BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualkan sekuritas. Pasar modal memiliki fungsi sebagai lembaga perantara (intermediaries). Fungi ini menunjukkan peran penting pasar modal dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Di samping itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efesien, karena dengan adanya pasar modal makan pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal (Tandelilin, 2001). Secara sederhana tujuan investasi adalah maksimisasi kemakmuran melalui maksimisasi keuntungan, dan investor selalu berusaha mananamkan dana pada investasi portofolio yang efisien dan relatif aman. Risiko investasi di Pasar Modal pada prinsipnya sangat terkait erat dengan terjadinya volatilitas harga saham, dimana naik turunya harga saham ini dipengaruhi kondisi mikro dan makro ekonomi, kebijakan perusahaan, kinerja perusahaan, risiko sistematis, dan efek dari psikologi pasar (Fahmi, 2012 dalam Febriyanti & Rahyuda, 2016). Efisiensi pasar adalah jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia (Jogiyanto, 2014). Informasi 1
merupakan
hal
yang
sangat
mempengaruhi perdagangan surat berharga dipasar modal. Finanto (2006), mengemukakan bahwa dalam Undang-undang no 8 tahun 1995 tentang pasar modal memberi batasan mengenai informasi (pasal 1 ayat 4) sebagai berikut: βinformasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat mempengaruhi harga saham di bursa efek dan atau merupakan keputusan pemodal, calon pemodal atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebutβ (Islami dan Sarwoko, 2012). Peristiwa (event) yang dapat dijadikan informasi oleh investor dapat berasal dari kondisi internal maupun eksternal emiten. Peristiwa yang berasal dari kondisi internal dapat berupa pengumuman pembagian dividen, penerbitan laporan keuangan, stock split, dan lain sebagainya. Sedangkan peristiwa eksternal umumnya bersifat ekonomi maupun non ekonomi, seperti halnya peristiwa yang mengandung muatan politik. Sebagai negara yang masih terbilang muda dalam hal demokrasi, Indonesia masih akan menemui berbagai gejolak-gejolak politis di masa yang akan datang (Manurung, 2005 dalam Islami dan Sarwoko, 2012). Peristiwa politik ini dapat berdampak negatif maupun positif bagi pergerakan saham di pasar modal yang dapat mencerminkan kestabilan kondisi ekonomi Salah satu peristiwa makro yang bersifat politik dan sempat membawa berbagai dampak dalam gejolak pergerakan saham di pasar modal adalah peristiwa Pemilihan Presiden AS. Donald Trump terpilih menjadi pengganti Barack Obama sebagai presiden AS yang ke-45 untuk periode jabatan 2016-2020. Meskipun pasangan Donald Trump dan Mike Pence belum di lantik dan akan 2
diambil sumpah jabatannya pada 20 Januari 2017
tetapi terpilihnya Donald
Trump diperkirakan akan memberikan pengaruh kepada perdagangan AS bersama mitra dagangnya. Donald Trump sebutkan akan menaikkan bea masuk barangbarang impor, lebihnya impor dari Cina. Karena Cina saat ini juga menjadi mitra dagang dari Indonesia dan akan mempengaruhi Indonesia. Dampak untuk Asia terkait masalah perdagangan bea impor yang bisa di naikkan sebesar 30% - 40% (www.tribunnews.com). Jogiyanto, 2014 menjelaskan studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efesiensi pasar bentuk setengah kuat. Jika pengumuman mengandung informasi (information content), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Untuk mengetahui ada tidaknya suatu reaksi di pasar modal dapat diukur dengan besaran reaksi pada saat periode peristiwa. Besaran reaksi yang diukur dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu besaran reaksi harga saham, dan besaran reaksi aktivitas perdagangan saham yang terjadi karena adanya informasi. Pengukuran besaran reaksi harga saham yang umum dipergunakan adalah abnormal return (AR). Sedangkan pengukuran besaran reaksi aktivitas perdagangan saham yang umum dipergunakan dalam penelitian adalah trading volume activity (TVA). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini 3
menggunakan saham LQ-45 yang dianggap cukup mewakili kondisi pasar dimana likuiditas tinggi dan nilai kapitalisasi pasar yang besar dengan frekuensi transaksinya tinggi dan aktif. Terdapat beberapa penelitian yang telah meneliti pengaruh event study terhadap abnormal return dan trading volume activity dengan hasil yang berbeda beda. Penelitian Arisyahidin (2012) memiliki hasil tidak ada perbedaan trading volume activity sebelum dan sesudah event kenaikan harga BBM. Penelitian Gratias dan Mustanda (2015) menyatakan tidak terdapat perbedaan abnormal return. Hal
ini juga didukung oleh penelitian Parmadi dkk (2014) yang
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan abnormal return dan trading volume activity sebelum dan sesudah event. Namun hal tersebut berbeda dengan penelitian Islami & Sarwoko (2012) dan Febriyanti & Rahyuda (2016) yang menyatakan terdapat perbedaan abnormal return dan trading volume activity disekitar event sedangkan hasil penelitian Sihotang dan Mekel (2015) menyatakan tidak ada perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah event namun terdapat perbedaan trading volume activity sebelum dan sesudah event.
