BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia,
karena tidak ada satupun manusia dimuka bumi ini yang tidak mendapatkan pendidikan. Pendidikan itu merupakan tanggung jawab orang tua terhadap anak dan negara kepada rakyatnya. Crow and Crow dalam Amin (2009 : 19 ) mengatakan, pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi. Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Bagaimanapun
peradaban suatu masyarakat, di dalamnya berlangsung dan terjadi suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya. Pendidikan bagi manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan, mustahil manusia dapat hidup sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera dan bahagia dalam kehidupannya. Menurut Dictionary of Education (1999), pendidikan tidak hanya sebagai proses untuk mengisi otak manusia dengan ilmu pengetahuan saja, tetapi pendidikan juga sebagai proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana ia hidup, dan proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan
Universitas Sumatera Utara
kapasitas kemampuan individu maupun kemampuan sosial yang optimum. Fungsi pendidikan bukan hanya sebatas aktitivtas pewarisan budaya dan ilmu dari satu generasi ke generasi lain, juga bukan hanya sebagai pembentuk kepribadian dan menyiapkan manusia sebagai tenaga kerja, tetapi pendidikan lebih mengarahkan manusia untuk mengembangkan potensi sosial dan individu nya untuk dapat bersosialisasi dengan masyarakat lain agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dari masa ke masa (Amin, 2009 : 22). Untuk menjalankan fungsinya, pendidikan membutuhkan suatu lembaga yang akhirnya dapat mengatur dan mengorganisir segala aktivitas pendidikan secara formal, teratur dan sistematis sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Secara garis besar, lembaga pendidikan mempunyai fungsi sosial dan individual. Fungsi sosialnya adalah untuk membantu setiap individu menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif dengan memberikan pengalaman kolektif masa lampau dan kini. Fungsi individualnya adalah untuk memungkinkan seorang menempuh hidup yang lebih memuaskan dan lebih produktif dengan menyiapkannya untuk menghadapi masa depan (pengalaman baru). Proses pendidikan dapat berlangsung secara formal seperti yang terjadi di berbagai lembaga pendidikan. Secara umum, lembaga pendidikan pada umumnya diklasifikasikan dalam beberapa jenis diantaranya adalah lembaga pendidikan non formal. Pendidikan non formal, atau pendidikan kedua meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan individu dan sosial peserta didik. Satuan pendidikan nonformal meliputi lembaga kursus bimbingan belajar, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
Universitas Sumatera Utara
Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah (pusat) dan pemerintah daerah dengan mengacu pada standard nasional pendidikan. Adapun pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, atau ingin melengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat, yang berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan .dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional sehingga dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan baik dalam masyarakat. Salah satu nya yang menjadi trend sekaligus kebutuhan saat ini bagi para siswa di Indonesia adalah lembaga pendidikan bimbngan belajar. Maraknya keberadaan lembaga kursus atau bimbingan belajar ini seiring dengan adanya kualitas kinerja dari lembaga formal seperti sekolah yang semakin rendah dalam meningkatkan ilmu dan pengetahuan bagi pesera didiknya sehingga peserta didik tidak merasa puas dengan ilmu yang hanya dia dapatkan dari bangku sekolah . Keberadaan lembaga bimbingan belajar semakin kuat dengan hadirnya undang-undang No 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional ditegaskan bahwa sistem pendidikan nasional terdiri dari 3 (tiga) jalur pendidikan; yaitu pendidikan formal, non formal dan informal yakni bahwa pada dasarnya beban penyelenggaraan pendidikan tidak saja dipikul oleh pemerintah saja, tetapi juga pada keluarga dan masyarakat. Eksistensi lembaga pendidikan non formal khususnya lembaga bimbingan belajar saat ini sedang popular di kalangan siswa-siswi di Indonesia melihat kinerja atau peran serta sekolah sebagai lembaga pendidikan formal belum cukup untuk meningkat kan taraf ilmu pengetahuan mereka secara lebih mendalam. Seiring dengan kondisi sistem pendidikan formal yang dirasakan belum mampu menghadirkan inovasi belajar yang baik
Universitas Sumatera Utara
dan terarah, maka siswa-siswi di Indonesia saat ini memiliki keinginan untuk lebih mempelajari pelajaran di sekolah secara lebih intensif di lembaga pendidikan nonformal khususnya lembaga bimbingan belajar agar mendapat kemampuan dan keterampilan yang memadai untuk memperoleh prestasi yang lebih baik disekolahnya. Lembaga bimbingan belajar juga menghadirkan beberapa metode untuk membantu siswa nya dalam memahami pelajaranpelajaran yang sulit seperti, matematika, fisika, kimia dan akuntansi dengan lebih mudah dan sistematis. Metode ini dilaksanakan melihat seiring kemampuan sekolah formal yang belum mampu menjelaskan pelajaran dengan baik pada siswanya dan terlebih lagi pelajaran tersebut termasuk salah satu mata pelajaran yang diujiankan dalam ujian nasional dan ujian akhir semester. Realitas saat ini menunjukkan bahwa siswa Indonesia mengalami ketakutan yg sangat ekstrem terhadap kelulusan ujian akhir nasional baik ditingkat SD, SMP dan SMA yang pada akhirnya menuntun mereka untuk mendaftarkan diri dalam lembaga bimbingan belajar yg populer saat ini dan bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih dengan harapan menuai kelulusan dalam ujian dan prestasi di sekolah nya. Saat ini dengan semakin banyaknya variasi keberadaan lembaga bimbingan belajar dapat menunjang motivasi anak untuk mengisi waktu sepulang sekolahnya dengan melakukan belajar tambahan dan bukannya bermain yang tidak bermanfaat bagi dirinya. Salah satu bimbingan belajar yang diminati oleh berbagai siswa di Indonesia ini adalah Primagama. Primagama merupakan lembaga pendidikan bimbingan belajar yang berdiri lebih lama dari bimbingan belajar lainnya yang sudah ada sejak tahun 1982 yang terdapat di kota Yogyakarta. Kini murid Primagama sudah menjadi lebih dari 100 ribu orang per-tahun, dengan ratusan outlet atau cabang yang berada berbagai kota di Indonesia. Karena perkembangan itu
