BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG Pendidikan
mempunyai
peranan
yang
sangat
menentukan
bagi
perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang
memungkinkan
anak
didik
untuk
mengembangkan
bakat
dan
kemampuannya secara optimal, sehingga dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat (Maryati, 2008). Peningkatan mutu pendidikan atau sekolah adalah proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktorfaktor yang berkaitan dengan peningkatan kualitas, dengan tujuan agar target pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni, 2007). Dengan dilakukannya peningkatan mutu pendidikan maka akan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas
yang sangat
dibutuhkan agar mampu bersaing di dunia. Salah satu cara yang ditempuh untuk memajukan kualitas SDM adalah melalui jalur pendidikan (Astuti, 2009). Salah satu upaya dalam peningkatan kemampuan dan pengembangan SDM adalah pembangunan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Sebelum menjadi SBI sebuah sekolah harus melalui Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) (Susiani, 2009). RSBI dapat meningkatkan SDM
Universitas Sumatera Utara
dikarenakan RSBI menggunakan kurikulum yang berlaku secara nasional dengan mengadaptasi kurikulum sekolah negara lain, sehingga diharapkan dapat menyiapkan SDM manusia yang mampu bersaing secara internasional (Kemdikbud, 2010). Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah sekolah yang sudah memenuhi seluruh Standart Nasional Pendidikan (SNP) yang diperkaya dengan standart pendidikan negara maju yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas dan daya saing baik ditingkat nasional maupun internasional. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) merupakan sekolah calon dari Sekolah Bertaraf Internasional (Kemdikbud, 2009). Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) merupakan sekolah calon dari Sekolah Bertaraf Internasional. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah realisasi dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 50 ayat 3 tentang pendirian sekolah internasional, yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional dan kualitas sumber daya manusia Indonesia agar dapat bersaing secara global maupun internasional (IISS, 2010). Tuntutan tugas siswa di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) tersebut berat, dikarenakan siswa yang sekolah di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) menggunakan kurikulum yang berlaku secara nasional dengan mengadaptasi kurikulum sekolah di negara lain. Beratnya sistem pembelajaran yang dilakukan di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dapat menyebabkan stres pada siswa (Dharma, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Saat ini di Medan baru ada satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan status RSBI yaitu SMPN 1 Medan (Kemdikbud, 2011). Untuk masuk ke RSBI SMPN 1 Medan juga para siswa harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, seperti mengikuti beberapa tes tertulis (tes pada mata pelajaran IPA dan matematika), tes psikologi, dan tes TOEFL (Kemdikbud, 2009). Hal ini diperkuat berdasarkan komunikasi personal dengan salah seorang guru berinisial HY, berusia 48 tahun: ”Disini kelasnya udah internasional, untuk masuknya juga ada tes khusus yang diberikan, kayak tes tertulis gitu, tes kecerdasannya sama ada wawancara nya juga. Terus bahasa pengantar dibeberapa pelajaran juga bahasa Inggris. Sebelumnya juga ada seleksi administrasi yang diberikan pas pendaftaraan awalnya. Nilai minimal yang harus didapatkan pada saat seleksi untuk pelajaran MIPA juga minimalnya 7,5. terus pada saat pendaftaran juga diminta sertifikat bahasa Inggris atau sertifikat komputernya gitu.” (HY, Komunikasi Personal, 30/04/2011) SMPN 1 Medan sebagai sekolah yang berstatus RSBI, menerapkan konsep bilingual dalam kegiatan belajar mengajarnya (Kemdikbud, 2010). Triyono (2009) menyatakan bahwa penerapan bahasa Inggris dalam SBI pada tahun pertama guru menggunakan sekitar 75% bahasa Indonesia dan 25% bahasa Inggris. Akan tetapi, kenyataannya pada tahun pertama RSBI SMPN 1 Medan sudah menerapkan bahasa Inggris sepenuhnya di beberapa mata pelajaran. Hasil komunikasi personal dengan siswa kelas 1 berikut menunjukkan bagaimana penerapan bahasa Inggris di SMPN 1 Medan. “Yaa, masalahnya kan kami di kelas belajar gurunya pake bahasa Inggris terus kak, kadang kan ada juga aku yang kurang ngerti kak, tapi kan gurunya jelasin terus pake bahasa Inggris, iya kak.. bahasa Inggris terus gurunya jelasin pelajarannya, gak dicampur gitu sama bahasa Indonesia, tapi ya ikutin aja lah kak biarpun kadang gak ngerti, hehehee..” (AN, Komunikasi Personal, 13/05/2011).
