BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pemerintah telah mencanangkan ”Indonesia Sehat 2015” sebagai
paradigma baru, yaitu paradigma sehat melalui pendekatan promotif dan preventif dalam mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat termasuk kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian terpenting dari integral di pembangunan kesehatan yang semakin muncul di permukaan. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter dan perawat gigi, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90 % penduduk Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita di Indonesia adalah penyakit jaringan penyangga gigi dan karies gigi (Depkes, 2014). Berdasarkan hasil studi Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2011 menunjukkan angka kejadian masalah kesehatan gigi dan mulut mengalami kenaikan yang signifikan terjadi pada anak usia 3-5 tahun sebesar 81,2 %. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010 menunjukkan, bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 60-80 % dari populasi, serta menempati peringkat ke-6 sebagai penyakit yang paling banyak diderita. Anak usia sekolah dasar yaitu usia 6-12 tahun merupakan kelompok yang rentan terhadap karies gigi dan memerlukan perhatian khusus. Pada anak sekolah, karies gigi merupakan masalah yang penting karena tidak saja menyebabkan
1
2
keluhan rasa sakit, tetapi juga menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya sehingga mengakibatkan menurunnya produktivitas (Kawuryan, 2008). Berdasarkan Profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2013 terdapat 870 SD/MI di Kota Medan. Namun jumlah SD/MI yang melaksanakan sikat gigi massal dan mendapat pelayanan kesehatan gigi dan mulut sebesar 586 SD/MI (67,4 %). Prevalensi penyakit gigi di Sumatera Utara masih perlu mendapat perhatian besar, sebab indeks pengalaman karies gigi decayed, missing, filledteeth (dmf-t) di Sumatera Utara termasuk kategori sedang yaitu mencapai 3,43 yang berarti bahwa penduduk Sumatera Utara memiliki karies rerata empat gigi per orang. Profil Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2012, pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada murid SD dan setingkat berjumlah 46.749 orang. Jumlah murid SD yang perlu mendapat perawatan setelah dilakukan pemeriksaan melalui program puskesmas UKGS sebanyak 34.306 orang. Dari 34.306 orang yang mendapat perawatan 6.095 orang. Meningkatkan derajat kesehatan gigi masyarakat dapat dilakukan dengan memanfaatkan program upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas. Upaya kesehatan gigi bertujuan untuk menurunkan secara bermakna insidens dan prevalensi penyakit gigi sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat dan tercapainya derajat kesehatan gigi yang optimal (Depkes, 2004). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan salah satu program yang ada di dalamnya yaitu Usaha Kesehatan Gigi sekolah (UKGS) merupakan program pengembangan. Segala upaya peningkatan
3
dan pengembangan kesehatan di sekolah diupayakan melalui Tim Pembina UKS pusat dan Tim Pembina UKS di daerah secara berjenjang. Hasil penelitian yang dilakukan empat departemen terkait dalam program UKS (Depdiknas,Depkes, Depag, Depdagri) menyimpulkan bahwa secara umum prinsip hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik belum mencapai tingkat yang diharapkan salah satunya ditinjau dari aspek kesehatan gigi. Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) merupakan bentuk kegiatan untuk meminimalkan masalah kesehatan gigi dan mulut pada siswa/i sekolah dasar. UKGS memberikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut yang terpadu dan pemeriksaan gigi dan mulut secara lintas program dan lintas sektoral yang ditujukan untuk murid-murid sekolah dasar (Darwita, 2006). UKGS ditujukan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik disekolah yang ditunjang dengan upaya pelayanan kesehatan perseorangan (kuratif) yang meliputi pengobatan ringan dan pertolongan pertama untuk menghilangkan rasa sakit gigi di sekolah oleh guru UKS atau dokter kecil, pencabutan gigi sulung bagi yang memerlukan. Program UKGS di Puskesmas dilaksanakan dalam bentuk tim. Adapun kegiatan tim tersebut melibatkan dokter gigi, perawat gigi dan petugas UKS (Herijulianti, 2002). Puskesmas Polonia mempunyai 5 kelurahan yaitu Kelurahan Polonia, Kelurahan Suka Damai, Kelurahan Sari Rejo, Kelurahan Anggrung, dan Kelurahan Madras Hulu serta mempunyai 46 lingkungan. Jumlah penduduk yang ada di wilayah kerja puskesmas sebesar 67.319 jiwa. Wilayah kerja Puskesmas
4
Polonia terdiri dari 15 Sekolah Dasar/ MI dengan jumlah murid kelas 1 SD sebanyak 921 orang. Berdasarkan hasil survei pendahuluan di Puskesmas Polonia dengan wawancara terhadap salah satu tenaga UKGS bahwa program UKGS merupakan upaya pengembangan. Implementasi program UKGS bekerja sama dengan lintas sektoral (pendidikan), sehingga terlaksananya program UKGS harus disesuaikan dengan jadwal pendidikan di sekolah. Puskesmas telah membuat jadwal program UKGS di 15 sekolah dasar. Kunjungan dilakukan 1 bulan sekali yang mencakup ± 3 sekolah dasar, sehingga setiap sekolah dasar mendapat kunjungan ± 3 kali dalam setahun. Pelaksanaan kegiatan program UKGS di sekolah dasar bersamaan dengan kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Kegiatan program UKGS dilakukan pada seluruh siswa/i kelas 1 SD, yang meliputi kegiatan pemeriksaan gigi dan penyuluhan. Siswa/i yang mengalami karies gigi dan masalah gigi lainnya akan di rujuk oleh tenaga UKGS ke puskesmas melalui kepala sekolah / guru, selanjutnya surat rujukan diberikan kepada orang tua murid. Namun tidak semua siswa/i memanfaatkan pelayanan tersebut. Tenaga kesehatan yang melakukan kegiatan kunjungan ke sekolah dasar hanya 1 tenaga kesehatan yaitu dokter gigi saja. Perawat gigi tidak ikut serta dalam kegiatan karena terbatasnya SDM. Dokter gigi didampingi dengan guru UKS di sekolah. Sarana dan prasarana sangat terbatas yang digunakan hanya berupa phantom gigi dan alat diagnostik (kaca mulut, sonde, excavator). Biaya