Universitas Sumatera Utara
Primagama akhirnya dikukuhkan sebagai Bimbingan Belajar Terbesar di Indonesia oleh MURI (Museum Rekor Indonesia). Bahkan kini Primagama sudah menjadi Holding Company yang membawahi lebih dari 20 anak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang seperti: Pendidikan Formal,
Pendidikan
Non-Formal,
Telekomunikasi,
Biro
Perjalanan,
Rumah
Makan,
Supermarket, Asuransi, Meubelair, Lapangan Golf dan lain sebagainya. Dia sukses membuat Primagama beromset hampir 70 milyar per tahun, dengan 200 outlet di lebih dari 106 kota (Website Primagama, 2012). Seiring dengan usia Primagama yang semakin dewasa dan sudah mencapai kemapanan dalam sistem, maka proses pencapaian tujuan lembaga pendidikan
tersebut semakin
dimaksimalkan dengan harapan mampu memberi segala sesuatu yang terbaik bagi siswasiswinya, baik dalam hal meningkatkan keterampilan dan penguasaan terhadap rumus-rumus pelajaran eksakta seperti matematika, fisika dan kimia, meningkatkan motivasi belajar siswa dengan sistem pengajaran terkini, dan tentu saja meningkatkan kepekaan siswa terhadap lingkungan sosialnya dan mengendalikan emosional siswa dalam proses belajar-mengajar yang akhirnya keseluruhan akan mencapai kualitas dan kapasitas siswa yang lebih baik. Artinya dalam pencapaian untuk meningkatkan kapasitas siswa baik dalam peningkatan intelegensi (kecerdasan siswa), minat, sikap siswa dalam belajar, bakat dan keterampilan nya dalam bidang studi tertentu, dan motivasi siswa tersebut tentunya dijalankan dengan sistem pendidikan yang terkini dan khas dari Primagama dengan penuh tanggung jawab yang keras seperti teknik pengajaran yang interaktif dan tidak membosankan, bimbingan konsultasi intensif, manajemen papan tulis dalam proses pengajaran, dan penyelanggaran ujian-ujian tertulis try out dan bulanan yang tentu saja sebagai upaya untuk mencapai kapasitas siswa yang lebih baik. Berbagai metode pengajaran yang inovatif dan tidak membosankan saat ini menjadi pilar tersendiri bagi Primagama untuk
Universitas Sumatera Utara
menarik motivasi belajar dan keingintahuan siswa dalam menguasai mata pelajaran di sekolah. Hal inilah yang kemudian menjadi produk unggulan lembaga pendidikan bimbingan belajar dalam menarik simpati para siswa untuk bergabung dan belajar di bimbingan belajar Primagama. Konsekuensi yang harus diambil Primagama dengan pilihan ini adalah bahwa Primagama harus mampu mengakomodir segenap tuntutan dan kebutuhan para siswa sesuai dengan perkembangan kejiwaannya baik dalam segi kemampuan individu maupun sosialnya. Untuk itu pola kinerja manajemen secara bertahap namun pasti di geser dari sekedar memberi bekal untuk sukses dalam setiap evaluasi akhir (kelas 6 SD, 9 SMP dan 12 SMA) menjadi pendampingan belajar secara terus menerus sejak kelas 3 SD sampai lulus 12 SMA dengan konsep tiada hari tanpa belajar dan prestasi kami budayakan di setiap kantor cabang yang telah tersebar di seluruh penjuru Indonesia khususnya di kota Medan yang banyak tersebar di berbagai kecamatan yg salah satunya berada di Kecamatan Medan Labuhan yaitu Primagama Simpang Kantor. Dalam perkembangannya dan seiring pula dengan kebutuhan masyarakat pendidikan itu sendiri, Primagama khususnya di cabang simpang kantor telah bergeser bukan hanya menjadi lembaga pendamping belajar para siswa untuk mencapai prestasi belajar puncaknya melalui peningkatan penguasaan materi pelajaran di sekolah tetapi lebih dari itu primagama secara tidak langsung membentuk atau menciptakan jaringan sosial diantara para siswanya yang berasal dari berbagai sekolah yang diwujudkan dalam bentuk komunitas pertemanan, kelompok belajar dan kelompok alumni primagama yang dikonstruksi secara sosial oleh lembaga tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengambil judul “Efektivitas Fungsi Lembaga Pendidikan Bimbingan Belajar dalam Pengembangan Kapasitas dan Jaringan Sosial Siswa”. Penelitian ini menjadi sangat menarik karena penelitian ini sangat jarang dilakukan akademisi sosial dan tentunya
Universitas Sumatera Utara
menjadi tantangan peneliti agar dapat menjawab semua pertanyaan yang timbul dalam benak peneliti.
1.2
Rumusan Masalah Menurut Suyanto dan Sutinah (2007) didalam buku yang berjudul metode penelitian
sosial karya M.Arif Nasution dkk (2008) menyatakan bahwa dalam merumuskan pertanyaan penelitian yang baik, syarat terpenting pertanyaan itu harus benar-benar jelas,terfokus dan memuat terminologi akademik dalam bidang ilmu yang diteliti dan dapat dikaji di lapangan. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana efektivitas fungsi Lembaga Pendidikan Bimbingan Belajar Primagama Simpang Kantor dalam mengembangkan kapasitas siswa ? 2. Bagaimana efektivitas fungsi Lembaga Pendidikan Bimbingan Belajar Primagama Simpang Kantor dalam mengembangkan jaringan sosial siswa ?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang diharapkan dan dapat
diperoleh dari hasil penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui efektivitas fungsi Lembaga Pendidikan Bimbingan Belajar Primagama Simpang Kantor dalam pengembangan kapasitas siswa. 2. Untuk mengetahui efektivitas fungsi Lembaga Pendidikan Bimbingan Belajar Primagama Simpang Kantor dalam pengembangan jaringan sosial siswa.
Universitas Sumatera Utara
1.4
Manfaat Penelitian Setiap penelitian mampu memberikan manfaat yang baik untuk diri sendiri, orang lain
maupun ilmu pengetahuan. Ada dua manfaat dari penelitian ini, antara lain :
1.4.1 Manfaat Teorities Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah sosiologi pendidikan bagi mahasiswa khusunya mahasiswa sosiologi serta dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi bagi ilmu sosial dan masyarakat.
1.4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam Membuat karya tulis ilmiah. Melalui penelitian ini juga akan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi
peneliti juga pembaca tentang tingkat kefektifan Lembaga Pendidikan
Bimbingan Belajar dalam pengembangan kapasitas dan jaringan sosial siswa serta memperat hubungan profesi peneliti sebagai tentor dengan lembaga pendidikan bimbingan belajar tersebut.