Universitas Sumatera Utara
Selain masalah bahasa pengantar masalah yang dihadapi siswa kelas 1 RSBI SMPN 1 Medan di dalam kelas, masalah lain menurut RN adalah tuntutan tugas yang banyak diberikan guru di kelas dan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan oleh guru, hal ini dapat dilihat berdasarkan komunikasi personal, sebagai baerikut: “Kalo di kelas, kalo gurunya udah siap jelasin, nanti ada guru nya kasi tugas ngerjain jawab-jawab soal gitu kak.. kan pas jelasin gurunya pake bahasa Inggris , kadang ada juga yang gak ngerti, pas ngerjain tugas soal itu ya bingung kak jadinya, udah ngerjain soal dikelas pun juga tetap aja di kasi juga PR lagi untuk di rumah, udah gitu PR banyak kak, kalo kayak senin-kamis itu kan kami pulangnya aja udah sore kan, pulang sekolah pun Aku ada les lagi kak di luar, kadang malam sampe rumah suka kecapean ya tidur dulu sebentar kak, baru bangun lagi ngerjain PR yang banyak itu… (RN, Komunikasi Personal, 13/05/2011).
Selanjutnya, masalah yang dihadapi siswa kelas 1 RSBI di sekolah yaitu peraturan yang diterapkan oleh pihak sekolah mengenai standart nilai yang lebih tinggi yang harus diperoleh siswa RSBI yaitu nilai 8 dan lebih lamanya jam pulang sekolah di RSBI SMPN 1 Medan ini yaitu jam 15.30 dibandingkan dengan sekolah umum lainnya. Hal ini dapat dilihat berdasarkan komunikasi personal, sebagai berikut: Standart nilai kami lebih tinggi kak, kami harus dapat nilai 8.. kalo sekolah biasa kan kalo gak salah saya pernah nanya sama tetangga saya standart nilai orang itu 7, kalo kami disini standartnya harus dapat 8.. sama jam pulang sekolah kami kan beda kak.. kami pulang jam setengah 4, kalo sekolah biasa kan jam 2 udah pulang kak, capek lah kak sore gitu pulangnya.. (TS, Komunikasi Personal, 09/11/2011).
Universitas Sumatera Utara
Iya kak, belajarnya kami pake bahasa Inggris guru nerangin pelajaranya, terus nilai yang mesti kami dapat nilai nya 8 kak…Kalo bahasa Inggris sih saya ngerti sih kak, tapi kadang-kadang kan banyak juga yang gak tau artinya kalo pas guru jelasin pelajaran pake bahasa Inggris, kalo udah bingung sama yang dijelasin gitu baru pas ngerjain tugas agak susah jadinya.. (BL, Komunikasi Personal, 09/11/2011). Berdasarkan keterangan di atas, dapat diperoleh gambaran mengenai tuntutan yang harus dijalani oleh siswa RSBI di SMPN 1 Medan, mulai dari bahasa pengantar dalam belajar yang menggunakan bahasa Inggris, beban pelajaran yang terlalu banyak dalam sehari, dan tugas ataupun PR yang banyak diberikan kepada siswanya, standart nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah umum lainnya dan jam pulang sekolah yang lebih lama. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan stres pada siswa apabila siswa tidak mampu memenuhi tuntutan yang diberikan padanya (Olejnik dan Holschuh, 2007, hal 101). Stres telah menjadi masalah nyata dalam kehidupan sekolah anak (Alvin, 2007). Stres adalah suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial individu tersebut (Sarafino, 2006, hal. 62). Stres yang dialami oleh individu yang satu akan berbeda dengan individu lainnya. Hal ini karena adanya faktor internal seperti motivasi, kepribadian, dan intelektual (Sarafino, 2006, hal. 65). Begitu juga dengan siswa, stres yang dialami siswa SMP, akan berbeda juga dengan stres yang dialami siswa SD dan SMA. Jika dilihat dari rentang perkembangan manusia, maka siswa SMP berada di periode pubertas. Periode pubertas adalah salah satu dari dua periode kehidupan yang ditandai oleh pertumbuhan dan perubahan yang pesat. Perubahan-perubahan pesat yang terjadi selama masa pubertas menimbulkan keraguan, perasaan tidak
Universitas Sumatera Utara
mampu dan tidak aman, dan dalam banyak kasus mengakibatkan perilaku yang tidak baik . Keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak aman, dan perilaku yang tidak baik dapat menyebabkan stres (Hurlock, 1990). Stres merupakan suatu tekanan pada diri individu yang biasanya diikuti dengan adanya gejala-gejala fisiologis, seperti otot mengencang, denyut jantung meningkat, pernafasan menjadi cepat dan dangkal serta beberapa gejala lain yang bersifat somatis. Hal ini biasanya terjadi karena adanya keinginan atau kebutuhan yang kurang atau tidak terpenuhi (Hawari, dalam Susilowati 2010). Stres pada siswa yang terjadi karena banyaknya harapan dan tuntutan dalam bidang akademik disebut dengan stres akademik. Menurut Gusniarti (2002), stres akademik yang dialami siswa merupakan hasil persepsi yang