BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang berkembang cepat dan menjanjikan bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara selain minyak dan gas, di Indonesia pengembangan pariwisata pertama kali dilakukan melalui Repelita I tahun 1969, pemerintah
mengeluarkan
suatu
keputusan
mengenai
pengembangan
kepariwisataan Nasional, dengan tujuan dapat meningkatkan kunjungan wisata sehingga mampu memberikan nilai lebih bagi penerimaan negara. Usaha pengembangan pariwisata di Indonesia juga terus diperbaiki, terbukti bahwa selalu lahir Undang – Undang (UU) yang mengatur masalah pembangunan, pemasaran pariwisata, sampai pada usaha menjaga kelestararian objek pariwisata itu sendiri, UU yang mengatur pengelolaan pariwisata diawali Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1990 dan terakhir kali diubah menjadi Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang mengatur pengelolaan pariwisata dengan bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Usaha dalam pengembangan pariwisata dalam meningkatkan kunjungan wisata di Indonesia juga di perkuat oleh Paket Kebijakan Pemerintah Indonesia dengan mengeluarkan peraturan – peraturan yang menambah negara bebas visa, serta menghilangkan persyaratan
yang menghambat dan memperlambat
kunjungan pelancong yacht dan wisata bahari, usaha – usaha ini juga bertujuan
1 Universitas Sumatera Utara
untuk meningkatkan kunjungan wisata dengan target kunjungan 20 juta wisatawan pada tahun 2019 1. Provinsi Sumatera Utara merupakan daerah tujuan wisata selain Bali, NTT, Jawa dan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia, potensi wisata yang dimiliki Sumatera Utara sangat beragam, wisata alam, wisata budaya, dan wisata agro tentu dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara dan nusantara untuk berkunjung ke Sumatera Utara. Selain di topang oleh keberagaman objek wisata Sumatera Utara juga memiliki keberagaman budaya, perbedaan budaya dan adat istiadat masyarakat pada setiap objek wisata tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi pariwisata Sumatera Utara. Pengembangan pariwisata di Sumatera Utara masih belum maksimal, dimana masih terjadi penurunan kunjungan wisatawan ke Sumatera Utara pada tahun 2015, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, kunjungan wisatawan (Wisman) pada tahun 2015 sebesar 229.288 wisman, tahun 2014 sebanyak 270.837 wisman, tahun 2013 sebanyak 259.299 wisman 2. Kabupaten Simalungun merupakan kabupaten terbesar ke-2 di Provinsi Sumatera Utara, sebagai kabupaten terbesar kedua, potensi wisata di Simalungun tentu tidak kalah menarik dengan potensi wisata daerah lainnya di Sumatera Utara. Sektor pariwisata Kabupaten Simalungun sudah cukup dikenal masyarakat Sumatera Utara bahkan mancanegara, dengan memiliki 63 objek wisata yang tersebar di 25 kecamatan, serta jenis wisata yang beragam seperti wisata alam,
1
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/5954/Paket+Kebijakan+Ekonomi+di+Sektor+Pari wisata/0/infografis, di unduh pada hari sabtu, tanggal 26/11/2016, pukul 18.19 WIB. 2 http://sumut.bps.go.id/frontend/linkTabelStatis/view/id/45, di unduh pada hari minggu, tanggal 27/11/2016, pukul 13.57 WIB.
2 Universitas Sumatera Utara
wisata agro, wisata budaya, dan wisata lainnya, Kabupaten Simalungun menjadi salah satu daerah yang memiliki objek wisata terbanyak dan beragam di Sumatera Utara. Keberagaman objek wisata yang dimiliki Kabupaten Simalungun di kelola berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Simalungun Nomor 14 Tahun 2001 tentang
Kepariwisataan,
yang
mengatur
masalah
retribusi
izin
usaha
kepariwisataan, diantaranya izin usaha hotel, restaurant, rumah makan, cafe, billyar, karoke, kolam renang, kolam pancing, kebun binatang dan juga panti pijat. Selain itu Perda Nomor 14 Tahun 2001 ini juga mengatur masalah promosi pariwisata dalam meningkatan jumlah kunjungan wisata ke Simalungun. Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun telah melakukan beberapa langkah strategi pengembangan sektor pariwisata, antara lain dengan melakukan studi analisis pasar pariwisata, merumuskan strategi pemasaran dan promosi pariwisata bekerjasama dengan biro – biro perjalanan, melaksanakan even – even dan hiburan di lokasi wisata potensial. Dan melakukan promosi pariwisata pada even besar seperti Pekan Raya Sumatra Utara (PRSU). Pengembangan objek wisata di Kabupaten Simalungun akan mendorong terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat yang pada gilirannya akan mendorong
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat.
