BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan material komposit modern dimulai oleh industri pembuat pesawat terbang sejak perang dunia kedua (1939 - 1945). Material ini memenuhi kebutuhan karakteristik tahan karat serta dapat mengatasi kerusakan oleh beban kelelahan (fatigue). Sejak awal 1960 teknologi komposit modern mulai berkembang pesat sejalan dengan kebutuhan untuk meningkatkan kinerja struktur pesawat terbang yang harus semakin ringan (Farahani, 2010; Bakis dkk., 2002). Bahkan saat ini posisi material komposit sebagai struktur utama rangka pesawat komersial ukuran besar telah menggeser peran material konvensional logam (Kelly, 2008). Komposit matriks polimer berpenguat serat (fibre reinforced polymer) yang semula diaplikasikan oleh industri pesawat terbang dan militer akhirnya mulai dikembangkan dalam bidang teknik sipil. Penggunaannya diawali oleh kebutuhan penggantian elemen struktur bangunan sipil dan penguat beton dari material baja untuk lingkungan korosif (Soric dkk., 2007). Korosi adalah kerusakan material biasanya logam secara gradual karena reaksi kimia dengan lingkungannya. Pengertian korosi yang lebih umum adalah penurunan/ degradasi kualitas material secara umum, tidak hanya material logam karena pengaruh lingkungan seiring dengan berjalannya waktu. Dalam dekade terakhir ini penggunaan komposit matriks polimer berpenguat serat untuk struktur konstruksi baru atau penggantian struktur lama meningkat. Keunggulan material tersebut adalah ringan, lebih tahan korosi, memiliki kekuatan dan kekakuan spesifik yang tinggi, mudah dirakit, dan dapat didisain sesuai dengan kebutuhan yang spesifik. Matriks polimer yang digunakan untuk aplikasi struktur adalah epoksi, vinil ester, atau poliester. Serat penguat yang digunakan adalah serat aramid, karbon,
Sistem Atap Komposit GFRP Profil Baru Djoko Setyanto
1
dan gelas. Aplikasinya antara lain untuk penguat beton, dek jembatan, struktur modular, struktur lantai, dan penguat struktur tahan gempa (Lee dan Jain, 2009; Hollaway, 2010 ). Serat gelas adalah serat sintetik paling awal yang kompatibel dengan matriks poliester dan epoksi (Farahani, 2010). Serat gelas tipe E (electrical) paling banyak digunakan karena memiliki karakteristik teknis yang baik dan harganya relatif murah. Kekuatan dan kekakuan komposit matriks polimer berpenguat serat gelas tidak setinggi polimer berpenguat serat karbon, namun harganya jauh lebih murah sehingga cocok untuk struktur bangunan sipil (Soric dkk., 2007). Kelemahan serat gelas adalah modulus elastisitas (kekakuan) yang rendah. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, penggunaan serat campuran/ hibrid antara serat gelas dan serat karbon dapat memenuhi unsur ekonomis/ murah dalam diri serat gelas dan unsur kekakuan yang tinggi dalam diri serat karbon. Contoh aplikasinya adalah jembatan-jembatan penyeberangan pejalan kaki di Rusia yang dibuat dari komposit matriks polimer berpenguat serat hibrid gelas dan karbon. Selain kuat, kaku, dan ringan, batang-batang komposit yang diproduksi secara pultrusi (pultrusion) tersebut juga memiliki keunggulan mudah dan cepat dalam perakitannya (Sorina dkk., 2009). Contoh lain, jembatan di Kochi, Kerala, India, sepanjang 4 km yang melintas laut, struktur platform-nya dibuat dari profil batang pultrusi GFRP (glass fibre renforced polymer) sejumlah 90 metrik ton yang disangga oleh 117 pilar beton (Ercon, 2012). Komposit GFRP dipilih menggantikan material baja tahan karat (stainless steel) atau baja galvanis karena lingkungan jembatan tersebut sangat korosif oleh angin yang membawa garam dan percikan air laut. Karena strukturnya ringan, maka perakitannya menjadi lebih mudah dan cepat. Alhasil, biaya secara keseluruhan menjadi lebih murah dibandingkan penggunaan struktur baja. Contoh lain lagi, Shakti school adalah primary school di Pune, India, yang mampu menampung 150-200 anak setiap tahunnya yang keseluruhan strukturnya dibuat dari material komposit (DSM dan Kemrock, 2012).
