BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Pada awalnya upaya pembangunan Negara Sedang Berkembang (NSB)
diidentikkan dengan upaya meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan meningkatnya pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan distribusi pendapatan yang dihadapi NSB dapat terpecahkan. Namun kenyataanya tidak demikian. Hal ini terjadi karena angka-angka yang ditunjukkan oleh pendapatan nasioanal bruto (Gross National Product) atau produk domestik bruto kurang peka dalam mengungkapkan masalah-masalah kemiskinan dan pengangguran. Apalagi ditambah kenyataan bahwa jurang perbedaan antara kelompok kaya dan miskin yang semakin melebar seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi tersebut (Arsyad, 2010). Paradigma baru dalam pembangunan meredefinisikan pembangunan sebagai sebuah upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk struktur sosial, sikap masyarakat, dan institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta perluasan kesempatan kerja (Widodo, 2006). Sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pembangunan adalah proses mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan merata. Tingkat kesejahteraan secara ekonomi ditunjukkan dengan meningkatnya
1
2
kemakmuran masyarakat yang akan berkorelasi dengan tingkat konsumsi sebagai akibat meningkatnya pendapatan masyarakat. Berbagai upaya telah ditempuh pemerintah untuk meningkatkan taraf kesejahteraan penduduknya baik dari segi kinerja perekonomiannya maupun penciptaan pemerataan kue pembangunan. Upaya tersebut diantaranya mengurangi penduduk miskin dengan meningkatkan tingkat kesejahteraannya. Tinggi rendahnya tingkat kemiskinan di suatu negara tergantung pada dua faktor utama, yakni: (1) tingkat pendapatan nasional rata-rata, dan (2) lebar sempitnya kesenjangan distribusi pendapatan. Setinggi apapun tingkat pendapatan nasional perkapita yang dicapai oleh suatu negara, selama distribusi pendapatannya tidak merata, maka tingkat kemiskinan di negara tersebut pasti akan tetap parah. Demikian pula sebaliknya, semerata apapun distribusi pendapatan suatu negara, jika tingkat pendapatan nasional rataratanya rendah, maka kemelaratan juga akan semakin meluas (Todaro dan Smith, 2011). Para peneliti kemiskinan telah memiliki konsensus pada Copenhagen Programme of Action of the World Summit for Social Development tahun 1995 yang menyebutkan bahwa kemiskinan mempunyai berbagai wujud, termasuk kurangnya pendapatan dan sumber daya produktif yang memadai untuk menjamin kelangsungan hidup; kelaparan, dan kekurangan gizi; kesehatan yang buruk; keterbatasan akses pendidikan dan pelayanan dasar lainnya; peningkatan morbiditas dan peningkaan kematian akibat penyakit; tunawisma dan perumahan yang tidak memadai; lingkungan yang tidak aman; dan diskriminasi sosial dan pengucilan. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia yaitu terwujudnya suatu masyarakat yang cerdas, adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual.
3
Permsalahan kemiskinan masih menjadi isu utama dalam pembangunan sosial ekonomi di Indonesia. Upaya mengatasi kemiskinan pun telah dilakukan antara lain dengan menyediakan beberapa kebutuhan dasar seperti kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, perluasan kesempatan kerja, pembangunan pertanian, bantuan langsung tunai (BLT), dan berbagai program jaring pengaman sosial lainnya. Usaha-usaha ini lumayan berhasil untuk mengangkat derajat hidup rakyat Indonesia, terbukti dengan turunnya angka kemiskinan di Indonesia (gambar 1-1). Gambar 1-1 Perkembangan Kemiskinan di Indonesia Tahun 2004-2011 Gambar Error! No text of specified style in document..1
Sumber: BPS, 2012 Berdasar gambar 1-1 nampak bahwa tingat kemiskinan di Indonesia dari tahun 2004 hingga tahun 2011 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2004 tingkat kemiskinan sebesar 16,66 persen turun hingga menjadi 12,49 persen pada tahun 2011. Hanya terjadi peningkatan di tahun 2006 menjadi 17,75 persen, hal ini terjadi karena pada tanggal 1 September 2005 terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang menyebabkan kenaikkan harga-harga barang kebutuhan sehari-.hari yang mengakibatkan terjadinya penurunan daya beli masyarakat sehingga jumlah penduduk miskin meningkat. Peningkatan jumlah penduduk miskin tersebut berasal dari penduduk yang tergolong tidak miskin namun penghasilannya berada di sekitar garis kemiskinan, lalu bergeser posisinya
4
