BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan perubahan lingkungan yang semakin pesat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dan persaingan di kalangan pelaku dunia bisnis meningkat. Persaingan yang ketat ini telah membatasi peluang masing-masing pelaku bisnis untuk meraih keuntungan dan meningkatkan kemungkinan terjadinya kebangkrutan, sehingga keputusan keuangan menjadi penting dan strategis (Imanzadeh et al. 2011). Menurut Hanafi dan Halim (2009), informasi kebangkrutan bermanfaat bagi banyak pihak diantaranya yaitu; pemberi pinjaman (seperti pihak bank) yang memanfaatkannya untuk mengambil keputusan siapa saja yang akan diberi
pinjaman dan mengawasi
pinjaman tersebut;
investor
yang
memanfaatkan informasi kebangkrutan untuk mengantisipasi keputusan berinvestasi; pihak pemerintah yang bertanggung jawab untuk mengawasi jalannya beberapa sektor usaha sehingga informasi kebangkrutan bermanfaat untuk melakukan tindakan preventif; akuntan memanfaatkannya untuk menilai kemampuan keberlanjutan usaha suatu perusahaan; dan manajemen yang memanfaatkan informasi kebangkrutan untuk tindakan awal dalam mengambil keputusan penghematan biaya dan keputusan strategis. Menurut Bruno dan Leidecker (2001) dalam Kasilingam dan Ramasundaram (2012), kegagalan suatu bisnis terjadi ketika perusahaan gagal dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada para pemangku kepentingan
(stakeholders), termasuk karyawan, pemasok, masyarakat, pelanggan, serta pemilik. Menurut Altman (1968), sebuah perusahaan dengan solvabilitas dan profitabilitas yang buruk memiliki potensi kebangkrutan. Kebangkrutan atau kegagalan keuangan terjadi ketika suatu perusahaan tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya hingga jatuh tempo atau ketika jumlah kewajiban melebihi nilai wajar aset (Elmabrok et al. 2012). Salah satu dampak dari kegagalan keuangan di Bursa Efek Indonesia adalah terjadinya penghapusan secara paksa (delisting) dari bursa. Menurut Peraturan Bursa Efek Nomor I-I Tahun 2014, bursa menghapus pencatatan saham atas perusahaan tercatat karena mengalami masalah kegagalan keuangan (financial distress) atau masalah hukum. Perusahaan yang delisting ini dianggap mengalami kondisi yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha atau terhadap kelangsungan status perusahaan tercatat sebagai Perusahaan Terbuka dan tidak mampu menunjukkan indikasi pemulihan kembali. Delisting dari daftar efek di bursa terjadi atas kemauan perusahaan tercatat yang bersangkutan atau dihapus secara paksa oleh bursa sesuai dengan peraturan. Delisting karena kemauan dari perusahaan yang bersangkutan biasanya karena ingin melakukan merger atau privatisasi. Sedangkan delisting secara paksa oleh bursa dikarenakan memiliki masalah finansial atau hukum yang berpengaruh negatif terhadap kelangsungan hidup perusahaan tercatat.
