1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan alternatif tempat investasi yang sangat penting bagi investor. Investor akan menanamkan dananya untuk memperoleh return berupa dividen maupun capital gain serta mendapatkan hak kepemilikan atas perusahaan. Selain mempertimbangkan return saham yang akan diterima, para investor dalam melakukan investasi juga mempertimbangkan nilai perusahaan. Bagi perusahaan yang go public, nilai perusahaan tercermin pada harga sahamnya. Semakin tinggi harga saham, semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut (Husnan, 2002). Kinerja keuangan merupakan salah satu
faktor yang menjadi acuan
investor dalam membeli saham. Bagi perusahaan, meningkatkan kinerja keuangan adalah suatu keharusan agar saham perusahaan tetap menarik bagi investor. Laporan keuangan yang dipublikasi oleh perusahaan merupakan cerminan kinerja keuangan perusahaan. Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan. Informasi keuangan tersebut dapat digunakan oleh para pemakai untuk pengambilan keputusan investasi. Return on asset (ROA) merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Return on asset digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih yang dapat diperoleh
dari
operasional
perusahaan
dengan
menggunakan
seluruh
kekayaannya. Tinggi rendahnya ROA tergantung pada pengelolaan asset
2
perusahaan yang menggambarkan efisiensi operasional perusahaan. Semakin tinggi ROA semakin efisien operasional perusahaan dan semakin rendah ROA semakin tidak efisien operasional perusahaan. Rendahnya ROA dapat disebabkan oleh banyaknya investasi/persediaan perusahaan yang mengganggur dan aktiva tetap perusahaan beroperasi di bawah kapasitas normal. Banyak penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan telah dilakukan. Penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan dalam hal ini return on asset terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Modigliani dan Miller (1958) menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power asset perusahaan. Pengaruh positif earnings power asset pada nilai perusahaan menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran asset dan semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan sehingga berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan Ulupui (2007) menemukan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. (Carlson dan Bathala, 1997), (Makaryawati, 2002), (Yuniasih dan Wirakusuma, 2007), dan (Razak et al., 2008) juga menemukan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil yang berbeda diperoleh oleh Suranta dan Pratana (2004) serta Kaaro dalam Yuniasih dan Wirakusuma (2007) dalam penelitiannya menemukan bahwa ROA justru berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan adanya faktor lain yang turut mempengaruhi hubungan antara ROA dan nilai perusahaan.
3
Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Adanya hasil yang tidak konsisten dari penelitianpenelitian sebelumnya menyebabkan isu ini masih menjadi topik yang penting untuk diteliti. Penelitian ini berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya karena menggunakan corporate governance sebagai variabel pemoderasi. Masalahmasalah corporate governance muncul karena terjadinya pemisahan antara kepemilikan di pihak principal/investor dan pengendalian di pihak agent/manajer (La Porta et al., 2002) dan (Albuquerque dan Wang, 2007). Penerapan corporate governance yang baik diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan (Surya dan Yustiavandana, 2006). Penggunaan corporate governance sebagai variabel pemoderasi dalam penelitian ini diharapkan dapat memperkuat hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Indikator mekanisme corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen, dan komite audit. Kepemilikan saham yang besar oleh manajemen dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif menyelaraskan kepentingan antara manajemen dan investor. Kepemilikan manajerial adalah situasi manajer sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Semakin besar kepemilikan saham oleh manajer dalam perusahaan, semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menganalisis bagaimana nilai perusahaan dipengaruhi oleh distribusi kepemilikan antara pihak manajer yang menikmati manfaat dan pihak luar yang tidak menikmati manfaat. Analisis yang dilakukan Jensen dan Meckling menemukan bahwa peningkatan kepemilikan
4
manajemen akan mengurangi agency difficulties melalui pengurangan insentif untuk mengkonsumsi manfaat/keuntungan dan mengambil alih kekayaan pemegang saham. Pengurangan ini sangat potensial dalam kesalahan alokasi sumber daya yang pada akhirnya untuk peningkatan nilai perusahaan. Kepemilikan saham oleh institusi dapat memantau secara profesional perkembangan investasinya sehingga tingkat pengendalian terhadap manajemen sangat tinggi yang pada akhirnya dapat menekan potensi kecurangan. Faizal (2004) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan dapat bertindak sebagai pencegah terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. Shleifer dan Vishny (1986) berpendapat bahwa kepemilikan institusional yang cukup besar akan mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Semakin besar tingkat kepemilikan saham institusi maka semakin efektif mekanisme pengendalian terhadap kinerja manajemen. Bentuk corporate governance yang lain adalah pembentukan dewan komisaris. Sesuai Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta No.Kep./BEJ/07-2001 butir C mengenai board governance yang terdiri dari komisaris independen, komite audit, dan sekertaris perusahaan bahwa untuk mencapai good corporate governance, jumlah komisaris independen yang harus terdapat dalam perusahaan sekurang-kurangnya 30% dari seluruh anggota dewan komisaris. Komisaris independen dalam struktur organisasi perusahaan biasanya beranggotakan dewan komisaris
yang
berasal
dari
luar
perusahaan
yang
berfungsi
untuk
menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka
5
perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait. Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan proporsi komisaris independen berpengaruh signifikan pada nilai perusahaan. Selain dewan komisaris, komite audit juga memiliki peran penting dalam pelaksanaan corporate governance. Komite audit bertugas membantu komisaris dalam memastikan efektifitas sistem pengendalian internal, pelaksanaan tugas auditor eksternal dan auditor internal (Zarkasyi, 2008:17). Komite audit memiliki wewenang untuk melaksanakan dan mengesahkan penyelidikan terhadap masalahmasalah di dalam lingkup tanggung jawabnya yang mempunyai tugas membantu dewan komisaris. Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Harapan dari penerapan sistem corporate governance adalah tercapainya peningkatan nilai perusahaan. Melalui penerapan sistem corporate governance diharapkan kinerja keuangan perusahaan akan meningkat menjadi lebih baik, dengan meningkatnya kinerja keuangan perusahaan diharapkan juga dapat meningkatkan harga saham perusahaan sebagai indikator dari nilai perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Apakah corporate governance berpengaruh pada hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan?”.
6
1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh corporate governance pada hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan serta bukti empiris mengenai pengaruh corporate governance pada hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan serta dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya. 2) Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pembaca seperti investor, badan otoritas pasar modal, dan para analis keuangan lainnya mengenai relevansi kinerja keuangan pada nilai perusahaan yang dipengaruhi oleh penerapan corporate governance.
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Keagenan (agency theory) Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara investor dan agen (dikembangkan oleh Coase, 1937; Jensen dan Meckling, 1976; dan Fama dan Jensen, 1983) dalam Darmawati dkk. (2004). Setyapurnama dan Norpratiwi dalam Rahayu (2010) menyatakan bahwa hubungan keagenan dapat menimbulkan masalah pada saat pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai tujuan yang berbeda. Pemilik modal menghendaki bertambahnya kekayaan
dan
kemakmurannya,
sedangkan
manajer
juga
menginginkan
bertambahnya kesejahteraan bagi para manajer. Hal ini menyebabkan munculnya konflik kepentingan antara pemilik investor (principal) dengan manajer (agen). Pemilik lebih tertarik untuk memaksimumkan return dan harga sekuritas dari investasinya, sedangkan manajer mempunyai kebutuhan psikologis dan ekonomi yang luas, termasuk memaksimumkan kompensasinya. Kontrak yang dibuat antara pemilik dan manajer diharapkan dapat meminimumkan konflik antar kedua kepentingan tersebut. Alijoyo dan Zaini (2004) beranggapan bahwa pemisahan fungsi eksekutif dan fungsi pengawasan pada teori keagenan menciptakan checks and balances, sehingga terjadi independensi yang sehat bagi para manajer untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang maksimum dan return yang memadai bagi para pemegang saham.
8
Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahaan antara kepemilikan di pihak principal/investor dan pengendalian di pihak agent/manajer (La Porta et al., 2002) dan (Albuquerque dan Wang, 2007). Investor memiliki harapan bahwa manajer akan menghasilkan return dari dana yang mereka investasikan. Oleh karena itu, kontrak yang baik antara investor dan manajer adalah kontrak yang mampu menjelaskan spesifikasi-spesifikasi apa sajakah yang harus dilakukan manajer dalam mengelola dana para investor, dan spesifikasi tentang pembagian return antara manajer dengan pemegang saham. manajer
sebaiknya
menandatangani
kontrak
Secara ideal, investor dan yang
lengkap,
yang
menspesifikasikan secara tepat apa saja yang akan dilakukan oleh manajer, dan bagaimana laba perusahaan akan dialokasikan. Namun demikian, manajer tidak selalu bertindak sesuai dengan kontrak yang telah disepakati antara investor dan manajer sehingga akan menimbulkan agency problem. Agency problem dapat merugikan investor karena tidak terlibat langsung dalam pengelolaan perusahaan sehingga tidak memiliki akses untuk mendapatkan informasi yang memadai. Shleifer dan Vishny (1997) menyatakan bahwa corporate governance merupakan respon perusahaan terhadap agency problem. Adanya corporate governance sebagai variabel pemoderasi dalam penelitian ini diindikasikan dapat meminimalisasi masalah-masalah keagenan yang pada gilirannya akan memberikan pengaruh positif pada hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Corporate governance diharapkan memberikan keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah diinvestasikan. Aspek-aspek corporate governance seperti kepemilikan
9
manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen, dan komite audit dipandang sebagai mekanisme kontrol yang tepat untuk mengurangi konflik keagenan (Black et al., 2003).
2.2 Kinerja Keuangan Kinerja adalah suatu gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan perusahaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam perencanaan strategi suatu perusahaan. Sedangkan kinerja keuangan adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2001). Kinerja keuangan merupakan salah satu
faktor yang menjadi acuan
investor dalam membeli saham. Bagi perusahaan, meningkatkan kinerja keuangan adalah suatu keharusan agar saham perusahaan tetap menarik bagi investor. Laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan merupakan cerminan kinerja keuangan perusahaan. Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan. Informasi keuangan tersebut dapat digunakan oleh para pemakai untuk pengambilan keputusan investasi. ROA merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. ROA digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih yang dapat diperoleh dari operasional perusahaan dengan menggunakan seluruh kekayaannya (Lujun, 2009), (Adams dan Mehran, 2005) dan (Anwar dan Herwany, 2001). Tinggi rendahnya ROA tergantung pada
10
pengelolaan asset perusahaan yang menggambarkan efisiensi operasional perusahaan. Semakin tinggi ROA semakin efisien operasional perusahaan dan semakin rendah ROA semakin tidak efisien operasional perusahaan, rendahnya ROA dapat disebabkan oleh banyaknya investasi/persediaan perusahaan yang mengganggur dan aktiva tetap perusahaan beroperasi di bawah kapasitas normal. Penelitian yang dilakukan (Yuniasih dan Wirakusuma, 2007) dan (Razak et al., 2008) menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh positif secara statistik pada nilai perusahaan. Modigliani dan Miller (1958) menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power asset perusahaan. Pengaruh positif earnings power asset pada nilai perusahaan menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran asset dan semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan sehingga berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Makaryawati (2002), dan Carlson dan Bathala (1997) juga menemukan bahwa ROA berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa ROA merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada nilai perusahaan.
