BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perusahaan-perusahaan yang berada pada ranah lingkungan dinamis dan kompetitif membutuhkan inovasi dan kreativitas agar dapat terus hidup, bersaing dan menciptakan keunggulan kompetitif (Amabile, 2013; DeVanna & Tichy, 1990; Perry-Smith, 2006; Shalley, 1995).
Kedua elemen tersebut walaupun
memiliki keterkaitan (inovasi sebagai hasil kreativitas), namun memiliki konsep yang berbeda. Konsep kreativitas merupakan proses penciptaan produk, ide, pendapat dan proses yang berada pada level individual; sedangkan, inovasi dapat didefinisikan sebagai keberhasilan implementasi hasil/produk kreativitas pada level organisasional (Amabile, 1988). Adapun kreativitas didefinisikan secara lebih detail oleh Amabile (1983) sebagai penciptaan hal atau sesesuatu yang baru (novel) berupa respon, produk, praktik, servis, atau prosedur yang juga memiliki nilai guna atau bermanfaat bagi organisasi. Amabile (2013) berargumen bahwa, agar respon, produk, praktik, servis, atau prosedur dapat dianggap sebuah output kreativitas, maka syaratnya adalah output yang dihasilkan oleh individu harus benar-benar memiliki keterkaitan terhadap pemecahan masalah suatu bidang pekerjaan (task). Amabile (2013) menjelaskan bahwa elemen-elemen kreativitas terbagi menjadi 4 komponen, yakni kemampuan yang sesuai dengan bidang pekerjaan
1
(domain-relevant skills), kemampuan yang relevan dengan kreativitas (creativityrelevant skills), motivasi intrinsik dalam melakukan pekerjaan (task motivation), dan lingkungan sosial (social environment). Kemampuan yang sesuai dengan bidang pekerjaan meliputi pengetahuan, keahlian, dan kemampuan teknis pada suatu bidang. Sedangkan, kemampuan yang relevan dengan kreativitas berhubungan dengan gaya kognitif dan karakteristik individu yang dicirikan dalam keberanian mengambil risiko, melihat suatu masalah menggunakan perspektif yang berbeda, kedisiplinan dalam kerja dan kemampuan menghasilkan ide kreatif. Kemudian, motivasi dalam melakukan pekerjaan adalah motivasi yang tumbuh dari dalam diri individu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang kompleks. Sedangkan, lingkungan sosial merupakan sumber motivasi eksternal yang dapat menstimulasi maupun menghambat motivasi intrinsik dan kreativitas anggota organisasi, adapun jenisnya seperti dukungan manajemen, norma-norma organisasi, perilaku manajemen, dan iklim politik di organisasi. Keseluruhan elemen tersebut harus berinteraksi agar dapat menciptakan kreativitas pada individu (Amabile, 1996; Woodman, Sawyer, & Griffin, 1993. Oleh sebab itu, kreativitas dipandang sebagai fungsi karakteristik personal individu, karakteristik konteks atau lingkungan tempat individu bekerja, dan interaksi antara kedua jenis karakteristik tersebut (Shalley, Zhou, & Oldham, 2004). Peneliti-peneliti di ranah sains sosial berpandangan bahwa, kreativitas merupakan elemen penting bagi keberhasilan organisasi (Amabile, Conti, Coon, Lazenby, & Herron, 1996; Woodman, Sawyer, & Griffin, 1993), karena hasil produk kreativitas jika diterapkan oleh organisasi dapat meningkatkan
2