Universitas Sumatera Utara
1.5
Tinjauan Pustaka
1.5.1 Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory)
Teori ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibaut dan Kelley (Ritzer, 2008 : 359), pemuka utama dari teori ini menyimpulkan teori ini sebagai berikut: “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”. Berdasarkan teori ini, kita masuk ke dalam hubungan pertukaran dengan orang lain karena dari padanya kita memperoleh imbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan suatu imbalan bagi kita. Teori pertukaran sosial pun melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas orangorang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut dipandang mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit).
Imbalan merupakan segala hal yang diperloleh melalui adanya
pengorbanan,
pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan, persahabatan – hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya,
Universitas Sumatera Utara
akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan. Teori pertukaran sosial itu dilandaskan pada prinsip transaksi ekonomis yang elementer: orang menyediakan barang atau jasa dan sebagai imbalannya berharap jasa yang diinginkan. Ahli teori pertukaran memiliki asumsi sederhana bahwa interaksi sosial itu mirip dengan transaksi ekonomi. Akan tetapi mereka mengakui bahawa pertukaran sosial tidak selalu dapat diukur dengan nilai uang, sebab dalam berbagai transaksi sosial dipertukarkan juga hal yang nyata dan tidak nyata (Poloma, 2000 : 52).
Hal ini yang menciptakan asumsi dari peneliti bahwa hubungan yang terjadi diantara lembaga pendidikan bimbingan belajar Primagama dengan berbagai siswanya dari berbagai kelas terjalin atas dasar perhitungan untung rugi dan dengan prinsip transaksi ekonomi elementer dimana lembaga bimbingan belajar Primagama berusaha memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik bagi siswa-siswa tersebut dengan harapan siswa dapat memperoleh hasil belajar nya dengan maksimal untuk memperoleh prestasi disekolahnya. Tentu saja siswa yang masuk dan belajar di bimbingan belajar yang menerima pelayanan pendidikan harus memenuhi kewajibannya untuk membayar “uang les” sebagai imbalan atas pengorbanan yang sudah dilakukan bimbingan belajar Primagama. Ini menunjukkan bahwa hubungan sosial yang terjadi diantara lembaga pendidikan dan anggota nya saling mempengaruhi satu sama lain (Reciprocal) dan terjalin secara ekonomis, di satu sisi siswa akhirnya dapat meningkatkan kapasitas nya dalam menjalankan pendidikan, dan di sisi lain “uang les” yang diterima oleh Primagama dijadikan sebagai biaya operasional lembaga tersebut seperti pemberian gaji pada pendidik dan karyawan, mencetak berbagai buku pelajaran sesuai kelas, peningkatan mutu sarana dan tentu saja meningkatkan kualitas pelayanannya. Hal ini tidak lain untuk mempertahankan keberlangsungan eksistensi lembaga pendidikan bimbingan belajar sebagai pemberi jasa layanan pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
1.5.1.2. Teori Pilihan Rasional
Teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor. Aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan dan maksud. Artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakannya tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan itu. Aktor dipandang mempunyai pilihan, nilai dan keperluan. Meski teori pilihan rasional berawal dari tujuan dan maksud aktor, namun teori ini memperhatikan sekurang-kurang dua pemaksa tindakan. Pertama adalah keterbatasan sumber. Bagi aktor yang mempunyai sumber daya yang besar, pencapaian tujuan akan relatif mudah. Tetapi, bagi aktor yang mempunyai sumber daya sedikit, pencapaian tujuan akan sulit di lakukan. Menurut Friedman (Ritzer, 2008 : 357), seorang aktor akan memilih untuk tidak mengejar tujuan yang bernilai sangat tinggi bila sumber dayanya tidak memadai dan aktor dipandang berupaya mencapai keuntungan dan tujuan maksimal apabila memiliki sumberdaya yang memadai.
Dalam teori ini, peneliti berasumsi bahwa untuk memperoleh pelayanan pendidikan dari Primagama, seorang siswa (aktor) terlebih dahulu harus memiliki dan menyediakan modal atau dana untuk masuk dan belajar di Primagama (ketersediaan sumber daya) dan siswa sebagai aktor berhak menilai kinerja Primagama apakah memberikan pelayanan yang terbaik atau tidak bagi dirinya sebagai bahan pertimbangan siswa untuk melanjutkan kegiatan belajar (kursus) di Primagama tersebut. Berikut ini adalah skema yang menunjukkan terjadinya Rational Choice di antara hubungan Primagama dan siswa :
Universitas Sumatera Utara
Siswa / Aktor
Uang Les / Sumber Daya PRIMAGAMA
Layanan Pendidikan
Penialaian Siswa terhadap layanan
Rational Choices : “Tetap Bergabung” Atau “Tidak”
1.1. Skema Hubungan Primagama dan Siswa berdasarkan Rational Choice Theory.
1.5.2 Efektivitas Efektif adalah berhasil guna dan tepat guna. Efektivitas adalah pencapaian sasaran menurut perhitungan terbaik mengenai suasana dan kemungkinan untuk membuat manfaat dan keuntungan. Chester Bernard (Gibson, 1994 : 30), memberi definisi bahwa efektivitas adalah pencapaian sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama. Tingkat pencapaian sasaran menunjukkan tingkat efektivitas. Pada dasarnya efektivitas menyangkut pencapaian sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pihak yang terlibat didalam suatu organisasi atau lembaga. Menurut Chester Bernard (Gibson, 1994 : 34) dalam memahami konsep efektivitas terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan dari segi tujuan dan pendekatan dari segi teori sistem. Pendekatan tujuan (the goal approach) untuk menentukan dan mengevaluasi efektivitas didasarkan pada gagasan bahwa lembaga diciptakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pendekatan tujuan menunjukkan bahwa lembaga dibentuk dengan tujuan tertentu, bekerja secara rasional dan berusaha mencapai tujuan tertentu. Pendekatan yang kedua adalah pendekatan dari segi teori sistem. Melalui teori sistem dapat ditentukan efektivitas dari segi yang bermanfaat bagi lembaga atau organisasi baik berupa perusahaan bisnis, rumah sakit, badan pemerintah, lembaga
Universitas Sumatera Utara
pendidikan ataupun lembaga yang lainnya. Dalam hubungannya dengan teori sistem, lembaga dipandang sebagai satu unsur dari sejumlah unsur yang saling berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain. Lembaga mengambil sumber (input) dari lingkungan sebagai sistem yang lebih luas, memproses sumber dan mengembalikannya dalam bentuk yang sudah diubah yaiut output. Dari teori sistem diketahui suatu kriteria efektivitas yang menggambarkan siklus inputproses-output dan hubungan timbal balik antara lembaga dan lingkungan yang lebih luas tempat hidupnya lembaga. Selain dari teori sistem, terdapat dimensi waktu sebagai satu elemen dari sistem yang lebih besar yaitu lingkungan yang melalui waktu mengambil sumber-sumber, memprosesnya dan mengembalikannya kepada lingkungan. Selain proses, mengenai efektivitivitas lembaga atau organisasi adalah apakah lembaga itu mampu bertahan dan hidup terus dalam lingkungan itu. Maka kelangsungan hidup lembaga merupakan ukuran terakhir atau ukuran jangka panjang dari efektivitas lembaga. Namun terdapat indikator jangka pendek dan menengah. Jangka pendek berupa produksi (productive), efisiensi (efficiency) dan kepuasan (satisfaction). Jangka menengah berupa penyesuaian diri dan perkembangan (Gibson, 1994 : 31-32).
