BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat vital, karena pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan masa depan setiap anak. Orang tua pun tentunya ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya dan melihat anaknya menjadi pribadi yang sukses, bukan hanya
sukses
dalam
hal
“materi”
namun
juga
suskses
dalam
mengendalikan dan memberdayakan pribadi baiknya. Perkembangan lingkungan sosial yang begitu pesat meningkatkan tantangan dan pengaruh yang tidak kecil bagi perkembangan pendidikan dan pembentukan pribadi anak. Merebaknya isu-isu moral dikalangan remaja, seperti meluasnya peredaran obat terlarang, narkotika, pergaulan bebas, tawuran remaja, perkosaan, penipuan, pornografi, perjudian, penganiayaan dan lain-lain sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Bagi anak yang tidak dapat memanfaatkan perkembangan dunia dengan baik dan benar, akan menghantarkan mereka pada perilaku yang menyimpang dari agama dan mangakibatkan krisis moral pada anak bangsa.1
1
http://sellamarjaan.blogspot.com/2012/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html (20 November
2013)
1
Masalah lain yang tengah dihadapi bangsa Indonesia adalah masih didapat sistem pendidikan dini yang terlalu berorientasi pada ranah kognitif dan kurang memperhatikan ranah afektif dan empati. Lembaga pendidikan formal selama ini disinyalir hanya mementingkan aspek kecerdasan akademik, serta menganaktirikan aspek kecerdasan emosi dan spiritual.2 Selain itu, mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter pun ternyata pada prakteknya lebih mementingkan pada hafalan. Padahal, pengembangan karakter lebih dioptimalisasikan pada ranah afektif dan psikomotoriknya. Berbagai masalah bangsa Indonesia diberbagai bidang selama ini tidak lepas dari karakter dan nilai-nilai masyarakat. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter. Pendidikan merupakan usaha sadar manusia dalam mencetak peserta didik menjadi insan kamil akan pengetahuan dan nilai. Dimana proses pendidikan tidak hanya dijadikan sebagai proses transformasi ilmu, akan tetapi nilai juga ditanamkan pada peserta didik, hal ini dimaksudkan agar setelah mengenyam bangku pendidikan, peserta didik dapat menjalankan kehidupan dengan baik dan diterima di masyarakat luas.3 2
Jamal Ma’mur Asmani, Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: Diva Press), hlm. 22 3 http://masthoni.wordpress.com/2009/06/14/boarding-school-dan-pesantren-masa depan/. (14 Juni 2009). Diakses, 21 November 2013
2
Hal ini dapat kita dasarkan pada Undang-Undang Dasar SISDIKNAS pasal 3, sebagaimana tercantum dengan jelas bahwa pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan
dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4 M. Athiyah Al-Abrasy mengemukakan bahwa pembentukan moral yang tinggi adalah tujuan-tujuan utama dalam pendidikan islam.5 Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk menanamkan karakter generasi penerus bangsa diantaranya memasukkan nilai-nilai karakter pada setiap mata pelajaran, akan tetapi realitanya, tidak semua guru mata pelajaran mampu menerapkannya, hal ini dikarenakan para guru menghadapi hambatan-hambatan dalam memaksimalkan penerapannya serta usaha dalam pembentukan karakter peserta didik itu harus diimbangi dengan pembiasaan, dimana kebiasaan itu membutuhkan waktu yang relatif lama.6 Pendidikan karakter ini mutlak bukan hanya di sekolah saja, tetapi di rumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini pun bukan hanya anak usia dini hingga remaja tetapi usia dewasa penanaman karakter mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidup bangsa ini. 4 5