Sistem Atap Komposit GFRP Profil Baru Djoko Setyanto
2
Penggunaan komposit GFRP di Indonesia berkembang mulai 1980-an dengan munculnya beberapa industri manufaktur GFRP. Macam-macam produk dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Tangki dan pipa banyak dibutuhkan oleh industri pengolahan dan pembuatannya dilakukan dengan mesin penggulung (winding machine). Macam-macam kotak (casing) baik ukuran besar atau kecil untuk berbagai keperluan juga banyak dibuat dan biasanya pembuatannya dilakukan secara manual dengan metode cetakan kontak (contact moulding). Komponen bangunan seperti batang profil untuk struktur lantai tahan karat biasanya dibuat secara pultrusi. Atap penerang bangunan tembus cahaya (translucent) kebanyakan masih dibuat secara laminasi manual (hand lay-up lamination) dan sebagian lagi dibuat menggunakan mesin laminasi kontinyu. Atap lembaran (roofing sheets) logam yang sudah dikenal selama lebih dari 150 tahun sangat umum digunakan untuk atap dan dinding bangunan seperti gudang, pabrik, bangunan komersial, dan bahkan rumah tinggal. Atap lembaran logam tersebut tersedia dalam berbagai macam bentuk profil dan aneka pilihan tebal sehingga dapat melayani semua segmen pembeli. Bahkan dalam kondisi khusus mesin pembuat atap yang diangkut dengan truk besar dapat dikirim ke lokasi proyek sehingga berapapun panjang atap yang diinginkan dapat dipenuhi tanpa sambungan overlapping sesuai kebutuhan bentang bangunan (Lysaght, 2008). Atap tersebut dibuat dari material dasar baja karbon yang permukaan luarnya dilapis dengan seng sehingga dikenal dengan nama atap seng, lalu ada juga lapisannya dari paduan sengaluminium sehingga di pasaran dikenal dengan nama dagang atap zincalum. Ada juga atap logam dari bahan aluminium. Semua jenis atap dari bahan logam tersebut tidak cocok jika digunakan untuk bangunan yang berada di lingkungan korosif seperti pesisir pantai, pabrik atau gudang yang terdapat zat kimia asam keras (asam klorida, asam sulfat, asam nitrat), dan juga lingkungan alkali seperti gudang/ pabrik pupuk. Atap dan dinding dari bahan logam untuk kapal keruk di perairan Bangka setiap 3-5 tahun diganti karena banyak berlubang oleh
Sistem Atap Komposit GFRP Profil Baru Djoko Setyanto
3
korosi. Demikian juga yang terjadi pada bangunan pabrik yang dalam prosesnya menggunakan zat kimia asam seperti industri kertas, industri kawat baja, dan industri kimia. Hal yang sama berlaku juga di gudang/ pabrik pupuk. Peristiwa korosi ini sangat mengganggu operasional pabrik/ gudang dan tidak jarang menimbulkan kerugian yang besar akibat rusaknya produk oleh air hujan yang masuk ke dalam bangunan karena kebocoran atap. Kerugian rusaknya pupuk akibat atap yang bocor ini nilainya cukup besar bahkan melebihi harga penggantian atap baru (wawancara dengan bapak Slamet Raharjo, Staf of Technical and Development Director PT Pupuk Kalimantan Timur di Bontang, 2011). Bocornya atap logam karena korosi selain menimbulkan kerugian juga mengganggu operasional mesin-mesin produksi pupuk (wawancara dengan