2.3 Corporate Governance (CG) Corporate governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (Pemegang Saham/Pemilik Modal, Komisaris dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka waktu panjang dengan tetap memperhatikan keberhasilan stakeholder lainnya, berlandaskan
11
peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika (Sutedi, 2011:1). Corporate governance merupakan penilaian atas kinerja perusahaan (Leal dan Silva, 2005). Larcker et al. (2005) menyatakan bahwa corporate governance adalah seperangkat mekanisme yang mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh manajer ketika adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Corporate governance yang efektif dalam jangka panjang dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan menguntungkan pemegang saham (Daily dan Dalton, 2004). Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001) merumuskan corporate governance sebagai sistem tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan. Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas CG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan disemua jajaran perusahaan. Asas corporate
governance
yaitu
transparansi,
akuntabilitas,
responsibilitas,
independensi, serta kesetaraan dan kewajaran diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan (Zarkasyi, 2008:38). 1) Transparansi (transparancy) Prinsip dasar transparansi yaitu untuk menjaga obyektifitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Pedoman pokok pelaksanaan transparansi adalah: (1) perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan
12
haknya, (2) informasi yang harus diungkapkan meliputi, tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota direksi dan anggota dewan komisaris beserta anggota keluargannya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya yang memiliki benturan kepentingan, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem pelaksanaan CG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan, (3) prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi, (4) kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan. 2) Akuntabilitas (accountability) Prinsip
dasar
akuntabilitas
yaitu
perusahaaan
harus
dapat
mempertanggungjawabkan kinnerjanya secara transparan dan wajar. Perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. Pedoman pokok pelaksanaan akuntabilitas adalah: (1) perusahaan harus menetapkan
rincian tugas dan
tanggung jawab masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, (2) perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perushaan dan semua
13
karyawan mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan peranannya dalam pelaksanaan CG, (3) perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan, (4) perusahaan harus mempunyai ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan nilai-nilai perusahan, sasaran utama dan strategi perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi, (5) dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku yang telah disepakati. 3) Responsibilitas (responsibility) Prinsip dasar responsibilitas yaitu perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. Pedoman pokok pelaksanaan responsibilitas adalah: (1) organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan, (2) perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan memadai. 4) Independensi (independency) Prinsip dasar independensi yaitu untuk melancarkan pelaksanaan asas CG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
14
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Pedoman pokok pelaksanaan independensi adalah: (1) masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif, (2) masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain sehingga terwujud sistem pengendalian internal yang efektif. 5) Kesetaraan dan kewajaran (fairness) Prinsip dasar kesetaraan dan kewajaran yaitu dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran. Pedoman pokok pelaksanaan kesetaraan dan kewajaran adalah: (1) perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing, (2) perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada perusahan, (3) perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, jender, dan kondisi fisik.
15
Konsep corporate governance merupakan suatu tata kelola perusahaan yang didasarkan pada teori keagenan. Corporate governance diharapkan dapat mengatasi agency problem dengan memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah diinvestasikan. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan atas modal yang telah ditanamkan oleh pemegang saham, dan berkaitan dengan bagaimana para pemegang saham dapat mengawasi kinerja para manajer (Shleifer dan Vishny, 1997). Penelitian ini menggunakan empat aspek corporate governance yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris indepenen, dan jumlah anggota komite audit. 1) Kepemilikan manajerial Kepemilikan manajerial adalah besarnya jumlah saham yang dimiliki manajemen dari total saham yang beredar. Kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif menyelaraskan kepentingan manajemen dan principal. Kepemilikan manajerial juga dapat dikatakan sebagai situasi dimana manajer sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan yang ditunjukkan dengan persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Semakin besar kepemilikan saham oleh manajer dalam perusahaan semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Gray et al. (1987) menyatakan bahwa untuk meningkatkan nilai perusahaan, manajer akan berusaha untuk mengungkapkan informasi sosial
16
kepada pihak yang berkepentingan meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut. Jansen dan Meckling (1976) menganalisis bagaimana nilai perusahaan dipengaruhi oleh distribusi kepemilikan antara pihak manajer yang menikmati manfaat dan pihak luar yang tidak menikmati manfaat. Peningkatan kepemilikan manajerial akan mengurangi agency difficulties melalui pengurangan insentif untuk mengkonsumsi manfaat dan mengambil alih kekayaan pemegang saham/investor. Pengurangan ini sangat potensial dalam kesalahan alokasi sumber daya yang akhirnya bermuara pada peningkatan nilai perusahaan. 2) Kepemilikan institusional Kepemilikan institusional adalah besarnya jumlah saham yang dimiliki institusi dari total saham yang beredar. Adanya kepemilikan institusional dapat memantau secara profesional perkembangan investasinya sehingga tingkat pengendalian terhadap manajemen sangat tinggi yang pada akhirnya dapat menekan potensi kecurangan. Pemegang saham institusional seperti perusahaan asuransi, dana pensiun, dan reksadana. Faizal (2004) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegah terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. Laporan keuangan periodik yang diterbitkan manajemen sebagai sumber informasi bagi investor institusi dalam melakukan aktivitas monitoring (Potter, 1991). Shleifer dan Vishny (1986) berpendapat bahwa kepemilikan institusional yang cukup besar akan mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Semakin besar tingkat kepemilikan saham institusi maka semakin efektif
17
mekanisme pengendalian terhadap kinerja manajemen. Adanya kepemilikan saham
institusional
dapat
memantau
secara
profesional
perkembangan
investasinya sehingga tingkat pengendalian terhadap kinerja manajemen sangat tinggi yang pada akhirnya dapat menekan potensi kecurangan yang dilakukan oleh manajemen. 3) Proporsi komisaris independen Proporsi komisaris independen adalah persentase jumlah komisaris independen dibagi total jumlah anggota dewan komisaris. Sesuai Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta No.Kep-399/BEJ/07-2001 butir C mengenai board governance yang terdiri dari komisaris independen, komite audit, dan sekertaris perusahaan bahwa untuk mencapai good corporate governance, jumlah komisaris independen yang harus terdapat dalam perusahaan sekurang-kurangnya 30% dari seluruh anggota dewan komisaris. Menurut Wardhani (2008) komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata sesuai kepentingan perusahaan. Permasalahan dalam penerapan CG adalah chief executive officer (CEO) memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan dewan komisaris padahal fungsi komisaris adalah untuk mengawasi kinerja CEO. Efektifitas dewan komisaris dalam menyeimbangkan kekuatan CEO sangat dipengaruhi oleh tingkat independensi dari dewan komisaris (Lorsch, 1989) dan (Zahra dan Pearce, 1989).
18
Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh signifikan pada nilai perusahaan. 4) Jumlah anggota komite audit Berdasarkan kerangka dasar hukum di Indonesia perusahaan-perusahaan publik diwajibkan untuk membentuk komite audit. Komite audit tersebut dibentuk oleh dewan komisaris. Menurut Kepmen Nomor 117 tahun 2002, tujuan dibentuknya komite audit adalah membantu komisaris atau dewan pengawas dalam memastikan efektifitas sistem pengendalian internal dan efektifitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan auditor internal (Zarkasyi, 2008:17). Sejalan dengan arahan untuk menjalankan fungsi komite audit secara efektif, maka ukuran sukses komite audit yang berhubungan dengan kegiatan organisasi adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen seperti pelayanan, kualitas, dan biaya. Komite audit memiliki wewenang untuk melaksanakan dan mengesahkan penyelidikan terhadap masalah-masalah di dalam lingkup tanggung jawabnya yang mempunyai tugas membantu dewan komisaris (Zarkasyi, 2008:22). Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
2.4 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan adalah harga yang bersedia dibayar calon pembeli apabila perusahaan dijual (Husnan, 2002). Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar perusahaan karena dapat memberikan kemakmuran bagi investor/pemegang saham apabila harga saham meningkat.
19
Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen mengelola kekayaannya, hal ini bisa dilihat dari pengukuran kinerja keuangan. Suatu perusahaan akan berusaha untuk memaksimalkan nilai perusahaannya. Peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga saham di pasar. Salah satu cara untuk menghitung nilai perusahaan dengan menggunakan Tobin’s Q yang dikembangkan oleh James Tobin (1967) dalam Darmawati dkk. (2004). Rasio Tobin’s Q atau rasio Q merupakan harga pengganti (replacement cost) dari biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan asset yang persis sama dengan asset yang dimiliki perusahaan. Rasio Q menunjukkan kesempatan bertumbuh perusahaan di masa yang akan datang melalui kebijakan investasinya. Herawaty (2008) menyatakan bahwa rasio Q merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental. Rasio Q di atas satu menunjukkan investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi. Sebaliknya jika rasio Q di bawah satu menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih rendah daripada pengeluaran investasi. Jadi, Tobin’s Q merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif manajemen memanfaatkan sumber daya-sumber daya ekonomis dalam kekuasaannya.
20
2.5 Pembahasan Penelitian-penelitian Sebelumnya Penelitian-penelitian ini berkaitan dengan penelitian-penelitian sebelumnya seperti yang dijelaskan berikut ini. Black et al. (2003) meneliti pengaruh corporate governance pada nilai perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah corporate governance berpengaruh pada nilai perusahaan di Korea Selatan. Variabelvariabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu dewan direksi, komisaris independen, komite audit, eksternal auditor, pengungkapan kepada investor, dan struktur kepemilikan. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah Tobin’s Q. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa dewan direksi, komisaris independen, komite audit, pengungkapan kepada investor, dan struktur kepemilikan berpengaruh positif signifikan terhadap Tobin’s Q. Sasongko dan Wulandari (2006) meneliti pengaruh antara EVA dengan Rasio profitabilitas yang diproksikan dengan ROA, ROE, ROS, EPS, BEP terhadap Harga Saham. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ROA, ROE, ROS, EPS, BEP, dan EVA berpengaruh terhadap harga saham. Sampel penelitian ini adalah sebanyak 45 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang dipilih dengan metode purposive sampling dan dianalisis menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa EPS berpengaruh terhadap harga saham sedangkan ROA, ROE, ROS, BEP, dan EVA tidak berpengaruh terhadap harga saham.