Undang-undang Sitem Pendidikan Nasional, hlm. 8 M. Ishom El saha, Manajemen Kependidikan Pesantren, (Jakarta: Transwacana, 2008),
hlm. 38 6
Http://bhakti-ardi.blogspot.com/2012/07/boarding-school-dan 08.html/. (8 Juli 2014). Diakses, 22 Januari 2014
-peranannya
dalam
3
Munculnya sekolah-sekolah Berasrama (boarding school) sejak pertengahan tahun 1990 di Indonesia. Hal ini dilatarbelakangi oleh kondisi pendidikan Indonesia yang selama berlangsung dipandang belum memenuhi harapan yang ideal. Boarding school yang pola pendidikannya lebih komprehensif-holistik lebih memungkinkan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang ideal dan untuk melahirkan generasi yang lebih agamis atau memiliki nilai-nilai hidup yang baik. . Untuk itu, “Pendidikan yang memadukan sekolah dan pesantren (Sekolah Terpadu)” merupakan salah satu solusi baik bagi orang tua dan anak dalam mengatasi tantangan perkembangan zaman sekarang dan untuk mencapai keunggulan, baik pada aspek akademik, nonakademik, maupun pribadi yang kuat, kokoh dan mantap dalam diri anak. Sekolah berasrama (boarding school), salah satunya yaitu SDIT BIAS Assalam yang berada di Kota Tegal memiliki kelebihan dalam menerapkan pendidikan karakter. Yayasan BIAS Assalam Kota Tegal bekerja sama dengan lembaga pendidikan Islam terpadu BIAS yogyakarta mempunyai komitmen dan cita-cita luhur untuk membantu terwujudnya tujuan pendidikan nasional tersebut. SDIT boarding school BIAS Assalam Kota Tegal ini mempunyai ciri khas yaitu unggul dalam IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) dan IMTAQ (iman dan taqwa).7 Dengan program boarding school implementasi pendidikan karakter lebih terpantau karena semua kegiatan siswa telah terjadwal dan 7
M. Kharis Al Wafa, Kepala Sekolah SDIT BIAS Assalam Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 16 November 2013
4
terpantau
24
jam.
Kurikulum
dan
manajemen
kurikulum
yang
dilaksanakan di SDIT boarding school merujuk pada Kurikulum 2013, yang akan diberlakukan secara nasional pada tahun ajaran baru 2013 ini. Adapun muatan lokal dirancang sesuai dengan visi dan misi sekolah.8 Berangkat dari latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untukmelakukan
penelitian
dengan
mengangkat
judul
“PERAN
BOARDING SCHOOL DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SDIT BIAS ASSALAM KOTA TEGAL”. Adapun objek yang dijadikan penelitian oleh penulis lebih difokuskan pada siswa kelas V, yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas V Abu Ubaidah dan kelas V Sa’id bin Zaid. Dari latar belakang masalah di atas yang menjadi alasan penulis memilih judul tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan karakter merupakan aspek yang sangat penting, karena pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan. 2. Merasa tertarik untuk mengetahui sistem pembelajaran boarding school yang diterapkan di SDIT BIAS Assalam Kota Tegal.
8
Ibid
5
3. SDIT BIAS Assalam merupakan lembaga pendidikan yang dianggap dapat menjadi wadah penanaman karakter peserta didik di tengah zaman yang mengharuskan adanya pembenahan sistem pendidikan yang berkaitan dengan moral anak bangsa.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut: 1.
Bagaimana sistem pembelajaran boarding school di SDIT BIAS Assalam Kota Tegal?
2.
