1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas berjalan kaki merupakan suatu bagian integral dari aktivitas lainnya. Bagi masyarakat di daerah tropis, berjalan kaki mungkin kurang nyaman karena masalah cuaca. Di musim kemarau cuaca panas terik menurunkan jarak berjalan yang masih dapat ditoleransi. Di musim penghujan, potensi hujan deras dapat menyurutkan ketahanan untuk berjalan kaki pada jarak dekat sekalipun. Padahal berjalan kaki merupakan tindakan yang sederhana akan tetapi memiliki peran penting dalam sistem transportasi setiap kota karena hampir setiap aktivitas pergerakan diawali dan diakhiri dengan berjalan kaki. Pengertian trotoar menurut Bina Marga (1995) adalah jalur pejalan kaki yang terletak didaerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan dan pada umumnya sejajar dengan lalu lintas kendaraan. Fungsi utama trotoar adalah untuk memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan dan kenyamanan pejalan kaki tersebut. Trotoar juga berfungsi memperlancar lalu lintas jalan raya karena tidak terganggu atau terpengaruh oleh lalu lintas pejalan kaki. Trotoar pada dasarnya adalah ruang khusus pejalan kaki dan setiap fasilitas yang ada di trotoar diperuntukkan pejalan kaki. Pejalan kaki merupakan istilah dalam transportasi yang digunakan untuk menjelaskan orang yang berjalan di lintasan pejalan kaki baik dipinggir jalan, trotoar, lintasan khusus bagi pejalan kaki ataupun menyeberang jalan. Pada
2
dasarnya kinerja lalu lintas pejalan kaki diekspresikan dengan cara yang mirip dengan ekspresi kinerja lalu lintas kendaraan yaitu dengan arus, kecepatan, dan kepadatan yang saling berhubungan. Pejalan kaki berada di puncak piramida transportasi, yang artinya pengguna jalan kaki harus diprioritaskan dalam penggunaan jalan. Karena pejalan kaki merupakan transportasi yang paling murah, bebas polusi, serta berpotensi paling minim sebagai penyebab kecelakaan. Bahkan, jalur pejalan kaki menciptakan ruang temu untuk melakukan interaksi sosial dan berekreasi dengan memanfaatkan fasilitas yang disediakan pada jalur pejalan kaki.
Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang merupakan daerah utama tujuan wisata baik domestik atau mancanegara. Dengan pertumbuhan dan perkembangan jaman, dengan hadirnya pusat perbelanjaan, wisata kuliner dan wisata jalan-jalan dengan berjalan kaki telah menandai perubahan yang signifikan. Salah satu titik dimana merupakan titik kumpul dan tempat bersantai untuk wisata yaitu Jalan Ahmad Yani, Titik Nol Yogyakarta yang tepatnya berada di depan Benteng Vredeburg Yogyakarta seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1. Di hampir sepanjang jalan Ahmad Yani merupakan areal potensial pejalan kaki, baik yang lewat, beristirahat atau bertransaksi jual beli.
3
Gambar 1.1. Kawasan Titik Nol Yogyakarta Setiap harinya area trotoar depan Benteng Vredeburg ini selalu dilalui pejalan kaki dan pedagang. Baik mereka masyarakat sekitar yang sedang melintas atau berdagang ataupun wisatawan. Dan selalu ramai pada hari Sabtu khususnya sore hingga malam dan hari Minggu. Banyaknya pejalan kaki yang melintas di area trotoar depan Benteng Vredeburg membuat potensi pedagang melakukan jual beli sangat tinggi, hal ini terbukti dengan dominannya pedagang yang berjualan di hari dan jam tertentu. Juga fasilitas pendukung yang ada di area tersebut tersedia dengan baik. Fasilitas pejalan kaki dan pedagang yang berjualan inilah yang mempengaruhi tingkat pelayanan suatu trotoar khususnya area depan Benteng Vredeburg. Fasilitas pada daerah ini dibagi dua jenis yaitu fasilitas tetap dan tidak tetap. Yang dimaksud fasilitas tetap yaitu fasilitas yang tidak dapat berpindah pindah dan dipindahkan. Sebagai contoh yaitu fasilitas tempat duduk dan tiang
4
bendera. Sedangkan fasilitas tidak tetap yaitu fasilitas yang mampu berpindah ataupun dipindahkan. Sebagai contohnya yaitu tikar tempat berjualan, atau lapak pedagang. Konsep Level of Service (LOS) awalnya digunakan untuk menentukan tingkat
kenyamanan
kendaraan
bermotor
di
jalan
raya.
