BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan adalah syarat utama untuk meningkatkan martabat dan kualitas suatu bangsa. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan yang telah diselenggarakan adalah dengan melaksanakan Ujian Nasional (Purba, 2010). Tujuan pelaksanaan Ujian Nasional di Indonesia dapat dilihat dalam beberapa pasal dalam Peraturan Pemerintah. Dalam Pasal 66 ayat (1) bagian IV Bab X Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Ujian Nasional (UN) bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Pasal 68 Bagian IV Bab X Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, menjelaskan bahwa UN berfungsi sebagai alat pemeta mutu program dan atau satuan pendidikan, dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, penentu kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, dan sebagai dasar pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan). Menurut tujuan pelaksanaan UN yang telah dipaparkan diatas, pelaksanaan UN oleh pemerintah mempunyai tujuan yang baik. Akan tetapi, niat baik
Universitas Sumatera Utara
pemerintah melaui UN ini menuai kontroversi dari masyarakat. Beberapa masyarakat pro dan yang lainnya kontra terhadap pelaksanaan UN (Tempo, 2005). Masyarakat yang pro UN menganggap bahwa pelaksanaan UN adalah hal yang tepat. Gultom (2010) mengatakan bahwa UN memunculkan banyak kesadaran yang kesemuanya bermuara pada peningkatan daya juang dan rasa percaya diri siswa untuk menghadapi UN. Tanpa kehadiran UN, pendidikan menjadi stagnan dan akhirnya praktisi pendidikan tidak akan menyadari berbagai persoalan yang ada di sekolah selama ini. Gultom (2010) juga berpendapat bahwa UN adalah satu-satunya alat yang dapat digunakan pemerintah untuk memetakan mutu satuan pendidikan. Lain hal menurut Ipriansyah (2009), UN harus dihapuskan karena mengandung sejumlah masalah, seperti adanya praktik kecurangan dalam pelaksanaan ujian, ketidakadilan penetapan standar nilai kelulusan antara standar sekolah di daerah dan di kota, dan permasalahan psikologis seperti stres yang dialami peserta ujian. Panyaruwe (2010) menilai bahwa UN menyebabkan para guru di kelas terakhir berupaya keras untuk memicu semangat belajar dan memacu peningkatan kemampuan siswanya agar pada saatnya nanti dengan mudah melewati nilai minimal UN. Dari pada menggunakan metode pembelajaran lain yang lebih menjamin akan kemampuan siswa menanamkan pengetahuan, pemahaman dan penerapan ilmu secara awet, para guru hanya dituntut memberikan cara penyelesaian atau cara menjawab sebanyak mungkin soal pilihan ganda yang pernah diujikan pada UN di tahun-tahun sebelumnya, tanpa perlu bersusah payah menyampaikan pendalaman materinya.
Universitas Sumatera Utara
Terlepas dari pro dan kontra masyarakat terhadap pelaksanaan UN, yang merasakan dampaknya adalah siswa. Pelaksanaan UN dinilai memberatkan siswa. Pemerhati pendidikan Sutrisno (2009) mengatakan bahwa para siswa umumnya terbebani dengan UN karena UN merupakan tujuan dan sasaran akhir kelulusan siswa dalam pendidikan. Siswa juga terbebani karena peningkatan angka Standar Kompetensi Kelulusan UN (SKLUN) terjadi secara terus menerus. Dari tahun 2003 hingga tahun 2010, terus terjadi peningkatan SKLUN. Upaya meningkatkan mutu pendidikan dengan menaikkan angka SKLUN menimbulkan permasalahan tersendiri, yakni selalu saja ada siswa yang gagal lulus UN setiap tahunnya. Kondisi di atas tercermin dalam wawancara prapenelitian dengan salah satu siswa yang duduk di bangku kelas 3 SMA di Medan, K (17) pada tanggal 2 Desember 2010. “Takutlah kak gak lulus, siapa yang gak takut coba... setiap tahun standar kelulusannya naik terus, sementara yang diuji pun banyak kali. Kakak tengok lah, banyak kali yang tak lulus. Gak tau awak mau gimana lagi. Usaha 3 tahun kak... Cuma berapa hari lah itu nanti. Bagusan sekolah aja yang nguji, toh yang tau kita kan guru kita” (Komunikasi Personal, Desember 2010).