Bagaimana peran boarding school dalam mengembangkan pendidikan karakter siswa di SDIT BIAS Assalam Kota Tegal? Untuk lebih memudahkan dalam memahami judul skripsi dan
agar pemahaman tidak melebar, maka perlu adanya penegasan istilahistilah. Istilah yang perlu ditegaskan pada judul skripsi diatas adalah sebagai berikut: 1. Peran Adalah fungsi seseorang atau sesuatu dalam kehidupan.9 2. Boarding school Boarding school terdiri dari dua kata yaitu boarding dan school. Boarding berarti asrama. Dan school berarti sekolah. Boarding school adalah sistem sekolah berasrama, dimana peserta didik dan 9
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka, 1995), hlm.1155
6
juga para guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu.10 Boarding school adalah sekolah yang memiliki asrama, di mana para siswa hidup dan belajar secara total di lingkungan sekolah. Karena itu segala jenis kebutuhan hidup dan kebutuhan belajar disediakan oleh sekolah. 3. Pendidikan Karakter Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.11 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan demikian karakter adalah
nilai
yang unik-baik
yang terpatri
dalam
diri
dan
terejawantahkan dalam perilaku.12 Jadi, pendidikan karakter adalah suatu proses yang dijadikan untuk penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku siswa, baik ketika berproses sekolah maupun setelah proses sekolah (lulus sekolah).13
10
http://bhakti-ardi.blogspot.com/2012/07/boarding-school-dan-peranannya dalam 08.html (8 Juli 2012). Diakses, 22 Januari 2014 11 Uyoh Sadulloh, Pedagogik (Ilmu Mendidik), (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 3 12 Muchlas Sam’ani dan Hariyanto, Konsep Dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.42 13 Dharma Kesuma, Cepi Triana, dan Johar Permana, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 9
7
4. Siswa Siswa merupakan seseorang yang sedang berkembang, memiliki potensi tertentu, dan dengan bantuan pendidik ia mengembangkan potensinya tersebut secara optimal.14 5. SDIT BIAS Assalam SDIT BIAS Assalam adalah sekolah berasrama yang konsep ke-asramaannya mengacu kepada model pesantren, muatan materi keagamaan dalam struktur kurikulum SDIT Unggulan BIAS Assalam Kota
Tegal
merupakan
konsekuensi
logis
sebagai
bentuk
implementasi dari visi dan misi sekolah. Di sekolah ini juga menggunakan sistem pendidikan yang komprehensif yang mempunyai misi menyiapkan lulusannya untuk menjadi generasi muslim yang mempunyai landasan aqidah yang lurus (saliimul ‘aqidah), ibadah yang benar (shahiihul ‘ibadah) dan berakhlak mulia (matiinul khuluuq).15 Dari penegasan istilah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dari judul skripsi ini adalah penulis akan mengadakan penelitian, yang berusaha untuk menelusuri dan mendeskripsikan
mengenai
peran
boarding
school
dalam
mengembangkan pendidikan karakter siswa (studi kasus kelas V di SDIT BIAS Assalam kota Tegal).
14
Uyoh Sadulloh, Op. Cit., hlm. 135 Dokumentasi SDIT BIAS Assalam
15
8
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk mendeskripsikan sistem pembelajaran boarding school di SDIT BIAS Assalam Kota Tegal.
2.
Untuk
mendeskripsikan
peran
boarding
school
dalam
mengembangkan pendidikan karakter siswa kelas V di SDIT BIAS Assalam Kota Tegal.
D. Kegunaan Penelitian Dari segi perumusan diatas, maka kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Kegunaan teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai: a. Menambah dan Memperkaya khazanah ilmu pendidikan yang berhubungan dengan pendidikan karakter, khususnya STAIN Pekalongan. b. Menambah pengetahuan baru tentang sistem pembelajaran boarding school. c. Memberikan acuan bagi siswa untuk dapat lebih meningkatkan prestasi dalam dunia pendidikan.
9
2.
Kegunaan praktis a. Bagi Peneliti 1) mengembangkan daya berpikir dan penerapan keilmuan yang telah dipelajari di perguruan tinggi. 2) Mengetahui pendidikan karakter itu sendiri. 3) Mengetahui pelaksanaan program boarding school. b. Bagi Siswa Meningkatkan pemahaman tentang peran boarding school dalam mengembangkan pendidikan karakter. c. Bagi Guru dan Pembina Asrama Memberikan masukan bagi guru dan pembina asrama agar mampu memberikan teladan bagi siswanya. d. Bagi Sekolah Penciptaan
kondisi
yang
mendukung
terciptanya
pendidikan karakter yang efektif.