menjadi miskin akibat kenaikan harga BBM dan barang-barang kebutuhan pokok. Namun pada tahun 2006 hingga 2011 kembali terjadi penurunan tingkat kemiskinan yang cukup signifikan, yaitu dari 17,75 persen di tahun 2006 menjadi 12,49 persen di tahun 2011. Kemiskinan pada tingkat nasional jika dilihat berdasar distribusinya, maka pulau Jawa merupakan daerah yang terbesar kantong kemiskinannya. Secara detail hal ini dapat dilihat pada tabel 1-1. Tabel 1-1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Pulau Tahun 2009-2011 No 1 2 3 4 5 6
Kelompok Pulau Sumatera Jawa Kalimantan Bali dan Nusa Tenggara Sulawesi Maluku dan Papua Total
Maret 2009 Jumlah % (Juta) 5,3 17,3 18,1 59,1 2,2 7,3 1 3,3 2,5 8,1 1,5 4,9 32,5
100
Maret 2010 Maret 2011 Jumlah Jumlah % % (Juta) (Juta) 6,7 21,4 6,5 21,5 17,3 55,8 16,7 55,7 2,2 7,1 0,9 3,2 1 3,3 2,1 6,9 2,3 7,6 2,1 7,2 1,5 4,8 1,7 5,5 31
100
30
100
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2012 Berdasarkan data BPS mengenai jumlah dan persentase penduduk miskin menurut provinsi, terdapat persebaran penduduk miskin antar pulau yang nyata perbedaannya. Lebih dari separuh penduduk miskin di Indonesia berada di Pulau Jawa yaitu tahun 2009 sebesar 59,1%, tahun 2011 menurun menjadi 55,7%. Selama rentang tahun 2009 – 2011, penurunan persentase penduduk miskin terbesar terjadi di Pulau Sulawesi dan kenaikan persentase penduduk miskin terbesar terjadi di Pulau Bali dan Nusa Tenggara. Persentase penduduk miskin di Jawa periode 2009-2010 terbesar diduduki oleh Jawa Tengah pada urutan pertama, Daerah Istimewa Yogyakarta pada urutan kedua dan
5
jawa Timur pada urutan ketiga. Pada tahun 2011 posisi Jawa Tengah bertukar dengan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur tetap pada urutan ketiga dengan angka 14,23 persen. Angka ini di atas tingkat kemiskinan nasional yaitu 12,49 persen. Walaupun demikian penurunan penduduk miskin di Jawa Timur tercatat tercepat dibanding provinsi lainnya yaitu sebesar 1,03 persen (tabel 1-2). Tabel 1-2 Persentase Jumlah Penduduk Miskin Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2009-2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Provinsi DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Nasional
2009
2010
2011
3,62 11,96 7,64 17,72 17,23 16,68 14,15
3,48 11,27 7,16 16,56 16,83 15,26 13,33
3,75 10,65 6,32 15,76 16,08 14,23 12,49
Perkembangan kemiskinan 20092010
-0,14 -0,69 -0,48 -1,16 -0,4 -1,42 -0,84
2010-2011
0,27 -0,62 -0,84 -0,8 -0,75 -1,03 -0,82
Sumber: BPS Jawa Timur, 2012 Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis masalah kemiskinan dalam sekripsi yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran, dan Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur Tahun 2009-2011.”
B.
Rumusan Masalah Menurut Bank Dunia salah satu sebab kemiskinan adalah karena kurangnya
pendapatan dan aset (lack of income and assets) untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, perumahan dan tingkat kesehatan dan pendidikan yang dapat diterima (acceptable). Di samping itu kemiskinan juga berkaitan dengan keterbatasan lapangan
6
pekerjaan dan biasanya mereka yang dikategorikan miskin (the poor) tidak memiliki pekerjaan (pengangguran), serta tingkat pendidikan dan kesehatan mereka pada umumnya tidak memadai. Mengatasi masalah kemiskinan tidak dapat dilakukan secara terpisah dari masalah-masalah pengangguran, pendidikan, kesehatan dan masalah-masalah lain yang secara eksplisit berkaitan erat dengan masalah kemiskinan. Dengan kata lain, pendekatannya harus dilakukan lintas sektor, lintas pelaku secara terpadu dan terkoordinasi dan terintegrasi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2011?
2.
Bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2011?
3.
Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2011?
C.
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelititan ini adalah :
1.
Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2011.
2.
Menganalisis pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2011.
7
3.
Menganalisis pengaruh pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2011.
D.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada:
1.
Bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pengambilan kebijakan terutama dalam hal kemiskinan.
2.
Bagi Bappeda dan BPS sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan perencanaan pembangunan.
3.
Sebagai referensi penelitian yang akan datang yang berkaitan dengan kemiskinan.
E.