Seiring
dengan
itu,
pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Simalungun secara langsung maupun tidak langsung akan mendorong pertumbuhan dan pengembangan wilayah, baik secara fisik, sosial, budaya dan ekonomi, jika pengembangan sektor
3 Universitas Sumatera Utara
pariwisata di Simalungun berdampak langsung terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisata setiap tahunnya. Namun pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Simalungun belum berjalan sesuai dengan perencanaan pengembangannya, penurunan jumlah kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara terjadi setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Simalungun januari tahun 2016, terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan yang signifikan antara tahun 2015 dan 2014, dengan jumlah penurunan 65.307 wisatawan (tahun 2014 sebanyak 359.751 wisatawan, dan tahun 2015 sebanyak 294.444 wisatawan) 3. Penurunan kunjungan wisata di Simalungun erat kaitannya dengan belum memadainya sarana dan prasana wisata di Simalungun seperti minimnya akses wisata, terbengkalainya infrastruktur wisata, dan minimnya atraksi budaya, dan permasalahan lainnya yang berhubungan dengan pariwisata. Sehingga sebagian besar masyarakat Simalungun memilih untuk mengalihkan tujuan wisatanya pada objek wisata daerah lain, dari pada berwisata di objek wisata yang ada di Kabupaten Simalungun. Salah satu fokus pengembangan objek wisata budaya di Simalungun ialah objek wisata Rumah Bolon Purba yang terletak di Kecamatan Purba, Rumah Bolon Purba merupakan istana bagi keluarga kerajaan purba yang dibangun pada tahun 1864 oleh raja purba ke-XII tuan Rahalim. Rumah Bolon Purba juga merupakan satu – satunya peninggalan raja – raja di Simalungun yang memiliki
3
Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Simalungun. Jumlah Kunjungan Wisata tahun 2010 – 2015.
4 Universitas Sumatera Utara
nilai sejarah, Rumah Bolon Purba disahkan sebagai objek wisata pada tahun 1961 oleh bapak Rajamin Purba sebagai bupati Simalungun pada saat itu. Selain menjadi satu – satunya peninggalan raja di Simalungun yang berupa istana, Rumah Bolon Purba juga menjadi bukti peningggalan dinasti raja purba yang memerintah sejak tahun 1515 hingga 1946, bentuk bangunan Rumah Bolon Purba juga beragam dan memiliki makna yang beragam pula, dimulai dari balai butu yang berarti bangunan jaga, kemudian di tengah berdiri rumah bolon yang memiliki fungsi sebagai rumah bagi raja, kemudian balai bolon sebagai bangunan tempat musyawarah dan bangunan lainnya, semua bangunan pada komplek Rumah Bolon Purba ini dibangun dengan menggunakan kayu dan tidak menggunakan paku dalam pengerjaannya. Potensi wisata Rumah bolon Purba yang menarik dan memiliki nilai sejarah di Simalungun tentu diharapkan mampu meningkatkan kunjungan wisata yang mengalami penurunan di Simalungun tanpa harus mengesampingkan konsep pariwisata berkelanjutan.Konsep pariwisata yang mengharuskan pengembangan pariwisata berkelanjutan tentu harus menjaga kelestarian alam dan kearifan lokal masyarakat disekitar objek wisata. Pemanfaatan potensi wisata tentu juga harus melibatkan masyarakat
lokal, sehingga pengembangan pariwisata dapat
memberikan kontribusi yang besar pada pembangunan wilayah dan peningkatan taraf hidup masyarakat. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mencari atau melihat isu – isu strategi yang perlu dilakukan dalam upaya pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Simalungun. Sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
5 Universitas Sumatera Utara
dengan
judul
“Strategi
Pengembangan
Sektor
Pariwisata
Dalam
Meningkatkan Kunjungan Wisata Di Kabupaten Simalungun (Studi Kasus Pada Objek Wisata Budaya Rumah Bolon Purba Di Kecamatan Purba)” 1.2. Perumusan Masalah Pengembangan pariwisata tidak hanya sebatas peran pemerintah dalam melaksanakan pembangunan yang berkaitan dengan pariwisata, namun peran masyarakat juga menentukan keberhasilan pengembangan pariwisata suatu daerah, sehingga dalam penelitian ini peneliti ingin melihat dan menganalis strategi pengembangan pariwisata yang dilakukan pemerintah daerah Kabupaten Simalungun dan keterlibatan masyarakat. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis menentukan perumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Strategi Pengembangan Objek Wisata Budaya Rumah Bolon Purba Dalam Meningkatkan Kunjungan Wisata Di Kabupaten Simalungun ?”. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menggambarkan strategi Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Simalungun dalam mengembangkan daerah tujuan wisata di Kabupaten Simalungun. 2. Untuk memberikan sumbangan pemikiran berupa strategi pengembangan sektor pariwisata khususnya objek wisata Rumah Bolon Purba, kepada Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Simalungun dalam mengembangkan daerah tujuan wisata Kabupaten Simalungun.
6 Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai adalah : 1. Secara subjektif, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan berpikir melalui penulisan karya ilmiah berdasarkan kajian – kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara. 2. Secara praktis, khususnya aparatur pemerintah Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Simalungun, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan/sumbangan pemikiran dalam mengelola sektor pariwisata untuk mengembangkan daerah tujuan wisata di Kabupaten Simalungun. 3. Secara akademis, sebagai referensi bagi kepustakaan jurusan Ilmu Administrasi Negara. 1.5. Kerangka Teori Sebagai dasar menerangkan suatu fenomena sosial atau fenomena alami dalam sebuah penelitian, maka dibutuhkan teori agar penelitian tidak sebatas tindakan coba – coba. Menurut Kerlinger, Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep 4. Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal – hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian 5. Untuk dapat menerangkan dan menjelaskan tentang strategi Dinas Pariwisata Pemuda dan
4
Kerlinger,F.N dalam Masri Singarimbun, Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. hal 37. 5 Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rhineka Cipta, hal 92.