21
Ardani (2007) meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap perubahan harga saham pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kinerja keuangan berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Variabel-variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu capital adequency ratio (CAR), return on risk asset (RORA), net profit margin (NPM), return on asset (ROA), beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), loan to deposit ratio (LDR), sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan harga saham. Sampel penelitian ini adalah sebanyak 45 sampel perusahaan perbankan pada tahun 2007 yang dipilih dengan metode purposive sampling dan dianalisis menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa CAR, RORA, dan LDR berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan, sedangkan ROA, NPM, dan BOPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan. Trisnaeni (2007) meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kinerja keuangan yang diproksikan dengan earnings per share (EPS), price earnings ratio (PER), debt to equity ratio (DER), return on investment (ROI), dan return on equity (ROE) berpengaruh terhadap return saham perusahaan. Sampel penelitian ini adalah sebanyak 30 perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun
2003-2005 yang dipilih dengan metode purposive sampling dan
dianalisis menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan
22
bahwa variabel PER berpengaruh terhadap return saham sedangkan EPS, DER, ROI, dan ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham. Yuniasih dan Wirakusuma (2007) meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan pengungkapan corporate social responsibility (CSR) dan good corporate governance (GCG) sebagai variabel pemoderasi. Penelitian ini ingin mengetahui:
(1) apakah kinerja keuangan yang
diproksikan dengan return on asset (ROA) berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q, (2) apakah pengungkapan CSR mempengaruhi hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan, dan (3) apakah GCG yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial mempengaruhi hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Sampel penelitian ini adalah 27 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2005-2006 yang dipilih dengan metode purposive sampling dan dianalisis menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, (2) CSR mampu memoderasi hubungan antara kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA dan nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q, dan (3) GCG yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial tidak mampu memoderasi hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Herawaty (2008) meneliti pengaruh praktik corporate governance pada hubungan antara earnings management dan nilai perusahaan. Penelitian ini ingin mengetahui: (1) apakah earnings management berpengaruh terhadap nilai perusahaan, (2) apakah praktik corporate governance yang diproksikan dengan
23
kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, komisaris independen, dan kualitas audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan (3) apakah pengaruh earnings management terhadap nilai perusahaan diperlemah dengan praktik corporate
governance
yang
diproksikan
dengan
komisaris
independen,
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan kualitas audit. Sampel penelitian ini adalah 96 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2006. Sampel penelitian dipilih menggunakan metode random sampling dan dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) earnings management berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, (2) hanya corporate governance yang diproksikan dengan komisaris independen dan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, dan (3) komisaris independen, kualitas audit dan kepemilikan institusional merupakan variabel pemoderasi antara earnings management dan nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial bukan merupakan variabel pemoderasi. Jerry (2008) meneliti pengaruh rasio fundamental, kinerja keuangan, dan risiko pasar terhadap perubahan IHSG. Penelitian ini ingin mengetahui apakah debt to equity ratio (DER), return on equity (ROE), return on asset (ROA), price earnings ratio (PER), price book value (PBV), non performing loan (NPL), loan to deposit ratio (LDR), capital adequancy ratio (CAR), kurs, dan sertifikat bank Indonesia (SBI) berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). Sampel penelitian ini adalah perusahaan keuangan yang masuk katagori LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2007. Sampel penelitian
24
dalam penelitian ini dipilih dengan metode purposive sampling dan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa LDR, NPL, CAR, ROE, PER dan SBI berpengaruh terhadap IHSG sedangkan DER, ROA, PBV, dan kurs tidak berpengaruh terhadap IHSG. Rustiarini (2009) meneliti pengaruh corporate governance (CG) pada hubungan corporate social responsibility (CSR) dengan nilai perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) pengungkapan CSR berpengaruh pada nilai perusahaan, (2) CG yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit berpengaruh pada nilai perusahaan, dan (3) CG yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit berpengaruh pada hubungan pengungkapan CSR dengan nilai perusahaan. Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah 40 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 yang dipilih dengan metode purposive sampling dan dianalisis menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) pengungkapan CSR berpengaruh pada nilai perusahaan, (2) CG yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit berpengaruh pada nilai perusahaan, dan (3) CG yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit berpengaruh pada hubungan pengungkapan CSR dengan nilai perusahaan.
25
Yunina dkk. (2009) meneliti pengaruh return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) terhadap earnings per share (EPS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ROA dan ROE berpengaruh terhadap EPS. Sampel penelitian ini adalah Laporan Keuangan Tahunan PT. Bank Muamalat Indonesia periode 1997-2008 dan dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa return on asset dan return on equity berpengaruh pada earnings per share PT. Bank Mualat Indonesia periode 1997-2008. Hidayat (2009) meneliti pengaruh rasio keuangan terhadap return saham. Penelitian ini ingin mengetahui apakah rasio-rasio keuangan yang diproksikan dengan current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), leverage ratio (LR), net profit margin ratio (NPMR), return on equity (ROE), return on asset (ROA), earnings per share (EPS), total asset turnover ratio (TATR), price to earnings ratio (PER), price to book value (PBV) berpengaruh pada return saham. Sampel penelitian ini adalah 124 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2007. Sampel penelitian dipilih dengan metode purposive sampling dan dianalisis menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa NPM, ROE, ROA, EPS, PER, dan PBV berpengaruh terhadap return saham sedangkan CR, DER, LR, dan TATR tidak berpengaruh pada return saham. Pranowo (2009) meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham perusahaan. Penelitian ini ingin mengetahui apakah kinerja keuangan yang diproksikan dengan leverage (DFL), earnings per share (EPS), price earnings
26
ratio (PER), earnings retained (ERR), dividen payout (DP), dan divident yield (DY) berpengaruh terhadap harga saham. Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah 254 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 1999-2002. Sampel penelitian dipilih dengan metode stratified proportional random sampling dan dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa DFL, EPS, PER, ERR, DP, dan DY berpengaruh pada harga saham perusahaan. Wasi’ah (2010) meneliti pengaruh kinerja keuangan dan non kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kinerja keuangan dan non kinerja keuangan yang diproksikan dengan profitabilitas, financial leverage, dividen payout ratio, tingkat kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan publik, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan price book value. Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah 151 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008. Sampel penelitian dipilih dengan metode purposive sampling dan dianalisis menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas dan kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan financial
leverage,
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
kepemilikan publik, dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Rahayu (2010) meneliti pengaruh kinerja keuangan pada nilai perusahaan dengan pengungkapan corporate social responsibility (CSR) dan good corporate
27
governance (GCG) sebagai variabel pemoderasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah kinerja keuangan yang diproksikan dengan return on equity (ROE) berpengaruh pada nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q, (2) apakah pengungkapan CSR merupakan variabel moderasi yang berpengaruh pada hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan, (3) apakah GCG merupakan variabel moderasi yang berpengaruh pada hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah 102 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Sampel penelitian dipilih menggunakan metode purposive sampling dan dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROE tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, (2) pengungkapan CSR bukan merupakan variabel moderasi yang berpengaruh pada hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan, (3) GCG merupakan variabel moderasi yang berpengaruh signifikan pada hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. Ringkasan pembahasan penelitian-penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.
28
29
30
31
32
33
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir Uma Sekaran (1992, dalam Sugiyono, 2009) mengemukakan bahwa, kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir yang mendasari penelitian ini adalah bahwa nilai perusahaan merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Kinerja keuangan merupakan salah satu cara dalam meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik akan direspon positif oleh investor melalui peningkatan harga sahamnya, maka tujuan perusahaan untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham akan tercapai. Corporate governance merupakan sistem tata kelola perusahaan yang didasarkan pada teori keagenan. Penerapan corporate governance yang baik diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Proksi corporate governance yang digunakan untuk memoderasi hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit. Kerangka berpikir penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.1 berikut ini.
34
Kajian empiris
Kajian Teoritis 1. Teori keagenan
1. Chung dan Pruitt (1994)
2. Kinerja keuangan
2. Black et al. (2003)
3. CG (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit)
3. Sasongko dan Wulandari (2006)
4. Nilai perusahaan
8. Johnny Jerry (2008)
4. Anita Ardiani (2007) 5. Yuniasih dan Wirakusuma (2007) 6. Dyah Kumala Trisnaeni (2007) 7. Saepudin (2008)
9. Bambang pranowo (2009) 10. Taufik Hidayat (2009) 11. Yunina dkk. (2009) 12. Ni Wayan Rustiarini (2009) 13. Sri Rahayu (2010) 14. Wasi’ah (2010)
Hipotesis
Pengujian Statistik
Tesis
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
35
3.2 Konsep Penelitian Konsep penelitian merupakan hubungan logis dari landasan teoretis dan kajian empiris yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Konsep penelitian ini disajikan pada Gambar 3.2 berikut.