kemampuan organisasi dalam merespon kesempatan dan beradaptasi dalam lingkungan yang dinamis (Van de Ven, 1986). Alasan ini menjadi dasar bagi peneliti untuk terus melakukan penelitian riset mengenai hal-hal yang dapat meningkatkan kreativitas individual (Shalley, 1995; Davis, 2009). Shalley, Zhou, dan Oldham (2004) merangkum sebagian besar penelitian-penelitian yang berhubungan dengan kreativitas, khususnya terkait dengan anteseden yang berhubungan dengan kreativitas. Meta-analisis yang dilakukan oleh Shalley, Zhou, dan Oldham (2004) menunjukkan bahwa, terdapat berbagai jenis variabel yang berperan sebagai anteseden atau mempengaruhi kreativitas. Secara garis besar, anteseden-anteseden kreativitas dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yakni faktor personal, seperti motivasi, karakteristik dan kemampuan kognitif individu dan faktor kontekstual, seperti dimensi lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kreativitas karyawan. Adapun temuan metaanalisis yang dilakukan Shalley, Zhou, dan Oldham (2004) terkait dengan anteseden-anteseden kreativitas dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Faktor Personal/Internal Anteseden kreativitas yang tergolong dalam faktor ini adalah karakteristik personal yang diukur dalam dimensi big five personality, yang terdiri atas neuroticism,
agreeableness,
conscientiousness,
extraversion,
dan
openness to experience. Shalley, Zhou, dan Oldham (2004) menjelaskan bahwa, seluruh elemen big five personality memiliki pengaruh terhadap kreativitas individual. Anteseden kreativitas lainnya adalah karakteristik kognitif yang dimiliki individu. Penelitian empiris yang berlandaskan
3
pada teori Adaption-Innovation menunjukkan bahwa individu yang memiliki
gaya
kognitif
yang
berjenis
inovasi,
akan
memiliki
kemungkinan lebih kreatif dibanding individu dengan gaya kognitif jenis adaptasi. 2. Faktor Kontekstual/Eksternal Faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kreativitas individual dapat
berupa
(supervisor),
kompleksitas hubungan
pekerjaan,
dengan
sesama
hubungan rekan
dengan
kerja,
atasan
pemberian
penghargaan, evaluasi kinerja yang suportif, batasan waktu penyelesaian pekerjaan (deadlines), dan lingkungan kerja karyawan. Menurut Shalley, Zhou, dan Oldham (2004), kedua faktor yang menjadi anteseden kreativitas memiliki kesamaan, yakni berpotensi menumbuhkan motivasi intrinsik yang dapat mendorong karyawan untuk menjadi kreatif, sehingga motivasi intrinsik merupakan kunci penting untuk menjelaskan proses terciptanya kreativitas pada individu. Beberapa studi penelitian menjelaskan bahwa, motivasi intrinsik harus dikombinasikan dengan faktor-faktor lain seperti kemampuan dalam bidang pekerjaan, kemampuan yang relevan dengan kreativitas, dan faktor kontekstual seperti dukungan lingkungan agar kreativitas dapat tercipta (Amabile, 1983; Amabile, Hill, Hennessey, & Tighe, 1994). Namun, beberapa penelitian empiris menunjukkan bahwa, adanya inkonsistensi pengaruh motivasi intrinsik terhadap kreativitas (George, 2007; Shalley, Zhou, & Oldham, 2004; Grant & Berry, 2011). Beberapa studi penelitian juga
4
menunjukkan motivasi intrinsik memiliki pengaruh lemah dan tidak signifikan pada kreativitas (Dewett, 2007; Perry-Smith, 2006; Shalley & Perry-Smith, 2001). Beberapa peneliti (George, 2007; Jesus, Rus, Lens, & Imaginario, 2013; Shalley, Zhou, & Oldham, 2004;) menjelaskan bahwa, para peneliti di ranah organisasional perlu memanfaatkan beberapa perspektif teori alternatif, sebagai upaya untuk memahami secara lebih komprehensif mengenai proses motivasi yang mendorong terciptanya kreativitas. Shalley, Zhou, dan Oldham (2004) menyarankan agar penelitian di masa mendatang untuk mencoba mengeksplorasi variabel-variabel alternatif selain karakteristik personal yang dapat menjadi sumber motivasi intrinsik atau stimulan terciptanya proses kreatif. Saran ini didukung oleh beberapa peneliti (Amabile, 2012; Hirst, van Dick, van Knippenberg, 2009) yang menjelaskan bahwa, penelitian di ranah kreativitas harus mulai mempertimbangkan cara nonkonvensional dengan tidak bergantung pada karakteristik personal dan mengeksplorasi variabel-variabel lain yang mendasari motivasi intrinsik dalam menciptakan kreativitas. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa, kreativitas tidak hanya dapat diciptakan oleh individu yang memiliki karakteristik personal yang digolongkan dalam big five personality (yang bersifat konstan dan sulit diubah) namun, juga dapat dipengaruhi oleh berbagai sumber motivasi intrinsik lainnya (yang lebih mudah untuk direkayasa). Saran ini diharapkan dapat mengarahkan penelitian-penelitian di masa depan dalam berkontribusi mengidentifikasi variabel-variabel selain karakteristik personal yang dapat berpengaruh terhadap kreativitas, sehingga dapat memberikan wawasan (insight) bagi organisasi terutama dalam merekayasa dan menstimulasi
5
kreativitas pada individu melalui berbagai variabel yang dapat meningkatkan motivasi intrinsk individu untuk menjadi kreatif dan tanpa harus bergantung pada karakteristik personal individu dalam menciptakan kreativitas. Terkait isu tersebut, Shalley, Zhou, dan Oldham (2004) menyarankan untuk melakukan investigasi terhadap berbagai alternatif sumber motivasi intrinsik yang dapat mempengaruhi proses terjadinya kreativitas. Shalley, Zhou dan
Oldham
(2004)
menjelaskan
bahwa,
penelitian
mendatang
dapat
menggunakan identitas diri (self-identity sebagai bentuk konsep diri), dan variabel yang berhubungan dengan proses kognitif sebagai pendekatan untuk menjelaskan proses terjadinya kreativitas. Shalley, Zhou, dan Oldham (2004) menduga bahwa, konsep diri dapat digunakan sebagai variabel yang dapat menjadi sumber motivasi intrinsik untuk menjelaskan proses terjadinya kreativitas. Hal ini dilandasi pada temuan beberapa penelitian terdahulu yang menemukan adanya pengaruh konsep diri dalam menumbuhkan motivasi intrinsik pada individu. Dugaan tersebut didukung dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa bentuk-bentuk variabel konsep diri memiliki pengaruh terhadap kreativitas. Beberapa variabel identitas diri yang berpengaruh pada kreativitas di antaranya adalah identifikasi tim (Hirst, van Dick, & van Knippenberg, 2009), identifikasi organisasional (Carmeli, Cohen-Meitar, & Elizur, 2007; Madjar, Greenberg, & Chen, 2011) dan identitas peran (Farmer, Tierney, & Kung-Mclyntre, 2003). Namun, temuan empiris di ranah ini tidak selalu konsisten, beberapa penelitian menemukan bahwa, beberapa bentuk konsep diri tidak berpengaruh terhadap kreativitas. Adapun, beberapa penelitian tersebut 6
adalah identifikasi tim (Janssen & Huang, 2008; Swann Jr, Kwan, Polzer, & Milton, 2003) dan identifikasi pada pemimpin (Wang & Rode, 2010). Menurut Hirst, van Dick, dan van Knippenberg (2009), inkonsistensi yang terjadi dapat dipengaruhi oleh beberapa keadaan. Pertama, keadaan tidak ideal yang
dipersepsikan
mempengaruhi
oleh
tingkatan
individu,
yakni
identifikasi
keadaan-keadaan
individu
terhadap
yang
dapat
target
yang