7 Universitas Sumatera Utara
Olahraga Kabupaten Simalungun dalam mengembangkan daerah tujuan wisata di Kabupaten Simalungun, maka penulis menggunakan kerangka teori sebagai berikut : 1.5.1
Strategi
Strategi Berasal dari bahasa Yunani Kuno yang berarti seni berperang, setiap strategi tentu memiliki landasan dan konsep untuk mencapai sasaran. Menurut Stephanie K. Marrus, Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pimpinan puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai 6. lebih khusus Hamel dan Prahalad, menjelaskan bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan 7. Menurut George A. Steiner, Strategi dapat disoroti sekurang – kurangnya dari dua perspektif yang berbeda yaitu 8: 1. Mengenai apa yang hendak dilakukan organisasi, disini strategi didefenisikan sebagai program yang luas untuk menentukan dan mencapai
6
Stephanie K. Marrus dalam Husein Umar. 2003. Strategik Manajemen in Action. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.hal 31. 7 Hamel dan Prahalad, ibid. 8 George A. Steiner dan John B. Miner. 1997. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakarta: Erlangga, hal 18.
8 Universitas Sumatera Utara
tujuan organisasi dan melaksanakan misi organisasi. Karena program mengacu pada peranan yang aktif, sadar dan rasional yang dimainkan oleh manajer dalam merumuskan strategi organisasi. 2. Mengenai masalah apa sesungguhnya yang dilakukan oleh sebuah organisasi, maksudnya bahwa strategi merupakan tanggapan organisasi yang dilakukan terhadap lingkungannya sepanjang waktu. 1.5.1.1 Ciri – ciri dan Manfaat Strategi Hasil akhir dari strategi adalah sebuah rencana yang diberlakukan oleh pimpinan sebuah organisasi yang mengacu kepada arah perjalanan sebuah organisasi dimasa yang akan datang. Sebuah strategi yang telah dirumuskan akan mengalami perubahan ketika sebuah organisasi akan mengalami perubahan lingkungan yang ada. Menurut Pardede ciri – ciri strategi antara lain 9 : 1. Mempengaruhi setiap tingkat manajemen. Keputusan dari rangkaian kegiatan strategi akan mempengaruhi setiap tingkat manajemen strategi mulai dari manajemen tertinggi hingga manajemen terendah dari organisasi.Namun pemberlakuan dari strategi tersebut menjadi tanggungjawab seorang manajemen strategi tertinggi. 2. Menimbulkan pengaruh dalam jangka panjang Pembuatan putusan – putusanstrategi dapat dibuat dalam waktu yang lebih singkat, namun keputusan yang dibuat dalam waktu singkat tersebut akan berpengaruh terhadap jangka panjang dari aktivitas sebuah organisasi. 3. Berwawasan masa depan 9
Pardede, Pontas M. 2011. Manajemen Strategik dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta: Mitra Wacana Media.
9 Universitas Sumatera Utara
Putusan strategi dimaksudkan untuk pedoman pelaksanaan kegiatan dimasa yang akan datang oleh karenanya putusan strategi didasari oleh sebuah analisis yang menyangkut masa yang akan datang seperti peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dari organisasi. 4. Mempengaruhi seluruh bagian organisasi Bagian dari organisasi merupakan sebuah sistem yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain. maka ketika putusan – putusan strategi mempengaruhi satu bidang maka secara otomatis akan mempengaruhi bidang lainnya. Tentu besar kecilnya berpengaruh tergantung
kepada
seberapa
besar
tingkat
keterikatan
atau
ketergantungan satu bidang dengan bidang lainnya. 5. Berwawasan terbuka Setiap kegiatan yang terjadi dalam sebuah organisasi tentu saja selalu dipengaruhi oleh berbagai hal yang terdapat diluar organisasi. Oleh karenanya keputusan strategi itu harus berwawasan terbuka karena dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan luar organisasi. 6. Memberikan kerangka pengambilan putusan pada manajemen tingkat yang lebih rendah. Manajer tertinggi merupakan orang yang paling bertanggungjawab dalam berjalannya sebuah organisasi. Namun tidak jarang terjadi dalam pengambilan keputusan sehari – hari manajer tingkat yang lebih rendah harus membuat berbagai keputusan dalam kegiatannya. Oleh sebab itu, putusan strategi menjadi sebuah landasan kerangka berpikir dari manajer tingkat yang lebih rendah untuk mengambil sebuah
10 Universitas Sumatera Utara
keputusan sehingga tidak bertentangan dengan manajer tertinggi dan arah tujuan organisasi. 7. Membutuhkan sumber daya Sebuah keputusan strategi akan memerlukan penambahan sumber daya yang relevan untuk mendukung dan menjalankan strategi tersebut. Manfaat Strategi Sebuah strategi dibuat dalam sebuah organisasi tentu saja memiliki manfaat untuk organisasi tersebut, baik itu menyangkut tentang bagaimana organisasi dapat berjalan, dapat berkembang menunjukkan pertumbuhan kearah yang positif, mampu bertahan bahkan mampu untuk menjadi sebuah sektor organisasi yang unggul dibandingkan organisasi lainnya. Oleh karena itu, Digantoro memberikan beberapa manfaat dari strategi di antaranya yaitu 10 : 1. Sebagai sarana untuk mengkomunikasikan tujuan organisasi dan menentukan jalan yang mana yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan. 2. Untuk
meningkatkan
keuntungan
organisasi
walaupun
kenaikan
keuntungan organisasi bukan secara otomatis dengan menerapkan strategi. 3. Membantu
mengidentifikasi,
memprioritaskan
dan
mengeksploitasi
peluang. 4. Menyiapkan pandangan terhadap manajemen problem. 5. Menggambarkanframework untuk meningkatkan koordinasi dan kontrol terhadap aktivitas. 6. Meminimumkan pengaruh dan perubahan.
