BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Saat ini sistem pembelajaran di sekolah sudah banyak mengalami perubahan. Salah satunya adalah perubahan sifat pembelajaran yang semula sifatnya hanya berorientasi pada keaktifan guru (teacher oriented) atau biasa disebut teacher centered saat ini sifatnya berubah menjadi berorientasi pada keaktifan siswa (student oriented) atau student centered. Seperti diketahui bahwa pada pembelajaran yang sifatnya student centered ini informasi yang didapat bukan langsung dari guru akan tetapi siswa sendiri yang menemukan informasi tersebut. Menurut Bourke (Muhfahroyin, 2009), saat ini umumnya pembelajaran yang digunakan di Asia Tenggara menggunakan paradigma teacher centered. Pembelajaran student centered atau pembelajaran yang berorientasi kepada proses masih jarang digunakan. Namun lambat laun paradigma ini kemudian berubah walau tidak bisa dipungkiri masih belum semua pengajar di sekolah-sekolah menggunakannya. Ada hal yang harus diperhatikan seiring berubahnya teacher centered menjadi student centered, yaitu kemampuan individualitas yang dimiliki seorang siswa. Kemampuan individualitas ini berperan dalam mengkonstruksi sebuah informasi yang diarahkan oleh guru. Kemampuan individualitas ini diantaranya adalah lancar berbahasa, rasa ingin tahu yang tinggi, daya imajinasi yang tinggi,
1
minat yang luas, belajar dengan cepat, cermat dalam mengamati dan lain-lain (Balitbang Depdiknas dalam Sudrajat, 2008). Kemampuan individualitas yang dimiliki oleh setiap siswa tentunya berbedabeda. Menurut Tim Pengembangan MKDK Kurpem (2002: 79), pada dasarnya manusia yang dilahirkan tidak ada yang sama. Perbedaan itu dapat dilihat dari aspek jasmaniah, psikis, dan perilaku. Perilaku dan sikap menurut Imanuel Kant juga dipengaruhi oleh temperamen (Siagian, 2003). Menurut Bates Hartup & Van Lieshout, yang dikutip oleh Matlin (1999) temperamen mengarah pada perbedaan individual dalam tingkah laku yang nampak sejak lahir dimana
perbedaan
individual tersebut bersifat tetap (Indonusa, 2003). Menurut Health (Indonusa, 2003), temperamen adalah perpaduan sifat-sifat pembawaan, yang tanpa sadar mempengaruhi sikap dan tingkah
laku.
Temperamen seumpama irama hidup dan sifat dasar bawaan seseorang. Temperamen juga menjadi warna kepribadian seseorang (Indonusa, 2003). Hippocrates mengemukakan suatu teori yang mengatakan bahwa pada dasarnya ada 4 (empat) tipe temperamen dasar yang dimiliki oleh manusia yaitu sanguinis, koleris, melankolis, flegmatis (Tn, 2004). La Haye (1971) mengatakan bahwa temperamen mempengaruhi perilaku seseorang dalam setiap pemikiran, ucapan serta sikapnya dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya (Sutanto, 2003). Maka dari itu, sebaiknya guru mengetahui jenis temperamen dari setiap siswanya agar dapat mengetahui cara yang tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya termasuk kemampuan berpikir kritis.
2
Berpikir kritis menurut Angelo adalah mengaplikasikan berpikir secara rasional, kegiatan berpikir tingkat tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi (Achmad, 2007). Berpikir kritis tentunya merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi kehidupan seseorang, karena dalam kehidupan sehari-hari akan banyak informasi yang datang kepada kita dan itu bisa datang dari mana saja, namun semua itu tentu tidak bisa kita terima begitu saja. Tentunya akan ada informasi yang harus melalui penyaringan terlebih dahulu, hal ini dikarenakan akan ada perbedaan budaya, norma, dan agama dari informasi itu berasal. Sejalan dengan pendapat Sudaryanto (2008) bahwa tidak semua informasi yang diterima dapat dijadikan pengetahuan yang diyakini kebenarannya untuk dijadikan panduan dalam tindakan. Demikian halnya dengan informasi yang dihasilkan, tidak selalu merupakan informasi yang benar. Informasi tersebut perlu dilakukan pengkajian melalui berbagai kriteria seperti kejelasan, ketelitian, ketepatan, reliabilitas, kemamputerapan, bukti-bukti lain yang mendukung, argumentasi yang digunakan
dalam
menyusun
kesimpulan,
kedalaman,
keluasan,
serta
dipertimbangkan kewajarannya. Proses berpikir untuk menilai informasi tersebut dilakukan secara sistematis dengan menggunakan kriteria tersebut pada setiap bagian informasi seperti tujuannya, permasalahan atau pokok persoalan yang ingin dicarikan jalan keluarnya, asumsi dan konsep yang digunakan, dasar-dasar empiris, dampak atau akibat yang dapat ditimbulkan, alternatif lain yang dapat digunakan. Keputusan atau kesimpulan yang dilakukan dengan berpikir kritis merupakan informasi
3