Kinerja Keuangan
Nilai Perusahaan
Corporate Governance
Gambar 3.2 Konsep Penelitian
3.3 Hipotesis Penelitian 3.3.1 Pengaruh corporate governance pada hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan Kinerja keuangan merupakan salah satu
faktor yang menjadi acuan
investor dalam membeli saham. Bagi perusahaan, meningkatkan kinerja keuangan adalah suatu keharusan agar saham perusahaan tetap menarik bagi investor. ROA merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. ROA digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih yang dapat diperoleh dari operasional perusahaan dengan menggunakan seluruh kekayaannya. Tinggi rendahnya
ROA
tergantung
pada
pengelolaan
asset
perusahaan
yang
36
menggambarkan efisiensi operasional perusahaan. Semakin tinggi ROA semakin efisien operasional perusahaan. Penelitian yang dilakukan (Razak et al., 2008) dan (Yuniasih dan Wirakusuma, 2007) menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Modigliani dan Miller (1958) menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power asset perusahaan. Pengaruh positif earnings power asset pada nilai perusahaan menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran asset dan semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan sehingga berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Makaryawati (2002), Carlson dan Bathala (1997) juga menemukan bahwa ROA berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa ROA merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada nilai perusahaan. Penggunaan variabel corporate governance (CG) sebagai suatu struktur yang sistematis untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Corporate governance mensyaratkan adanya tata kelola perusahaan yang baik. Tata kelola perusahaan yang baik menggambarkan bagaimana manajemen mengelola asset dan modalnya dengan baik agar menarik para investor. Pengelolaan asset dan modal suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan yang ada. Jika pengelolaannya dilakukan dengan baik maka secara otomatis akan meningkatkan nilai perusahaan. Indikator corporate governance yang digunakan sebagai variabel moderasi adalah kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
proporsi
komisaris
independen, dan jumlah anggota komite audit. Menurut Wahyudi dan Pawestri (2006), penyatuan kepentingan pemegang saham, debtholder, dan manajemen
37
yang merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap tujuan perusahaan seringkali menimbulkan masalah-masalah (agency problem). Jika perusahaan menerapkan sistem CG, diharapkan kinerja perusahaan tersebut akan meningkat menjadi lebih baik, dengan meningkatnya kinerja perusahaan diharapkan juga dapat meningkatkan harga saham perusahaan sebagai indikator dari nilai perusahaan, sehingga nilai perusahaan meningkat. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut. Ha:
Corporate governance berpengaruh pada hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
38
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah rencana dari struktur riset yang mengarahkan proses dan hasil riset sedapat mungkin menjadi valid, objektif, efisien, dan efektif (Jogiyanto, 2007:53). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rancangan penelitian yaitu perencanaan aktivitas dan waktu, rancangan didasarkan pada topik penelitian, rancangan mengarahkan pada pemilihan sumber daya dan tipe informasi yang diperlukan, rancangan merupakan kerangka untuk menunjukkan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti serta menggariskan langkah-langkah untuk setiap aktivitas riset. Rancangan penelitian diperlukan untuk menerapkan metode ilmiah dalam suatu penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang diproksikan dengan return on asset (ROA), nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q, dan corporate governance (CG) yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit. Agar dapat diketahui faktor apa saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan variabel CG maka sebelum pengujian hipotesis dilakukan analisis faktor terhadap variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit. Hipotesis dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan regresi linear berganda (uji interaksi)
39
untuk menguji pengaruh CG pada hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Hasil analisis kemudian diinterpretasikan, disimpulkan serta memberikan saran untuk penelitian selanjutnya. Rancangan penelitian ini disajikan pada Gambar 4.1 berikut ini.
40
Masalah Penelitian
Ha:
Corporate governance berpengaruh pada hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
Variabel Independen Kinerja keuangan
Variabel Moderasi Corporate governance
Pengumpulan Data
Variabel Dependen Nilai perusahaan
Metode Penelitian Pengolahan dan Analisis Data
Pembahasan Hasil Analisis
Simpulan dan Saran
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
41
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2005-2009. Perusahaan manufaktur dipilih karena paling banyak terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga data untuk sampel penelitian juga tersedia lebih banyak. Pengkhususan pada perusahaan manufaktur juga bertujuan untuk menghindari perbedaan karakteristik antara perusahaan manufaktur dan bukan manufaktur. Selain itu, dengan bidang usaha yang sama (perusahaan manufaktur) maka penelitian ini akan lebih terfokus sehingga hasil penelitian lebih akurat.
4.3 Jenis dan Sumber Data 4.3.1 Jenis data Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka-angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2007:13). Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2005-2009. 2) Data kualitatif, merupakan data yang berbentuk kata, kalimat, skema, atau gambar (Sugiyono, 2007:13). Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2005-2009 dan catatan atas laporan keuangan perusahaan.
42
4.3.2 Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti dan diperoleh dari sumber tidak langsung. Data dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesiaan Capital Market Directory (ICMD) dan situs resmi Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id berupa data perkembangan volume transaksi, harga saham, dan laporan keuangan perusahaan-perusahaan manufaktur di BEI tahun 2005-2009.
4.4 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:115). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2005-2009. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:116). Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan metode purposive sampling dengan kriteria berikut ini. 1) Perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009. 2) Perusahaan mempublikasikan laporan tahunan berturut-turut tahun 2005-2009. 3) Perusahaan memiliki data kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, dan komite audit. 4) Perusahaan memiliki data berdistribusi normal (tidak ekstrim).
43
4.5 Identifikasi Variabel Penelitian 4.4.1 Identifikasi variabel 1) Variabel Independen (bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen/terikat (Sugiyono, 2009:59). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang diukur dengan proksi return on asset (ROA). ROA merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Return on asset digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih yang dapat diperoleh dari operasional perusahaan dengan menggunakan seluruh kekayaannya. Adapun keunggulan ROA sebagai proksi pengukuran kinerja keuangan antara lain: 1) ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruh pengukurannya mempengaruhi laporan keuangan, 2) ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam menilai kinerja keuangan, dan 3) ROA dapat diterapkan pada setiap unit organsasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha. 2) Variabel Dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009:59). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan proksi Tobin’s Q. Rasio Tobins’s Q merupakan harga pengganti (replacement cost) dari biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan asset yang persis sama dengan asset yang dimiliki perusahaan. Rasio Tobin’s Q menunjukkan kesempatan bertumbuh perusahaan di masa yang akan datang melalui kebijakan investasinya. Adapun keunggulan rasio Tobins’s Q sebagai
44
proksi pengukuran nilai perusahaan antara lain: 1) Tobin’s Q mencerminkan asset perusahaan secara keseluruhan, 2) mencerminkan sentimen pasar, misalnya
analisis
dilihat
dari
prospek
perusahaan
atau
spekulasi,
3) mencerminkan modal intelektual perusahaan, dan 4) Tobin’s Q dapat mengatasi masalah dalam memperkirakan keuntungan atau biaya. 3) Variabel Moderator (pemoderasi) adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dan dependen (Sugiyono, 2009:60). Variabel pemoderasi dalam penelitian ini adalah corporate governance yang diukur menggunakan proksi kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit. Konsep corporate governance diharapkan dapat mengatasi suatu tata kelola perusahaan yang didasarkan pada teori keagenan. Corporate governance diharapkan dapat mengatasi agency problem dengan memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah diinvestasikan. Selain itu, adanya corporate governance
sebagai
variabel
pemoderasi
juga
diharapkan
dapat
meminimalisasi masalah-masalah keagenan yang pada gilirannya akan memberikan pengaruh positif pada hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. 4.4.2 Definisi operasional variabel 1) Variabel independen yaitu kinerja keuangan diukur dengan return on asset (ROA). ROA merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. ROA dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur besarnya
45
laba bersih yang dapat diperoleh dari
operasional perusahaan dengan
menggunakan seluruh kekayaannya. ROA dihitung dengan rumus: ROA
= Laba Bersih Setelah Pajak / Total Aktiva …..…..………….. (1)
2) Variabel dependen yaitu nilai perusahaan diukur dengan Tobin’s Q yang dikembangkan oleh (Chung dan Pruitt, 1994), (DaDalt et al., 2002), dan (Silveira dan Barros, 2007). Rasio Tobins’s Q digunakan untuk menghitung harga pengganti (replacement cost) dari biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan asset yang persis sama dengan asset yang dimiliki perusahaan. Rasio Tobin’s Q menunjukkan kesempatan bertumbuh perusahaan di masa yang akan datang melalui kebijakan investasinya. Tobin’s Q dihitung dengan rumus: Tobin’s Q = (MVE+ PS+DEBT) / TA ........................................................... (2) Keterangan: MVE
= harga penutupan saham akhir tahun buku x banyaknya saham biasa yang beredar
PS
= nilai likuidasi dari saham preferen yang beredar
DEBT
= (hutang jangka pendek - asset lancar) + hutang jangka panjang
TA
= nilai buku total asset perusahaan Rumus di atas disesuaikan dengan kondisi transaksi keuangan perusahaan-
perusahaan di Indonesia yang tidak memiliki nilai likuidasi saham preferen (PS). Sehingga rumus yang digunakan untuk mengukur Tobin’s Q mengacu pada rumus yang di kembangkan (Kllaper dan Love, 2002) dan (Black et al., 2003). Tobins’s Q dihitung dengan rumus: Tobin’s Q = (MVE+DEBT) / TA ………………....………………………. (3)
46
3) Variabel pemoderasi yaitu corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
proporsi
komisaris
independen, dan jumlah anggota komite audit dianalisis menggunakan analisis faktor. Analisis faktor digunakan untuk mereduksi variabel pemoderasi yaitu kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
proporsi
komisaris
independen, dan jumlah anggota komite audit menjadi satu faktor yaitu corporate governance. a) Kepemilikan manajerial (KM) adalah besarnya jumlah saham yang dimiliki manajemen dari total saham yang beredar. Kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif menyelaraskan kepentingan manajemen dan investor. Kepemilikan manajerial diukur dengan persentase kepemilikan saham oleh dewan direksi dan dewan komisaris dibagi jumlah saham yang beredar. Rumus perhitungan kepemilikan manajerial adalah: Jumlah Saham Dewan Direksi dan Komisaris KM =
x 100% ......... (4) Total Jumlah Saham Beredar
b) Kepemilikan institusional (KI) adalah besarnya jumlah saham yang dimiliki institusi dari total saham yang beredar. Adanya kepemilikan institusi dapat memantau secara profesional perkembangan investasinya sehingga tingkat pengendalian terhadap manajemen sangat tinggi yang pada akhirnya dapat menekan potensi kecurangan. Kepemilikan institusional diukur dengan persentase kepemilikan saham oleh perbankan, perusahaan asuransi, dana pensiun, reksadana, dan institusi lain dibagi total jumlah saham yang beredar. Rumus perhitungan kepemilikan institusional adalah:
47
KI =
Jumlah Saham Perbankan, Asuransi, Dana Pensiun, Reksadana x 100% (5) Total Jumlah Saham Beredar
c) Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata sesuai kepentingan perusahaan. Proporsi komisaris independen (PK) adalah persentase jumlah komisaris independen dibagi total jumlah anggota dewan komisaris. Rumus perhitungan proporsi komisaris independen adalah: Jumlah Komisaris Independen x 100% ……….……… (6)
PK = Total Jumlah Anggota Dewan Komisaris
d) Komite audit (KA) bertugas membantu komisaris dalam memastikan efektifitas sistem pengendalian internal dan efektifitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan auditor internal. Komite audit diukur dengan jumlah anggota komite audit yang ada. Jumlah anggota komite audit biasanya terdiri dari minimal tiga anggota yang independen. Anggota komite audit diangkat dari anggota dewan komisaris yang tidak melaksanakan tugas eksekutif.