10
Dirgantoro dalam Pardede, Pontas M. 2011. Manajemen Strategik dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta: Mitra Wacana Media.
11 Universitas Sumatera Utara
7. Memungkinkan keputusan utama untuk mendukung tujuan yang ditetapkan. 8. Memungkinkan alokasi waktu dan sumber daya yang efektif. 9. Membantu perilaku yang lebih terintegrasi. 1.5.2
Pariwisata
1.5.2.1 Pengertian Pariwisata Istilah kepariwisataan berasal dari kata wisata. Didalam UU No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, pengertian wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Sedangkan seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan perjalanan untuk tujuan wisata seperti berkreasi , berbisnis, maupun untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan khusus yang lain disebut sebagai wisatawan (tourist). Didalam Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009, keseluruhan lingkup kegiatan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Didalam UU No. 10 Tahun 2009Tentang Kepariwisataan, pengertian kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan , Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha.
12 Universitas Sumatera Utara
Kepariwisataan Indonesia adalah kepariwisataan yang berbasis masyarakat (community
based
tourism)
dan
berbasis
budaya
(cultural
tourism).
Kepariwisataan yang dibangun Indonesia dengan prinsip dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat yaitu sebagai berikut : 1. Kepariwisataan Budaya (cultural tourism) Dilihat dari sisi obyek dan daya tarik wisata, Undang – Undang No.10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan antara lain menyebutkan bahwa pembangunan obyek dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan nilai – nilai agama, adat istiadat serta pandangan nilai – nilai yang hidup didalam masyarakat, kelestarian budaya dan lingkungan hidup. Nilai – nilai luhur yang dijunjung masyarakat, prikehidupan yang unik serta hasil – hasil karya berupa bangunan atau benda yang indah dan menarik dapat menjadi obyek dan daya tarik wisata. Dalam memanfaatkan potensi budaya untuk menjadi obyek dan daya tarik wisata, terlebih dahulu yang harus dilakukan adalah mengedepankan prinsip pelestarian budaya itu sendiri. Pelestarian budaya adalah pemeliharaan, pemanfaatan dan pengembangan kebudayaan sehingga dalam hal ini kepariwisataan adalah alat untuk melestarikan kebudayaan bukan untuk merusaknya. Bagaimana kebudayaan dari suatu masyarakat tertentu akan dipelihara, dimanfaatkan dan dikembangkan adalah menjadi kewenangan masyarakat pendukung budaya itu yang menentukan. Merekalah yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi diri mereka, masyarakat dan lingkungan mereka. Dilihat dari sisi pengunjung (wisatawan), kepariwisataan budaya adalah suatu kebutuhan wisatawan untuk memperoleh pengalaman budaya yang berbeda,
13 Universitas Sumatera Utara
mengetahui dan mengalamitata kehidupan yang berbeda dan juga untuk memperoleh nilai – nilai kehidupan baru yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya. 2. Kepariwisataan Berbasis Masyarakat (community based touris) Prinsip dasar kepariwisataan berbasis masyarakat adalah menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama melalui pemberdayaan masyarakat dalam berbagai kegiatan kepariwisataan, sehingga manfaat pariwisata sebesar – besarnya diperuntukkan bagi masyarakat. Sasaran utama pengembangan kepariwisataan haruslah meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Pemerintah daerah berperan sebagai fasilitator pengembangan kepariwisataan. 1.5.2.2 Jenis – jenis Pariwisata dan Manfaat Pariwisata Menurut Pendit, jenis – jenis pariwisata terdiri dari 11: 1. Wisata Budaya Wisata budaya ini dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan melakukan kegiatan perjalanan ke tempat lain, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan, adat – istiadat mereka, cara hidup mereka, dan budaya dan seni mereka. 2. Wisata Maritim atau Bahari Jenis wisata ini biasanya dikaitkan oleh kegiatan olahraga air seperti danau, pantai, dan laut. Misalanya memancing, berlayar, berselancar, menyelam sambil melakukan pemotretan, dan lain sebagainya.
11
Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya Paramitha.