Konsep
ini
diklasifikasikan dalam enam standar tingkat pelayanan yaitu tingkat pelayanan A sampai F, dimana penentuan tingkat ini berdasarkan pada arus layanan lalu lintas. Konsep Level of Service (LOS) ini juga dapat digunakan sebagai dasar standar untuk perencanaan ruang pejalan kaki, dimana akan menggambarkan tingkat kebebasan untuk memilih kecepatan berjalan, kemampuan untuk melewati pejalan kaki yang lain serta kemudahan dalam pergerakan persilangan dan berbalik arah pada berbagai pemusatan lalu lintas pejalan kaki. Penentuan tingkat standar LOS untuk pejalan kaki berdasarkan ketersediaan ruang dan arus yang melintas. Mengingat pejalan kaki merupakan salah satu moda dari transportasi, maka perlu dilakukan penelitian. Atas pertimbangan karena kawasan trotoar Jalan Ahmad Yani Titik Nol Yogyakarta khususnya depan Benteng Vredeburg merupakan salah satu titik kumpul dan perlintasan pejalan kaki yang ramai, maka dilakukan penelitian mengenai karakteristik pejalan kaki, tingkat pelayanan trotoar terhadap pejalan kaki, serta tingkat pelayanan trotoar karena pengaruh fasilitas yang ada termasuk pengaruh adanya pedagang yang berjualan.
5
B. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui karakteristik pejalan kaki yaitu arus (flow), kecepatan (speed), kepadatan (density) dan ruang (space) di Jalan Jenderal Ahmad Yani depan pintu masuk Benteng Vredeburg kawasan titik nol Yogyakarta. 2. Menganalisis tingkat pelayanan (Level of Service) pejalan kaki akibat pengaruh fasilitas trotoar dan pedagang yang ada di Jalan Jenderal Ahmad Yani depan pintu masuk Benteng Vredeburg (kawasan titik nol).
C. Ruang Lingkup Penelitian Lingkup penelitian yang dilakukan yaitu menganalisa dan mengukur karakteristik pejalan kaki serta tingkat pelayanan (Level of Service) terhadap fasilitas pejalan kaki dan pedagang di Jalan Jenderal Ahmad Yani kawasan titik nol depan Benteng Vredeburg.
D. Batasan Penelitian Agar penelitian tugas akhir ini tidak melenceng dari rumusan masalah maka diperlukan batasan-batasan penelitian. Batasan – batasan yang diambil dalam penelitian ini antara lain : 1.
Penelitian berlokasi di Jalan Jenderal Ahmad Yani kawasan titik nol depan Benteng Vredeburg.
6
2.
Karakteristik pejalan kaki yang ditinjau adalah arus (flow), kepadatan (density), kecepatan (speed) dan ruang (space).
3.
Fasilitas yang di survai yaitu fasilitas tetap dan fasilitas tidak tetap yang berada pada area penelitian yaitu 50 meter ke arah utara dari jalan masuk Benteng Vredeburg.
4.
Waktu tempuh yang diambil dari pejalan kaki yang berjalan normal, sehingga pejalan kaki yang berlari atau berhenti sementara diabaikan.
5.
Survai dilakukan pada hari kerja dan libur antara pukul 15.00-20.00 dan 12.00-18.00, karena puncak pejalan kaki dan wisatawan yang datang.
6.
Penentuan tingkat pelayanan dilakukan dua variabel : 1) Arus (flow) pejalan kaki dengan interval 15 menitan pada jumlah pejalan kaki yang lewat terbesar dan dengan lebar efektif tertentu 2) Ruang (space) untuk pejalan kaki dengan interval 15 menitan pada jumlah pejalan kaki yang lewat terbesar dan dengan lebar efektif tertentu
7.
Pengambilan data dilakukan dengan cara survai lapangan manual.