4
Berdasarkan uraian di atas, ringkasan penelitian terdahulu disajikan sebagai berikut:
No Peneliti 1 2
Arisyahidin
Tabel 1.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Variabel Tahun Trading Volume Abnormal Return Activity 2012 Tidak Ada Perbedaan 2014 Tidak Ada Perbedaan Tidak Ada Perbedaan
Parmadi dkk Islami & 3 Sarwoko 2012 Ada Perbedaan Gratias & 4 Mustanda 2015 Tidak Ada Perbedaan Febriyanti & 5 Rahyuda 2016 Ada Perbedaan Sihotang & 6 Mekel 2015 Tidak Ada Perbedaan Sumber : Disarikan dari berbagai jurnal
Ada Perbedaan Ada Perbedaan Ada Perbedaan
Dari beberapa peristiwa politik yang terjadi, salah satu peristiwa politik terbaru yang hendak diuji kandungan informasinya terhadap rekasi pasar modal adalah peristiwa pemilihan umum pemilihan AS secara serentak yang dilaksanakan pada tanggal 8 November 2016. Kemenangan Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat membuat limbung pasar saham di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Pergerakan pasar modal mengalami kepanikan usai mengetahui kandidat Partai Republik ini memenangi pemilihan presiden (Pilpres) dari kandidat Partai Demokrat, Hillary Clinton. Kepanikan investor dalam negeri mulai terasa saat hasil pemilihan presiden Paman Sam bergulir. Berdasarkan data RTI, pada pukul 12.00 WIB, indeks terjun 2,056% menjadi 5.358,197. 5
Investor asing ramai-ramai melepas kepemilikan sahamnya hari ini. Di seluruh market, nilai penjualan bersih (net sell) asing mencapai Rp 243 miliar. Sedangkan di pasar reguler, nilai net sell asing mencapai Rp 213,7 miliar. Sementara itu, ada 235 saham yang membebani langkah indeks. Sedangkan jumlah saham yang naik sebanyak 56 saham dan 68 saham lainnya diam di tempat. Secara sektoral, tak ada satu pun sektor yang berhasil mencatatkan kenaikan. Tiga sektor dengan penurunan terbesar di antaranya: sektor perdagangan turun 1,15%, sektor agrikultur turun 1,53%, dan sektor industri dasar turun 1,92%. Di posisi top losers indeks LQ 45, terdapat saham-saham: PT Adaro Energy Tbk (ADRO) turun 6,13% menjadi Rp 1.530, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) turun 5,56% menjadi Rp 680, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 5,24% menjadi Rp 5.425 (www.tribunnews.com). Berdasarkan kondisi tersebut, maka event study mengenai kaitan antara abnormal return dan aktivitas volume perdagangan dengan peristiwa Pemilihan Presiden AS perlu dilakukan dengan tujuan untuk menguji kekuatan muatan informasi (information content) dari suatu peristiwa terhadap aktivitas di bursa.