14 Universitas Sumatera Utara
3. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi) Wisata ini biasanya melakukan kegiatan perjalanan ke daerah taman/hutan lindung yang dikaitkan dengan keindahan alamnya, kesegaran udara pegunungan, serta flora dan fauna yang jarang ditemukan di tempat lain. 4. Wisata Konvensi Berbagai negara dewasa ini membangun wisata konvensi dengan menyediakan fasilitas bangunan, ruangan – ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konferensi, musyawarah, konvensi, atau pertemuan lainnya baik bersifat nasional maupun internasional. 5. Wisata Pertanian (Agrowisata) Wisata pertanian ini melakukan perjalanan wisata ke perkebunan, ladang pembibitan, dan sebagainya. 6. Wisata Pilgrim Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, sejarah, adat – istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok atau masyarakat. Wisata pilgrim banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat – tempat suci, ke makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau pegunungan yang dianggap keramat. Wisata pilgrim ini banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh berkah dan kekayaan yang melimpah.
15 Universitas Sumatera Utara
Manfaat Pariwisata Menurut Pendit, manfaat pariwisata antara lain 12: 1. Pariwisata adalah faktor penting untuk menggalang persatuan bangsa yang rakyatnya memilki daerah yang berbeda, dialek, adat istiadat dan citra rasa yang beraneka ragam pula. 2. Pariwisata menjadi faktor penting dalam pengembangan ekonomi, karena kegiatanya mendorong perkembangan beberapa sektor ekonomi nasional misalnya : a. Meningkatkan urbanisasi karena pertumbuhan pembangunan fasilitas wisata. Hal ini meliputi perbaikan prasarana pariwisata. b. Menggugah industri – industri baru yang berkaitan denga jasa – jasa wisata misalnya : usaha – usaha transportasi, akomodasi (hotel,motel, pondok
wisata, perkemahan dan lain – lain) yang memerlukan
perluasan beberapa industri seperti peralatan hotel, kerajinan tangan dan lain – lain. c. Menambah permintaan dan pemakaian akan hasil – hasil pertanian semakin bertambah. d. Memperluas pasar barang – barang lokal. e. Menunjang pendapatan Negara dengan valuta asing sehingga mengurangi defisit didalam neraca pembayaran dan memajukan perekonomian nasional. f. Memperluas lapangan kerja.
12
Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya Paramitha.
16 Universitas Sumatera Utara
g. Membantu pembangunan daerah – daerah terpencil dalam suatu Negara jika daerah itu memiliki daya tarik pariwisata. 3. Pariwisata juga berperan dalam meningkatkan kesehatan. Pergantian tempat dan iklim serta menjauhkan diri dari segala kehidupan rutin sehari – hari, semua ini akan menambah daya tahan dan menurunkan ketegangan syaraf. 1.5.2.3 Produk Pariwisata Menurut S. Medlik dan Middleton, “The product covers The complete experiences from the time he (tourist) leaves home to the time he returns to it” jika di artikan dalam bahasa indonesia “Produk Pariwisata adalah semua bentuk pelayanan yang dinikmati wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempat dimana ia biasa tinggal hingga ia kembali pulang” 13. Victor T.C. Middleton memberikan batasan produk industri pariwisata sebagai berikut “The product may be defined as a bundle or package of tangible and intangible components, based on activity at a destination. They are a five main components in the total product which are discoussed below”. Bila diperhatikan lebih dalam maka produk pariwisata terdiri dari tiga komponen dimana komponen yang satu berhubungan erat dengan komponen yang lainnya, yaitu 14 : a. Accessibilities of the touist destination (Akses Destinasi Wisata) Kemudahan kepada wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata (DTW)
13
S. Medlik dan Middleton dalam Drs. H. Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta. Pradnya Paramitha. Hal 3. 14 Victor T.C. Middleton. Drs. H. Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta. Pradnya Paramitha. Hal 4.
17 Universitas Sumatera Utara
-
Infrastruktur
: Terminal Bus, Bandara, Pelabuhan, Stasiun Kreta Api.
-
Transportasi
: Pesawat, Kereta Api, Kapal Laut, Taxi.
-
Kebijakan Pemerintah
: Kebijakan Visa, Transportasi.
-
Prosedur Operasional
: Kebijakan Tarif, frekuensi pelayanan
b. Facilities of the tourist destination (Fasilitas Destinasi Wisata) -
Unit akomodasi
: Hotel, Motel, Apartemen, Villa.
-
Restoran, Bar dan Cafe
: Kualitas makanan dan minuman.
-
Transportasi dari destinasi
: Taxi, Mobil Rental, Pemandu.
-
Olahraga dan Aktivitas
: Golf, Memancing, Berburu.
-
Toko Retail
: Agen Travel Lokal, Toko Obat,
-
Pelayanan lainnya
: Pusat Informasi Wisata, Polisi.
-
Fasilitas lainnya
: Suvenir, Seni, dll.
c. Tourist Attraction (Daya Tarik Wisata) -
Daya Tarik Alam
: Pemandangan Alam, Laut, Pantai, dll.
-
Daya Tarik Budaya
: Sejarah dan Cerita Rakyat, Agama, Seni.
-
Daya Tarik Sosial
: Bahasa dan Peluang untuk bersosialisasi.
-
Daya Tarik Buatan
: Bangunan, Monumen, Taman, dll.