bapak Erwin, Civil Maintenance Manager PT Sentana Adidaya Pratama di Pelintung-Dumai, 2010). Selain tidak dapat bertahan di lingkungan korosif, atap logam ternyata lebih mencemari air tanah ketimbang atap aspal/ semen/ batu dengan kandungan logam berat (Cd, Cu, Pb, Zn) yang dibawa oleh air hujan (Quek dan Forster, 1993). Tentu saja hal tadi tidak dikehendaki terjadi di lingkungan perumahan yang menggunakan air tanah sebagai sumber utama kebutuhan air. Di negara-negara yang tingkat kesadaran terhadap keamanan manusia sudah tinggi, atap lembaran logam tidak boleh digunakan untuk perumahan guna menghindari kemungkinan kecelakaan dan bahaya jiwa manusia yang disebabkan oleh kemungkinan atap logam tajam yang jatuh ke bawah (wawancara dengan Bapak Rudyanto, Direktur Utama PT Cahaya Araminta, Distributor bahan bangunan di Pekanbaru, 2012). Permasalahan material atap lembaran yang tidak tahan untuk lingkungan korosif tersebut diatasi dengan suatu jenis material komposit matriks polimer (polymer matrix composite) dari jenis GFRP. Material GFRP dipilih karena harganya relatif terjangkau dan karakteristik atap yang dihasilkannya relatif sama atau mendekati atap logam (wawancara dengan bapak Alex Hendro, Presiden Direktur PT Intec Persada di Tangerang, 2009). PT
Sistem Atap Komposit GFRP Profil Baru Djoko Setyanto
4
Timah Bangka (Tbk.) telah menggunakan atap GFRP sejak 2004 untuk penggantian atap dan dinding kapal keruk yang beroperasi menambang timah di tengah laut seperti diperlihatkan Gambar 1.1. Penggunaan atap GFRP tersebut telah terbukti menjadi solusi yang tepat sebagai pengganti atap logam di lingkungan korosif. Atap GFRP tersebut diproduksi menggunakan metode laminasi secara hand lay-up (HLU). Mutu produk yang dihasilkan kurang konsisten dan produktivitasnya rendah. Mutu produk yang lebih konsisten dengan produktivitas yang tinggi hanya didapatkan jika produksinya menggunakan mesin. Mesin yang digunakan untuk itu adalah mesin laminasi kontinyu (continuous lamination machine). Saat ini di Indonesia baru ada empat perusahaan manufaktur yang memproduksi atap GFRP menggunakan mesin, selebihnya menggunakan metode HLU. Dua perusahaan hanya memproduksi atap GFRP jenis tembus cahaya untuk memenuhi semua jenis profil atap yang dibutuhkan di pasar, sedangkan dua perusahaan lainnya selain memproduksi atap jenis tembus cahaya juga memproduksi jenis tidak tembus cahaya (opaque) dengan bentuk profil mengacu jenis profil atap logam sesuai dengan permintaan pemakai. Bentuk profil atap GFRP baik jenis tembus cahaya atau opaque yang disuplai kepada pemakai semuanya adalah profil konvensional, yakni lebar bagian atas puncak gelombang lebih kecil daripada bagian bawah. Atap tersebut dipasang menyatu di atas gording dengan menggunakan pengencang (fastener) sekerup (self drilling screw) yang dikencangkan ke gording menembus puncak gelombang atap seperti diperlihatkan Gambar 1.2. Cara pemasangan jenis atap profil konvensional ini tentu saja menimbulkan lubang pada atap sebanyak jumlah sekerup yang dipasang.