diidentifikasikan (contoh: perubahan tujuan dan nilai yang dianggap tidak signifikan/penting bagi individu ataupun ketika individu tidak setuju terhadap cara atau tujuan yang ingin dicapai oleh target yang diidentifikasikan oleh individu). Kedua, motivasi intrinsik yang dihasilkan oleh konsep diri saja tidak cukup untuk menghasilkan kreativitas, sehingga diduga terdapat variabel yang mengintervensi pengaruh konsep diri terhadap kreativitas, yakni terdapat tahapan yang harus dilakukan sebelum kreativitas dapat tercipta. Dugaan ini didasarkan pada pendapat beberapa peneliti (Mainemelis, 2001; Mumford, 2000) yang menjelaskan bahwa, walaupun elemen-elemen kreativitas sudah tersedia namun, kreativitas tidak dapat tercipta secara instan. Para peneliti tersebut menduga bahwa, terdapat tahapan-tahapan sebelum kreativitas dapat tercipta. Tahapantahapan tersebut dianggap memiliki hubungan dengan upaya dan proses meningkatkan kognitif individu dalam menciptakan kreativitas. Beberapa peneliti (He & Brown, 2013; Hirst, van Dick, van Knippenberg, 2009; Mainemelis, 2001; Mumford, 2000; Shalley, Zhou, Oldham, 2004) menyarankan penelitian lebih mendalam di ranah kreativitas, terutama dalam menginvestigasi berbagai alternatif jenis sumber motivasi yang dapat berpengaruh terhadap penciptaan kreativitas dan
7
menginvestigasi proses/tahapan kognitif yang diduga menjadi persyaratan awal (predecessor) terciptanya kreativitas. Terkait dengan dugaan konsep diri yang dapat digunakan sebagai alternatif sumber motivasi untuk mempengaruhi kreativitas individual, meta-analisis yang dilakukan oleh He dan Brown (2013) menunjukkan bahwa, identifikasi organisasional
diduga dapat menjadi salah satu sumber motivasi yang
mempengaruhi kreativitas karyawan. Dugaan ini didasarkan pada beberapa penelitian terdahulu (Ashforth et al., 2008; Ashforth & Mael, 1989; Sluss & Ashforth, 2007) yang menyatakan bahwa, individu yang mengidentifikasikan dirinya terhadap organisasi akan memasukkan tujuan/kepentingan organisasi sebagai tujuan/kepentingan pribadi, sehingga individu tersebut akan bekerja untuk memenuhi target yang ingin dicapai. Selain itu, menurut Riketta (2005), individu yang mengidentifikasikan dirinya terhadap organisasi akan mencurahkan usaha yang lebih/ekstra dalam bekerja dibanding individu yang memiliki identifikasi organisasional yang rendah atau tidak signifikan. Usaha ekstra ini sebagai cerminan upaya individu untuk menyelaraskan kepentingan pribadi terhadap kepentingan organisasi. Kondisi tersebut diduga juga dapat diimplementasikan dalam konteks kreativitas (He & Brown, 2013). Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini menginvestigasi pengaruh identifikasi organisasional (sebagai salah satu variabel konsep diri) dalam menjelaskan proses terciptanya kreativitas. Menurut dugaan beberapa peneliti, konsep diri dapat memberikan pengaruh kepada individu untuk menjadi kreatif (Amabile, 2013; He & Brown, 2013; Hirst, van Dick, & van 8
Knippenberg, 2009; Shalley, Zhou, & Oldham, 2004). Penelitian ini ditujukan untuk menguji pengaruh identifikasi organisasional (sebagai salah satu bentuk konsep diri) terhadap proses terciptanya kreativitas dan kreativitas individual. Identifikasi organisasional merupakan salah satu konsep diri yang dikembangkan berdasarkan pada teori identitas sosial, yang menyatakan bahwa, konsep diri individu sebagian terdiri atas kesadaran individu akan status keanggotaannya terhadap sebuah grup atau organisasi, dan adanya keterikatan emosional terhadap status keanggotaan tersebut (Tajfel, 1978). Individu yang mengidentifikasikan dirinya terhadap organisasi akan cenderung untuk melakukan pembedaan
kelompoknya
dengan
kelompok
yang lain.