1.5.2.1. Efektivitas Lembaga Pendidikan Bimbingan Belajar Sebagaimana telah diketahui bahwa efektivitas adalah tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan oleh organisasi dan lembaga. Lembaga pendidikan bimbingan belajar juga memiliki fokus pencapaian keberhasilan yang bukan hanya dilihat dari pengaruh proses belajar terhadap pengetahuan siswa melainkan lebih memahami bagaimana untuk menaikkan kapasitas seorang siswa melalui peningkatan intelegensi, keterampilan, bakat, sikap dan motivasi siswa dengan metode-metode khusus yang nantinya akan menciptakan siswa
Universitas Sumatera Utara
yang memperoleh prestasi terbaiknya di sekolah dan tentu saja pencapaian dalam memaksimalkan angka kelulusan siswa dalam mengikuti ujian akhir sekolah dan ujian akhir nasional. Di sisi lain,lembaga pendidikan belajar dalam pendekatan tujuan (goal approach) melakukan evaluasi pada setiap proses belajar mengajar siswa dan menciptakan
adanya
penilaian yang muncul bahwa siswa tidak hanya cukup menguasai kemampuan individualnya dalam menjalankan kehidupan pendidikannya, melainkan siswa juga harus ditekankan pada kemampuanya dalam beradaptasi dengan lingkungan atau hubungan sosialnya dengan metode khusus baik dalam sistem pengajaran interaktif dan konsultasi belajar bersama. (Website Primagama, 2012).
1.5.3 Fungsi Manifes Lembaga Pendidikan Fungsi manifes lembaga pendidikan merupakan sesuatu yang diharapkan oleh masyarakat menuai manfaat dan kegunaan jangka panjang dari aktivitas yang dilakukan lembaga pendidikan. Fungsi lembaga pendidikan terkait juga dengan proses lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan-tujuan ideal bagi peningkatan kemampuan baik secara individual maupun sosial bagi masyarakat untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adapun beberapa fungsi manifes (Amin, 2009 : 71-74) dari lembaga pendidikan adalah sebagai berikut : 1. Fungsi Perubahan Sosial Pendidikan yang dengan usaha sadar, sengaja dan sistematis bertujuan untuk membina manusia-manusia yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan tanggung jawab terhadap pengembangan dirinya dan pembangunan masyarakat, tentunya mempunyai andil yang besar untuk menyiapkan tenaga-tenaga pembangunan. Dengan adanya program-program dari
Universitas Sumatera Utara
berbagai lembaga pendidikan maka akan terbina tenaga-tenaga ahli yang dapat merencenakan dan melaksanakan pembangunan disegala bidang kehidupan yang secara terus menerus akan berkembang dan meningkat. Dampak dari semua itu adalah terjadinya perubahan yang semakin baik dalam masyarakat, dari masyarakat yang terampil dan ahli, dan masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Perubahan sosial adalah berakar dan disebabkan oleh hasil pendidikan. Berbagai lembaga pendidikan baik formal maupun non formal, memiliki fungsi seperti ini. Khususnya dalam hal ini lembaga bimbingan belajar sebagai pendidikan non formal yang ikut memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan motivasi dan sikap siswa terhadap pembelajaran beberapa bidang pelajaran baik eksakta maupun ilmu sosial yang nantinya juga akan meningkatkan intelegensi dan bakat siswa yang akhirnya akan mengembangkan kualitas nya dengan memiliki keterampilan yang dapat digunakan untuk masa yang akan datang.
2. Fungsi Pembinaan Sumber Daya Manusia Setiap jenis lembaga pendidikan tentu saja mengembangkan potensi yang ada pada setiap siswa sehingga potenssi itu menjadi suatu kenyataan atau realitas tertentu. Setiap siswa membawa beberapa potensi yang telah ada sejak dilahirkan. Pendidikan hanya mampu membantu potensi yang ada pada siswa agar dapat berkembang seoptimal mungkin dengan bantuan pembelajaran yang diterima dari lembaga pendidikan lainnya. Semua hal tersebut adalah usaha lembaga pendidikan membantu siswa supaya menjadi warga negara yang baik, dan berguna dan berkemauan untuk bekerja keras, dan juga membantu siswa untuk menjadi sumber daya manusia dalam menghadapi pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
Artinya lembaga bimbingan belajar sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bertanggung
jawab terhadap peningkatan kapasitas siswa berupaya keras untuk
mengidentifikasi dan memfokuskan potensi para siswanya sesuai dengan keinginan dan kecerdasan yang mereka miliki dengan berbagai program-program yang inovatif yang tentu nya akan mengantarkan siswanya mencapai kualitas SDM yang baik pada masa yg akan datang.
3. Fungsi Pembangunan Sarana Kehidupan Sarana kehidupan adalah sejalan dengan kebutuhan kehidupan yang bersifat relatif, dari kebutuhan yang sederhana, menengah dan kebutuhan yang tingkat tinggi sejalan dengan tingkat sosial ekonomi masyarakat. Keseluruhan sarana kehidupan diciptakan dan dihasilkan oleh manusia dan untuk kepentingan manusia. Untuk menciptakan sarana kehidupan tersebut maka masyarakat harus menggali ilmu dan pengetahuan di berbagai lembaga pendidikan sebagai modalnya dengan berbagai keahlian, skill dan keterampilan. Semuanya adalah proses pendidikan dan pelatihan, sehingga dapat berperan besar dalam pembangunan sarana kehidupan.
1.5.4 Fungsi Lembaga Pendidikan Berbasis Metode Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis selalu bertolak dari sejumlah landasan atau metode. Metode tersebut sangat penting, karena pendidikan
merupakan pilar utama
terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu. Metode pendidikan tersebut akan memberikan pijakan dan arah terhadap pembentukan manusia Indonesia, dan serentak dengan itu, mendukung perkembangan masyarakat, bangsa dan negara.
