1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pendidikan seni telah mulai diterapkan sejak tingkat pendidikan yang paling dasar, dan lalu berlanjut hingga tingkat pendidikan menengah dan tingkat pendidikan atas. Bahkan saat ini sudah banyak sekolah-sekolah dan lembaga yang memfokuskan pendidikan seni yang telah disediakan oleh pemerintah. Pendidikan seni juga dapat dilakukan melalui proses pendidikan. Dalam hal ini penyelenggaraan pembelajaran pendidikan seni di sekolah formal. Pembelajaran melalui pendidikan seni yang diarahkan pada apresiasi dan produksi dalam rangka mengembangkan pendidikan sebagai tempat yang efektif dan efesien. Penyelenggaraan pendidikan seni secara intrakikuler. Meski hanya sebagai pelengkap pada pembelajaran SBK (Seni Budaya dan Keterampilan), PBM yang berlangsung hanya mengarahkan siswa untuk “terampil menari” bukan pada proses belajar melalui tari. Siswa hanya menirukan gerakan-gerakan yang sudah ada. Pendidikan seni tari di sekolah dasar juga merupakan bagian dari proses pembentukan individu yang utuh sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan seni di sekolah umumnya bukan untuk membentuk siswa yang terampil menari atau bukan untuk menjadi seniman, melainkan untuk membentuk pribadi yang apresiatif dan kreatif melalui pengalaman berolah seni.
1
2
Pendidikan seni tari juga merupakan istilah baru yang muncul dalam kurikulum pendidikan seni di sekolah pada saat ini, karena merupakan istilah yang baru. Pendidikan seni tari sebagai bagian dari bidang studi kesenian memiliki peran dalam membina peserta didik untuk mengembangankan logika, etika, dan estetika melalui pengenalan materi seni baik tradisi maupun non tradisi. Pendidikan seni tari seharusnya dilakukan dengan pembelajaran yang menyenangkan dimana suatu pelajaran yang menyenangkan tentu akan berdampak terhadap apa yang di dapat oleh peserta didik, pendidikan seni tari juga tidak hanya menuntut pada hasil belajar saja, tetapi juga menuntut kreativitasan siswa, dalam kreativitas, hal yang penting bukanlah penemuan suatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan produk kreativitas itu merupakan suatu yang baru bagi orang lain. Semua anak memiliki kapasitas kreativitas, akan tetapi tingkatan dan kualitas pencapaiannya tidak sama. Kemampuan guru bidang pendidikan seni tari untuk menjabarkan kurikulum sangat penting untuk mencapai keberhasilan belajar mengajar. Secara metedologis materi seni tari sebaiknya diberikan kepada siswa dengan cara menyenangkan, hal tersebut dapat mengembangkan kemampuan berimajinasi, kreatif dan apresiatif juga membuat siswa memahami nilai-nilai kehidupan. Dalam proses pembelajaran seni tari guru tidak hanya menguji kemampuan psikomotorik saja, akan tetapi di dalamnya terdapat penanaman nilai, sikap dan prilaku. Oleh karena itu guru harus mempersiapkan strategi dalam proses pembelajaran.
3
Suatu objek yang menarik perhatian siswa, akan sangat mempengaruhi pola pikir siswa setelah menjadi manusia dewasa. Begitu pula penanaman nilainilai budi pekerti melalui berbagai cara (termasuk melalui seni tari), paling efektif apabila di mulai sejak dini, remaja sampai dewasa. Sujamto (1992:98) mengatakan seni tari dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan Sekolah Dasar mempunyai dampak positif, bukan saja bagi upaya pelestarian seni tari, akan tetapi juga untuk kepentingan pendidikan itu sendiri. Pada masa anak usia SD, dunia khayal anak berubah menuju ke dunia nyata yang kongkret. Semua yang pernah dikhayalkannya ia ingin kongkretkan, yang berarti peran pendidikan bergeser dan memberi bantuan secara fisiologis anak. Adapun tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua yaitu menjadi siswa kelas rendah dan siswa kelas tinggi. Kelas rendah terdiri dari kelas 1,2,3 atau berumur 6-10 tahun, sedangkan siswa kelas tinggi terdiri dari kelas 4,5,6 siswa kelas tinggi berkisaran berumur 10-13 tahun (Supandi, 1992:44). Siswa ini pun memiliki karakteristik yang berbeda. Sesuai dengan subjek penelitian ini, peneliti mengambil kelas rendah di mana menurut Mahmud (2010:349) siswa kelas rendah (6/7/8/10 tahun) memiliki karakterisitik anak cenderung membandingkan dirinya dengan anak yang lain, kemudian adanya kolerasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dan prestasi serta adanya kecenderungan untuk selalu memuji dirinya sendiri. Pada masa inipun anak mempunyai keinginan kuat untuk mendapatkan nilai laport yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas di beri nilai baik atau tidak.