Pengelompokan
didasarkan pada karakteristik yang unik yang dimiliki kelompoknya dan karakteristik yang dimiliki sebagai anggota grup tersebut (Mael & Ashfroth, 1992; Mael & Ashforth, 1995; Kim, Chang, & Ko, 2010). Apabila individu mengidentifikasikan dirinya terhadap grup sosialnya maka, individu akan menggunakan perspektif organisasi sebagai perspektif pribadi dan bertindak sesuai dengan tujuan dan misi organisasi (Mael & Ashforth, 1995). Beberapa bukti empiris hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa, adanya internalisasi nilai-nilai, tujuan, dan misi yang dimiliki sebuah tim oleh individu, dapat mempengaruhi individu untuk ikut berkontribusi bagi keberhasilan grup sosial dalam berbagai bentuk seperti motivasi intrinsik (Kogut & Zander, 1996; van Knippenberg & van Schie, 2000), partisipasi dan usaha (Bartel, 2001; Kramer, 2006; Tompkins & Cheney, 1985), meningkatkan kinerja (van Knippenberg,
9
2000; Yurchisin, 2007), serta sharing informasi dan koordinasi (Fuler, Hesterm Frey, Relyea, & Beu, 2006). Walaupun tema penelitian ini menggunakan identifikasi organisasional (sebagai konsep diri) dalam menjelaskan terjadinya motivasi intrinsik individu untuk kreatif. Namun, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa, beberapa penelitian menunjukkan kreativitas tidak terjadi secara instan, atau dengan kata lain motivasi intrinsik saja tidak cukup untuk membuat individu menghasilkan kreativitas, melainkan ada tahapan/proses untuk kreatif (Henker, Sonnentag, & Unger, 2014; Hirst, van Dick, & van Knippenberg, 2009; Zhang & Bartol, 2010). Penelitian terdahulu mengakomodasi tahapan proses untuk kreatif ke dalam variabel yang berbeda-beda: pencurahan proses kreatif (creative process engagement) (Zhang & Bartol, 2010) dan usaha-usaha kreatif (creative effort) (Hirst, van Dick, & van Knippenberg, 2009). Namun, kedua variabel tersebut mengakomodasi tahapan proses kreatif yang mirip, tahapan proses tersebut terdiri atas elemen identifikasi masalah, pencarian informasi dan generasi ide. Temuan tersebut sesuai dengan konseptualisasi yang dikemukakan oleh Amabile (1983) yang menjelaskan bahwa, terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui individu untuk meningkatkan kemampuan kognisi dan kemampuan teknisnya agar individu dapat menyelesaikan masalah. Tahapan tersebut sangat penting dalam proses penciptaan kreativitas, karena tahapan tersebut, apabila dilakukan oleh individu, maka individu tersebut dapat memiliki pemahaman mendalam terkait masalah yang dihadapi dan sebagai upaya individu meningkatkan pengetahuannya dalam menyelesaikan masalah tersebut (Amabile 1983; Zhang & Bartol, 2010). Oleh
10
karena itu, dapat diduga bahwa tahapan proses tersebut akan menjadi variabel yang memediasi pengaruh identifikasi organisasional terhadap kreativitas individual. Selain mengakomodasi pengujian pemediasian, penelitian ini juga mengakomodasi pengujian pemoderasian dengan variabel-variabel yang diduga dapat berdampak pada pengaruh identifikasi organisasional terhadap proses terciptanya kreativitas individual/pencurahan proses kreatif. Hal ini berdasarkan saran beberapa peneliti (Amabile, 2012; He & Brown, 2013; Shalley, Zhou, & Oldham, 2004) yang menekankan pentingnya penelitian di masa mendatang untuk mengeksplorasi berbagai kondisi kontekstual dan disposisional yang dapat memberikan dampak positif/negatif pada pengaruh konsep diri (sebagai sumber motivasi intrinsik) terhadap proses terciptanya kreativitas individual. Para peneliti tersebut beralasan bahwa, hingga saat ini masih terdapat perdebatan terkait dengan dampak beberapa kondisi kontekstual dan disposisional yang dialami individu terhadap kreativitas. Sebagai contoh, beberapa peneliti (Amabile, et al., 1996; Madjar, Oldham, & Pratt, 2002; Zhou & George, 2001) menemukan bahwa, individu yang memiliki kualitas relasi dengan rekan yang suportif (dukungan rekan kerja) dapat meningkatkan pengaruh motivasi intrinsik terhadap kreativitas. Namun, meta-analisis Shalley, Zhou, dan Oldham (2004) menemukan bahwa, beberapa penelitian menunjukkan, dukungan rekan kerja tidak berdampak pada pengaruh motivasi intrinsik terhadap kreativitas individual. Inkonsistensi yang terjadi ini, diduga oleh peneliti dapat disebabkan oleh motif atau sumber motivasi intrinsik yang dimiliki individu ataupun karakteristik 11