Pelaksanaan UN juga dirasakan sebagai beban yang semakin bertambah berat. Orang tua murid yang menghendaki anak-anaknya sukses dalam UN, mengupayakan tambahan pendalaman mata pelajaran melalui bimbingan belajar atau privat mata pelajaran yang diujiankan, meskipun mungkin sekolah telah melakukan hal serupa bagi peserta didiknya. Seolah tidak mau ketinggalan, sekolah juga melakukan penekanan habis-habisan untuk memacu produktivitas peserta didiknya, untuk bisa lulus 100 % (Tukimin, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Tingginya harapan atau paksaan orang tua agar anaknya bisa lulus UN serta lingkungan tempat anak bersekolah merupakan pemicu anak stres (Gultom, 2010). Kondisi ini tercermin dalam wawancara prapenelitian dengan siswa yang duduk di bangku kelas 3 SMA di Medan, Jo (16), pada tanggal 5 November 2010 dan K (17) pada tanggal 2 Desember 2010. “Les di sekolah di wajibkan lho kak sama guru, mereka bilang, kalo les di sekolah guru bisa liat perkembangan kita gitu. Meskipun aku uda ada bimbingan di luar, les di sekolah tetap diharuskan” (Jo, Komunikasi Personal, November 2010). “Perut ku terasa mulas kalau mau melakukan sesuatu ka, kalau ingat UN jantung berdebar-debar, takut ga lulus. Malu nya itu ka, gimana dengan nasib ku dan orangtua ku” (Jo, Komunikasi Personal, Oktober 2010). “Ya gak pernah lah dibilang, harus lulus, harus lulus. Awak kan nyadar juga nya, pasti besar harapan itu sama awak. Banyak uda pengorbanan mereka...” (K, Komunikasi Personal, Oktober 2010).
Penelitian Raharjo (2007) yang berjudul faktor-faktor penyebab stres pada siswa SMA yang merupakan penelitian deskriptif terhadap siswa SMAN 5 Bandung tahun pelajaran 2006/2007 menemukan bahwa stresor dominan yang dialami siswa adalah aspek lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Sementara itu, penelitian Muharrifah (2009) yang berjudul interaksi antara remaja, ayah, dan sekolah serta hubungannya dengan tingkat stres dalam menghadapi UN di Bogor, menemukan bahwa siswa SMA yang akan menghadapi UN mengalami tingkat stres sedang. Bertolak belakang dengan hal di atas, ternyata tidak semua siswa mengalami stres dalam menghadapi UN. Misalnya pada Ad (17) dan P (17) yang duduk di bangku kelas 3 SMA.
Universitas Sumatera Utara
“Biasa aja sih ka.. ga stres pun untuk un ini. Biasa aja semua ku rasa. Ga ada bedanya pun sama ujian yang lain. Mungin lebih stres aku untuk spmb ini” (Ad, Komunikasi personal, Februari 2011). “Gak ka, ga stres. Yang penting kita berusaha dan berserah pada Tuhan aja. Ngapain juga terlalu khawatir, ntar malah ga tenang ngelewatinya. Gak ka, aku belajar kok, makan enak kok, gak terganggu tuh” (P, Komunikasi Personal, Februari 2011).