4.6 Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi nonpartisipan, yaitu dengan cara membaca, mengamati, mencatat serta mempelajari uraian buku-buku, jurnal-jurnal akuntansi dan bisnis serta
48
menggunduh data dan informasi dari situs-situs yang relevan seperti www.idx.co.id, www.yahoofinance.com dan www.ssrn.com.
4.7 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) menentukan populasi dan sampel penelitian dengan metode purposive sampling dengan menggunakan kriteria yang telah ditentukan. 2) mengumpulkan data melalui metode observasi nonpartisipan, yaitu dengan cara membaca, mengamati, mencatat serta mempelajari uraian buku-buku, jurnal-jurnal akuntansi dan bisnis, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), situs resmi Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id. 3) melakukan analisis faktor terhadap variabel corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi
komisaris
independen,
dan
jumlah
anggota
komite
audit
menggunakan Barlett of Spherincity dan Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequency (KMO MSA). 4) pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. 5) membuat simpulan mengenai pengaruh corporate governance pada hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
49
4.8 Teknik Analisis Data 4.8.1 Analisis faktor Asumsi yang mendasari dapat tidaknya digunakan analisis faktor adalah data matrik harus memiliki korelasi yang cukup (sufficient correlation). Analisis faktor dalam penelitian ini digunakan untuk mereduksi variabel pemoderasi yaitu kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
proporsi
komisaris
independen, dan jumlah anggota komite audit menjadi satu faktor yaitu corporate governance (CG) serta menghitung skor faktor yang akan digunakan dalam analisis regresi. Penelitian ini menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) yang digunakan untuk mengetahui apakah indikator-indikator yang digunakan dapat mengkonfirmasi suatu konstruk. Tujuan dari CFA adalah untuk mencari indikator yang memiliki nilai loading factor yang paling tinggi. Nilai paling tinggi tersebut akan digunakan indikatornya sebagai perwakilan dari variabel latennya. Uji Bartllet of Sphericity merupakan uji statistik untuk menentukan ada tidaknya korelasi antar variabel. Alat uji lain yang digunakan untuk mengukur tingkat interkorelasi antar variabel dan dapat tidaknya dilakukan analisis faktor adalah Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequency (KMO MSA). Nilai KMO bervariasi dari 0 sampai dengan 1. Nilai yang dikehendaki harus > 0,5 untuk dapat dilakukan analisis faktor (Ghozali, 2009:53). Analisis faktor digunakan dalam penelitian ini untuk membuktikan bahwa dari variabel-variabel yang mewakili CG merupakan variabel terukur yang mampu menjelaskan variabel yang dibentuk. Tahapan-tahapan analisis faktor yang dilakukan (Utama, 2009:147) adalah:
50
1)
mengidentifikasi variabel yang akan direduksi berdasarkan pada teori yang ada atau penelitian terdahulu.
2)
memilih dan mengelompokkan variabel berdasarkan tingkat korelasinya.
3)
mengekstraksi variabel sehingga menjadi satu atau beberapa faktor.
4)
menentukan jumlah faktor menggunakan eigenvalue.
5)
melakukan rotasi faktor yang bertujuan untuk memperjelas variabel yang masuk ke dalam faktor tertentu.
6)
pemberian nama variabel baru berdasarkan skor faktor.
Nilai-nilai yang dapat digunakan untuk menguji validitas dalam analisis faktor adalah seperti pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Nilai Validitas dalam Analisis Faktor Nilai Validitas
Cut-off Value
KMO (Kaisar-Meyer-Olkin)
≥ 0,5
X² (Chi Square)
Diharapkan besar
Significance Probability
< 0,5
Eigen Value
> 1
Cummulative Variance
≥ 60%
Anti Image
≥ 0,5
Sumber: Utama (2009, 150)
51
4.8.2 Uji asumsi klasik Sebelum model regresi digunakan untuk menguji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Adapun uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Uji normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2009:147). Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan KolmogrofSmirnov (K-S). Data berdistribusi normal jika probabilitas asymp.sig (2-tailed) > 0,05. 2) Uji multikolinieritas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas/independen (Ghozali, 2009:95). Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau variance inflation factor (VIF). Nilai
cut-off
yang umum dipakai
untuk menunjukkan adanya
multikolinieritas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau nilai VIF ≥ 10. Jika nilai tolerance > 0.10 atau VIF < 10 dikatakan tidak ada multikolinieritas. 3) Uji autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-1 atau periode sebelumnya (Ghozali, 2009:99). Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW
52
Test). Jika nilai DW test sudah ada, maka nilai tersebut dibandingkan dengan nilai tabel dengan tingkat keyakinan 95 persen. 1) 0 < d < dl
= tidak ada autokorelasi positif
2) dl d du
= tidak ada autokorelasi positif
3) 4- dl < d < 4
= tidak ada autokorelasi negatif
4) 4 - du d 4 – dl
= tidak ada autokorelasi negatif
5) du < d < 4 – du
= tidak ada autokorelasi positif atau negatif.
4) Uji heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2009:125). Model regresi yang baik adalah yang homoskesdastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan menggunakan uji Glejser. Model regresi tidak menggandung heteroskedastisitas apabila nilai signifikansi variabel bebasnya terhadap nilai absolut residual statistik di atas 0,05. Metode ini dilakukan dengan meregresikan variabel independen terhadap nilai absolut residual. 4.8.3 Uji interaksi Uji interaksi atau sering disebut dengan moderated regression analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam persamaan regresinya menggandung unsur interaksi (Ghozali, 2009:200). Rumus persamaan statistik yang digunakan adalah sebagai berikut: NP = α + β1 KK + β2 CG + β3 KK*CG + e ………………………...……… (7)
53
Keterangan: NP KK CG α β1-β3 e
= Nilai perusahaan = Kinerja keuangan = Corporate governance = konstanta = Koefisien regresi = standar eror Bila pada persamaan 7 nilai koefisien regresi β3 memiliki tingkat
signifikansi lebih kecil dari α = 0,05, maka dapat dikatakan bahwa corporate governance sebagai variabel pemoderasi yang mempengaruhi hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Secara statistik, ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik t (Ghozali, 2009). 1)
Koefisien determinasi Koefisien determinasi (R²) merupakan ukuran kesesuaian (goodness of fit) dari persamaan regresi, yaitu variasi dari variabel terikat yang mampu dijelaskan oleh variabel bebas (Gujarti, 2003) dan (Utama, 2009). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan kooefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R² pasti akan meningkat. Oleh karena itu, dianjurkan untuk
54
menggunakan nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R², nilai Adjusted R² dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. 2)
Uji signifikansi simultan (uji statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan bagaimana pengaruh seluruh variabel independen yang dimasukkan dalam model berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil uji statistik F dapat diketahui dari tabel analisis varian (ANOVA). Untuk menguji koefisien regresi F, nilai F hitung dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang ditetapkan.
3)
Uji signifikansi parameter individual (uji statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan menggunakan uji t dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: a) Menentukan formulasi hipotesis penelitian Ha: µ1 ≠ 0 artinya corporate governance berpengaruh pada hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. b) Menentukan taraf nyata (α) Penelitian ini menggunakan tingkat kesalahan sebesar 5% sehingga tingkat kepercayaan atau keyakinan adalah 95%. c) Menentukan kriteria pengujian Apabila t hitung > α = 5% maka hipotesis ditolak. Apabila t hitung < α = 5% maka hipotesis diterima.
55
d) Simpulan Berdasarkan uji statistik yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa apabila Ha diterima artinya corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit berpengaruh pada hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
56
BAB V HASIL PENELITIAN
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan analisis faktor dan uji regresi linear berganda, kemudian dilakukan pengujian model yaitu uji statistik F dan uji statistik t. Statistik deskriptif memberikan gambaran tentang distribusi frekuensi variabel-variabel penelitian yaitu nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu model data diuji dengan menilai kelayakan model regresi, menilai kesuluruhan model, dan menguji koefisien regresi. Berdasarkan metode purposive sampling diperoleh 219 sampel penelitian yang memenuhi kriteria seperti yang disajikan pada Tabel 5.1 berikut ini.
57
58
5.1 Analisis Faktor Hasil uji analisis faktor yang tercantum pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial (KM), kepemilikan institusional (KI), proporsi komisaris independen (PK), dan jumlah anggota komite audit (KA) melalui dua tahap analisis yaitu analisis tahap satu dan analisis tahap 2. Kedua tahap analisis yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mereduksi variabel pemoderasi yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit menjadi satu faktor yaitu corporate governance. 5.1.1 Analisis tahap 1 1) Tabel KMO dan Bartlett’s Test menunjukkan nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequency (KMO MSA) sebesar 0,516 dan Bartlett’s Test of Sphericity sebesar 52,380 dengan tingkat signifikansi 0,000. Nilai KMO > 0,5 dan Bartlett’s Test of Sphericity sebesar 52,380 dengan signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit dapat dianalisis lebih lanjut. 2) Tabel Anti-image Matrices pada Anti-image Correlation menunjukkan bahwa variabel jumlah anggota komite audit (KA) memiliki nilai korelasi < 0,5 yaitu sebesar 0,389. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel KA harus dikeluarkan dari analisis dan melakukan analisis selanjutnya terhadap variabel KM, KI, dan PK.
59
5.1.2 Analisis tahap 2 1) Tabel KMO dan Bartlett’s Test menunjukkan nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequency (KMO MSA) sebesar 0,554 dan Bartlett’s Test of Sphericity sebesar 43,591 dengan tingkat signifikansi 0,000. 2) Tabel Anti-image Matrices pada Anti-image Correlation menunjukkan nilai korelasi variabel KM sebesar 0,538, KI sebesar 0,541, dan PK sebesar 0,676. Variabel KM, KI, dan PK dapat diekstraksi menjadi satu faktor yaitu CG karena memiliki nilai korelasi > 0,5. Setelah faktor CG terbentuk selanjutnya dilakukan pembuatan skor faktor. 3) Tabel Communalities (kebersamaan) menunjukkan nilai faktor muatan (loading factor) dari component matrix (CM) untuk variabel KM sebesar 0,627, variabel KI sebesar 0,596, variabel PK sebesar 0,263. Hasil ini berarti sekitar 62,7% varian KM, 59,6% varian KI, dan 26,3% varian PK dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. 4) Tabel Total Variance Explained menunjukkan eigenvalue dan cummulative variance. Nilai eigenvalue sebesar 1,487 menjelaskan bahwa ketiga variabel KM, KI, dan PK memberikan sumbangan varians sebesar 1,487 terhadap keseluruhan variabel yang berjumlah empat. Nilai cumulative variance sebesar 60,555 berarti bahwa ketiga faktor tersebut dapat menjelaskan 60,56% dari variabilitas ke-empat variabel tersebut. 5) Tabel Component Matrix menunjukkan loading factor variabel KM sebesar 79,2, KI sebesar 77,2, dan PK sebesar 51,5. Nilai tersebut berarti tingkat
60
korelasi ketiga variabel tersebut adalah kuat. Hasil pengujian validitas analisis faktor dalam penelitian ini seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 3.
