BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh
pemerintah telah mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum antara lain dapat dilihat dari menurunnya angka kematian bayi dan ibu serta meningkatnya angka umur harapan hidup. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan. Hal ini merupakan salah satu kenyataan dan tidak dapat dihindari dimana seseorang mengalami perubahan secara biologis, psikologis maupun sosial. Perubahan ini merupakan suatu proses yang normal terjadi pada semua orang, namun dalam derajat yang berbeda dan tergantung pada lingkungan kehidupan lanjut usia (Stockslanger, 2007). Fakta yang ada saat ini diseluruh dunia jumlah populasi lansia diperkirakan. lebih dari 629 juta jiwa . Di tahun 2025 akan mengalami peningkatan menjadi 1,2 millyar (BPS, 2008) dan diprediksi akan menduduki peringkat negara dengan struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika Serikat, dengan umur harapan hidup diatas 70 tahun (Nugroho, 2008). Laporan Dinkes Kabupaten Bangli tentang laporan lansia Bulan Mei Tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia yang ada di desa Kawan Kecamatan Bangli berjumlah 11.309 jiwa (25.1%) dari total jumlah lansia yang ada di Kabupaten Bangli 44.943 jiwa (DinKes, 2013)
2
Proses menua merupakan faktor utama terjadinya peningkatan populasi lansia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa dan tua. Proses menua ini merupakan proses yang terus-menerus atau berkelanjutan secara alamiah oleh semua manusia. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan-perubahan yang kumulatif (Nugroho, 2008). Proses menua alami ditandai dengan adanya penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Gangguan dalam pola istirahat-tidur merupakan salah satu masalah yang dialami dalam proses menua. Keluhan sulit masuk tidur atau mempertahankan tidur atau tetap tidak segar meskipun sudah tidur, terbangun lebih awal, mengantuk yang berlebihan merupakan keluhan yang sering muncul pada lansia yang disebabkan oleh kebosanan, kebiasaan, depresi, penyakit organik, perubahan pola tidur seiring dengan bertambahnya usia yang mana tahap ke-3 dan ke-4 dari siklus tidur lansia terjadi dengan frekuensi yang lebih jarang Potter & Perry. (2006) Survei yang dilakukan oleh Nasional Institute of Health di Amerika mendapatkan bahwa ditahun 1970 total penduduk yang mengalami gangguan tidur (insomnia) 17 % dari populasi. Persentase penderita insomnia lebih tinggi dialami oleh kaum lansia. Di mana 1 dari 4 pada usia 60 tahun mengalami sulit tidur yang serius (Chopra,1994 dalam Purwanto, 2007). Dament et al. tahun 2005 dalam Amir, 2007 melaporkan setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur
3
yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67%. (Amir,2007) Secara fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup maka pikiran, memori, konsentrasi, kesigapan termasuk mood atau suasana hati, membuat keputusan dan berpartisipasi dalam aktifitas harian akan terganggu. Gangguan tidur juga bisa menyebabkan depresi dan menurunnya daya tahan tubuh (Lumbantobing. 2004). Apabila lansia yang sehat mengalami kurang tidur maka akan dapat mengganggu kesehatannya dan jatuh ke kondisi sakit dan apabila lansia yang sakit mengalami gangguan tidur maka akan dapat memperlambat proses
kesembuhannya
dan
dapat
pula
memperburuk
kondisinya
dan
menimbulkan keluhan baru pada lansia itu sendiri. Penanganan yang selama ini dilakukan di rumah sakit maupun puskesmas untuk mengurangi keluhan gangguan tidur umumnya dengan penatalaksanaan farmakologis dan non-farmakologi yang meliputi pendekatan hubungan antara pasien dan tenaga medis, konseling dan psikoterapi serta sleep hygiene (Japardi 2002). penyembuhan secara non-farmakologis terhadap gangguan tidur pada lansia sangat diperlukan untuk meminimalkan efek terapi farmakologis. Selain itu upaya yang dapat dilakukan dengan cara promotif, yaitu dengan meningkatkan kesehatan pada lansia yang salah satunya dapat dilakukan dengan olahraga atau senam secara teratur (Prayitno, 2002). Senam lansia adalah salah satu bentuk kesegaran jasmani yang ditujukan kepada kelompok lansia (Suroto, 2004). Senam lansia merupakan olahraga ringan yang mudah dilakukan dan tidak memberatkan (Anggriyana,2010) dan juga
4
merupakan salah satu tindakan didalam terapi prilaku yang mengembangkan metode fisiologis melawan ketegangan dan kecemasan. Senam lansia sendiri mempunyai banyak manfaat bagi lansia. Antara lain: membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, membantu menghilangkan radikal bebas yang ada didalam tubuh, dapat meningkatkan kemampuan kewaspadaan, pemusatan perhatian, daya ingat serta kemampuan eksekutif. Efek yang lain dengan senam adalah peserta menyatakan bisa tidur lebih nyenyak (Suroto, 2004). Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Yayasan Werda Sejahtera lingkungan desa Kawan Kecamatan Bangli, pada lansia yang mengeluh memiliki gangguan tidur. Hasil wawancara dari 10 orang lansia, 7 diantaranya mengeluh tidak bisa tidur. Mereka mengeluh sering terbangun 3 sampai 5 kali pada malam hari dan sulit untuk memulai tidur kembali. Mereka juga sering merasa mengantuk pada siang hari sehingga mengganggu aktivitas lansia pada siang hari. Keluhan gangguan tidur yang sering dialami lansia membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini, selain itu lansia yang mengalami gangguan tidur di wilayah ini belum maksimal melakukan senam lansia dan belum adanya evaluasi terhadap kegiatan senam lansia yang telah dilakukan sehingga peneliti tertarik untuk melakanakan penelitian di wilayah desa tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas, adanya fenomena menurunnya kualitas tidur pada kaum lansia akibat dari proses menua ini sangat menarik untuk diteliti dan ditelaah lebih lanjut tentang ” Adakah pengaruh senam lansia tera terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia “ ?