1.2
Rumusan Masalah Peristiwa politik sudah berkaitan erat dengan stabilitas perekonomian di
suatu negara, di Indonesia sendiri peristiwa politik sudah tidak bisa dipisahkan lagi dengan reaksi yang terjadi di pasar modal, peristiwa seperti pemilihan umum Presiden (Pemilu), pemilihan Legislatif (Pileg), kerusuhan, peperangan dan peristiwa lainnya, sangat mempengaruhi kestabilan harga saham dan volume 6
perdagangan di pasar modal Sehingga hal-hal tersebut bisa mendapat berbagai pandangan dari para investor untuk berinvestasi di negara tersebut. Stabilitas politik yang diikuti dengan kestabilan kondisi ekonomi, akan membuat para investor merasa aman untuk menginvestasikan dananya di pasarmodal, oleh karena itulah, investor umumnya akan menaruh ekpektasi terhadap setiap peristiwa politik yang terjadi dan ekpektasi mereka akan tercermin pada fluktuasi harga ataupun aktivitas volume perdangan saham di bursa efek (Wardhani, 2012). Peristiwa politik yang hendak diuji kandungan informasinya terhadap aktivitas bursa efek adalah peristiwa pemilihan presiden AS merupakan peristiwa berskala global yang berdampak luas dan berpengaruh terhadap iklim investasi. Permasalahan dalam penelitian ini adalah kemenangan Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat membuat limbung pasar saham di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Pergerakan pasar modal mengalami kepanikan usai mengetahui kandidat Partai Republik ini memenangi pemilihan presiden (Pilpres) dari kandidat Partai Demokrat, Hillary Clinton. Hal ini dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada saham LQ-45 seperti saham-saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) turun 6,13% menjadi Rp 1.530, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) turun 5,56% menjadi Rp 680, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 5,24% menjadi Rp 5.425 sehingga dapat dikatakan terdapat sesuatu yang menarik untuk diteliti berkaitan dengan indeks LQ-45 tersebut. Selain berdasarkan permasalahan tersebut, hasil penelitian tentang event study menunjukkan hasil yang berbeda-beda dan tidak konsisten.
7
Berdasarkan
uraian
permasalahan
tersebut,
maka
dapat
dirumuskanpertanyaan penelitian sebagai berikut :
1.
Apakah terdapat perbedaan rata-rata abnormal return pada saham LQ-45 sebelum dan sesudah pemilihan presiden AS 8 November 2016 ?
2.
Apakah terdapat perbedaan rata-rata trading volume activity pada saham LQ45 sebelum dan sesudah pemilihan presiden AS 8 November 2016 ?
1.3.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk menguji dan menganalisis ada tidaknya perbedaan rata-rata abnormal Return pada saham LQ-45 sebelum dan setelah Pemilihan Umum Presiden AS 8 November 2016. 2) Untuk menguji dan menganalisis ada tidaknya perbedaan rata-rata trading volume activity pada saham LQ-45 sebelum dan setelah Pemilihan Umum Presiden AS 8 November 2016. 1.3.2 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1.
Bagi pelaku pasar, sebagai masukan guna menambah wawasan atau sebagaibahan penelitian lebih lanjut mengenai reaksi pasar modal Indonesia terhadapsuatu perisitiwa politik. 8
2.
Bagi praktisi, emiten dan investor, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi apabila terjadi even politik bagi para pelaku pasar agar secara tepat memilah dan menganalisis informasi-informasi yang relevan untuk dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
3.
Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dalam hal hubungan antara suatu event politik dengan perekonomian.
9
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1
Variabel Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah abnormal return saham dan trading volume activity. 3.1.2
Definisi Operasional Variabel
Definisi variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2014) definisi variable penelitian ini dijelaskan sebagai berikut : 1.
Abnormal Return didefinisikan Jogiyanto (2014) menjelaskan bahwa abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap normal return yang merupakan return yang diharapkan oleh investor (expected return). Model yang di gunakan untuk menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan dalam penelitian ini menggunakan model mean adjusted model.
2.