Metode Analisis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
yang digunakan adalah penggabungan dari deret waktu (time series) dari tahun 20092011 dan deret lintang (cross section) sebanyak 38 data kabupaten/kota di Jawa Timur yang menghasilkan 114 observasi. Dalam model data panel persamaan model dengan menggunakan data gabungan dari time series dan cross section, maka model dapat ditulis dengan : Yit = β0 + β1 Xit + µ it keterangan: i
= 1, 2, ..., N
t
= 1, 2, ..., T
8
Y
= variabel dependen
X
= variabel independen
N
= banyaknya observasi
T
= banyaknya waktu
N × T = banyaknya data panel Ada tiga metode data panel (Juanda dan Junaidi, 2012), sebagai berikut: 1.
Metode Common-Constant (Pooled Ordinary Least Square /PLS) Pendekatan PLS ini menggunakan metode OLS biasa. Metode ini merupakan
metode yang paling sederhana. Dalam estimasinya diasumsikan bahwa setiap individu memiliki intersep dan slope yang sama (tidak ada perbedaan pada dimensi cross section). Dengan kata lain, regresi panel data yang dihasilkan akan berlaku untuk setiap individu. 2.
Metode Fixed Effect (Fixed Effect Model/FEM) Pada metode FEM, intersep pada regresi dapat dibedakan antarindividu karena
setiap individu dianggap mempunyai karakteristik tersendiri. Dalam membedakan intersepnya dapat digunakan variabel dummy, sehingga metode ini juga dikenal dengan model Least Square Dummy Variable (LSDV). Model efek tetap ini menambahkan sebanyak (N-1) variabel dummy (Di) ke dalam model dan menghilangkan satu sisanya untuk menghindari kolinearitas sempurna antar variabel penjelas. Dalam pendekatan efek tetap, akan terjadi degree of freedom. Keputusan memasukkan variabel boneka ini harus didasarkan pada pertimbangan statistik karena dengan melakukan penambahan variabel boneka ini akan dapat mengurangi banyaknya degree of freedom yang pada akhirnya akan mempengaruhi keefisienan dari parameter yang diestimasi.
9
3.
Metode Random Effect (Random Effect Model/REM) Keputusan untuk memasukkan variabel boneka dalam model efek tetap (fixed
effect) tak dapat dipungkiri akan dapat menimbulkan konsekuensi (trade off). Penambahan variabel boneka ini akan dapat mengurangi banyaknya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Model data panel yang di dalamnya melibatkan korelasi antar error term karena berubahnya waktu karena berbedanya observasi dapat diatasi dengan pendekatan model komponen error (error component model) atau disebut juga model efek acak(random effect). Asumsinya adalah error secara individu juga tidak saling berkorelasi begitu juga dengan error kombinasinya. Dengan menggunakan model efek acak, maka dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang dilakukan pada model efek tetap. Hal ini berimplikasi parameter yang merupakan hasil estimasi akan semakin efisien. 4.
Estimasi Model Regresi Dengan Panel Data Penelitian ini berusaha menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, tingkat
pengangguran, dan pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten/kota di Jawa Timur, menggunakan data time series selama 3 tahun terakhir yang diwakili data tahunan dari 2009-2011 dan data cross section sebanyak 38 data mewakili kabupaten/kota di Jawa Timur. Dengan fungsi persamaan data panelnya dapat dituliskan sebagai berikut : Kit = α + β1 Yit + β2 TPTit + β3 AMHit + uit
10
keterangan : K
= tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Jawa Timur
Y
= pertumbuhan PDRB atas harga konstan kabupaten/kota di Jawa Timur
TPT
= tingkat pengangguran kabupaten/kota di Jawa Timur
AMH = angka melek huruf kabupaten/kota di Jawa Timur α
= intersep
β1 , β2 , β3 , β4
= koefisien regresi variabel bebas
uit
= komponen error di waktu t untuk unit cross section i
i
= 1, 2, 3, ..., 38 (data cross section kabupaten/kota di Jawa Timur)
t
= 1, 2, 3 (data time series, tahun 2009-2011)
F. Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab satu merupakan pendahuluan diawali dengan latar belakang masalah, dan dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode analisis data dan sistematika penulisan. Bab dua merupakan landasan teori yang berisi tentang teori-teori yang terkait dengan kemiskinan meliputi pengertian kemiskinan, macam-macam kemiskinan, penyebab kemiskinan, indikator kemiskinan, faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan, penelitian-penelitian terdahulu dan hipotesis. Bab tiga merupakan metodologi penelitian yang menguraikan jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, variabel penelitian, dan definisi operasional, metode analisis data serta estimasi model regresi dengan panel data.
11
Bab empat merupakan gambaran umum penelitian dan analisis data yang menguraikan gambaran umum penelitian, analisis data dan intepretasi ekonomi. Bab lima merupakan penutup berisi tentang kesimpulan dan saran Daftar pustaka berisi sumber-sumber dari literatur yang digunakan dalam penelitian. Lampiran berisi input variabel dan hasil-hasil regresi.