1.5.2.4 Pemasaran Pariwisata Keberhasilan suatu program pemasaran dalam bidang kepariwisataan sangat ditentukan oleh faktor kesamaan pandangan terhadap peranan pariwisata bagi pembangunan daerah, karena itu sebelum ada program pemasaran dilaksanakan, harus ada komitmen dari semua unsur terkait bahwa pariwisata
18 Universitas Sumatera Utara
merupakan sektor ekonomi yang bersifat quick yelding dan merupakan agent of development bagi daerah itu. J. Krippendorf dalam bukunya Marketing Et Tourism merumuskan pemasaran pariwisata “marketing in tourism to be understod as the systematic and coordinated execution of bussines policy by tourist undertaking whether private or state owned at local, regional, national or international level to achieve the optimal of satisfaction of the needs of identifiable consumers group and in doing so to achieve an approriate return” yang terjemahannya “Pemasaran pariwisata adalah suatu sistem dan koordinasi yang harus dilakukan sebagai kebijaksanaan bagi perusahaan – perusahaan kelompok industri pariwisata, baik milik swasta atau pemerintah, dalam ruang lingkup lokal, regional, nasional atau internasional untuk mencapai kepuasan wisatawan dengan memperoleh keuntungan yang wajar” 15. Pada dasarnya pemasaran pariwisata adalah usaha yang dilakukan suatu OPN atau Organisasi Pengelola Destinasi Daerah (OPD) untuk menarik wisatawan agar lebih lama berwisata dan lebih banyak membelanjakan uangnya di daerah tujuan wisata yang dikunjungi. Usaha pemasaran pariwisata tentu juga harus berkelanjutan, oleh karenanya merupakan proses manajemen yang berkesinambungan, Pengertian Proses manajemen hendaknya diartikan sebagai berikut 16: 1. Filosofi manajemen mengarahkan bahwa suatu proses harus berkelanjutan dengan kondisi yang terjadi saat ini dengan memperhatikan waktu yang 15
J. Krippendorf dalam Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta:Pradnya Paramitha. Hal 1. 16 Drs. H. Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta:Pradnya Paramitha. Hal 3.
19 Universitas Sumatera Utara
akan datang (Future Time), yang membawa OPN atau OPD supaya dapat menjalankan fungsi – fungsi pemasaran dengan baik. 2. OPN atau OPD hendaknya dapat menerapkan teknik dan strategi pemasaran modern, terutama dalam hal perencanaan penelitian (reaserch planning), peramalan (forecasting), seleksi pasar (market selection), atau saluran distribusi (distribution channel) dengan memperhatikan media iklan yang sesuai dengan target pasar yang dijadikan sasaran. 3. Menjaga kualitas produk yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) serta sesuai dengan harapan wisatawan (tourist expectation), baik kualitas, harga, pelayanan, atau penyajian. 1.5.2.5 Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata Dalam rangka mengembangkan sebuah destinasi pariwisata tentu harus memperhatikan dua lingkup pengembangan yang saling melengkapi yaitu : lingkup pengembangan spasial dan tingkatan pengembangan dari destinasi tersebut. Lingkup pengembangan spasial maksudnya adalah keharusan seorang perencana pengembangan destinasi untuk memahami dan memperhatikan latar belakang kontekstual atau lingkungan makro dari destinasi yang akan dikembangkan. Perhatian pada lingkungan makro tersebut sangat penting, hal ini disebabkan keseluruhan strategi pengembangan sebuah destinasi pada intinya tidak boleh terlepas dari kesesuaiannya dengan konfigurasi lingkungan makronya. Strategi pengembangan keseluruhan komponen destinasi seperti : tema dari daya tarik utama, pengembangan amenitas dan akomodasi sampai dengan pengembangan masyarakat setempat sebagai tuan rumah harus sesuai dengan konteks lingkungan makronya. Suatu destinasi yang terletak pada wilayah 20 Universitas Sumatera Utara
pertanian atau perkebunan akan membutuhkan pengembangan : tema daya tarik wisata berbasis pada pertanian, pengembangan akomodasi yang bercirikan masyarakat pedesaan serta pengembanganmasyarakat yang berbasis nilai budaya pertanian yang tentu saja sangat berbeda dengan strategi pengembangan destinasi yang berbasis lingkungan makro perindustian di perkotaan. Kedua, yang dimaksud keharusan seorang perencana pengembangan destinasi pariwisata dalam memperhatikan strategi tingkatan pengembangan destinasi adalah suatu cara pandang atau perspective perencanaan pengembangan destinasi yang harus berpandangan secara holistic dan menyeluruh, mulai dari tingkatan strategi perencanaan makro dalam dimensi kerangka waktu jangka panjang yang akan memberikan arah, prinsip dan panduan – panduan pengembangan jangka panjang, kemudian ke lingkup perencanaan jangka menengah yang menetapkan misi – tujuan dan sasaran pengembangan destinasi dan pemosisian destinasi beserta program – program pengembangan dalam kerangka waktu menengah, sampai dengan lingkup perencanaan tingkat operasional yang meliputi: program – program aksi jangka pendek, termasuk business plan dan pengendaliannya yang harus dilakukan oleh organisasi atau lembaga yang diberi kewenangan untuk mengelola destinasi. Menurut Plog dan Pintana, mendasarkan pada pola perilaku pilihan kunjungan wisatawan ke suatu destinasi wisata ada beberapa tipologi wisatawan sebagai berikut 17 :
17
Sunaryo, Drs.Bambang.M.Sc.MS. 2012. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata :Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Gava Media, hal 17.