Universitas Sumatera Utara
1.5.4.1. Metode Pendidikan Berbasis Psikologis Landasan psikologis mengajarkan betapa pentingnya mengetahui tentang kondisi fisik dan psikis dari peserta didik. Pendidikan pada dasarnya membantu peserta didik untuk dapat menumbuhkembangkan potensi secara optimal yang mana kegiatan itu lebih bertumpu pada psikologis pesera didik. Pendidikan sebagai suatu tempat tumbuh dan berkembangnya peserta didik, dan pendidik, guru atau tentor sewajibnya mengetahui tentang kejiwaan dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didiknya. Menurut Zulkifili Amin (2009 : 30), lembaga pendidikan dapat melakukan beberapa hal sebagai berikut : a. Menentukan dan mencocokkan materi pelajaran siswa berdasarkan kurikulum nasional. b. Membentuk pola atau metode pengajaran yang dapat bersifat satu arah (Tertutup) dan metode pengajaran interaktif (Terbuka) yang menekankan cara pengajaran yang menarik dan menyenangkan yang menuntut keterbukaan pengetahuan peserta didik dalam proses mengajar dan belajar. c. Menargetkan tujuan yang akan dicapai d. Melakukan Evaluasi terhadap setiap perkembangan hasil pembelajaran siswa. e. Menyelenggarakan Remedial (Pengulangan) bagi siswa yang tidak dapat mencapai nilai kelulusan suatu mata pelajaran. f. Menyelenggarakan program yang dapat mengidentifikasi segala potensi yang dimiliki masingmasing siswa. Pemahaman peserta didik, utamanya berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satukunci keberhasilan pendidikan. Metode pendidikan berbasis psikologis menyediakan sejumlah informasi tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang
Universitas Sumatera Utara
berkaitan dengan minat, bakat, kemampuan otak, kekuatan serta tempo perkembangan setiap peserta didik, dengan kata lain lembaga pendidikan harus dapat memandang perbedaan setiap peserta didik, juga penyusunan kurikulum harus mempertimbangkan kondisi dari setiap tingkatan jenjang pendidikan. 1.5.4.2. Metode Pendidikan Berbasis Sosial dan Budaya Pendidikan berbasis sosial budaya menerangkan pertama pada skala mikro, pendidikan merupakan gejala sosial yang mengandalkan interaksi manusia sebagai sesama subjek yang masing-masing bernilai setara. Sedangkan skala makro pendidikan berlangsung dalam ruang lingkup yang besar seperti dalam masyarakat antar desa, antar sekolah, antar kecamatan, antar kota dan masyarakat antar suku. Hal ini lah yang biasa terjadi di berbagai bentuk lembaga pendidikan baik formal maupun non formal seperti sekolah dan bimbingan belajar. Dalam skala makro, masyarakat melaksanakan pendidikan bagi regenerasi sosial yaitu pelimpahan harta budaya dan pelestarian nilai-nilai sosial dari suatu generasi ke generasi muda dalam kehidupan masyarakat Pada skala makro ini lembaga pendidikan sebagai jaringan sosial yang sering terwujud dalam bentuk komunikasi terutama komunikasi dua arah yang meliputi kesamaan arah dalam pikiran dan perasaan yang berakhir dengan tercapainya kelompok kemandirian oleh peserta didik (Amin, 2009 : 31).
1.5.5
Lembaga Pendidikan Bimbingan Belajar (Kursus) Menurut UU No 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional ditegaskan bahwa sistem
pendidikan nasional terdiri dari 3 (tiga) jalur pendidikan; yaitu pendidikan formal, non formal dan informal. Lembaga Bimbingan Belajar masuk dalam jalur Pendidikan Non Formal (PNF)
Universitas Sumatera Utara
sedangkan pembinaannya masuk pada tanggungjawab Ditjen Diklusepora dalam Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan. Sedangkan aturan lebih rinci untuk pembinaan terhadap kursus ini diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kepmendikbud) Nomor 0151/U/1977 tentang Pokok-pokok Pelaksanaan Pembinaan Program Pendidikan Luar Sekolah yang diselenggarakan masyarakat. Pengertian kursus dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga (Kepdirjen Diklusepora) Nomor: KEP-105/E/L/1990 sebagai berikut: Kursus atau lembaga bimbingan belajar adalah satuan pendidikan luar sekolah yang menyediakan berbagai jenis pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental bagi warga belajar yang memerlukan bekal dalam mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah dan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Kursus dilaksanakan oleh dan untuk masyarakat dengan swadaya dan swadana masyarakat (Website Primagama, 2012).
1.5.5.1. Produk Bimbingan Belajar
Ada dua macam produk bimbingan belajar, yaitu modul sebagai sarana belajar dan instruktur sebagai tenaga pengajar. Penyelenggara lembaga kursus (termasuk Lembaga Bimbingan Belajar) adalah orang-orang yang pernah kuliah, bahkan sebagian besar pernah kuliah di PTN ternama di Indonesia. Lembaga Bimbingan Belajar adalah kumpulan dari para alumni dari ilmu keguruan dan sekaligus alumni dari universitas ternama, sehingga reltif lebih dinamis dan berkualitas. Secara akademis keilmuannya tidak boleh dipandang dengan sebelah mata. Jadi kebanyakan mereka yang menjadi tenaga pengajar di Lembaga Bimbingan Belajar adalah anak-anak bangsa yang berprestasi. Modul sebagai sarana belajar yang dikeluarkan oleh
Universitas Sumatera Utara
Lembaga Bimbingan Belajar juga bisa dininai dan dievaluai sesuai dengan kebutuhan siswa (Webisite Primagama, 2012).
1.5.6
Kapasitas Siswa
Kapasitas diartikan sebagai segala sesuatu hal yang di miliki, di muat, di simpan dan di dapat oleh sebuah benda baik hidup maupun mati yang dapat dilihat dari segi kuantitas dan kualitas. Kapasitas siswa bukan dilihat dari segi kuantitas dimana melihat siswa dari banyak nya jumlah, melainkan lebih mengacu pada sesuatu yg bisa dijelaskan secara kualitatif yaitu tingkat kecerdasan atau intelegensi, sikap, bakat atau keterampilan, minat dan motivasi yang dimiliki seorang siswa. Ada beberapa faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kapasitas siswa dalam perolehan pembelajaran , yaitu sebagai berikut :
1. Intelegensi Siswa
Menurut Reber dalam Muhibbin (2003:147), intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiok-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi Intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja melainkan juga kualitas organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol karena otak merupakan menara pengontrol hampir seluruh aktivitas manusia. Tingkat kecerdasan atau inteligensi siswa tidak dapat diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Selanjutnya, di antara siswa – siswa yang yang mayoritas
Universitas Sumatera Utara
berintelegensi normal, mungkit terdapat satu dua orang yang tergolong anak cerdas (IQ di atas 130) dan beberapa ada pula siswa yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata (IQ 70 ke bawah).
