BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Alasan Pemilihan Judul Jepang adalah sebuah Negara di bagian Asia Timur yang memiliki keunikan
diantara Negara-negara lainnya. Dalam perkembangan sejarahnya, Jepang mendapat pengaruh kuat dari Negara Cina baik dari segi pengetahuan,
pemerintahan,
kepercayaan dan juga kebudayaan. Masyarakat
Jepang
sangat menghargai alam. Kehidupan mereka selalu
berkaitan dengan alam. Sikap menghargai alam ini merupakan karakteristik yang khas dari keudayaan masyarakat Jepang. Sikap ini jika berada pada pemikiran orang Jepang, ialah berupa penilaian dan pemahaman terhadap berbagai gejala alam yang mengitari kehidupan mereka dan sebagai sebagian dari pengalaman hidup mereka. Perasaan dekat dan cinta dengan alam kemudian diwujudkan dalam berbagai bentuk perbuatan dan kegiatan, salah satu contohnya adalah dalam bentuk seni. Sehubungan dengan seni dan rasa cinta terhadap alam, di Jepang berkembanglah sebuah seni yaitu seni merangkai bunga yang kini dikenal dengan istilah Ikebana. Secara harafiah arti ikebana adalah bunga hidup dan mamang bunga yang dipergunakan dalam rangkain bunga ikebana adalah bunga hidup. Seni merangkai bunga Ikebana memanfaatkan berbagai jenis bunga, rumput-rumputan dan tanaman dengan tujuan untuk mernikmati keindahannya.
Universitas Sumatera Utara
Berbeda dengan seni merangkai bunga dari Barat yang bersifat dekoratif, Ikebana berusaha menciptakan harmoni dalam bentuk linier, ritme dan warna. Ikebana tidak mementingkan keindahan bunga tapi pada aspek pengaturannya menurut garis linier. Bentuk-bentuk dalam Ikebana didasarkan tiga titik yang mewakili langit, bumi dan manusia. Jadi
dengan istilah lain, Ikebana adalah sebuah jalan keselarasan untuk
menciptakan harmoni dan kesempurnaan hidup melalui keindahan mata dan kenikmatan batin melalui keselarasan bentuk rangkaian bunga. Oleh karena itu seni ini sejak awal terbentuknya sampai sekarang terus berkembang dengan subur di Jepang, dimana hal ini tidak lain karena pengaruh alam dan cuaca di Jepang. Dengan empat musim yang dimilikinya dan bergantian secara berkala setiap tahunnya, tumbuhan berbunga tumbuh dengan subur dan bermekaran secara bergantian sesuai dengan musim dimana masing-masing tumbuhan itu dapat hidup. Dengan keadaan alam yang demikian, rasa cinta orang jepang terhadap tumbuhan berbunga sudah ada lama jauh sebelum terbentuknya seni merangkai bunga ikebana. Perkembangan seni merangkai bunga sebenarnya bermula dari kegiatan ritus keagamaan orang Jepang pada masa lalu. Di dalam penyelenggaraan ritus atau upacara keagamaan tersebut, persebahan yang berfungsi mendatangkan dewa ke bumi diwujudkan dalam bentuk sao atau umbul-umbul yang bertuliskan nama-nama dewa sebagai tanda penyambutan terhadap dewa-dewa di bumi. Orang Jepang percaya bahwa saat upacara tersebut, dewa akan turun ke bumi dari langit melalui pohon yang
Universitas Sumatera Utara
tinggi dan tinggi menjulang. Pohon yang paling tepat adalah pohon yang senantiasa hijau. Ketika diadakan upacara-upacara untuk dewa, ranting-ranting dari tanaman yang senantiasa hijau ini dipajang tegak lurus dan mereka percaya bahwa itulah tangga bagi dewa yang akan mendengarkan permohonan , keselamatan atau kebahagian bagi keluarga, kelompok atau keluarga pada tahun itu. Di dalam merangkai ikebana, dahan yang tertinggi untuk menggambarkan langit. Sedangkan bunga yang dipersembahkan dianggap sebagai sarana untuk menghidupkan kembali roh atau jiwa yang sudah meniggal. Hal yang bisa dipelajari manusia dari rangkaian ikebana adalah tentang hidup. Sedangkan rangkaian bunga ikebana pada dasarnya merupakan ekspresi dari alam dan kreasi dari seniman perangkainya, yang menggambarkan suatu keharmonisan dengan alam dan hubungan antara sesama manusia. Perkembangan
bentuk
rangkaian
bunga
yang
berbeda-beda
terus
bermunculan. Salah satunya adalah rangkaian ikebana pada gaya rikka. Ikebana pada gaya rikka lebih tradisional dan di pergunakan untuk perayaan keagamaan. Pada gaya ini bunga yang digunakan harus sesuai dengan bentuk aslinya dan rangkaiannya lebih sederhana. Gaya ini juga lebih menampilkan keindahan landscape atau pemandangan. Dalam gaya ini ada tujuh keutamaan dalam gaya rikka, yaitu : shin, shin-kakushi, soe, soe-uke, mikoshi, nagashi dan maeoki. Rangkaian ikebana pada gaya rikka dapat dikatakan adalah rangkaian tertua dari rangkaian-rangkaian lainnya. Hal tersebutlah
Universitas Sumatera Utara
yang membuat penulis tertarik terhadap rangkaian ikebana pada gaya rikka dan sekaligus menjadikan ikebana pada gaya rikka sebagai judul kertas karya ini.
1.2 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulis memilih judul teknik ikebana pada gaya rikka dalam penulisan kertas karya ini adalah : a. Untuk mengetahui bagaimana teknik merangkai bunga ikebana pada gaya rikka b. Alat dan bahan yang digunakan untuk merangkai bunga ikebana pada gaya rikka
1.3 Batasan Masalah Pada penulisan kertas karya ini, penulis membatasi pembahasan hanya mengenai teknik ikebana pada gaya rikka. Untuk mendukung pembahasan ini penulis akan mengemukakan tentang ikebana secara umum yang meliputi sejarah ikebana, makna ikebana bagi masyarakat Jepang, dan gaya rangkaian ikebana.
1.4 Metode Penulisan Dalam penulisan kertas karya ini penulis menggunakan metode Deskriptif dan metode perpustakaan. Menurut Nazir (2005:54), metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem
Universitas Sumatera Utara
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual
dan
akurat
mengenai
fakta-fakta,
sifat-sifat
hubungan
antarfenomena yang diselidiki. Selain itu, dalam penulisan karya ini, penulis juga menggunakan metode kepustakaan (Library Research) menurut Nazir (1998 : 112) studi kepustakaan merupakan langkah yang penting dimana setelah seorang peneliti menetapkan topic penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dan lain-lain). Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses umum seperti: mengidentifikasikan teori secara sistematis, penemuan pustaka, dan analisis dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.
Universitas Sumatera Utara