Gambar 1.1. Atap/ dinding komposit GFRP pada kapal keruk (Intec Persada (a), 2012) Sistem Atap Komposit GFRP Profil Baru Djoko Setyanto
5
Gambar 1.2. Pemasangan atap/ dinding dengan pengencang sekerup (Lysaght, 2008) Calon konsumen pengguna atap GFRP dari industri yang pimpinan puncaknya orang Jepang lebih menyukai atap yang bebas dari lubang (wawancara dengan bapak Alex Hendro, Presiden Direktur PT Intec Persada, 2009). Atap yang tanpa lubang lebih disukai karena kemungkinan bocornya air hujan melalui lubang sekerup ditiadakan sama sekali. Kemungkinan bocor akibat lubang sekerup ini disebabkan yang pertama oleh kesalahan/ keteledoran saat pemasangan sekerup dan yang kedua sekerupnya mengalami korosi sehingga oleh hembusan angin pada atap lubangnya membesar. Gambar 1.3. memperlihatkan contoh kasus cara pasang sekerup pengencang yang salah. Selain kemungkinan bocor melalui lubang sekerup, ternyata proses pelubangan atap komposit GFRP oleh sekerup juga menyebabkan peristiwa delaminasi, retak
mikro dan perambatan retak, terlepasnya serat dari matriks
(debonding), terbakarnya matriks polimer, dan tegangan sisa sekitar lubang (Sedlácek dan Humár, 2008; Işık dan Ekici, 2009; Singh dan Bhatnagar, 2006; Durão dkk., 2010). Peristiwaperistiwa tersebut diduga memberikan andil kerusakan atap lembaran GFRP yang dimulai dari sekitar lubang sehingga dapat memperpendek usia pakai atap. Gambar 1.4. memperlihatkan delaminasi pada lamina komposit karena drilling.
Gambar 1.3. Kasus cara pasang sekerup pengencang yang salah Sistem Atap Komposit GFRP Profil Baru Djoko Setyanto
6
Gambar 1.4. Delaminasi karena drilling (Sedlácek dan Humár, 2008; Işık dan Ekici, 2009) Atap logam profil klip-lok adalah jenis khusus atap lembaran dari material logam yang dapat dipasang tanpa melubangi atap ditemukan oleh Buchhorn (1981). Pemasangan atap jenis ini tidak perlu melubangi atap, namun menggunakan bentuk penguncian antara puncak gelombang dengan tumpuan pengunci yang didapat dari bentuk puncak gelombang yang lebar bagian atas lebih besar daripada bagian bawah (Buchhorn, 1981; Lysaght, 2008). Bentuk tersebut membuat terjadinya penguncian antara puncak atap dengan pengunci mekanis yang dipasangkan di atas gording, sehingga atap terbebas dari pelubangan. Gambar 1.5. memperlihatkan atap lembaran material logam profil klip-lok. Permasalahannya adalah apakah profil model klip-lok atap logam ini dapat dikembangkan dan disesuaikan penerapannya pada atap GFRP? Bagaimanakah cara memproduksinya secara masal menggunakan mesin laminasi kontinyu?
Gambar 1.5. Atap lembaran logam profil Klip-Lok (Lysaght, 2008)
Dari uraian yang dikemukakan tersebut dapat disimpulkan latar belakang permasalahan sebagai berikut, Sistem Atap Komposit GFRP Profil Baru Djoko Setyanto
7
1) Telah terbuka peluang yang sangat potensial kebutuhan akan atap lembaran untuk bangunan industri/ komersial yang lingkungannya korosif. 2) Material komposit GFRP adalah material yang cocok untuk bahan atap lembaran yang secara khusus ditujukan untuk lingkungan korosif, karena telah terbukti memenuhi unsur pertimbangan teknis dan ekonomi. 3) Telah terbuka peluang pasar yang siap menyerap profil baru produk atap GFRP yang cara pemasangannya menggunakan pengunci mekanis tanpa harus melubangi atap dengan sekerup pengencang. Persyaratan teknis yang perlu dipenuhi oleh atap lembaran komposit GFRP untuk memberikan solusi atas latar belakang permasalahan yang dikemukakan tersebut adalah : 1) Atap dapat dipasang menyatu dengan gording melalui pengunci mekanis tanpa harus melubangi atap. 2) Atap dapat diproduksi secara masal menggunakan mesin. 3) Material atap tahan terhadap lingkungan korosif. 4) Material atap tahan terhadap radiasi ultra violet (UV) matahari. 5) Atap memiliki kekuatan dan kekakuan yang cukup sehingga dapat dipasang pada gording dengan jarak antar gording standar industri 1,2 m dan dapat diinjak langsung tanpa bantuan papan kayu, serta mampu menahan semua beban yang mungkin diterimanya. 6) Material atap tidak mudah terbakar, dalam hal ini material tidak terbakar jika hanya kena percikan bunga api las listrik atau gerinda besi.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, perumusan masalah diuraikan sebagai berikut :
Sistem Atap Komposit GFRP Profil Baru Djoko Setyanto
8
1) Bagaimanakah menentukan formula material pembentuk (constituent materials) komposit GFRP yang optimum dalam hal aspek teknis dan aspek keekonomisan? 2) Bagaimanakah merancang profil baru atap lembaran komposit GFRP yang dapat dipasang dengan pengunci mekanis yang memenuhi persyaratan kekuatan dan kekakuan struktur? 3) Bagaimanakah merancang cetakan ekstrusi dan metode pembuatan atap lembaran komposit GFRP pada mesin laminasi kontinyu tersebut secara masal?