E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis teoritis Menurut pendapat Nurcholis Madjid, dalam Yasmadi bahwa lembaga pendidikan yang menggabungkan pendidikan tradisional dan pendidikan modern ini telah diwakilkan oleh Pondok Modern Gontor, karena pada pesantren ini para santri tidak hanya diproyeksikan mampu menguasai Arab klasik, tetapi juga bahasa Inggris yang
10
dibutuhkan dalam mencari ilmu untuk masa sekarang. Dan kurikulum Gontor menghadirkan perpaduan yang liberal yakni tradisi belajar klasik dengan gaya modern barat yang diwujudkan secara baik dalam sistem pengajaran maupun mata pelajarannya.16 Didalam model pesantren ada banyak tipe diantaranya yang sesuai dengan sistem boarding adalah model pesantren khalafi yaitu pesantren yang telah memasukkan pelajaran-pelajaran umum dalam madrasah-madrasah yang dikembangkan atau membuka tipe-sekolah umum dalam lingkungan pesantren.17 Menurut Azyumardi Azra, dalam bukunya Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III bahwa tak kurang pentingnya dalam pembicaraan tentang ekspansipesantren adalah pengadopsian aspek tertentu sistem pesantren oleh lembaga umum. Sebagai contoh adalah pengadopsian sistem pengasramaan menurut murid SMU unggulan yang berkembang dalam beberapa tahun terakhir, walau dengan bahasa Inggris boarding school seperti yang dilakukan SMU Madania di Parung dan banyak sekolah elite Islam lain. Sistem boarding school pada sekolah unggulan akan berhasil atau tidak, tentu saja merupakan persoalan lain yang memerlukan kajian sendiri.18
16
Yasmadi, Modernisasi pesantren, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hlm. 116 Ratna Apriliya, “Pembelajaran Di Pondok Pesantren Modern Al-Qur’an Buaran Pekalongan”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2012), hlm. 42 18 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi Dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 129 17
11
Menurut Muchlas Sam’ani dan Hariyanto dalam bukunya yang berjudul Konsep Dan Model Pendidikan Karakter dijelaskan bahwa karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu
yang
dapat
membuat
keputusan
dan
siap
mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Scerenco (1997) mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa.19 Menurut Dharma Kesuma dalam bukunya Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, mendefinisikan pendidikan karakter
adalah
pembelajaran
yang
mengarah
pada
penguatan
dan
pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah.20 Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi (2004:95), dalam kesuma, ialah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Definisi lain juga dikemukakan oleh Fakry Gaffar (2010:1): sebuah proses transformasinilai-nilai
19
Muchlas samani dan Hariyanto, Op. Cit., hlm 41-42 Dharma Kesuma, Cepi Triana, Johar Permana, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 5 20
12
kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.21 Umar Suwito mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul “Tinjauan Berbagai Aspek Character Building: Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter” bahwa pendidikan karakter merupakan sistem pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik sehingga mereka memiliki nilai-nilai dan karakter serta menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan. Hal ini penting sebab tanpa identifikasi karakter, pendidikan hanya akan menjadi sebuah petualangan tanpa peta, tiada tujuan.22 Jelas bahwa dalam proses pendidikan itu tidak hanya mentrasfer pengetahuan semata, tetapi menekankan pada penanaman nilai. Menurut Scerenko (1997) pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan beografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari).23 2. Hasil penelitian yang relavan a. Berdasarkan skripsi Ahmad Ni’am Syafiq 232 107 204 yang berjudul Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun
21
Ibid Umar Suwito, dkk, Tinjauan Berbagai Aspek Character Building: Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), hlm. 125 23 Muchlas Sam’ani, Op. Cit., hlm. 45 22
13