faktor kontekstual yang diinterpretasikan oleh individu sebagai faktor kontekstual yang memberikan petunjuk (cues) yang bersifat informational ataupun controlling. Shalley dan Gilson (2004) berpendapat bahwa, dampak yang diberikan oleh faktor kontekstual diduga merupakan fungsi sumber motivasi yang dimiliki individu. Hal ini dapat berakibat pada cara respon individu terhadap faktor kontekstual tersebut, sebagai contoh, individu yang berada di lingkungan kompetitif akan merespon negatif dukungan rekan karyawan atau individu dengan sumber motivasi intrinsik tertentu akan merespon secara negatif terhadap pemberian penghargaan (contingent rewards). Oleh karena itu, pada model penelitian ini mencoba untuk menginvestigasi isu tersebut dengan menggunakan dukungan kreativitas (rekan kerja dan atasan) sebagai pemoderasi pengaruh identifikasi organisasional terhadap pencurahan proses kreatif. Efek pemoderasian diduga
akan
memberikan
dampak
positif
pada
pengaruh
identifikasi
organisasional terhadap proses terciptanya kreativitas. Hal ini, didasarkan pada teori SCT/SIT yang menyatakan bahwa individu yang mengidentifikasikan dirinya terhadap organisasi akan mengelompokkan rekan kerja sebagai anggota grup yang sama, sehingga diduga dukungan rekan kerja akan memberikan pengaruh positif. Selain memasukkan faktor kontekstual, model penelitian ini juga memasukkan
faktor disposisional yaitu efikasi diri kreatif. Amabile (2012)
menjelaskan bahwa, pada proses penciptaaan kreativitas selain membutuhkan kemauan, elemen lain seperti kemahiran dalam bidang pekerjaan dan kemampuan untuk kreatif tetap dibutuhkan agar individu dapat konsisten dalam proses
12
penciptaan kreativitas yang diiringi berbagai resiko kegagalan (setbacks), sehingga individu tidak mudah kehilangan kepercayaan diri ketika menghadapi kegagalan. Kedua elemen ini dicerminkan dalam efikasi diri kreatif, keyakinan individu akan kemampuannya dalam menghasilkan kreativitas (Tierney & Farmer, 2002). Efikasi diri kreatif diduga dapat berdampak pada pengaruh identifikasi organisasional terhadap pencurahan proses kreatif, hal ini didasarkan pada teori ekspektansi (Vroom, 1964), individu akan termotivasi untuk mencurahkan perhatiannya pada pekerjaan (engage) ketika memiliki kepercayaan diri akan kemampuan yang dimilikinya untuk menghasilkan kreativitas. Saran tersebut juga ditegaskan oleh He dan Brown (2013) terutama pada penggunaan konsep identifikasi organisasional sebagai alternatif sumber motivasi intrinsik untuk mencapai kreativitas. Berdasarkan teori, individu yang mengidentifikasikan dirinya terhadap organisasi akan memiliki kemauan untuk berusaha lebih ekstra dalam pekerjaannya namun, He dan Brown (2013) menduga individu yang memiliki identifikasi organisasional tetapi, jika tidak memiliki kemampuan akan kesulitan dalam proses penciptaan kreativitas. Oleh karena itu, pada penelitian ini, efikasi diri kreatif diduga dapat berdampak (enhancement effect) pada pengaruh identifikasi organisasional terhadap pencurahan proses kreatif. Secara singkat, penelitian ini dilakukan pada level individual, dengan menggunakan konsep identifikasi organisasional sebagai variabel independen, dan jika dibandingkan dengan beberapa penelitian terdahulu terdapat beberapa perbedaan (perbandingan penelitian diringkas pada Tabel 1.1). Penelitian ini mencoba untuk menjawab tantangan penelitian beberapa peneliti (He & Brown,
13
2013; Hirst, van Dick, & van Knippenberg; Shalley, Zhou, & Oldham, 2004) yang menyatakan bahwa, walaupun literatur kreativitas sudah mencapai tahap konsensus, khususnya pada pengaruh motivasi intrinsik terhadap kreativitas, namun masih dibutuhkan penelitian yang menginvestigasi alternatif sumber motivasi yang dapat mendorong dan mempengaruhi individu untuk menjadi kreatif, serta menginvestigasi pengaruh faktor kontekstual dan disposisional terhadap mekanisme proses penciptaan kreativitas. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk menelusuri alternatif baru yang dapat menjelaskan mekanisme identifikasi organisasional terhadap kreativitas, melalui pencurahan proses kreatif dan menggunakan faktor kontekstual dan disposisional, yakni dukungan kreativitas dan efikasi diri kreatif sebagai pemoderasi, hal ini berdasarkan saran yang dianjurkan oleh He dan Brown (2013) dan Shalley, Zhou, dan Oldham (2004).