1.3. Batasan Masalah Batasan masalah meliputi : 1) Cakupan materi yang dibahas di dalam Disertasi ini mencakup tiga kegiatan utama yakni: pemilihan material, perancangan alat uji atap dan profil baru atap, dan perancangan cetakan atap. Karena materi yang dibahas cukup banyak, maka parameter yang diamati untuk menggambarkan karakteristik material dipilih karakteristik yang diamati secara makro, yakni kekuatan tarik, kekuatan lentur, modulus elastisitas, densitas, regangan, sifat nyala api, sifat ketembusan cahaya, warna, dan gugus fungsional melalui spektrum spektroskopi infra merah. 2) Material pembentuk komposit GFRP sedapat mungkin yang telah tersedia di perusahaan manufaktur komposit, PT Intec Persada, di Tangerang. Tim pengembangan material dan produk terdiri dari top manajemen (Presiden Direktur dan Direktur Teknik), Manajer Produksi, Manajer Enjinering, Manajer Penjaminan Mutu, serta Manajer Penjualan dan Pemasaran. Tim inilah yang merumuskan kebijakan pengembangan material komposit GFRP dengan mempertimbangkan keinginan/ harapan dan kebutuhan konsumen potensial.
Sistem Atap Komposit GFRP Profil Baru Djoko Setyanto
9
3) Persentase volume (fraksi volume) serat penguat dan matriks tidak dijadikan parameter penelitian, karena patokan yang digunakan adalah berdasarkan pengalaman lapangan dimana digunakan sejumlah matriks secukupnya yang membasahi serat penguat dengan sempurna tidak berlebihan. Karena lebih mudah dikerjakan, maka yang diambil sebagai patokan adalah persentase berat antara serat penguat terhadap matriks yang nilainya berkisar 30 % untuk serat penguat dan 70% untuk matriks. Angka persentase berat serat 30% tersebut didapatkan dari pengalaman lapangan. Persentase berat tersebut jika dikonversi ke dalam persentase volume untuk serat penguat terhadap matriks berkisar 20% berbanding 80%. Kajian teori dan pustaka menunjukkan bahwa persentase volume antara serat penguat E-glass CSM dengan serat pendek berorientasi acak terhadap matriks berkisar 5% - 40% sehingga persentase berat serat penguat sebesar 20% termasuk di dalam rentang tadi. 4) Karena memanfaatkan material-material yang sudah tersedia sebagaimana yang disebutkan butir pertama tersebut, maka ukuran besar butir (mesh) zat pengisi dan macam/ tipe serat penguat selain yang dipilih dalam penelitian ini tidak dijadikan sebagai parameter penelitian. Pengaruh ukuran besar butir (mesh) zat pengisi dan macam/ tipe serat penguat dan korelasinya terhadap karakteristik fisik dan mekanik material merupakan kajian tersendiri yang perlu didalami untuk mendapatkan karakteristik teknis material yang optimum. 5) Mesin yang digunakan untuk memproduksi atap lembaran komposit GFRP secara masal adalah mesin laminasi kontinyu yang dimiliki oleh perusahaan manufaktur komposit, PT Intec Persada, di Tangerang. 6) Tebal atap lembaran komposit GFRP yang akan diproduksi mengikuti standar yang telah dibuat oleh pabrik, yakni 1,5 mm dan 2 mm.