21 Universitas Sumatera Utara
1. Allocentris yaitu kelompok wisatawan yang hanya ingin mengunjungi tempat
–
tempat
yang
belum
diketahui,
kunjungannya
bersifat
pertualangan, dan mau memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh masyarakat setempat. 2. Psycocentris yaitu kelompok wisatawan yang hanya ingin mengunjungi daerah tujuan wisata yang sudah mempunyai fasilitas dengan standar yang sama dengan di negaranya. 3. Mid – centris yaitu kelompok wisatawan yang terletak diantara kedua tipologi perilaku Allocentris dan Psycocentris. Dalam
proses
pembangunan
kepariwisataan,
khususnya
dalam
perencanaan pengembangan destinasi wisata, pemahaman mengenai tipologi wisatawan mendasarkan kepada perilaku pilihannya terhadap produk pariwisata yang akan dibeli dan jenis destinasi yang akan dikunjungi seperti telah diuraikan diatas, menjadi sangat perlu untuk dicermati dan khususnya sebagai bahan masukan informasi dan basis data yang sangat penting dalam rangka merencanakan produk kepariwisataan , sehingga produk wisata yang dihasilkan akan menjadi mudah untuk dipasarkan. 1.5.3 Analisis SWOT Analisis SWOT adalah sebuah analisis yang dicetuskan oleh Albert Humprey pada tahun 1960 – 1970-an. Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) yaitu Strengths (kekuatan), Weakness (kelemahan) dan faktor eksternal (luar) yaitu, Opportunity (peluang) dan Threats (ancaman). 22 Universitas Sumatera Utara
Menurut Sudarmo analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu 18 : 1. Strengths (kekuatan) merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. 2. Weakness (kelemahan) merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianaliasis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. 3. Opportunity (peluang) merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah dan kondisi lingkungan sekitar. 4. Threats (ancaman) merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Analisis SWOT merupakan awal proses perumusan strategi. Selain itu, analisis situasi juga mengharuskan manajer/pimpinan strategis untuk menemukan kesesuaian strategis antara peluang eksternal dan kekuatan internal,disamping memperhatikan ancaman eksternal dankelemahan internal. Mengingat bahwa SWOT adalah akronim untuk Strengths, Weakness, Opportunity dan Threats dari organisasi yang semuanya merupakan faktor – faktor strategis. Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 1.1. 18
Sudarmo dalam Indriyo Gito. Manajemen Strategi. Yogyakarta: BPFE, hal 115.
23 Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 Matriks SWOT
KEKUATAN (S)
KELEMAHAN (W)
Identifikasi Kekuatan
Identifikasi Kelemahan
STRATEGI (SO)
STRATEGI (WO)
PELUANG (O)
Menggunakan
Identifikasi Kesempatan
untuk
kekuatan menangkap
kesempatan
Mengatasi
kelemahan
dengan
mengambil
kesempatan STRATEGI (WT)
STRATEGI (ST) Memininal ANCAMAN (T)
Menggunakan
kelemahan
kekuatan dengan
menghindari
untuk menghindari ancaman ancaman
Hasil dari analisis SWOT ini akan memberikan sebuah arahan ke arah mana organisasi akan memberikan perumusan strategi, implementasi bahkan evaluasi yang dapat mendukung keunggulan organisasi dan kesempatan yang ada untuk perkembangan sebuah organisasi dan rumusan strategi yang dapat memperkecil kelemahan bahkan memprediksi ancaman di masa depan serta menghasilkan cara-cara untuk mengantipasinya. Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi relasi – relasi sumber daya pariwisata dengan sumber daya lain. Jadi kekuatan dan kelemahan sumber daya tersebut perlu ditegaskan sejak awal. Didalam analisis SWOT ada sejumlah unsur dan variabel yang mutlak menjadi fokus kajian seperti dalam Tabel 1.2 berikut ini 19 :
19
Gunn, Clare A. dan Var, Turgut. 2002. Tourism Planning : Basics, Concepts, Case, Fourth Edition. New York: Routledge, hal 246.
24 Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2 Beberapa unsur dan variabel dalam analisis SWOT pariwisata UNSUR
VARIABEL
Atraksi alam
Lokasi,jenis,jumlah,mutu, masalah dan daya tarik
Atraksi budaya
Lokasi,jenis,jumlah,mutu, masalah dan daya tarik.
Dampak
lingkungan Perubahan lingkungan fisik, ekologis dan daya
yang potensial
dukung.
Aksesibilitas
Daya angkut, akses, mutu, frekuensi dan ongkos.
Pasar
Daerah asal, tipe perjalanan dan tipe kegiatan.
Usaha jasa
Mutu, kesesuaian dengan pasar dan masalah lain.
Informasi wisata
Mutu peta, buku panduan wisata, pemaparan, akurasi dan autentitas informasi.