Setiap guru atau pendidik profesional sepantasnya menyadari bahwa keluarbiasaan intelegensi siswa, baik yang positif seperti superior maupun yang negatif borderline lazimnya menimbulkan kesulitan belajar siswa yang bersangkutan. Untuk membantu siswa yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata tindakan yang paling bijaksana adalah dengan cara memindahkan siswa penyandang intelegensi rendah tersebut ke lembaga pendidikan belajar atau kursus yang perlahan-lahan dapat meningkatkan intelegensinya. Sayangnya, lembaga pendidikan belajar di negara Indonesia saat ini baru berada di kota-kota besar tertentu saja.
2. Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, pelajaran, dan sebagainya baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif terutama kepada mata pelajaran yang disajikan pendidik merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap pendidik dan mata pelajaran yang disajikan dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. Untuk mengantisipasi munculnya sikap negatif , pendidik dalam suatu lembaga pendidikan baik formal maupun non formal untuk terlebih dahulu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan mata pelajaran yang diajarkannya. Pendidik yang demikian tidak hanya menguasai bahan-bahan yang terdapat dalam bidang studinya, tetapi juga mampu meyakinkan kepada siswa akan manfaat bidang studi itu bagi kehidupan mereka (Muhibbin, 2003 : 149).
Universitas Sumatera Utara
3. Bakat Siswa Menurut Chaplin dalam Muhibbin (2003 : 150), bakat siswa adalah kemampuan potensial yang dimiliki seorang siswa untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara umum, bakat itu mirip intelegensi. Itulah sebabnya seorang siswa yang berintelegensi sangat cerdas (superior) di sebut juga talented child atau anak berbakat. Dalam perkembangan selanjutnya, bakat siswa kemudian diartikan sebagai kemampuan seorang siswa untuk melakukan tugas tertentu yang banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Misalnya, seorang siswa yang berbakat dalam bidang elektro, akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan ketereampilan yang berhubungan dengan bidang kelistrikan. Sehubungan dengan itu, bakat siswa akan mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar. Oleh karenanya adalah hal yang tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki oleh anaknya. Pemaksaaan kehendak terhadap seorang siswa, dan juga ketidaksadaran siswa terhdap bakatnya sendiri sehingga dia memilih jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya bukan bakatnya, akan berpengaruh buruh terhadap kinerja akademik (academic performance) dan prestasi belajarnya.
4. Minat Siswa Menurut Reber dalam Muhibbin (2003 : 151), minat merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat seperti yang dipahami dan dipakai siswa selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam
Universitas Sumatera Utara
bidang-bidang tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat, dan akan mencapai prestasi yang diinginkan.
5. Motivasi Siswa Gleitman dalam Muhibbin (2003 : 152), mengemukakan bahwa motivasi berarti daya untuk bertingkahlaku secara terarah. Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrisik adalah hal atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrisik siswa adalah perasaan menyenangi materi pelajaran dan kebutuhannya terhadap pelajaran tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar misalnya, pujian dan hadiah dari teman, peraturan dan tata tertib sekolah dan nasehat orang tua. Motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah intrinsik karena dorongan mencapai prestasi dan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan lebih memberi pengaruh kuat dibandingkan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua. Motivasi juga merupakan hasrat seseorang yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntut sasaran, membantu individu untuk mengambil inisisatif dan bertidak secara efektif, serta untuk bertahan menghadapi kegagalan. Kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan pencapaian sasaran itu meliputi : a. Dorongan Prestasi (Achievement drive) yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau
Universitas Sumatera Utara
memenuhi standard keberhasilan b. Komitmen (commitment) yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan sesama kelompok atau lembaga c. Inisiatif (initiative) yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan d. Optimisme (optimism) yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran dan tujuan kendati ada halangan dan kegagalan (Asril, 2009 : 70).
1.5.7 Jaringan Sosial
Jaringan sosial merupakan suatu jaringan tipe khusus, dimana ‘ikatan’ yang menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan adalah hubungan sosial. Berpijak pada jenis ikatan ini, maka secara langsung atau tidak langsung yang menjadi anggota jaringan sosial adalah manusia (person). Mungkin saja, yang menjadi anggota suatu jaringan sosial itu berupa sekumpulan dari orang yang mewakili titik-titik dari berbagai elemen masyarakat misalnya organisasi, lembaga, instansi, pemerintah dan negara. Menurut Van Zanden dalam Ruddy (2007:14), jaringan sosial atau keterhubungan sosial merupakan interaksi sosial yang berkelanjutan dan relatif cukup lama atau permanen yang akhirnya diantara mereka terikat satu sama lain oleh seperangkat harapan yang relatif sama. Berdasarkan hal ini, hubungan sosial bisa dipandang sebagai sesuatu yang seolah-olah merupakan sebuah jalur atau saluran yang menghubungkan antara satu orang (titik) dengan orang lain dimana melalui jalur atau saluran tersebut bisa dialirkan sesuatu, misalnya barang, jasa atau informasi. Menurut Powell dan Smith (Damsar, 1997 :47), bagi sosiologi jaringan sosial telah dikenal sejak 1960-an, yang dihubungkan dengan bagaimana individu terkait satu dengan yang lainnya dan bagaimana ikatan afiliasi melayani baik sebagai pelicin untuk memperoleh sesuatu
Universitas Sumatera Utara