Sistem Atap Komposit GFRP Profil Baru Djoko Setyanto
10
7) Pengujian ketahanan material komposit GFRP khususnya matriks resin terhadap lingkungan korosif tidak perlu dilakukan berdasarkan referensi/ pengalaman PT Intec Persada yang sudah memproduksi atap komposit GFRP selama delapan tahun lebih. 8) Pengujian ketahanan material komposit GFRP terhadap UV matahari hanya menggunakan sampel tembus cahaya tanpa film plastik agar pengamatan perubahan warna mudah diamati. Dari studi pustaka diketahui bahwa material tidak tembus cahaya (opaque) lebih tahan terhadap UV dibandingkan material tembus cahaya, sehingga penggunaan sampel tembus cahaya dapat mewakili kedua macam produk atap lembaran, tembus cahaya dan opaque. 9) Pengaruh cyclic thermal loading siang malam, kelembaban, dan UV pada iklim tropis untuk jangka waktu lama terhadap degradasi karakteristik material polimer tidak dijadikan parameter utama penelitian karena titik berat penelitian komposit matriks polimer ini adalah bagaimana memilih material pembentuk yang optimum dalam aspek ekonomis dan teknis. Pengaruh cyclic thermal loading, kelembaban, dan UV dalam skala terbatas ditunjukkan pada pengujian accelerated artificial weathering menurut standar ASTM G154/ G155 melalui pemberian cyclic thermal dan kelembaban secara periodik. Demikian juga pengujian outdoor natural weathering material polimer menurut ASTM D1435 yang dilakukan selama dua belas bulan (karena keterbatasan waktu) yang dikondisikan di udara terbuka di Tangerang akan memberikan gambaran real mengenai degradasi karakteristik teknis material dalam waktu yang terbatas tersebut. Sementara itu karakteristik teknis material untuk pemakaian jangka panjang termasuk di dalamnya pengaruh kelembaban dapat diprediksi berdasarkan pengalaman empiris peneliti sebelumnya (Segovia dkk., 2001; Zhao dkk., 2010). Pengaruh cyclic thermal loading, kelembaban, dan UV iklim tropis untuk jangka waktu panjang terhadap degradasi karakteristik teknis material polimer sesungguhnya merupakan kajian tersendiri yang
Sistem Atap Komposit GFRP Profil Baru Djoko Setyanto
11
perlu didalami untuk mendapatkan gambaran yang mendekati kenyataan bagaimanakah degradasi karakeristik teknis material polimer dalam jangka waktu panjang di iklim tropis. 10) Karena keterbatasan peralatan, pengujian prototipe atap terhadap beban angin dilakukan secara simulasi dengan pembebanan statik. 11) Struktur atap lembaran dan tumpuannya dimodelkan secara teoritik analitik dan numerik lalu dianalisis secara statik untuk mengetahui kekuatan struktur tersebut terhadap beban statik dan dinamik berupa gaya orang, hujan, dan angin. Analisis statik ini ditekankan terutama untuk memprediksi keamanan struktur atap yang dirancang sebelum dilakukan pembuktian dengan berbagai pengujian kekuatan struktur terhadap prototipe atap yang dihasilkan. Analisis dinamik terhadap getaran oleh beban hembusan dan hisapan angin tidak dibuat karena tidak dilakukan verifikasi terhadap pengukuran respons getaran untuk mendapatkan parameter dinamik berupa frekuensi natural dan modus getar. Biasanya studi getaran terhadap struktur dilakukan untuk mengetahui pada frekuensi gaya eksitasi berapakah suatu struktur akan mengalami resonansi atau getaran, yakni jika frekuensi gaya eksitasinya sama dengan salah satu frekuensi natural struktur. Mengingat bahwa kebanyakan gaya hembusan dan hisapan angin relatif berjalan searah bukan berupa gaya eksitasi bolak-balik dan mengingat bahwa struktur atap lembaran dan penumpu/ pengunci atap relatif kaku sehingga struktur atap diasumsikan relatif tidak mengalami getaran oleh gaya angin. 12) Atap dan penumpu/ penguncinya dirancang memiliki bentuk permukaan dan ukuran yang pas sepanjang lebar atap dari material yang sama yakni komposit GFRP, sehingga struktur atap terhindar dari ketidaklurusan dan distorsi atau konsentrasi tegangan yang biasanya terjadi pada pemasangan atap yang tidak tepat. Selain itu dimensi atap dan penumpu/ penguncinya dianggap tidak berubah bentuk seiring dengan berjalannya waktu