Karakter Peserta Didik Di SMP N 5 Pekalongan, penulis menyimpulkan peran guru PAI sebagai model keteladanan dalam membangun karakter peserta didik di SMP Negeri 5 Pekalongan meliputi berbagai macam keteladanan yang ditampilkan guru PAI yaitu perkataan atau ucapan yang baik, gaya berpakaian yang sesuai ajaran Islam, bersikap kasih sayang, menjalankan ibadah shalat dhuha, shalat dhuhur berjama’ah, mengisi santapan rohani pada kegiatan minggu pagi, kedisiplinan, kejujuran dan mencium tangan guru. Selain itu guru juga sebagai evaluator dalam membangun karakter peserta didik di SMP Negeri 5 Pekalongan.24 Dari skripsi tersebut yang membedakan dengan skripsi penulis adalah jika pada skripsi di atas yang berperan penting adalah guru PAI, sedangkan pada skripsi penulis semua komponen sekolah baik itu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan dan pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kokurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan dan seluruh etos kerja seluruh warga sekolah atau lingkungan boarding school itu berperan dalam mengembangkan pendidikan karakter siswa. b. Selain itu hasil penelitian dari skripsi Fitriani 202 131 0082 yang berjudul “Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP N 1 Watu Kumpul Kab. Pemalang” bahwa nilai-nilai karakter yang 24
Ahmad Ni’am Syafiq, “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun Karakter Peserta Didik Didik”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2011), hlm. 85
14
dikembangkan di SMP N 1 Watu Kumpul Kab. Pemalang adalah takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, disipilin, jujur, gemar membaca, menghargai prestasi, tanggung jawab, cinta tanah air, kreatif, kerja keras, cinta damai, bersahabat/komunikatif, peduli sosial dan demokratis. Peran guru dalam pendidikan karakter meliputi peran guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, dan penilai.25 Dari skripsi tersebut yang membedakan dengan skripsi penulis adalah kurikulum dan sistemnya. Jika pada skripsi di atas menggunakan
kurikulum
Kementerian
Pendidikan
pendidikan Nasionl
umum
yang
ada
(KEMENDIKNAS)
di
serta
Kementerian Agama (KEMENAG), sedangkan pada skripsi penulis memadukan kurikulum KEMENDIKNAS, KEMENAG, ditambah dengan kurikulu khas boarding itu sendiri. Selain itu, kurikulum pelaksanaan karakter hanya dilakukan di sekolah saja, sedangkan pada skripsi penulis pelaksanaan pendidikan karakter dengan sistem boarding school, dimana siswa wajib tinggal di asrama. Selama 24 jam siswa dalam pengawasan guru dan pembina boarding school sepulang siswa dari sekolah. Dengan demikian, penanaman karakter lebih pada kehidupan sehari-hari siswa, baik ketika siswa berada di sekolah maupun dalam kehidupan kesehariannya. 25
Fitriani, “Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP N 1 Watu Kumpul Kab. Pemalang”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2008), hlm. 62-63
15
c. Skripsi yang ditulis oleh Umi Kholidah, Fakultas Tarbiyah, Keguruan UIN Sunan Kalijaga,Yogyakarta: 2011 dengan judul Pendidikan Karakter dalam Sistem Boarding School di MAN Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta, dalam penelitian ini sistem boarding school sangat penting dalam pendidikan karakter peserta didik. Ada beberapa karakter yang ditanamkan, diantaranya yaitu cinta Tuhan dan kebenaran, tanggung jawab, kedisiplinan, kemandirian, jujur, dan terpercaya (amanah), hormat dan santun (tata krama), kasih sayang (kekeluargaan), kepedulian dan kerjasama, keadilan dan kepemimpinan, kebersihan, keseahatan serta kerapihan (berhias).26 Dalam skripsi tersebut, tidak semua siswa wajib tinggal di asrama, melainkan yang wajib hanya siswa yang berprestasi, dan penelitian yang akan penulis lakukan berbeda, karena siswa kelas V SDIT BIAS Assalam yang menjadi objek dalam penelitian ini wajib tinggal di asrama, sehingga proses bimbingannya lebih mudah. 3. Kerangka berfikir Berdasarkan analisis toeritis diatas, maka dapat dibuat kerangka berfikir:
26
Umi Kholidah,”Pendidikan Karakter dalam Sistem Boarding School di MAN Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2011), hlm.20
16