yang dikerjakan maupun sebagai perekat yang memberi tatanan dan makna pada kehidupan sosial. Pada tingkatan antar individu, jaringan sosial dapat didefinisikan sebagai rangkaian hubungan yang khas diantara sejumlah orang dengan sifat tambahan, yang ciri-ciri dari hubungan ini sebagai keseluruhan, yang digunakan untuk menginterpretasikan tingkah laku sosial dan individu-individu yang terlibat.Pada tingkatan struktur memperlihatkan bahwa pola atau struktur hubungan sosial meningkatkan atau bisa dapat menghambat perilaku orang untuk terlibat dalam macam aarena kehidupan sosial. Oleh karena itu, tingkatan ini memberikan suatu dasar untuk memahami hubungan perilaku individu dipengaruhi struktur sosial. Berdasarkan literatur yang berkembang, Powell dan Smith mengajukan pendekatan analisis atau abstrak untuk dapat memahami jaringan sosial. Pendekatan analisis terhadap jaringan sosial menekankan analisis abstrak pada : a. Pola informal dalam lembaga atau organisasi, pada dasarnya area ini memiliki kerangka pemikiran yaitu hubungan informal sebagai pusat kehidupan politik organisasi atau lembagalembaga; organisasi formal pada dasarnya adalah hubungan yang berkelanjutan antar orangorang yang dibangun atas dasar campuran yang rumit dari otoritas, pertemanan, persahabatan, kelembagaan dan loyalitas. b. Jaringan juga memperlihatkan tentang bagaimana lingkungan dalam lembaga dikonstruksi. Ini berarti bahwa perhatian lebih banyak tertuju pada segi-segi normatif dan budaya dari lingkungan seperti sitem kepercayaan, kekerabatan, profesi dan sumber legitimasi. Powell dan Dimaggio dalam Damsar (1997 : 49), menyatakan bahwa cara untuk memahami jaringan sosial pada lembaga dan organisasi adalah dengan mengakui bahwa kebanyakan tindakan yang relevan dalam organisasi, lembaga dan komunitas terjadi dalam kepadatan hubungan dari ikatan jaringan yang menjembatani lembaga dengan para anggotanya
Universitas Sumatera Utara
1.5.7.1. Jaringan Sosial Informal dari Akses dan Kesempatan Penelitian yang dilakukan Granovetter memperlihatkan bahwa kuatnya suatu ikatan jaringan memudahkan seseorang untuk mengetahui ketersediaan suatu pekerjaan. Ikatan kuat didefinisikan sebagai seorang teman akrab, atau anggota keluarga sedangkan ikatan lemah dimaknai sebagai suatu perkenalan seperti teman kelas atau teman biasa. Anggota keluarga biasanya akan lebih dahulu mengetahui tersedianya suatu pekerjaan dibandingkan dengan teman biasa. Powell dan Smith menjelaskan bahwa jaringan sosial memudahkan memobilisasi sumber daya. Mempertahankan sesorang untuk memegang suatu jabatan atau membangun usaha, membutuhkan suatu kemampuan untuk menggerakkan sumber daya dalam bentuk informasi. Perluasan ikatan dan hubungan dalam lokasi lembaga strategis adalah hal yang utama. Kemampuan untuk memobilisasi dukungan finansial, perolehan akses terhadap informasi terbaru dan pemecahan masalah yang menekan adalah alasan individu untuk bersandar pada jaringan tempat aktivitas mereka (Damsar, 1997 : 49).
1.5.7.2. Lembaga sebagai Jaringan Sosial dari Perjanjian Analisa jaringan sosial lembaga didasarkan atas lembaga formal dan informal. Menurut Dalton (1959 : 219), jaringan sosial formal berarti sesuatu yang direncanakan dan disetujui atasnya, sedangkan informal berarti ikatan-ikatan yang spontan dan fleksibel di antara anggotaanggota yang di tuntun oleh perasaan-perasaan dan kepentingan pribadi yang tidak dapat dipertahankan oleh kegiatan formal. Baik lembaga formal maupun informal tidak dapat terlepas dari hubungan sosial. Lembaga formal biasanya mempunyai struktur hierarkis dan dihubungkan
Universitas Sumatera Utara
secara mendalan dengan jaringan sosial yang lebih luas, sedangkan jaringan informal dapat tidak memihak dan menembus batas struktur yang hierarkis.
1.5.7.3
Jaringan Sosial berdasarkan Tujuan Hubungan Sosial Bila ditinjau dari tujuan hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, Ruddy
Agustyanto ( 2007 :34) menyatakan bahwa jaringan sosial dapat dibedakan menjadi tiga jenis yang dapat dijelaskan yaitu : 1. Jaringan Interest (jaringan kepentingan), dimana hubungan sosial yang membentuknya adalah hubungan sosial yang bermuatan kepentingan. 2. Jarigan Sentiment (jaringan emosi), yang terbentuk atas dasar hubungan sosial yang bermuatan emosi. 3. Jaringan Power (jaringan kekuatan), yang terbentuk atas dasar hubungan sosial yang bermuatan kekuatan. Masing-masing jenis atau tipe jaringan sosial tersebut memiliki “logika situsional” yang berbeda satu sama lain.
1. Jaringan Sosial Kepentingan Jaringan kepentingan terbentuk atas dasar hubungan sosial yang bermakna pada tujuantujuan tertentu atau khusus yang ingin dicapai oleh para pelaku. Bila tujuan tersebut sifatnya spesifik dan konkret seperti memperoleh barang, pelayanan, pekerjaan dan sejenisnya setalah tujuan-tujuan tersebut tercapai biasanya hubungan tersebut tidak berkelanjutan. Bila tujuan dari hubungan sosial yang terwujud spesifik dan konkret seperti, struktur sosial yang lahir dari jaringan sosial tipe ini juga sebentar dan berubah-ubah. Namun, bila tujuan tersebut tidak
Universitas Sumatera Utara
sekonkret dan spesifik seperti itu atau ada kebutuhan-kebutuhan untuk memperpanjang tujuan maka struktur yang terbentuk pun menjadi relatif stabil. Oleh karena itu, tindakan dan interaksi yang dalam jaringan sosial tipe ini selalu dievaluasi berdasarkan tujuan- tujuan relasional. Pertukaran (negosiasi) yang terjadi dalam jaringan kepentingan ini diatur oleh kepentingan para pelaku yang terlibat di dalamnya dan serangkaian norma yang sangat umum atau general (Ruddy, 2007 : 35). Dalam hubungan nya dengan lembaga pendidikan, jaringan sosial seperti ini selalu terjadi khususnya terlihat dari interaksi antara siswa satu dan siswa lainnya yang saling memberikan pengaruh dan keuntungan satu sama lain. Dalam lembaga bimbingan belajar, tentunya dalam hal ini adalah Primagama, jaringan sosial kepentingan ini biasa di tunjukkan dalam realitas jaringan pertemanan yang dikonstruksi secara sosial oleh beberapa orang siswa yang berdiskusi dalam mengerjakan pekerjaan rumah (pr) serta pembentukan komunitas belajar untuk
berdiskusi
bersama tentor dari berbagai bidang pelajaran tertentu dalam peningkatan pemahaman materi pelajaran sebelum menghadapi beberapa ujian try out dan ujian akhir sekolah. Oleh karena itu jaringan sosial yang dibentuk beberapa siswa Primagama terjadi karena adanya tujuan-tujuan atau maksud khusus yang dapat menguntungkan mereka.