Promosi
Efektivitas advertensi, publisitas, kehumasan, insentif, mode dan promosi.
Organisasi
Organisasi terkait, hubungan kerja, kemitraan, team work pengembangan pariwisata.
Komitmen wisata
pelaku Dukungan rill berbagai sektor, sikap publik dan masyarakat
lokal
terhadap
pengembangan
pariwisata Sumber :Gunn, Clare A. dan Var, Turgut. 2002. Tourism Planning : Basics, Concepts, Case, Fourth Edition. New York: Routledge, hal 246.
25 Universitas Sumatera Utara
Didalam hasil analisis SWOT sebaiknya harus menggambarkan hal – hal berikut ini: 1. Perkembangan produk dan pasar pariwisata itu sendiri. 2. Organisasi dan kelembagaan pariwisata. 3. Peluang – peluang pengembangan inti kegiatan pariwisata. 4. Jasa – jasa kegiatan lain yang mungkin dikembangkan. Melalui analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) akan dapat diketahui isu ataupun faktor – faktor strategis yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan pada waktu yang akan datang dalam rangka pengembangan daerah tujuan wisata. 1.6
Definisi Konsep Menurut Masri Singarimbun konsep adalah istilah atau definisi yang
digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian kelompok atau individu yang menjadi pusat ilmu sosial 20. Melalui konsep peneliti diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis memberikan batasan atau definisi konsep yang digunakan yaitu : 1. Strategi Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pimpinan puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. 20
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT LP3ES, hal 33.
26 Universitas Sumatera Utara
Menurut George A. Steiner, Strategi dapat disoroti sekurang – kurangnya dari dua perspektif yang berbeda yaitu 21: a. Mengenai apa yang hendak dilakukan organisasi, disini strategi didefenisikan sebagai program yang luas untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan melaksanakan misi organisasi. Karena program mengacu pada peranan yang aktif, sadar dan rasional yang dimainkan oleh manajer dalam merumuskan strategi organisasi. b. Mengenai masalah apa sesungguhnya yang dilakukan oleh sebuah organisasi,
maksudnya
bahwa
strategi
merupakan
tanggapan
organisasi yang dilakukan terhadap lingkungannya sepanjang waktu. 2. Pariwisata Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk objek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang terkait dibidang tersebut. Adapun usaha – usaha dibidang pariwisata meliputi pengembangan dalam : a. Pengembangan Amenitas Menurut Midedleton pengembangan amenitas terbagi dalam 3 (tiga) komponen yang saling berhubungan erat yaitu 22: -
Akses Destinasi Wisata •
Infrastruktur (Terminal Bus, Bandara, Stasiun Kereta Api)
•
Transportasi (Angkutan Umum, Taxi, Bus Wisata)
•
Kebijakan Pemerintah (Visa, Transportasi)
21
George A. Steiner dan John B. Miner. 1997. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakarta: Erlangga, hal 18. 22 Victor T. C. Middleton dalam Drs. H. Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta. Pradnya Paramitha. Hal 4.
27 Universitas Sumatera Utara
• -
-
Prosedur Operasional (Kebijakan Tarif, Frekuensi Layanan)
Fasilitas Destinasi Wisata •
Hotel, motel, apartemen, villa.
•
Restoran, Bar, dan Cafe
•
Transportasi dari destinasi (Bus Pemandu Wisata, Taxi)
•
Agen travel lokal, Apotek
•
Pusat informasi wisata, Kantor polisi
•
Suvenir, Seni
Daya Tarik Wisata •
Daya tarik alam (Pemandangan Alam, Pertanian, Pantai, dll)
•
Daya tarik budaya (Sejarah, Cerita Rakyat, Agama, Seni)
•
Daya tarik sosial (bahasa dan peluang bersosialisasi)
•
Daya tarik buatan (Bangunan, monumen, taman)
b. Pengembangan masyarakat Jika dalam pelaksanaan penelitian tidak ditemukan ketersediaan Strategi Pengembangan
Pariwisata
yang
dimaksud
diatas,
maka
penulis
akan
menggunakan Analisis SWOT dalam melakukan pengumpulan data data dilapangan dan menganalisis pengembangan Objek Wisata budaya Rumah Bolon Purba. Analisis SWOT adalah metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal yaitu Kekuatan dan Kelemahan, dan Faktor Eksternal yaitu Peluang dan Ancaman di sektor pariwisata.
28 Universitas Sumatera Utara
1.7
Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional dan sistematika penulisan.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang gambaran umum atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi, misi dan struktur organisasi serta hal – hal lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.
BAB IV
PENYAJIAN DATA Bab ini memuat tentang hasil data yang diperoleh dari lapangan selama penelitian berlangsung dan dokumen – dokumen lain yang akan dianalisis.
29 Universitas Sumatera Utara
BAB V
ANALISIS DATA Bab ini memuat tentang kajian dan analisis data yang diperoleh saat penelitian dan memberikan interprestasi atas permasalahan yang diteliti.
BAB VI
PENUTUP Bab ini memuat kesimpulan dan saran-saran yang dianggap perlu dari hasil penelitian yang dilakukan.
30 Universitas Sumatera Utara