Prediksi kegagalan keuangan membantu perusahaan untuk mengetahui kondisi keuangan internal dan juga kondisi keuangan perusahaan lain yang melakukan hubungan kerjasama bisnis. Prediksi dan pencegahan kegagalan keuangan merupakan salah satu faktor utama yang harus dianalisis untuk memperoleh peringatan awal terjadinya kebangkrutan tersebut (Kasilingam & Ramasundaram, 2012). Berdasarkan hal tersebut, maka prediksi ini dibutuhkan sebagai model untuk mencegah terjadinya kebangkrutan perusahaan yang dapat diantisipasi sejak dini. Terdapat beberapa model prediksi yang populer untuk digunakan dalam menganalisis kebangkrutan perusahaan, diantaranya yaitu: Beaver (1966), Altman (1968), Ohlson (1980), Fulmer (1984). Beaver (1966) dan analisis multivariate discriminant Altman (1968) mengemukakan bahwa rasio keuangan dapat menganalisis kebangkrutan selama satu tahun sebelum kebangkrutan dengan tingkat akurasi 90% dan 95%. Kemudian, model Ohlson (1980) menggunakan analisa logit kondisional dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan dan menghasilkan tingkat akurasi sebesar 96,3%. Model Fulmer (1984) juga memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan, yaitu sebesar 98% selama satu tahun sebelum kebangkrutan. Selain model di atas, terdapat model lain yang juga dapat memprediksi kebangkrutan perusahaan. Diantaranya yaitu model Taffler (1983) dan Zmijewski (1984). Prediksi ini perlu untuk memberikan peringatan dini (early warning system) khususnya kepada manajemen agar dapat mengambil
langkah strategis untuk menghindari kerugian yang akan membawa perusahaan pada kebangkrutan. Terkait hal tersebut, maka penulis tertarik untuk menganalisis apakah model Altman (1983), Taffler (1983), Zmijewski (1984) mampu dalam memprediksi kegagalan keuangan yang terjadi pada perusahaan-perusahaan yang delisting dari pencatatan bursa. Berikut ini adalah alasan penulis memilih ketiga model tersebut. Model Altman (1983) merupakan model prediksi terkemuka dalam memprediksi perusahaan yang mengalami kebangkrutan. Banyak penelitian yang telah membuktikan kemampuan model Altman dalam memprediksi perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan menghasilkan tingkat akurasi yang tinggi (Khoury, et al. 2014). Kombinasi dari rasio-rasio model Altman menghasilkan tingkat akurasi yang tinggi, yaitu sebesar 95%. Sementara model Taffler (1983) merupakan model prediksi yang dikembangkan di UK dengan menggunakan rasio profitabilitas, posisi modal kerja, risiko keuangan, dan likuiditas. Rasio yang paling memberikan kontribusi paling besar adalah rasio profitabilitas, yaitu sebesar 53% (Taffler, 1983). Model Taffler juga mampu memprediksi perusahaan yang mengalami kebangkrutan dengan tingkat akurasi sebesar 83% (Smaranda, 2014). Model Zmijewski juga memiliki tingkat akurasi yang tinggi dalam memprediksi perusahaan yang mengalami kebangkrutan yaitu sebesar 98,2% walaupun hanya menggunakan tiga rasio, yaitu return on asset, leverage, dan likuiditas (Grice dan Dugan, 2001).
1.2. Rumusan Masalah Pada periode 2010 hingga 2014, terdapat 10 perusahaan yang delisting dari bursa efek karena kegagalan keuangan. Berdasarkan peristiwa tersebut, maka diperlukan model analisis untuk memprediksi perusahaan yang mengalami delisting karena kegagalan keuangan. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah model Altman (1983), Taffler (1983), dan Zmijewski (1984) mampu memprediksi perusahaan yang delisting secara paksa karena kegagalan keuangan dari Bursa Efek Indonesia dan bagaimana tingkat akurasi dari ketiga model tersebut.
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan apakah model analisis kebangkrutan Altman (1983), Taffler (1983), dan Zmijewski (1984) mampu memprediksi perusahaan yang delisting secara paksa karena kegagalan keuangan dari Bursa Efek Indonesia serta menganalisis tingkat akurasi ketiga model tersebut.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik manfaat secara praktis maupun manfaat secara akademis. 1.
Manfaat Praktis a. Bagi investor, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi. b. Bagi para pemangku kepentingan (stakeholders), penelitan ini dapat menjadi sumber informasi mengenai keberlanjutan usaha perusahaan dan membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat dalam menghindari kerugian.
2.
Manfaat Akademis a. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan pemikiran yang kritis serta sarana dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh studi akuntansi. b. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi informasi dan pengembangan riset mengenai model-model yang bisa digunakan dalam menganalisis perusahaan yang delisting dari Bursa Efek Indonesia.
1.5 Sistematika Penulisan Berikut ini adalah gambaran umum dari setiap isi bab dalam penulisan penelitian ini: 1.
Bab I. Pendahuluan Pada bab pertama, materi yang dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
2.
Bab II. Landasan Teori Bab kedua membahas tentang teori yang melandasi penelitian ini.
3.
Bab III. Metoda Penelitian Pada bab ketiga membahas tentang populasi dan penentuan sampel penelitian, sumber data, variabel pengukuran, metoda analisis data dan prosedur analisis data.
4.
Bab IV. Analisis dan Pembahasan Pada bab empat membahas tentang analisis dan pembahasan mengenai hasil penelitian serta pengujian chi-square.
5.
Bab V. Simpulan dan Saran Pada bab lima, penelitian ini berisi tentang kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, keterbatasan penelitian, dan saran-saran yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.