2. Jaringan Sosial Emosi Jaringan emosi terbentuk atas dasar hubungan-hubungan sosial, dimana hubungan sosial itu sendiri menjadi tujuan tindakan sosial misalnya dalam pertemanan, percintaan atau hubungan kekerabatan, dan sejenisnya. Struktur sosial yang dibentuk oleh jaringan emosi ini cenderung lebih mantap dan permanen. Hubungan sosial yang terwujud biasanya cenderung menjadi hubungan yang dekat dan menyatu. Di antara para pelaku terdapat kecenderungan menyukai atau
Universitas Sumatera Utara
tidak menyukai pelaku lain dalam jaringan. Oleh karena itu, muncul adanya saling kontrol yang relatif kuat antar pelaku dalam jaringan yang bersangkutan sehingga memudahkan lahirnya nilai dan norma yang mengembangkan kontiuitas pola-pola jaringan yang relatif stabil sepanjang waktu. Akibatnya jaringan tipe ini akan menghasilkan suatu rasa solidaritas. Artinya para pelaku cenderung mengurangi kepentingan – kepentingan pribadinya, dan biasanya mereka saling memberi dan menerima antara pelaku satu dan pelaku lainnya berdasarkan saling keterhubungan (Resiprokal) di antara mereka (Ruddy, 2007 : 38).
3. Jaringan Sosial Power Jaringan sosial ini terjadi apabila pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditargetkan membutuhkan tindakan kolektif dan konfigurasi saling keterhubungan antara pelaku biasanya dibuat permanen. Hubungan-hubungan power ini biasanya ditujukan pada penciptaan kondisi yang diharapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan pelaku. Jaringan sosial jenis ini harus memiliki pusat power yang secara terus-menerus mengkaji-ulang kinerja (performance) unit-unit sosialnya dan menguatkan kembali strukturnya untuk peningkatan efektivitasnya. Dengan demikian jaringan sosial ini tidak dapat menyandarkan diri pada kesadaran para anggotanya untuk memenuhi kewajibannya masing-masing seacara sukarela, tanpa intensif. Dibutuhkan suatu distribusi penghargaan dan sanksi (reward and sanction) yang terstruktur secara formal guna menyokong timbulnya kerelaan dengan peraturan dan perintah oleh pusatpusat power mereka (Ruddy, 2007 : 36). Jaringan sosial power dalam hubungan nya dengan perjalanan lembaga bimbingan belajar dapat di lihat dari gabungan siswa dari berbagai kelas yang berbeda baik dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas yang sudah terkonstruksi sosial akibat secara kolektif bernaung
Universitas Sumatera Utara
dalam lembaga tersebut yang dapat memberikan penilaian terhadap beberapa unsur-unsur yang berada di lembaga tersebut. Karena dalam hal ini, siswa menganggap dirinya dapat memaksimalkan keuntungan dengan bergabung di lembaga bimbingan belajar tersebut dengan ekspektasi yang sangat tinggi. Artinya siswa memandang bimbingan belajar tempatnya bernaung sebagai “pusat power” yang bertanggung jawab atas kapasitas dirinya Hal ini dapat di tunjukkan melauli skema berikut :
Siswa 6 SD
Siswa VII – IX SMP
Siswa X – XII SMA
Jaringan Sosial Siswa
Primagama (Pusat Power)
Skema 1.2 Jaringan Sosial Siswa dalam naungan Primagama sebagai pusat power.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Definisi Konsep Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, peneliti diharapkan dapat menyedrhanakan pemikiannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan yang lainnya. 1. Efektivitas adalah menyangkut keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik yang dilaksanakan secara individu, kelompok, organisasi, lembaga sosial, ekonomi maupun pemerintah. 2. Efektivitas lembaga bimbingan belajar adalah melihat tinggi rendahnya tingkat keberhasilan bimbingan belajar dalam mencapai tujuan seperti, menigkatkanintelegensi, bakat, sikap, minta, dan motivasi siswa (potensi individual),maupun meningkatkan kemampuan sosial siswa nya untuk memperoleh prestasi terbaik di sekolah nya. 3. Fungsi Manifes adalah Fungsi yang langsung dan nyata terjadi dalam masyarakat atau fungsi yang diharapkan oleh masyarakat. 4. Lembaga Pendidikan Non Formal adalah lembaga pendidikan diluar sekolah umum yang memberikan ilmu, pengetahuan dan keterampilan tambahan bagi peserta didik yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat. 5. Lembaga bimbingan belajar adalah
satuan pendidikan luar sekolah yang menyediakan
berbagai jenis pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental bagi warga belajar yang memerlukan bekal dalam mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah dan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
Universitas Sumatera Utara
6. Kapasitas siswa adalah segala sesuatu atau potensi bermanfaat yang dimuat, disimpan dan dimiliki oleh seorang siswa dalam dirinya seperti intelegensi atau kecerdasan, bakat dan keterampilan, sikap, minat dan motivasi. 7. Jaringan sosial siswa merupakan hubungan sosial yang terjadi secara timbal balik dan saling mempengaruhi antar siswa dari berbagai sekolah dalam suatu lembaga pendidikan yang dapat berwujud kelompok belajar, kelompok pertemanan, komunitas hobby. 8. Siswa adalah seseorang yang mengikuti proses belajar yang terdaftar secara sah di dalam lembaga pendidikan baik formal maupun non formal. 9. Intelegensi siswa adalah tingkat kecerdasan yang dimiliki seorang siswa yang dapat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar 10. Dimensi Afektif adalah melihat pembentukan sikap seorang individu melalui pengaruh perhatian dan kasih sayang orang lain seperti, orang tua dan guru. 11. Bakat siswa merupakan kemampuan internal individu yang menonjol terhadap bidangbidang tertentu dan berkaitan dengan kecerdasan, misalnya, bakat di matematika, fisika, dan kimia. 12. Minat siswa adalah kecenderungan atau kegairahan seseorang siswa untuk memilih dan melakukan sesuatu yang berdampak baik bagi dirinya. 13. Sikap Siswa merupakan perilaku yang di tinjolkan seorang siswa dalam proses belajar mengajar yang berkaitan dengan rasa suka atau tidak suka, penting atau tidaknya terhadap suatu mata pelajaran. 14. Motivasi Siswa merupakan dorongan yang menuntut seorang siswa untuk mencapai prestasi terbaik melaui pengaruh orang lain.
Universitas Sumatera Utara