Karakter itu dibangun sejak usia dini. Karena pembentukan karakter pada masa dini itu sangat mudah. Secara umum karakter dikaitkan dengan sifat khas atau kekuatan moral atau tingkah laku seseorang. Proses pembentukan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor khas yang ada dalam diri orang yang bersangkutan yang disebut dengan faktor endogen, dan oleh faktor lingkungan atau faktor eksogen. Peran lingkungan pendidikan sangat penting, bahkan sangat sentral, karena pada dasarnya karakter adalah kualitas pribadi seseorang yang terbentuk melalui belajar, baik secara formal maupun informal. Secara normatif, pembentukan atau pengembangan karakter yang baik, memerlukan kualitas lingkungan yang baik pula. Faktor lingkungan yang membawa pengaruh besar dalam pembentukan karakter adalah keluarga, media massa, lingkungan sosial dan sekolah. Keluargalah merupakan komunitas pertama dalam pembentukan karakter anak. Karena pendidikan dalam keluarga akan menentukan seberapa jauh seorang anak dalam prosesnya menjadi orang yang lebih dewasa memiliki komitmen terhadap nilai moral. Bagi orang tua, sekolah juga diharapkan menjadi salah satu tempat atau lingkungan yang dapat membantu anak mengembangkan karakter yang baik. Boarding school mempunyai peran utama dalam pembentukan karakter siswa, selain mendapat pengetahuan umum di sekolah. Dalam sekolah berasrama ini, semua elemen yang ada dalam kompleks sekolah terlibat dalam proses pendidikan. Aktornya bukan hanya guru
17
mata pelajaran, tapi semua orang dewasa yang ada di boarding school adalah guru. Peran boarding school dalam mengembangkan pendidikan karakter siswa di SDIT Bias Assalam Kota Tegal
PERAN BOARDING SCHOOL
Menyediakan kurikulum yang secara inheren menarik & bermakna bagi siswa.
menanamkan nilai-nilai etik inti (ethical core values). ex: kepedulian, kejujuran dsb.
Sekolah harus menjadi komunitas yang peduli.
Merekrut orang tua dan Masyarakat sebagai partner dalam membangun karakter siswa.
PERILAKU BERKARAKTER
Gambar 1: Skema Kerangka Berfikir
Dengan adanya sekolah dengan sistem boarding school di SDIT BIAS Assalam Kota Tegal, diharapkan mampu berperan dalam mengembangkan pendidikan karakter siswa untuk bekal di masa depan.
18
F. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian a. Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah dengan pendekatan
kualitatif.
Pendekatan
kualitatif
adalah
suatu
pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami.27 Dengan mengambil studi di SDIT BIAS Assalam Kota Tegal. Maka penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. b. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah studi kasus, yang merupakan jenis penelitian lapangan (field research).28 Penelitian lapangan ini adalah jenis penelitian yang memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menganalisa fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.29 Lokasi penelitian ini adalah di jalan Dadali No. 12 Kelurahan Randugunting Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal, yaitu tepatnya di SDIT BIAS Assalam Kota Tegal.
27
Syaifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 199), hlm. 5 Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendekatan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 77 29 Nana Saodih, Metode Penelitian, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 60 28
19
2. Sumber Data a. Sumber Data Primer Sumber data primer diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur dan teknik pengambilan data yang berupa interview, observasi maupun penggunaan instrument pengukuran yang khusus dirancang sesuai dengan tujuannya.30 Yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, pembimbing asrama pelajar putra-putri, guru-guru, dan siswa kelas V SDIT BIAS Assalam. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber kajian pendukung atau bahan atau bahan kajian yang bukan dari pihak yang hadir. Sumber data sekunder diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul penelitian.31 Data yang diperoleh dari sumber pendukung dan buku-buku penunjang yang berhubungan dengan penelitian ini, antara lain: 1) Dokumentasi SDIT BIAS Assalam Kota Tegal 2) Dharma Kesuma, Cepi Triana, Johar Permana, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.
3) Yasmadi, Modernisasi pesantren,
30 31
9
Syaifudin Azwar, Op. Cit., hlm. 36 Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yoyakarta: Rake Surasin, 1998), hlm.
20
4) Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi Dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III
5) Dan buku-buku penunjang lainnya. 3. Teknik Pengumpulan Data a.
Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.32 Metode dokumentasi ini penulis gunakan untuk menghimpun data yang ada di SDIT BIAS Assalam Kota Tegal yang berkaitan dengan penelitian, seperti sejarah, letak sekolah, visi dan misi sekolah, keadaan guru, siswa, sarana dan prasarana.
b.