14
Tabel 1.1 Perbandingan Penelitian Terkini dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian
Variabel Independen
Variabel Dependen Kreativitas individual
Hirst, van Dick, dan van Knippenberg (2009) Janssen dan Huang (2008)
Identifikasi tim
Identifikasi tim dan diferensiasi individual
Keefektivan individual
Madjar, Greenberg, dan Chen (2011)
Identifikasi organisasional, Kemauan mengambil resiko, Kehadiran rekan kerja yang kreatif, komitmen pada karir, ketersediaan sumber daya untuk kreativitas
Kinerja rutinitas, kreativitas radikal, kreativitas inkremental
Variabel Moderasi Motivasi inspirasional dan Leader prototypicality _
Variabel Mediasi Usaha kreatif
Hasil
Citizenship behavior dan tindakan kreatif (kreativitas individual)
Identifikasi tim tidak berpengaruh pada tindakan kreatif, tetapi berpengaruh pada diferensiasi individual. Penulis berargumen bahwa adanya persepsi perbedaan individu satu sama lain dapat memberikan pengaruh terhadap kreativitas individual.
_
_
Identifikasi organisasional berpengaruh pada kreativitas incremental dan kinerja rutin Kehadiran rekan kerja yang kreatif berpengaruh positif pada kreativitas incremental
Identifikasi tim mempengaruhi kinerja kreatif individu, pengaruh tersebut dimediasi secara penuh oleh variabel usaha kreatif.
Komitmen pada karir berpengaruh positif pada kreativitas radikal Kemauan mengambil resiko berpengaruh positif pada kreativitas radikal Ketersediaan sumber daya untuk kreativitas
15
Carmeli, Cohen-Meitar, dan Elizur (2007) Wang dan Rode (2010)
Tantangan pekerjaan
tindakan kreatif karyawan
_
Identifikasi organisasional
Kepemimpinan transformasional
Kreativitas
Identifikasi organisasional, iklim inovasi di organisasi
_
Penelitian ini
Identifikasi organisasional
Kreativitas individual
Efikasi diri kreatif dan dukungan kreativitas
Pencurahan proses kreatif
berpengaruh positf pada kreativitas radikal Identifikasi organisasional memediasi pengaruh tantangan pekerjaan terhadap tindakan kreatif karyawan Kepemimpinan transformational tidak berpengaruh terhadap kreativitas Tidak terdapat dampak signifikan atas variabel moderator identifikasi organisasional pada pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kreativitas Tidak terdapat dampak signifikan atas variabel moderator iklim inovasi di organisasi pada pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kreativitas
16
B. Perumusan Masalah Teori dan konseptualisasi mengenai kreativitas sampai saat ini masih menjadi topik penelitian yang menarik, walaupun sudah banyak penelitian terdahulu yang mencoba mengungkap anteseden-anteseden kreativitas, namun masih diperlukan penelitian lebih mendalam untuk membuka proses terjadinya kreativitas, khususnya pada level individu (dengan menggunakan konsep diri) (Shalley, Zhou, & Oldham, 2004). Pada satu sisi, menurut meta-analisis He dan Brown (2013), teori identifikasi organisasional sudah cukup mature, ditunjukkan dengan adanya konsensus terkait temuan empiris penelitian tentang identifikasi organisasional (Ashforth, Harrison, & Corley, 2008; He & Brown, 2013). Namun, hasil meta-analisis yang dilakukan He dan Brown (2013) menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa peluang untuk pengembangan konsep identifikasi organisasional
pada beberapa aspek. Adapun, salah satunya yang disarankan
terkait dengan kinerja karyawan, yakni kreativitas karyawan. Selain itu, penelitian ini mengakomodasi isu inkonsistensi dan saran yang dipaparkan oleh beberapa peneliti (Shalley, Zhou & Oldham, 2004; Shalley & Gilson, 2004) terkait dengan pengaruh motivasi intrinsik terhadap kreativitas, penggunaan konsep diri untuk menjelaskan proses terjadinya kreativitas, dan dampak faktor kontekstual pada pengaruh motivasi intrinsik terhadap kreativitas individual. Berdasarkan pembahasan sebelumnya, inkonsistensi tersebut diduga disebabkan oleh preferensi sumber motivasi intrinsik individu. Oleh karena itu,