5.2 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan deskripsi data masing-masing variabel seperti nilai minimum, nilai maksimum, mean (rata-rata), dan standar deviasi. Hasil pengujian statistik deskriptif dengan menggunakan 219 sampel penelitian seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.2. berikut ini. Tabel 5.2 Statistik Deskriptif N
Minimum
Maksimum
Rata-rata
Standar Deviasi
NP
219
-0,33
2,50
0,5747
0,54442
KK
219
-0,20
0,38
0,0592
0,07917
CG
219
-2,87
2,85
0,593
1,07950
KK*CG
219
-0,43
0,90
0,0110
0,09188
Valid N
219
(listwise) Sumber: data diolah
Hasil statistik deskriptif di atas menunjukkan bahwa: 1)
variabel nilai perusahaan memiliki nilai minimum sebesar -0,33, nilai maksimum sebesar 2,50, nilai rata-rata sebesar 0,5747, dan standar deviasi sebesar 0,544. Nilai rata-rata sebesar 0,575 menunjukkan bahwa rata-rata investasi dalam aktiva perusahaan sampel menghasilkan laba yang memberikan nilai lebih rendah daripada pengeluaran investasi. Secara
61
teoretis, hal ini menunjukkan bahwa investasi pada perusahaan sampel tidak menarik untuk dilakukan. Standar deviasi nilai perusahaan merupakan perbedaan nilai data yang diteliti dengan nilai rata-ratanya sebesar 0,544. Standar deviasi pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebaran data yang digunakan dalam penelitian ini adalah merata. 2)
variabel kinerja keuangan memiliki nilai minimum sebesar -0,20, nilai maksimum sebesar 0,38, nilai rata-rata sebesar 0,059, dan standar deviasi sebesar 0,079. Nilai rata-rata menunjukkan bahwa rata-rata tingkat penerimaan laba perusahaan dengan menggunakan total aktivanya adalah sebesar 0,059 (5,9 %).
3)
variabel corporate governance memiliki nilai minimum sebesar -2,87, nilai maksimum sebesar 2,85, nilai rata-rata sebesar 0,059, dan standar deviasi sebesar 1,079.
4)
variabel interaksi antara kinerja keuangan dan corporate governance (KK*CG) memiliki nilai minimum -0,43, nilai maksimum sebesar 0,90, nilai rata-rata sebesar 0,011, dan standar deviasi sebesar 0,092.
5.3 Uji Asumsi Klasik Sebelum penggunaan model regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Penelitian ini menggunakan empat uji asumsi klasik yaitu normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskesdastisitas yang ditunjukkan pada Lampiran 4.
62
5.3.1 Uji normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2009:147). Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan statistik Kolgomorov-Smirnov. Hasil uji Kolgomorov-Smirnov menunjukkan tingkat signifikansi Unstandardized Residual sebesar 0,097 > 0,05, hal ini berarti nilai residual dalam penelitian ini berdistribusi normal. 5.3.2 Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2009:95). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa variabel-variabel dalam penelitian ini memiliki nlai tolerance > 10% dan nilai VIF < 10. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada multikolinearitas dalam model regresi yang digunakan. 5.3.3 Uji autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2009:99). Hasil uji Durbin-Watson (DW Test) menunjukkan nilai DW sebesar 1,877 berada di antara du dan 4-du (du < DW < 4-du atau 1,80 < 1,877 < 4-1,80 = 1,80 < 1,877 < 220), ini berarti bahwa tidak terjadi autokorelasi positif atau negatif.
63
5.3.4 Uji heteroskesdasitas Uji heteroskesdastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2009:125). Hasil uji Glejser menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel bebas yang signifikan secara statistik mempengaruhi nilai absolut residual, hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansinya > 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi heteroskesdastisitas.
5.4 Uji Interaksi Uji interaksi atau moderated regression analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam persamaan regresinya menggandung unsur interaksi. Hasil uji interaksi mengenai koefisien determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik t seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 5. 5.4.1 Koefisien determinasi Koefisien determinasi menunjukkan nilai R, R², Adjusted R², dan Standard Error of the Estimate seperti yang dicantumkan pada Lampiran 5. Nilai R sebesar 0,348 berarti bahwa tingkat korelasi antara variasi variabel bebas/independen dengan variabel terikat/dependen sebesar 34,8%, artinya nilai perusahaan (NP) mempunyai hubungan yang lemah dengan KK, CG, dan variabel interaksi KK*CG karena koefisien korelasinya < 0,5. Koefisien determinasi (R²) sebesar 0,121 berarti bahwa kemampuan model dalam menjelaskan variasi-variasi variabel terikatnya adalah sebesar 12,1%. Nilai Adjusted R² sebesar 0,109 menunjukkan bahwa 10,9% nilai perusahaan
64
(Tobin’s Q) dapat dijelaskan oleh variabel KK (ROA), CG, dan variabel interaksi KK*CG sedangkan sisanya sebesar 89,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Nilai Standard Error of the Estimate sebesar 0,5139 menunjukkan bahwa semakin kecil nilai Standard Error of the Estimate akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel terikat. 5.4.2 Uji signifikansi simultan (uji statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai uji F signifikan berarti salah satu variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Tabel Anova menunjukkan nilai F hitung sebesar 9,876 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa model regresi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan, artinya, variabel KK, CG, dan KK*CG berpengaruh pada nilai perusahaan (NP). 5.4.3 Uji signifikansi parameter individual (uji statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen/bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen/terikat (Ghozali, 2009:88). Hasil uji statistik t ditunjukkan pada Tabel 5.3.
65
Tabel 5.3 Hasil Uji Regresi Ustandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
0,497
0,044
KK
1,052
0,473
CG KK*CG
0,077 1,019
0,036 0,450
Standardized Coefficients
t
Sig
11,32 9
0,000
Beta
0,153 0,152 0,172
2,224 2,139
0,027 0,034 0,025
2,263 a. Dependen Variabel: NP
Uji statistik t menunjukkan pengaruh secara parsial variabel KK (ROA), CG, dan KK*CG pada NP (Tobin’s Q). Berdasarkan hasil uji statistik t di atas dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut: NP = 0,497 + 1,052 KK + 0,77 CG + 1,019 KK*CG + e …………………. (8)
Pengujian hipotesis Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa corporate governance berpengaruh pada hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Variabel interaksi antara KK dan CG (KK*CG) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.3 memiliki nilai koefisien positif sebesar 1,019 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,025. Sedangkan variabel kinerja keuangan berpengaruh positif sebesar 1,052 dengan tingkat signifikansi 0,027 pada nilai perusahaan. Pengaruh positif variabel interaksi sebesar 1,019 dengan tingkat signifikansi 0,025 mengindikasikan bahwa corporate governance yang diproksikan dengan
66
kepemilikan manajerial (KM), kepemilikan institusional (KI), proporsi komisaris independen (PK), dan jumlah anggota komite audit (KA) dapat memperkuat hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Gambar 5.1 menunjukkan model persamaan pengaruh corporate governance pada hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
Kinerja Keuangan
Nilai Perusahaan
0,025
Corporate Governance BAB VI
Gambar 5.1 Model Persamaan Pengaruh Corporate Governance pada Hubungan Positif antara Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan
67
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan Kinerja keuangan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai perusahaan. Kinerja keuangan menggambarkan prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Adanya kinerja keuangan yang baik diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA berpengaruh positif pada nilai perusahaan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,027. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian (Razak et al., 2008), (Yuniasih dan Wirakusuma, 2007), (Ulupui, 2007), (Makaryawati, 2002), dan (Carlson dan Bathala, 1997) yang menyatakan bahwa kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Hasil pengujian statistik t menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang diproksikan dengan return on asset berpengaruh pada nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobins’s Q. Hal ini mengindikasikan bahwa: 1)
manajemen menyadari pentingnya penerapan kinerja keuangan yang baik sebagai suatu investasi yang bermanfaat bagi perusahaan dalam jangka panjang.
2)
manajemen menyadari bahwa kinerja keuangan bukan hanya untuk internal perusahaan tetapi juga untuk pemangku kepentingan lainnya.
68
3)
informasi mengenai kinerja keuangan yang diungkapkan perusahaan dalam laporan tahunan telah direspon dengan baik oleh investor.
4)
perusahaan telah mengkomunikasikan pesan kinerja keuangan secara tepat sehingga makna dari pengungkapan kinerja keuangan dapat diterima dengan baik oleh investor.
6.2 Corporate Governance dan Nilai Perusahaan Corporate governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka waktu panjang dengan tetap memperhatikan keberhasilan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika (Sutedi, 2011:1). Secara teoretis, corporate governance berhubungan positif dengan nilai perusahaan (Labelle, 2002). Pernyataan ini di dukung oleh Kinsey (2001) yang menunjukkan bahwa investor bersedia membayar premium yang lebih tinggi untuk perusahaan yang menerapkan corporate governance yang baik. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit berpengaruh positif pada nilai perusahaan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,034. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian (Silviera dan Baros, 2007), (Black et al.,
69
2003), (Labelle, 2002), (Klapper dan Love, 2002), dan (Kinsey, 2001) yang menyatakan bahwa corporate governance berpengaruh pada nilai perusahaan. Hasil pengujian statistik t menunjukkan bahwa corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit berpengaruh pada nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobins’s Q. Hal ini menunjukkan bahwa (Rustiarini, 2009): 1)
perusahaan memiliki kesadaran yang tinggi untuk menerapkan good corporate governance sebagai suatu kebutuhan, bukan sekedar kepatuhan terhadap regulasi yang ada.
2)
manajemen perusahaan tertarik dengan manfaat jangka panjang dari penerapan good corporate governance.