terbaik yang telah melalui pengkajian dari berbagai sumber informasi termasuk mengkaji kesimpulan yang dihasilkan dengan memberikan bukti-bukti yang mendukung. Duldt-Battey BW. (1997) menyatakan bahwa berpikir kritis telah menjadi salah satu kompetensi dari tujuan pendidikan perguruan tinggi di banyak negara. Pendidikan tinggi di Amerika menjadikan berpikir kritis sebagai salah satu sasaran yang ingin dicapai (Sudaryanto, 2008). Jadi berpikir kritis dalam pendidikan tinggi merupakan kompetensi yang akan dicapai serta alat yang diperlukan dalam mengkonstruksi pengetahuan. Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa pentingnya kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran. Kali ini penulis ingin melihat bagaimana kemampuan berpikir kritis dilihat dari jenis temperamen siswa. Hasil-hasil penelitian sebelumnya belum ada yang menghubungkan antara jenis temperamen dengan kemampuan berpikir kritis seseorang. Oleh karena itu kiranya perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui profil kemampuan berpikir kritis berdasarkan temperamen siswa. Adapun konsep yang akan digunakan pada penelitian ini adalah konsep pencemaran lingkungan karena konsep tersebut sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari atau kontekstual sehingga diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat lebih terasah. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Rustini (2005) bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dapat dikembangkan melalui bahan kajian yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
4
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana profil kemampuan berpikir kritis siswa SMA berdasarkan temperamen pada konsep pencemaran lingkungan?” Agar rumusan masalah tersebut lebih terfokus, maka disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana profil temperamen siswa? 2. Bagaimana profil kemampuan berpikir kritis siswa dengan temperamen melankolis? 3. Bagaimana profil kemampuan berpikir kritis siswa dengan temperamen sanguinis? 4. Bagaimana profil kemampuan berpikir kritis siswa dengan temperamen flegmatis? 5. Bagaimana profil kemampuan berpikir kritis siswa dengan temperamen koleris?
C. Batasan Masalah Agar penelitian ini terarah, maka ruang lingkup masalah yang diteliti dibatasi pada hal-hal sebagai berikut: 1. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap di SMAN 3 Bandung.
5
2. Temperamen yang digunakan dalam penelitian ini adalah temperamen yang dikemukakan oleh Hippocrates yang terdiri dari empat jenis, yaitu: a. Melankolis b. Sanguinis c. Flegmatis d. Koleris dengan 12 kemungkinan kombinasi yang muncul, diantaranya Sanguinis Koleri, Sanguinis Melankolis, Sangunis Flegmatis, Koleris Sanguinis, Koleris Melankolis, Koleris Flegmatis, Melankolis Sanguinis, Melankolis Koleris, Melankolis Flegmatis, Flegmatis Sanguinis, Flegmatis Koleris, Flegmatis Melankolis. 3. Indikator berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mengacu pada indikator berpikir kritis menurut Ennis, R. H. (Ennis, 2002) yaitu: a. Memberi penjelasan sederhana dengan sub indikator memfokuskan pertanyaan,
menganalisis
argumen,
bertanya
dan
menjawab
suatu
pertanyaan klarifikasi dan/atau yang menantang. b. Membangun keterampilan dasar dengan sub indikator menyesuaikan dengan sumber dan mempertimbangkan hasil observasi. c. Menyimpulkan
dengan
mempertimbangkan
hasil
sub
indikator deduktif,
membuat membuat
deduktif
dan
induktif
dan
mempertimbangkan hasil induktif, serta membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan.
6
d. Membuat penjelasan lebih lanjut dengan sub indikator membuat definisi dari suatu istilah dan mempertimbangkan definisi dan mengidentifikasi asumsi. e. Mengatur strategi dan taktik dengan sub indikator menentukan tindakan dan berinteraksi dengan orang lain.
D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa SMA berdasarkan temperamen pada konsep pencemaran pencemaran lingkungan.
E. Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1.
Guru Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
informasi
untuk
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan siswa sehingga dapat dijadikan landasan untuk mengembangkan berpikir kritis siswa. Kemudian agar guru dapat memilih metode dan teknik yang cocok dalam pembelajaran sesuai dengan temperamen yang dimiliki siswa. 2.
Siswa Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang jenis
temperamen yang dimilikinya sehingga dapat memberikan arahan dalam
7
pengembangan pembelajarannya agar menjadi lebih baik termasuk dalam pengembangan berpikir kritisnya. 3.
Peneliti Dapat dijadikan rujukan penelitian selanjutnya terutama penelitian yang
berbasis temperamen.
8