Metode Observasi Metode observasi adalah suatu cara untuk mengadakan pengamatan secara langsung.33 Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan sistem pembelajaran boarding school, dan pendidikan karakter yang dikembangkan di SDIT BIAS Assalam Kota Tegal.
32
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), hlm. 146 33 Syaifudin Azwar, Op. Cit., hlm. 19
21
c.
Metode Interview atau Wawancara Metode Inteview adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis berdasarkan tujuan dari penelitian. 34 Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui perkembangan karakter siswa, pelaksanaan pembelajaran dengan sistem boarding school dan untuk mengetahui bagaimana peranan boarding school tersebut dalam mengembangkan karakter siswa kelas V di SDIT BIAS Assalam Kota Tegal.
4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan suatu data dalam bentuk yang mudah untuk diinterprestasikan.35 Dalam menganalisis data
penulis
menggunakan
analisis
deskriptif
kualitatif,
dengan
menggunakan pola pikir induktif menurut teori Miles and Huberman, yang menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. 36 Tahapan analisis data menurut teori Miles and Huberman ada 3, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan verifikasi (conclusion drawing).37 Data tersebut diperoleh dari hasil
34
Sutrisno Hadi, Metode Research, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1973), hlm. 193 35 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 236 36 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 246 37 Ibid
22
wawancara,
catatan
lapangan,
dan
dokumentasi,
dengan
cara
mengorganisasikan data ke dalam suatu kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.38 Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tentang sistem pembelajaran boarding school di SDIT BIAS Assalam Kota Tegal. Data tersebut diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi.
Kemudian
penulis
menganalisis
data
dan
mendeskripsikan yang berkaitan dengan peran boarding school dalam mengembangkan pendidikan karakter siswa, sehingga dapat diambil suatu kesimpulan. Untuk penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif, mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi kemungkinan tidak menjawab karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.39
G. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran secara umum dan mempermudah pada pembatasan, maka akan diuraikan dalam sistematika penulisan sebagai berikut: 38
Beni Ahmad Saebeni, MetodePenelitian (Bandung: CV. PustakaSetia, 2008), hlm. 199. Sugiyono, Op. Cit., hlm. 244
39
23
Bab I Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II berisi tentang Boarding School dan Pendidikan Karakter. Boarding School meliputi, definisi boarding school, latar belakang berdirinya boarding school, manfaat boarding school, peran dan tujuan boarding school. Pendidikan Karakter, meliputi pengertian pendidikan, pengertian karakter dan pengertian pendidikan karakter, jenis-jenis pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, nilai-nilai dalam pendidikan budaya karakter, dan penanaman nilai/karakter di sekolah yang efektif. Bab III merupakan hasil dari penelitian ini. Pada bab ini berisi pembahasan mengenai masalah yang diteliti, yaitu “Peran Boarding School dalam Mengembangkan Pendidikan Karakter Siswa (Studi Kelas V di SDIT BIAS Assalam Kota Tegal)” yang mencakup mengenai gambaran umum SDIT BIAS Assalam Kota Tegal. Gambaran umumnya meliputi: sejarah berdiri SDIT BIAS Assalam, sejarah berdirinya boarding school, status sekolah, letak geografis, visi dan misi sekolah, struktur organisasi, keadaan guru dan karyawan, kondisi siswa, serta keadaan sarana dan prasarana sekolah dan fasilitas pendidikan termasuk keadaan boarding school (program pendidikan karakter yang dikembangkan di SDIT BIAS Assalam Kota Tegal, peran boarding school dalam mengembangkan pendidikan karakter siswa), yang mencakup sistem pembelajaran boarding
24
school, dan peran boarding school dalam mengembangkan pendidikan karakter siswa kelas V di SDIT BIAS Assalam Kota Tegal. Bab IV analisis Peran Boarding School dalam Mengembangkan Pendidikan Karakter Siswa Kelas V di SDIT BIAS Assalam Kota Tegal yang berisi analisis sistem pembelajaran boarding school, dan analisis peran boarding school dalam mengembangkan pendidikan karakter siswa kelas V di SDIT BIAS Assalam Kota Tegal. Bab V penutup, pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian. Saran-saran dari hasil penelitian.