Bagi Jo (16), UN menimbulkan stres, tetapi bagi Ad dan
P tidak
demikian. Ad dan P tidak merasa stres dalam menghadapi UN. UN tidak menjadi stresor bagi Ad dan P. Suatu kejadian mungkin menjadi stresor bagi seseorang tetapi tidak pada orang lainnya tergantung pada proses penilaian manusia terhadap suatu peristiwa (yang membahayakan, mengancam, sekaligus menantang) (Taylor, 2009). Cooper (2005) menyatakan bahwa banyaknya tuntutan (stressor), seperti ketidaksesuaian antara apa yang individu butuhkan dan apa yang individu mampu, dan apa yang ditawarkan oleh lingkungan dan apa yang dituntut oleh lingkungan dapat menyebabkan stres. Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik kepada beberapa tuntutan (Everly, 2002). Sedangkan menurut Hamilton (2007), stres adalah suatu kondisi mengatasi kejadian yang melebihi kapasitas normal seseorang dan dapat memunculkan penyakit fisik maupun mengganggu kejiwaan. Kondisi individu ini mempengaruhi pendekatan belajar yang dipilih oleh individu tersebut. Individu memakai pendekatan surface, deep, atau achieving dalam belajar tergantung pada keadaan atau kebutuhan individu tersebut. Pendekatan belajar adalah metode dan strategi yang digunakan untuk melakukan kegiatan belajar. Pendekatan belajar dilakukan agar belajar lebih
Universitas Sumatera Utara
efisien dan efektif serta lebih mudah dan cepat menguasai ilmu pengetahuan sesuai dengan kapasitas tenaga dan pikiran (Biggs, 1987). Biggs (dalam Syah, 2003) membagi pendekatan belajar ke dalam tiga bentuk dasar, yaitu pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah), pendekatan deep (mendalam), dan pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi). Biggs (1934) mendeskripsikan tiga pendekatan belajar tersebut. Pendekatan surface berdasarkan pada motivasi ektrinsik, siswa belajar hanya untuk memenuhi beberapa tujuan. Biggs (dalam Syah, 2003) menyatakan bahwa siswa yang menggunakan pendekatan surface belajar karena takut tidak lulus yang mengakibatkan rasa malu. Pendekatan deep berdasarkan pada ketertarikan secara intrinsik pada tugas dan menggunakan strategi yang logis untuk memuaskan rasa keingintahuan dengan menemukan pengetahuan sebanyak mungkin dan memahaminya. Pendekatan achieving menggunakan strategi yang meliputi membuat catatan yang sistematis, membuat jadwal (terlalu banyak waktu untuk subjek ini, terlalu banyak untuk yang itu, dan mengatur tugas untuk menghindari waktu terbuang). Hal ini menunjukkan adanya “study skill”. Biggs (dalam Syah, 2003) menyatakan bahwa siswa yang menggunakan pendekatan achieving pada umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus yang disebut ego-enhancement yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya. Siswa yang stres dalam menghadapi ujian akan menggunakan pendekatan belajar surface (Biggs, 1987), mereka memandang ujian sebagai tugas yang harus
Universitas Sumatera Utara
diselesaikan dan belajar karena takut tidak lulus yang mengakibatkan rasa malu. Jika siswa yang stres dalam menghadapi ujian memakai pendekatan belajar surface, bagaimanakah pendekatan belajar siswa yang tidak stres? apakah ada perbedaan pendekatan belajar siswa yang stres dan yang tidak stres? untuk menjawab pertanyaan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan pendekatan belajar pada siswa SMA yang stres dan yang tidak stres dalam menghadapi UN.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar
belakang masalah,
peneliti
mengidentifikasikan
pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini, adalah: apakah terdapat perbedaan pendekatan belajar pada siswa SMA yang stres dan yang tidak stres dalam menghadapi UN di Kota Medan?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dilaksanakan adalah untuk menjawab pertanyaan penelitian, apakah terdapat perbedaan pendekatan belajar pada siswa SMA yang stres dan yang tidak stres dalam menghadapi UN di Kota Medan.
D. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi pendidikan dan psikologi belajar yang
Universitas Sumatera Utara
berhubungan dengan pendekatan belajar dan psikologi kesehatan yang berhubungan dengan stres. b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian lanjutan yang berhubungan dengan pendekatan belajar dan stres.
2. Manfaat Praktis a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi pembaca untuk mengetahui pendekatan belajar siswa yang stres dalam menghadapi UN. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kondisi siswa dalam menghadapi UN serta memberikan informasi pendekatan belajar yang mereka gunakan dalam kondisi tersebut. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi pelajar yang stres dan yang tidak stres dalam menghadapi UN tentang pendekatan belajar yang selama ini mereka pergunakan dalam menghadapi UN.
E. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah :
Bab I : Pendahuluan Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, identifikasi masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
Universitas Sumatera Utara
Bab II : Landasan Teori Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang dimuat adalah teori pendekatan belajar, stres dan kaitan diantara keduanya. Bab III : Metodologi Penelitian Pada bab ini dijelaskan mengenai metode penelitian yang berisikan tentang metode penelitian kuantitatif, partisipan, metode pengumpulan data, prosedur penelitian, dan metode analisis data.
Universitas Sumatera Utara