di negara ASEAN sangatlah pesat sebagai penunjang sektor perekonomian. Untuk lebih jelasnya terdapat pada gambar 1.3 Gambar 1. 3 Konsumsi Energi Final di ASEAN Berdasarkan Sektor Tahun 1995 dan 2007
Sumber: 3rd ASEAN Energy Outlook
5
Ekonomi energi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ekonomi sumber daya alam, mengingat cadangan energi juga terbatas. Sumber daya alam dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable resource) dan tidak dapat diperbaharui (non-renewable resource). Sumber daya alam yang dapat diperbaharui adalah sumber daya yang terus tersedia dalam batas waktu yang tak terhingga, misalkan seperti air, udara, panas matahari dan sebagainya. Sedangkan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui adalah sumber daya yang persediannya terbatas dalam jangka waktu tertentu seperti minyak bumi, gas bumi, batu bara, dan sebagainya. Energi dapat digolongkan sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, bahkan meskipun sudah terdapat energi alternatif namun laju penggunaan energi akan lebih cepat dibanding produksi energi itu sendiri karena pentingnya penggunaan energi dalam kebutuhan sehari-hari. Peran energi dalam sektor perekonomian suatu negara secara umum dapat dilihat dalam konteks makroekonomi, yaitu dari penerimaan ekspor energi dan pengeluaran dalam impor energi. Dengan hal semacam ini seharusnya negara yang kaya akan sumber daya energi akan meraih keuntungan dalam jumlah besar melalui perdagangan internasional. Nyatanya tidak semua negara yang kaya sumber daya energi dapat dengan mudah meraih keuntungan, kejadian semacam ini sering disebut dutch disease atau natural resource curse. Hal ini dikarenakan tingginya biaya produksi dan eksplorasi energi dimana tidak semua negara dapat melakukan investasi dalam hal ini. Salah satu cara yang termudah adalah dengan memberikan hal ini kepada investor (terutama investor asing), yang kemudian pembagian hasil
6
ekspor energi akan dibagi sesuai kesepakatan. Salah satu contoh dalam kasus ini adalah Indonesia. 1.2. Rumusan Masalah Tingginya investasi dalam energi membuat banyak negara kesulitan dalam mengelola energi, oleh karena itu beberapa negara lebih cenderung memilih melakukan kerjasama di bidang energi baik melalui perdagangan, eksplorasi, maupun pengelolaan. Pada tahun 2005 negara Europe Union (EU) mengadakan kerjasama dalam bidang energi yang tertuang dalam European Energy Policy. Di dalamnya memuat kerjasama dalam perdagangan, pengembangan energi alternatif, dan pengembangan pasar energi di Eropa. Selain itu terdapat The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), yang membuat badan khusus untuk mengembangkan sektor energi bernama The International Energy Agency (IEA) yang didirikan tahun 1971. Tujuan dari IEA adalah meningkatkan ketersediaan keamanan energi, efisiensi, serta penanganan akibat buruk dari energi pada lingkungan hidup. Kerjasama antar regions ataupun antar negara berperan penting untuk ketersediaan energi bagi suatu negara. Di region ASEAN sendiri, isu tentang tingginya penggunaan energi tidak diimbangi dengan produksi ataupun pasokan energi itu sendiri. Oleh karena itu muncul ide untuk menjadikan pasar ASEAN untuk terintegrasi dalam pasar energi seperti dalam EU. Hal ini sudah diterapkan pada tahun 2007. Namun diperkirakan hal ini baru akan berjalan optimal pada saat diterapkannya dengan ASEAN Economic Integration (AEC) tahun 2015 mendatang. Selain kerjasama antar negara ASEAN, kerjasama juga dilakukan
7
dengan Jepang, Cina, dan Korea Selatan tahun, yang kemudian menjadi kerjasama energi ASEAN+3. Adapun ruang lingkup kerjasama ASEAN di bidang energi mencakup isuisu: (i). Ketahanan energi (Energy Security); (ii). Pembangunan jaringan kelistrikan (Power Interconnection); iii). Efisiensi energi (Energy Efficiency); (iv). Kebijakan regional di bidang energi (Regional Energy Policy); (v). Penelitian dan pengembangan energi terbarukan (Research and Energy, and Renewable Energy). Mengingat semakin tingginya konsumsi energi ASEAN sampai 2030 mendatang serta peran energi dalam perekonomian, terutama pada energi fosil (3rd ASEAN Energy Outlook, 2012), maka perlu dicari alternatif lainnya.
1.3 Pertanyaan Penelitian Dari permasalahan yang dijelaskan di perumusan masalah, maka ada beberapa masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana pengaruh konsumsi energi fosil, energi alternatif dan energi terbarukan terhadap GDP di negara ASEAN 6? 2. Bagaimana dampak integrasi pasar energi ASEAN terhadap konsumsi energi fosil, energi alternatif dan energi terbarukan?
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1.
Menganalisis pengaruh konsumsi energi fosil, energi alternatif dan energi terbarukan terhadap GDP di negara ASEAN 6.
8
2.
Menganalisis dampak integrasi pasar energi ASEAN terhadap konsumsi energi fosil, energi alternatif dan energi terbarukan.
1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat-manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini, yaitu: 1. Memeberikan bukti empiris tentang konsumsi energi mana saja yang dapat mempengaruhi perekonomian negara di ASEAN. 2. Memberikan referensi bagaimana permintaan energi di negara ASEAN sampai tahun 2030. 3. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan yang berkaitan dengan kerjasama dalam sektor energi khusunya dalam kawasan Asia Tenggara.
9