3)
meningkatnya kepemilikan saham manajemen dan kepemilikan saham institusi menyebabkan tekanan kepada perusahaaan dalam melaksanakan good corporate governance.
4)
keberadaan komisaris independen dan komite audit dalam perusahaan dapat memantau perusahaan dalam melaksanakan good corporate governance.
5)
unsur budaya yang berkembang di lingkungan perusahaan nasional sangat menunjang perkembangan penerapan good corporate governance.
6.3 Kinerja Keuangan, Corportate Governance, dan Nilai Perusahaan Kinerja keuangan merupakan salah satu
faktor yang menjadi acuan
investor dalam membeli saham. Bagi perusahaan, meningkatkan kinerja keuangan
70
adalah suatu keharusan agar saham perusahaan tetap menarik bagi investor. Return on asset
(ROA) merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat
profitabilitas perusahaan. ROA digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih yang dapat diperoleh dari operasional perusahaan dengan menggunakan seluruh kekayaannya. Tinggi rendahnya ROA tergantung pada pengelolaan asset perusahaan yang menggambarkan efisiensi operasional perusahaan. Semakin tinggi ROA semakin efisien operasional perusahaan. Penelitian yang dilakukan (Razak et al., 2008) dan (Yuniasih dan Wirakusuma, 2007) menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Modigliani dan Miller (1958) menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power asset perusahaan. Hasil positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran asset dan semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan yang berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Makaryawati (2002) dan Carlson dan Bathala (1997) juga menemukan bahwa ROA berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Oleh karena itu, ROA merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada nilai perusahaan. Penggunaan variabel corporate governance (CG) sebagai suatu struktur yang sistematis untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Corporate governance mensyaratkan adanya tata kelola perusahaan yang baik. Tata kelola perusahaan yang baik menggambarkan bagaimana manajemen mengelola asset dan modalnya dengan baik agar menarik para investor. Pengelolaan asset dan modal suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan yang ada. Jika pengelolaannya
71
dilakukan dengan baik maka secara otomatis akan meningkatkan nilai perusahaan. Indikator corporate governance yang digunakan sebagai variabel moderasi dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit. Menurut Wahyudi dan Pawestri (2006), penyatuan kepentingan pemegang saham, debtholder, dan manajemen yang merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap tujuan perusahaan seringkali menimbulkan masalah-masalah (agency problem). Jika perusahaan menerapkan sistem CG, diharapkan kinerja perusahaan tersebut akan meningkat menjadi lebih baik, dengan meningkatnya kinerja perusahaan diharapkan juga dapat meningkatkan harga saham perusahaan sebagai indikator nilai perusahaan sehingga nilai perusahaan meningkat. Pengujian statistik t menunjukkan interaksi antara kinerja keuangan dan corporate governance (KK*CG) berpengaruh pada nilai perusahaan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,025. Berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa corporate governance merupakan variabel moderasi yang berpengaruh pada hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Adanya corporate governance sebagai variabel pemoderasi dalam penelitian ini mengindikasikan dapat meminimalisasi masalah-masalah keagenan yang pada gilirannya akan memberikan pengaruh positif pada hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Corporate governance diharapkan memberikan keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah diinvestasikan. Aspek-aspek corporate governance seperti kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen, dan
72
komite audit dipandang sebagai mekanisme kontrol yang tepat untuk mengurangi konflik keagenan (Black et al., 2003).
73
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab VI maka dapat disimpulkan bahwa corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit berpengaruh pada hubungan positif antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya corporate governance sebagai variabel pemoderasi dapat meminimalisasi masalah-masalah keagenan yang pada gilirannya akan memberikan pengaruh positif pada hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Corporate governance mengindikasikan dapat memberikan keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah diinvestasikan. Aspek-aspek corporate governance seperti kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen, dan komite audit dipandang sebagai mekanisme kontrol yang tepat untuk mengurangi konflik keagenan.
7.2 Saran Beberapa keterbatasan mempengaruhi hasil penelitian ini yang perlu menjadi bahan pengembangan pada penelitian selanjutnya. Saran-saran yang dapat disampaikan berdasarkan keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut:
74
1) Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur dengan lima tahun pengamatan. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah sampel dengan memperpanjang periode pengamatan dan memperluas jenis perusahaan agar hasil penelitian lebih dapat digeneralisasi. 2) Penelitian ini menggunakan variabel corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit. Penelitian selanjutnya agar dapat menambah proksi corporate governance lainnya seperti komposisi dewan direksi dan kualitas audit. 3) Penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif sebesar 0,027
pada nilai perusahaan dengan tingkat signifikansi 0,027,
variabel interaksi antara kinerja keuangan dan corporate governance (KK*CG) juga berpengaruh positif sebesar 1,019 pada nilai perusahaan dengan tingkat signifikansi 0,025. Ini berarti bahwa kinerja keuangan dan variabel interaksi (KK*CG) berpengaruh positif signifikan pada nilai perusahaan. Hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif pada nilai perusahaan dan diperkuat dengan adanya corporate governance sebagai variabel pemoderasi diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pembaca seperti investor, badan otoritas pasar modal, dan para analis keuangan lainnya mengenai relevansi kinerja keuangan dan nilai perusahaan yang dipengaruhi oleh penerapan corporate governance.
75
DAFTAR PUSTAKA
Adams, R. B dan Mehran, H. 2005. Corporate Performance, Board Structure and its Determinants in the Banking Industry. http://ssrn.com. Albuquerque, R dan Wang, N. 2007. Agency Conflicts, Investment, and Asset Pricing. Financial Working Paper No. 167/2007. http://ssrn.com Alijoyo., Antonius., dan Zaini, S. 2004. Corporate Governance Suatu Pengantar: Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance. Indeks: Jakarta. Anwar, M dan Herwany, A. 2001. The Determinants of Successful Bank Profitability in Indonesia: Empirical Study for Provincial Government’s Banks and Private Non-Foreign Banks. http//ssrn.com. Ardani, A. 2005. Analis Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Black, B. S., Jang, H., dan Kim, W. 2003. Does Corporate Governance Affect Firm Value? Evidence from Korea. Finance Working Paper No.103/2005. http://ssrn.com. Carlson, S. J dan Bathala, C. T. 1997. Ownership Differences and Firm’s Income Smoothing Behavior. Journal of Business and Accounting 24 (2), March, pp. 179-196. Chung, K. H dan Pruitt, S. W. 1994. A Simple Approximation of Tobin,s q. Financial Management, Vol. 23, No. 3, Autumn. Daily, C. M dan Dalton, R. 1993. Bankruptcy and Corporate Governance: The Impact of Board Composition and Structure. The Academy of Management Journal. Vol. 37 (6), 1603-1617. DaDalt, P., Danalson, J., dan Garner, J. 2002. Will Any q Do? Firm Characteristics and Divergences is Estimates of Tobin’s q. http:/ssrn.com. Darmawati, D., Khosmiyah., dan Rahayu. 2005. Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar. Faizal. 2004. Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan mekanisme Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar.
76
Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2001. Corporate Governance. FCGI Jilid 1 Edisi 3. Jakarta. Fama, E. F. dan Jensen, M. C. 1983. Separation of Ownership and Control. Journal of Law and Economic. 26, 301-325. Gray, R., Owen, D., dan Maunders, K. 1987. Corporate Social Reporting: Accounting and Accountability, Prentice-Hall: London. Ghozali, I. 2009. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Edisi ke-4. Semarang: Badan penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, D. 2003. Basic Econometrics. Fourth edition. McGraw-Hill. Inc, New York. Hakim, R. 2006. Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode EVA, ROA, dan Pengaruhnya Terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Tergabung Dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Jakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Islam IndonesiaYogyakarta. Herawaty, V. 2008. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak. Herdinata, C. 2008. Good Corporate Governance vs Bad Corporate Governance: Pemenuhan Kepentingan Antara Para pemegang Saham Mayoritas dan Pemegang Saham Minoritas. The 2nd National Conference UKWMS, Surabaya. Hidayat, T. 2009. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham panda Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara Medan. Husnan, S. 2002. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang). Buku 1. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE. Jensen, M. C dan Meckling, W. H. 1976. The Theory of the Firm: Managerial Agency Cost and Ownership Structures. Journal of Financial Economics. Vol.3, 305-360. Jerry, J. 2008. Analisis Rasio Fundamental, Kinerja Keuangan, & Risiko Pasar pada Industri Perbankan di BEI Terhadap Perubahan IHSG. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. Jogiyanto. 2007. Metodelogi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan PengalamanPengalaman. BPFE Yogyakarta.
77
Kinsey, Mc. 2001. Excecutif Compensation Structure, Ounership, and Firm Performance. Journal of Financial Economics 38, p. 163-184. Kllaper, L. F dan Love, I. 2002. Corporate Governance, Investor Protection, and Performance in Emerging Market. http//ssrn.com. Labelle, 2002. Determinant of Corporate Decision to Disclose Social Information. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol.2 No.1. La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., Shleifer, A., dan Vishny, R. W. 2002. Investor Protection and Corporate Valuation. Journal of Finance No. 57, 11471170. Larcker, D. F., Rirchardson, S. A., dan Tuna, I. 2005. How Important is Corporate Governance?. http//ssrn.com. Leal, R. P. C dan Carvalhal-da-Silva. 2005. Corporate Governance and Value in Brazil (and in Chile). http//ssrn.com. Lorsch, J. W. 1989. Pawns or Potentates: The Reality of America’s Corporate Boards. Boston Harvad Business School Pres. Lujun. 2009. The Relations among Environmental Disclosure, Environmental Performance and Financial Performance: An Empirical Study in China. http//ssrn.com. Midiastuty, P dan Machfoedz, M. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya. Modigliani, F dan Miller, M. H. 1958. The Cost of Capital, Corporation Finance and The Theory of Invesment. The American Economic Review, 261-297. Munawir. 2001. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty. Nurlela, R dan Islahuddin. 2006. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel Moderating. Universitas Syah Kuala. Potter, G. 1991. Accounting Earnings Announcement, Institutional Investors Concentration and Commom Stock Returns. Journal of Accounting Research, Vol. 30. No.1, 146-155. Pranowo, B. 2009. Pengaruh Beberapa Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
78
Rachmawati, A dan Triatmoko, H. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar. Raharjo, S. 2005. Analisa Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham pada Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Jakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Rahayu, S. 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan pada Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan CSR dan GCG sebagai Variabel Pemoderasi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro Semarang. Razak Ab, N. H., Ahmad, R., dan Aliahmed, H. J. 2008. “Ownership Structure and Corporate Performance” A Comparative Analysis of Government Linked and Nongovernment Linked Companies from Bursa Malaysia. http//ssrn.com. Rosmasita, H. 2007. Faktor-faktor Yang Mempengari Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) Dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur di BEJ. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Rustiarini, N. W. 2009. Pengaruh Corporate Governance pada hubungan Corporate Social Responsibility dengan nilai perusahan. Program Magister Program Studi Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Sabeni, A. 2005. Peran Akuntan Dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate Governance (Tinjauan Perspektif Agency Theory). Pidato Pengukuhan Guru Besar, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Saepudin. 2008. Pengaruh Antara Rasio Profitabilitas dan Investment Opportunity Set Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 sampai 2007. Samroni, I. 2007. Rakyat Dalam “Good Corporate Governance”: Posisi, Relasi dan Skema Keadaban. Jurnal Studi Agama Millah Vol.VII No.1. Sasongko dan Wulandari. 2006. Pengaruh antara EVA dengan Rasio Profitabilitas yang Diproksikan dengan ROA, ROE, ROS, EPS, BEP Terhadap Harga Saham. Sekaran, U. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Edisi 4. Salemba Empat. Jakarta. Shleifer, A dan Vishny, R.W. 1986. Large Shareholders and Corporate Control, Journal of Political Economiy 94, 31.