4
Ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran merupakan hal yang penting untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. Begitupun pada proses pembelajaran seni tari, guru harus mampu memilih metode yang tepat untuk dapat meningkatkan kreativitas siswa. Realitas yang sering terjadi dalam pola pengajaran seni tari di sekolah cenderung kurang mampu menumbuhkan kecerdasan kreatif. Hasil proses belajar seni tari pada peserta didik tidak diarahkan sebagai proses pembentukan perilaku, tetapi lebih ke aspek pencapaian hasil secara motorik saja. Padahal tujuan pembelajaran seni tari di sekolah bukan mencetak siswa untuk menjadi seorang ahli atau pandai menari tetapi, melalui pembelajaran seni di harapkan terjadinya perubahan siswa baik dilihat dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotornya. Guru hanya melihat dari segi hasil belajarnya saja sedangkan pencapaian nilai kreativitas tidak dilihat, sedangkan pembelajaran seni tari bukan hanya melihat dari segi hasil atau agar anak bisa menari, tetapi seni tari juga harus mampu menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas anak. Supriadi dalam Tilawati (2012:1) mengatakan, “Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan yang telah ada sebelumnya dengan gagasan yang baru melalui aktivitas imajinatif dan berfantasi, sehingga mampu melahirkan kreasi yang baru” Permasalahan di lapangan tentang pelaksanaan pendidikan seni tari sekolah dasar adalah kurangnya kreativitas siswa yang disebabkan oleh keterbatasan materi yang diketahui oleh guru kelas. Sesuai dengan pengakuan wali kelas II di SDN Negeri 187/1 Teratai yaitu ibu Rabiah S.Pd, yang
5
mengatakan bahwa tidak begitu menguasai materi tari serta tidak begitu mengetahui metode-metode apa saja yang tepat untuk pembelajaran seni tari, pembelajaran pun dilakukan hanya berpacu kepada buku saja, pada gerak-gerak yang ada dalam buku serta pada gerak yang sudah ada. Sehingga kreativitas siswa pada materi tari kurang berkembang dan anak kurang memperoleh pengalaman. Dapat disimpulkan bahwa kurangnya kreativitas siswa pada materi tari yang disebabkan oleh keterbatasan guru kelas untuk menciptakan kreativitas siswa dalam menari, guru juga tidak menggunakan pendekatan yang bervariasi, sehingga proses pembelajaran sangat terpaku pada satu sumber saja sehingga kreativitas siswa kurang berkembang. Sedangkan jika dilihat dari tujuan pendidikan seni salah satunya adalah untuk meningkatkan kreativitas anak. Sehubungan dengan masalah di atas peneliti tertarik untuk mencoba satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran tari yaitu metode field trip. Field Trip merupakan metode pembelajaran yang dirancang untuk mendorong peserta didik melakukan observasi, berfikir kritis, aktif dan mengembangkan
keterampilan
siswa.
Metode
ini
merupakan
metode
pembelajaran yang dilakukan di luar kelas, guru mengajak siswa untuk melihat objek pembelajaran secara langsung sehingga siswa dapat pemahaman yang lebih mendalam dan lebih bermakna. Metode ini memiliki keunggulan yaitu membuat pembelajaran menjadi menarik, menciptakan pembelajaran yang relevan, siswa pun mendapatkan pengalaman baru serta siswa dapat berfikir kreatif, kritis dan aktif.
6
Melalui penggunaan metode field trip dalam pembelajaran seni tari, diharapakan siswa dapat terlibat secara aktif selama mengikuti proses pembelajaran, sehingga kreativitasan siswa dapat dikembangkan secara optimal. Pembelajaran seni tari dengan metode field trip dapat mendorong peserta didik untuk berfikir kritis, aktif dan mampu mengembangkan keterampilan siswa. Proses pembelajaran yang dilakukan di luar sekolah dengan mengajak siswa melihat objek pembelajarannya secara langsung akan membantu siswa untuk mengembangkan kreativitasnya, karena siswa dapat mengamati berbagai macam gerak melalui objek pembelajaran. Melalui metode pembelajaran field trip diharapkan dapat mengarahkan siswa kepada pemahaman yang lebih mendalam terhadap pelajaran seni tari, sehingga dapat meningkatkan kreativitas siswa. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan tindakan kelas sehubungan dengan pembelajaran tari yaitu, “Meningkatkan Kreativitas Siswa pada Materi Seni Tari Menggunakan Metode Field Trip (Karya Wisata) di Kelas II SDN No.187/1 Teratai”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana menggunakan metode Field Trip (Karya Wisata) untuk meningkatkan kreativitas siswa di kelas II SDN No 187/1 Teratai?”
7
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan penggunaan metode field trip dalam pembelajaran tari untuk meningkatkan kreativitas siswa kelas II SDN No 187/1 Teratai ?
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis 1) Sebagai bahan alternatif bagi guru untuk meningkatkan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran seni tari dengan menggunakan metode Field Trip (Karya Wisata). 2) Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya, baik oleh peneliti sendiri maupun peneliti-peneliti lainnya. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat berhasil dengan baik, yaitu dapat mencapai tujuan penelitian yang optimal, mampu menghasilkan laporan yang sistematis dan bermanfaat secara umum. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1) Bagi Siswa Siswa mendapatkan pengalaman baru yang menyenangkan dalam pembelajaran seni tari, sehingga membantu siswa mengembangkan kreativitasnya.
8
2) Bagi guru Penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan guru dalam kegiatan belajar mengajar .Sebagai salah satu metode pembelajaran yang memberi solusi dalam mengatasi permasalahan pembelajaran terutama dalam pembelajaran seni tari. 3) Bagi Peneliti Peniliti dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam meningkatkan proses pembelajaran seni tari. Dari penelitian ini peneliti mendapat gambaran mengenai pemilihan materi, metode dan bahan ajar yang harus di sesuaikan dengan usia karakteristik siswa yang berbeda.
1.5 Definisi Operasional 1.5.1
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan atau menciptakan yang baru, baik berupa gagasan maupun berupa karya nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada.
1.5.2
Metode pembelajaran field trip yaitu metode pembelajaran yang dilaksanakan di luar kelas dengan mengunjungi suatu tempat untuk mempelajari sesuatu.
1.5.3
Seni tari merupakan pengungkapan gerak yang distilir menjadi sebuah gerak yang indah.