Sistem Atap Komposit GFRP Profil Baru Djoko Setyanto
12
walaupun kedua material komposit GFRP tersebut sama-sama akan mengalami degradasi kualitas yang merupakan fungsi dari waktu. 13) Kompatibiliser (coupling agent) yang membuat kompatibilitas antara serat gelas dengan matriks resin tidak dijadikan parameter penelitian, karena kompatibiliser sudah termasuk di dalam formula serat gelas. 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Menghasilkan formula material pembentuk komposit GFRP yang optimum dalam hal aspek teknis dan aspek keekonomisan. 2) Menghasilkan profil baru atap lembaran komposit GFRP yang dapat dipasang dengan pengunci mekanis yang memenuhi persyaratan kekuatan dan kekakuan struktur. 3) Menghasilkan cetakan ekstrusi dan metode pembuatan atap lembaran komposit GFRP pada mesin laminasi kontinyu tersebut secara masal.
1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini menghasilkan paten teknologi berupa pengembangan produk baru dan metode baru pembuatan komposit GFRP menggunakan mesin laminasi kontinyu dan merupakan yang pertama di dunia. Keberhasilan penelitian ini memberikan manfaat bagi : 1) Industri manufaktur komposit nasional : memanfaatkan peluang pasar khususnya kebutuhan akan atap lembaran GFRP yang dipasang tanpa melubangi atap untuk bangunan di lingkungan korosif. Dampak langsung yang akan diperoleh adalah nilai komersial dari aplikasi paten tersebut sehingga meningkatkan kemampuan bersaing industri nasional di pasar nasional dan global.
Sistem Atap Komposit GFRP Profil Baru Djoko Setyanto
13
2) Masyarakat pengguna : tersedianya bahan bangunan atap/ dinding untuk pabrik, gudang, atau bangunan komersial dengan keunggulan tahan terhadap lingkungan korosif, dipasang tanpa melubangi atap, dan harganya terjangkau seperti atap logam. 3) Perguruan tinggi : keberhasilan temuan ini memberikan kontribusi pengembangan keilmuan khususnya dalam bidang teknologi komposit. Selain itu keberhasilan komersialisasi produk baru tersebut menunjukkan kontribusi perguruan tinggi dalam rangka membantu pengembangan industri nasional.
1.6. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran pustaka dari para peneliti bidang komposit dan bidang atap serta penelusuran pustaka dari majalah dan forum bisnis bidang komposit dilengkapi dengan penelusuran lapangan melalui wawancara dengan pengguna dan produsen atap lembaran GFRP, dapat disimpulkan bahwa : 1) Profil baru atap lembaran komposit GFRP yang dapat dipasang menyatu dengan gording tanpa lubang sekerup yang ditemukan ini adalah yang pertama di dunia. 2) Cetakan ekstrusi dan metode pembuatan profil baru atap lembaran komposit GFRP menggunakan mesin laminasi kontinyu yang ditemukan tersebut belum pernah ada sebelumnya. Paten HKI (hak kekayaan intelektual) penemuan baru dalam bidang teknologi tersebut telah didaftarkan di Direktorat Paten Ditjen HKI Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan judul “Sistem Atap Lembaran Komposit” dengan nomor pendaftaran “P00201200262” tanggal pendaftaran 3 April 2012 yang mencakup 13 klaim.
Sistem Atap Komposit GFRP Profil Baru Djoko Setyanto
14