79
______, A dan Vishny, R.W. 1997. A Survey of Corporate Governance. Journal of Finance 52, hal. 737-783. Siallagan, H dan Machfoedz, M. 2006. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. Silviera, A. D. M dan Barros, L. A. B. 2007. Corporate Governance Quality and Firm Value in Brazil. http//ssrn.com. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Edisi ke-11. Bandung: Alpfabeta. _______. 2009. Metode Penelitian Bisnis, Edisi ke 14. Bandung: Alfabeta. Suranta, E dan Puspita. 2004. Income Smoothing, Tobin’s Q, Agency Problem dan kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar. Surya, I dan Yustiavandana. 2006. Penerapan Good Corporate Governance: Mengesampingkan Hak-hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha. Jakarta: Penerbit Kencana. Sutedi, A. 2011. Good Corporate Governance, Edisi kesatu. Jakarta: Sinar Grafika. Trisnaeni, D. K. 2007. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Ulupui, I. G. K. A. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, dan Profitabilitas terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Makanan dan Minuman dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol.2. Utama, S. 2009. Aplikasi Analisis Kuantitatif. Edisi ketiga. Denpasar. Wahyudi, U dan Pawestri, H. P. 2006. Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan:DenganKeputusanKeuangan Sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. Wardhani, R. 2008. Tingkat Konservatisme Akuntansi di Indonesia dan Hubungannya denggan Karakteristik Dewan Sebagai Salah Satu Mekanisme Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak. Wasi’ah. 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan dan non Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank, Semarang.
80
Wibowo, L. B. 2005. Pengaruh Economi Value Added dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Return Pemegang Saham. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Yuniasih, N. W dan Wirakusuma, M. G. 2007. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi. Universitas Udayana, Bali. Yunina,. Nazir,. dan Syamni, G. 2009. Pengaruh Return on Assets dan Return on Equity Terhadap Earning Per Share pada PT Bank Muamalat Indonesia. Zahra dan Pearce. 1989. Corporate Governance and Firm Value in Mexico. Research Department Working Paper Series 564. Zarkasyi, M. W. 2008. Good Corporate Governance, Edisi ke 1. Bandung: Alfabeta.
81
Lampiran 1 Tabel 1 Daftar Nama Perusahaan Sampel
No
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
INDF PSDN STTP TBLA GGRM HDTX SRSN SIMM BRPT AKRA BUDI LTLS SOBI DPNS AKKU AMFG BRNA LMPI ALMI BTON CTBN JKSW JPRS LMSH LION KICI IKAI MITI IKBI VOKS
Perusahaan PT. Indofood Sukses makmur PT. Prasidha Aneka Niaga PT. Siantar TOP PT. Tunas Baru Lampung PT. Gudang Garam PT. Panasia Indosyntec PT. Indo Acidatama PT. Surya Intrindo Makmur PT. Barito Pacific PT. AKR Corporindo PT. Budi Acid Jaya PT. Lautan Luas PT. Sorini Agro Asia Corporindo PT. Duta Pertiwi Nusantara PT. Aneka Kemasindo Utama PT. Asahimas Flat Glass PT. Berlina PT. Langgeng Makmur Industry PT. Alumindo Ligh Metal Industry PT. Betonjaya Manunggal PT. Citra Tubindo PT. Jakarta Kyoei Steel Works PT. Jaya Pari Steel PT. Lionmesh Prima PT. Lion Metal Works PT. Kedaung Indah Can PT. Intikeramik Alamasri Industry PT. Mitra Investindo PT. Sumi Indo Kabel PT. Voksel Electric
05 √ x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ √
Tahun 06 07 08 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √
09 √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
82
31
ASGR PT. Astra Graphia 32 MTDL PT. Metrodata Electronics 33 MLPL PT. Multipolar 34 ASII PT. Astra International 35 AUTO PT. Astra Otoparts 36 GJTL PT. Gajah Tunggal 37 INTA PT. Intraco Penta 38 NIPS PT. Nipress 39 PRAS PT. Prima Alloy Stell 40 SMSM PT. selamat sempurna 41 UNTR PT. United Tractor 42 KONI PT. Perdana Bangun Pusaka 43 KAEF PT. Kimia Farma 44 PYFA PT. Pyridam Farma 45 TCID PT. Mandom Indonesia Sumber: data diolah
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Keterangan: √ = data perusahaan sampel x = data perusahaan outlier yang dikeluarkan dari sampel
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
83
Lampiran 2
ANALISIS FAKTOR Analisis tahap 1
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
0.516
Approx. Chi-Square
52.380
df
6
Sig.
0.000
Anti-image Matrices KM Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
KI
0.807
0.308
0.125 0.172
KI
0.308
0.843
-0.070 0.071
PK
0.125
-0.070
0.959 0.056
KA
0.172
0.071
0.056 0.961
a
0.373
0.142 0.195
a
-0.078 0.078
KM
0.511
KI
0.373
0.523
PK
0.142
-0.078
KA
0.195
0.078
Communalities Extraction 0.690
KI
0.587
PK
0.433
KA
0.845
KA
KM
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
KM
PK
Extraction Method: Principal Component Analysis.
0.640
a
0.058
0.058 0.389
a
84
Total Variance Explained Compo nent
Extraction Sums of Squared Loadings Total
% of Variance
Cumulative %
Rotation Sums of Squared Loadings Total
% of Variance Cumulative %
1
1.504
37.597
37.597
1.484
37.105
37.105
2
1.051
26.270
63.867
1.070
26.762
63.867
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrix
a
Component 1
2
KM
-0.813
-0.170
KI
0.748
-0.168
PK
0.481
-0.448
KA
0.229
0.890
Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 2 components extracted.
85
Analisis tahap 2 KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
0.554
Approx. Chi-Square
43.591
df
3
Sig.
0.000
Anti-image Matrices KM Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
KI
KM
0.839
0.309
0.120
KI
0.309
0.848
-0.075
PK
0.120
-0.075
0.962
a
0.366
0.133
a
-0.083
KM
0.538
KI
0.366
0.541
PK
0.133
-0.083
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Communalities Initial
PK
Extraction
KM
1.000
0.627
KI
1.000
0.596
PK
1.000
0.263
Extraction Method: Principal Component Analysis.
0.676
a
86
Total Variance Explained Compo nent
Total
Initial Eigenvalues
Extraction Sums of Squared Loadings
% of Variance
Total % of Variance Cumulative %
Cumulative %
1
1.487
60.555
60.555 1.487
2
0.897
23.907
84.462
3
0.616
15.538
100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrix
a
Component 1 KM
-0.792
KI
0.772
PK
0.513
Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 1 components extracted.
60.555
60.555
87
Lampiran 3 Tabel 2 Hasil Pengujian Validitas Analisis Faktor Kriteria Penilaian
Cutt-off Value
Nilai
Keterangan
KMO (Kaisar-Meyer-Olkin)
≥ 0,5
0,554
Baik
X² (chi Square)
Diharapkan besar
43,591
Baik
Significance Probability
< 0,5
0,000
Baik
Eigen Value
> 1
1,487
Baik
Cummulative Variance
≥ 60%
60,555
Baik
KM = 0,538
Baik
KI = 0,541
Baik
PK = 0,676
Baik
Anti Image
Sumber: data diolah
≥ 0,5
88
Lampiran 4
UJI ASUMSI KLASIK
Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
219
Normal Parameters
a
Mean
0.0056955
Std. Deviation Most Extreme Differences
0.47055741
Absolute
0.083
Positive
0.083
Negative
-0.045
Kolmogorov-Smirnov Z
1.231
Asymp. Sig. (2-tailed)
0.097
a. Test distribution is Normal.
Multikolinearitas Coefficients
a
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
KK
0.864
1.158
CG
0.808
1.238
KK*CG
0.708
1.413
a. Dependent Variable: NP
89
Autokorelasi b
Model Summary
Model
R
1
0.348
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
0.121
0.109
Durbin-Watson
0.51393
1.877
a. Predictors: (Constant), KK*CG, KK, CG b. Dependent Variable: NP
Heteroskesdastisitas Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
0.336
0.062
KK
1.010
0.665
CG
-0.002 0.121
KK*CG a. Dependent Variable: AbsRes
Coefficients Beta
t
Sig.
5.458
0.000
0.111
1.520
0.130
0.050
-0.003
-0.034
0.973
0.633
0.015
0.191
0.848
90
Lampiran 5
UJI INTERAKSI
Variables Entered/Removed
Model 1
Variables
Variables
Entered
Removed a
KK*CG, KK, CG
b
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: NP
Model Summary
Model
R
1
0.348
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
0.121
0.109
0.51393
a. Predictors: (Constant), KK*CG, KK, CG
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
7.825
3
2.608
Residual
56.787
215
0.264
Total
64.613
218
a. Predictors: (Constant), KK*CG, KK, CG b. Dependent Variable: NP
F 9.876
Sig. 0.000
a
91
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
0.497
0.044
KK
1.052
0.473
CG
0.077
KK*CG
1.019
a. Dependent Variable: NP
Coefficients Beta
t
Sig.
11.329
0.000
0.153
2.224
0.027
0.036
0.152
2.139
0.034
0.450
0.172
2.263
0.025