subjektif terhadap adanya ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan dengan sumber daya aktual yang dimiliki siswa. Ibung (2008) menambahkan bahwa ketidaksesuaian kondisi individu dengan lingkungannya dapat terjadi dalam bentuk tuntutan lingkungan lebih tinggi daripada kemampuan individu atau tuntutan individu yang lebih tinggi dari kondisi lingkungan yang ia hadapi. Hutabarat (2009) menjelaskan efek negatif dari terjadinya stres yaitu mempengaruhi keefektifan performa individu dalam melakukan sebuah tugas, mengganggu fungsi kognitif, dapat menyebabkan burnout, menyebabkan masalah, gangguan psikologis dan fisik. Keadaan ini berpotensi menurunkan prestasi siswa dalam bidang akademik. Stres di sekolah biasanya disebabkan oleh suasana sekolah, cara guru mengajar, bahan pelajaran yang dianggap sulit, dan beban tugas juga dapat megakibatkan siswa mengalami stres (Aryani, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor yang mempengaruhi stres berbeda-beda pada tiap individu tergantung individu tersebut. Menurut Davidson dan Coper (dalam Kusuma, 2008), faktor-faktor yang mempengaruhi stres secara umum yaitu bersumber dari diri pribadi (internal) dan faktor eksternal (lingkungan rumah, sosial, maupun tempat kerja individu sendiri). Salah satu faktor internal individu yaitu karakteristik kepribadian. Di dalam karakteristik kepribadian terdapat selfefficacy. Selanjutnya, menurut Bandura (1997, hal. 262) untuk melatih kontrol terhadap stresor, self-efficacy yang ada pada diri seseorang sangat berguna. Odgen (dalam Supriyantini, 2008) mengatakan bahwa keyakinan seseorang mengenai kemampuannya untuk mengontrol perilakunya sangat berpengaruh pada respon individu terhadap kejadian-kejadian yang menyebabkan stres . Self-efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan memproduksi hasil yang positif. Self-efficacy merupakan kepercayaan pada satu kemampuan untuk mengatur dan melaksanakan bagian dari aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan tujuan yang diinginkan (Bandura, 1997, hal. 21). Widanarti & Indati (2002) mengatakan bahwa keyakinan tentang kemampuan diri dalam menyelesaikan tugas dapat meningkatkan usaha untuk mencapai tujuan, namun juga dapat menghambat usaha untuk mencapai sasaran. Adanya perasaan tidak mampu merupakan hal yang dapat menghambat seseotang dalam pencapaian sasaran. Feist & Feist (2002, hal. 488) mengemukakan bahwa ketika seseorang mengalami ketakutan yang tinggi, kecemasan yang akut atau tingkat stres yang tinggi, maka biasanya mereka mempunyai self-efficacy yang rendah. Sementara
Universitas Sumatera Utara
mereka yang memiliki self-efficacy yang tinggi merasa mampu dan yakin terhadap kesuksesan dalam mengatasi rintangan dan menganggapnya sebagai suatu tantangan yang tidak perlu untuk dihindari. Sarafino (2006, hal. 94) juga mengatakan bahwa individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan mengalami tekanan yang lebih rendah ketika berhadapan dengan sumber stres atau stressor. Apabila seseorang memiliki self-efficacy yang tinggi akan cenderung lebih kuat dalam menghadapi stres tersebut. Menurut Bandura ( dalam Sarafino, 1994. Hal. 94) self-efficacy yang dimiliki individu dapat membuat individu mampu menghadapi berbahagi situasi. Bandura & Schunk, 1981 ; Norwick, 1987 ; Pajares & Miller, 1994 (dalam Azwar, 1996) mengemukakan bahwa tingginya self-efficacy akan memotivasi individu secara kognitif untuk bertindak lebih terarah terutama apabila tujuan yang hendak dicapai merupakan tujuan yang jelas. Oleh karena itu, ditemukan hubungan yang signifikan antara persepsi individu mengenai self-efficacy dengan prestasi dan performansi individu tersebut. Hal ini juga sesuai hasil penelitian Schunk & Meece (dalam Hinton, Simson dan Smith, 2008) menemukan bahwa siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung akan berhasil dalam bidang akademiknya. Siswa dengan self-efficacy yang tinggi akan memiliki komitmen dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya sehingga mereka dapat berhasil dalam bidang akademiknya. Menurut Morgolis & McCabe (dalam Hinton, Simson dan Smith, 2008) Siswa yang memiliki keyakinan akan kemampuannya akan melakukan banyak usaha dalam menghadapi tuntutan akademis . Pada siswa sekolah menengah, yang
Universitas Sumatera Utara