5
1.2
Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian yaitu“Adakah pengaruh senam lansia tera terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia di Yayasan Werda Sejahtera desa Kawan Kecamatan Bangli?’’ 1.3
Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti membedakan tujuan penelitian menjadi dua
yaitu: 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam lansia tera terhadap peningkatan kualitas tidur lansia di Yayasan Werda Sejahtera desa Kawan Kecamatan Bangli. 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khususnya adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi beda antara kualitas tidur lansia sebelum dengan kualitas tidur lansia setelah dilakukan senam lansia tera pada kelompok kontrol. b. Mengidentifikasi beda antara kualitas tidur lansia sebelum dengan kualitas tidur lansia setelah dilakukan senam lansia tera pada kelompok eksperimen. c. Menganalisis beda antara kualitas tidur lansia setelah dilakukan senam lansia tera pada kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. 1.4
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1.4.1 Manfaat secara teoritis
6
a.
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu dan keterampilan dalam merawat pasien lansia yang mengalami gangguan tidur.
b.
Dapat digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan senam lansia
1.4.2 Manfaat secara praktis a.
Sebagai bahan masukan bagi perawat untuk menggunakan senam lansia sebagai salah satu terapi alternatif untuk mengatasi gangguan tidur pada lansia serta untuk meminimalkan efek penggunaan terapi farmakologis
b.
Sebagai bahan masukan bagi perawat untuk meningkatkan asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami gangguan tidur.
c.
Membantu pasien terutama pada lansia yang mengalami gangguan tidur agar bisa mengatasi masalahnya secara mandiri dengan melakukan latihan senam karena sangat mudah dan bermanfaat
1.5
Keaslian Penelitian Berdasarkan telaah literature, penelitian yang berkaitan dengan judul dari
penelitian ini adalah: 1.5.1 Taat Sumedi (2010) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Senam Lansia terhadap penurunan skala insomnia pada lansia di Panti Wredha Dewanata Cilacap” Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan
rancangan
pretest-posttest
without
kontrol
group.
Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 16 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisa data yang digunakan dengan uji pair ‘t’ test (pre-post) dan hasilnya
7
bahwa ada pengaruh yang bermakna senam bugar lansia terhadap penurunan skala insomnia di Panti Wredha Dewanata Cilacap dengan nilai signifikasi (p) value = 0.00 lebih rendah dari a = 0,05 Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada variabel dependen, waktu dan tempat penelitian, rancangan penelitian, teknik pengambilan sampel serta jumlah sampel yang diambil. 1.5.2 Jefry Mahardika (2009) dalam penelitian yang berjudul “Hubungan keteraturan mengikuti senam lansia dan kebutuhan tidur lansia di UPT PSLU Pasuruan di Babat Lamongan’’. Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional tanpa ada follow up/ tindak lanjut setelah peneliti melakukan observasi data dengan menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisa data yang digunakan dengan uji spearman-rank (rho) corellation dan didapatkan nilai p sebesar 0,000 < a = 0,05 berarti ada hubungan keteraturan mengikuti senam lansia dengan pemenuhan kebutuhan tidur lansia di UPT PSLU Pasuruan di Babat Lamongan. Berdasarkan uraian penelitian diatas, terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan antara lain terletak pada variabel dependen, waktu dan tempat penelitian, rancangan penelitian, teknik pengambilan sampel, jumlah sampel yang diambil serta analisa data yang digunakan.