5
operasional dalam kegiatan UKGS berasal dari BOK, yang berbentuk dana transportasi saja. Pelaksana program dalam melaksanakan tugas pokoknya belum optimal sebagian besar hanya melakukan pemeriksaan (screening). Hanya sebagian kepala sekolah yang melakukan pembinaan di sekolah. Kegiatan UKGS seperti sikat gigi massal tidak pernah dilakukan karena puskesmas tidak memiliki dana khusus untuk menyediakan sikat gigi dan pasta gigi. Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah dinilai berhasil atau tidaknya berdasarkan cakupan pelayanan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah yang meliputi: 1) Cakupan SD yang mendapat pelayanan medik gigi dasar atas dasar permintaan sebesar 50%, 2) Cakupan sekolah yang melaksanakan sikat gigi massal sebesar 80 %, 3) Cakupan SD yang mendapat penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sebesar 100 %, 4) Cakupan SD yang mendapat pelayanan medik gigi dasar atas dasar kebutuhan sebesar 30 %, 5) Frekuensi pembinaan petugas UKGS ke SD minimal dilakukan 2 kali setahun, 6) Cakupan murid SD yang mendapat pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dari seluruh murid yang ada minimal 75%, 7) Cakupan murid SD yang mendapat perawatan medik gigi dasar dari seluruh murid yang memerlukan perawatan lanjutan sebesar 80 % (Depkes RI, 2004). Berdasarkan Laporan Puskesmas Polonia Tahun 2014 cakupan pelayanan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah di wilayah kerja Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia yaitu: 1) Cakupan SD yang mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas dasar permintaan sebesar 20 %, 2) Cakupan sekolah yang melaksanakan sikat gigi massal sebesar 0 %, yang artinya tidak ada SD yang
6
melaksanakan sikat gigi massal, 3) Cakupan SD yang mendapat penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sebesar 100 %, 4) Cakupan SD yang mendapat pelayanan medik gigi dasar atas dasar kebutuhan sebesar 0 %, yang artinya tidak ada SD yang mendapat pelayanan medik gigi dasar atas dasar kebutuhan, 5) Frekuensi pembinaan petugas UKGS ke SD minimal dilakukan 1 kali setahun, 6) Cakupan murid SD yang mendapat pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dari seluruh murid yang ada minimal 100%, 7) Cakupan murid SD yang mendapat perawatan medik gigi dasar dari seluruh murid yang memerlukan perawatan lanjutan sebesar 20 %. Sementara itu, hasil penelitian Sariyem (2011)
dalam
menganalisis
implementasi program UKGS di puskesmas wilayah Dinas Kesehatan Kota Semarang yaitu diketahui
pelaksana program belum semua mempunyai
komitmen yang sama terhadap tugasnya, kerja sama lintas program dan lintas sektor sudah berjalan baik, pembagian kerja (job description) antara dokter gigi dan perawat gigi belum membagi tugas secara bergantian, belum semua puskesmas memanfaatkan dana yang ada secara proporsional untuk pelayanan promotif dan preventif, ketersediaan tenaga masih kurang, belum semua puskesmas mempunyai sarana dan prasarana. Hasil penelitian Hanum (2013) dalam menganalisis implementasi program UKGS sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal yaitu diketahui tenaga pelaksanaan UKGS hanya dilakukan oleh dokter gigi, biaya operasional terbatas, sarana dan prasarana sangat minim dan program
7
UKGS belum mencapai target sehingga status kesehatan gigi dan mulut siswa/i masih dalam kategori sedang. Hasil penelitian Arsyad (2010) di wilayah kerja Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara yaitu diketahui penyebab tidak berhasilnya program UKGS dalam meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut murid adalah peran serta masyarakat yang masih kurang baik, petugas yang tidak terampil, kurang lengkapnya sarana dan prasarana serta terbatasnya biaya operasional program UKGS. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di Wilayah Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia tahun 2014.
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka yang menjadi
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan program UKGS di wilayah Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia tahun 2014.
1.3
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui analisis pelaksanaan program UKGS di wilayah
Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2014.
8
1.4
Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Kesehatan terutama Dinas Kesehatan Kota Medan dan Puskesmas Polonia menjadi bahan masukan dan kajian evaluasi untuk pemegang program UKGS mengenai analisis pelaksanaan program UKGS di wilayah Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia. 2. Bagi peneliti dapat mengembangkan pengetahuan dan praktek dalam proses penelitian mengenai analisis pelaksanaan program UKGS di wilayah Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia. 3. Bagi ilmu kesehatan masyarakat diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan khasanah ilmu pengetahuan dan bahan informasi.