berada dalam masa transisi dari masa anak-anak menuju masa remaja, terjadi banyak perubahan sehingga dibutuhkan adanya self-efficacy yang kuat dalam diri untuk memperoleh kesuksesan dalam mencapai prestasi akademis siswa. Self-efficacy merupakan suatu keyakinan dalam diri seseorang bahwa ia mampu melakukan tugas tertentu. Self-efficacy mempengaruhi pemilihan perilaku, usaha, dan ketekunan seseorang. Self-efficacy dapat menentukan bagaimana perasaan seseorang, cara berfikir, dan berperilaku (Bandura, 1997, hal. 24). Hal ini juga sesuai dengan kondisi pada siswa kelas 1 RSBI SMPN 1 Medan, dimana terdapat gambaran mengenai keyakinan diri (self-efficacy) pada siswa yaitu karena adanya tuntutan tugas yang berat di RSBI tersebut beberapa siswa ada yang merasa tidak yakin dengan persaingan antar siswa di dalam kelasnya, siswa menjadi ragu-ragu untuk mencoba hal yang baru dan kurang memiliki keberanian dalam menghadapi persaingan tersebut, yang mengganggu keyakinan diri siswa sehingga siswa merasa tidak nyaman dan tidak optimal dalam mengembangkan diri mereka. Selain itu beberapa siswa juga merasa ragu dalam mengerjakan suatu tugas yang diberikan guru di kelas dikarenakan terkadang mereka kurang mengerti dengan apa yang telah dipelajari, karena bahasa pengantar yang digunakan di RSBI merupakan bahasa Inggris. Namun, terdapat juga beberapa siswa yang memiliki keyakinan bahwa siswa tersebut dapat menyelesaikan tiap tugas yang diberikan guru dan tidak merasa terbebani dengan tuntutan tugas di RSBI tersebut. Menurut Prakosa (dalam Anwar, 2009) keyakinan diri sendiri sangat diperlukan bagi pelajar. Keyakinan ini akan mengarahkan pada pemilihan
Universitas Sumatera Utara
tindakan, pengerahan usaha, serta keuletan individu. Keyakinan yang didasari oleh batas-batas kemampuan yang dirasakan akan menuntut kita berperilaku secara efektif. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui pengaruh self-efficacy terhadap stres akademik pada siswa kelas 1 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMP Negeri I Medan.
B.
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan di atas,
maka
rumusan masalah penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh self-efficacy terhadap stres akademik pada siswa kelas 1 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMPN 1 Medan.
C.
TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh self-efficacy terhadap stres
akademik pada siswa kelas 1 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMPN 1 Medan.
D.
MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis. 1. Manfaat Teoritis
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dalam bidang psikologi, khususnya psikologi pendidikan, mengenai pengaruh self-efficacy terhadap stres akademik pada siswa kelas 1 RSBI di SMPN 1 Medan.
2. Manfaat Praktis a. Bagi pihak sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak sekolah mengenai self-efficacy dan stres akademik yang dimiliki siswa di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioanal (RSBI), sehingga diharapkan dapat bermanfaat dalam pembinaan siswa terutama dalam meningkatkan self-efficacy dan menurunkan stres akademik yang diperkirakan dapat mengganggu prestasi belajarnya. b. Bagi para siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada para siswa mengenai self-efficacy dan stres akademik yang dimiliki, sehingga diharapkan dapat digunakan dalam meningkatkan self-efficacy dan menurunkan stres akademik yang diperkirakan dapat mengganggu prestasi belajarnya.
Universitas Sumatera Utara
E. Bab I :
SISTEMATIKA PENULISAN Pendahuluan Pendahualuan berisi penjelasan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan dalam penelitian.
Bab II : Landasan teori Landasan teori berisi teori-teori yang berkaitan dengan variabel yang, diteliti, teori yang berkaitan tentang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) , pengaruh antara variabel dan hipotesa penelitian. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini yaitu stres akademik, dan self-efficacy. Bab III : Metode penelitian Berisi identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi, sampel, metode pengambilan sampel penelitian, instrumen / alat ukur yang akan digunakan, prosedur pelaksanaan, dan metode analisis data yang digunakan. Bab IV : Analisis data dan pembahasan Berisi mengenai gambaran mengenai subjek penelitian, laporan hasil penelitian, hasil uji asumsi, hasil uji hipotesis, dan pembahasan. Bab V : Kesimpulan dan saran Berisi
kesimpulan
dari
penelitian
ini
dan
saran-saran
untuk
pengembangan penelitian bagi peneliti selanjutnya dan saran praktis yang ditujukan ke sekolah dan siswa.
Universitas Sumatera Utara