17
pada konteks identifikasi organisasional yang berperan sebagai alternatif sumber motivasi intrinsik untuk menciptakan kreativitas (melalui pencurahan proses kreatif), dukungan kreativitas (rekan kerja dan atasan) sebagai variabel pemoderasi diduga dapat memberikan efek positif pada pengaruh identifikasi organisasional terhadap pencurahan proses kreatif. Penelitian ini juga menginvestigasi dampak faktor personal untuk menguji dugaan dampak faktor tersebut terhadap pengaruh hubungan identifikasi organisasional ke pencurahan proses kreatif. Adapun variabel pemoderasi (faktor personal) yang dipertimbangkan adalah efikasi diri kreatif, hal ini didasarkan pada pertimbangan beberapa penelitian (Amabile, 1996; Tierney & Farmer, 2002; Tierney & Farmer, 2011) yang menyatakan bahwa, untuk mewujudkan kreativitas tidak hanya membutuhkan kemauan (will), akan tetapi juga dibutuhkan kemampuan (skill) (Amabile, 1983; Woodman, Sawyer, & Griffin, 1993). Penelitian ini menggunakan identifikasi organisasional untuk menjelaskan proses terjadinya kreativitas. Hal ini didasarkan pada pertimbangan beberapa penelitian (Amabile, 2012; Shalley, Zhou, Oldham, 2004; Shalley & Gilson, 2004; He & Brown, 2013) yang menyarankan untuk menginvestigasi proses terciptanya kreativitas melalui berbagai sumber alternatif motivasi. Selain itu, beberapa temuan empiris penelitian yang menggunakan konsep yang mirip dengan identifikasi organisasional, yakni PE-fit (person-environment fit) (Choi, 2004; Spanjol, Tam, & Tam, 2013), serta identifikasi tim (Hirst, van Dick, & van Knippenberg, 2009) ternyata menunjukkan adanya pengaruh positif terhadap
18
kreativitas karyawan. Oleh karena itu, patut diduga identifikasi organisasional juga memiliki pengaruh positif terhadap kreativitas karyawan. Alasan yang didukung dengan temuan-temuan empiris dan hasil metaanalisis kreativitas (Shalley, Zhou, & Oldham, 2004) dan identifikasi organisasional (He & Brown, 2013) menjadi motivasi dalam merancang penelitian untuk meneliti pengaruh identifikasi organisasional dengan kreativitas karyawan serta dampak faktor kontekstual dan personal pada pengaruh variabel tersebut. Adapun beberapa pertanyaan penelitian (research questions) yang diajukan adalah: 1. Apakah identifikasi organisasional berpengaruh positif pada kreativitas individual? 2. Apakah pencurahan proses kreatif memediasi pengaruh identifikasi organisasional terhadap kreativitas individual? 3. Apakah efikasi diri kreatif dan dukungan kreativitas memoderasi pengaruh identifikasi organisasional terhadap pencurahan proses kreatif?
C. Tujuan Penelitian Tujuan disusunnya rencana penelitian ini adalah untuk: 1. Menguji pengaruh positif identifikasi organisasional pada kreativitas individual.
19
2. Menguji pengaruh pemediasian pencurahan proses kreatif terhadap pengaruh identifikasi organisasional pada kreativitas individual. 3. Menguji pengaruh pemoderasian efikasi diri kreatif dan dukungan kreativitas terhadap pengaruh identifikasi organisasional pada pencurahan proses kreatif.
D. Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa: 1. Kontribusi praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi perusahaan terutama dalam menjelaskan cara yang dapat ditempuh oleh manajemen dalam memotivasi karyawan untuk dapat lebih kreatif melalui identifikasi organisasional, dan efikasi diri kreatif, serta memberikan dukungan yang dapat memfasilitasi karyawan untuk dapat melakukan proses usaha kreatif. 2. Kontribusi empiris Penelitian ini diharapkan dapat mengisi literatur penelitian dalam ranah
kreativitas
maupun
identifikasi
organisasional.
Temuan
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi penelitian selanjutnya, khususnya pada penelitian yang berkaitan dengan kreativitas individual dan identitas sosial yang dimiliki individu.
20