Trading Volume Activity didefinisikan perbandingan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan 34
keseluruhan jumlah saham yang beredar dari perusahaan tersebut pada kurun waktu yang sama (Febriyanti & Rahyuda, 2016). Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel NO VARIABEL
Abnormal Return
1
Volume Perdagangan Saham
2
DEFINISI
RUMUS
Kelebihan dari return yang sesungguhnya RTNi,t terjadi terhadap E[Ri,t] normal return yang merupakan return yang diharapkan oleh investor (expected return) perbandingan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham yang beredar dari perusahaan tersebut pada kurun waktu yang sama
SUMBER =
Ri,t
-
πππ΄ π πβππ ππππ’π πβπππ π π¦πππ ππππππππππππππ ππππ π€πππ‘π’ ππ π‘ = π πβππ ππππ’π πβπππ π π¦πππ πππππππ ππππ π€πππ‘π’ ππ π‘
Jogiyanto (2014)
Suryawijaya & Setiawan (1998) dalam Fitriyani & Rahyuda (2016)
Sumber :Disarikan dari berbagai jurnal
3.2
Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi, dan Sampel
3.2.1
Objek Penelitian dan Unit Sampel
Objek dalam penelitian ini adalah saham LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Agustus 2016 s/d Januari 2017. Penelitian ini menggunakan event study yang dimaksudkan untuk mengetahui reaksi harga saham dan volume perdagangan saham terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. 35
3.2.2
Populasi dan Penentuan Sampel
Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena
itu di pandang sebagai sebuah semesta penelitian (
Ferdinand, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah saham Indeks LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Agustus 2016 - Januari 2017. Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi (Ferdinand, 2013). Sampel penelitian ini adalah seluruh saham yang terdaftar dalam Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia periode Agustus 2016 - Januari 2017. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan sampling jenuh, yaitu dimana teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi
digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2014).
3.3
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
(secondary data) dan data tersebut diambil dari Bursa Efek Indonesia tahun 2016. Data yang diperoleh berupa nama-nama perusahaan di BEI yang terdaftar dalam Indeks LQ-45, harga saham harian, jumlah saham yang beredar perhari dan jumlah saham yang diperdagangkan perhari serta laporan historis lainnya melalui www.idx.co.id, www.yahoo.com/finance serta website-website yang berhubungan dengan penelitian ini.
36
3.4
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan data sekunder atau data historis. Langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut : 1. Pengumpulan data sekunder yang mencakup data saham perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ-45 dan harga perdagangan saham dan volume perdagangan saham selama periode penelitian. Data ini dapat diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) 2. Pengumpulan data dilengkapi dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis literatur yang sumber-sumbernya dari buku-buku, jurnal-jurnal dan internet yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.5
Metode Analisis Data Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif
dengan menggunakan angka-angka dan perhitungan. Periode estimasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 hari perdagangan yang mengacu pada Jogiyanto (2014) bahwa tidak ada patokan untuk lamanya periode estimasi, beberapa penelitian menggunakan periode estimasi kurang dari 100 hari. Periode pengamatan yang digunakan dalam penelitian yaitu selama 7 hari yaitu 3 hari sebelum (t-3 sampai t-1) dan 3 hari sesudah (t-1 sampai t+3) tanggal pelaksanaan (t0) tanggal 8 November 2016.
37
Gambar 3.2 Periode Estimasi dan Periode Jendela
t-30
t-4t-3
t0
t+3
Gambar 3.2. Periode estimasi dan periode jendela (Jogiyanto, 2014).
Dimana : t-30 β t-4 merupakan periode estimasi t-5 β t+3 merupakan periode jendela t0 merupakan saat terjadinya peristiwa Lamanya window period tergantung pada karakteristik peristiwa, sementara peristiwa yang terjadi sebelumnya dapat juga dijadikan sebagai pedoman (Samsul, 2006). Penentuan periode 5 hari di atas didasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Febriyanti dan Rahyuda (2016), Untuk melihat perubahan harga saham dan volume perdagangan saham yang disebabkan oleh adanya peristiwa pilkada serentak, maka waktu 3 hari cukup layak. Periode waktu yang terlalu pendek (kurang dari lima hari) atau terlalu panjang (lebih dari lima hari) akan memungkinkan bias dalam melihat perubahan. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut : 1. Analisis Abnormal Return a. Memperoleh data mengenai tanggal event dan menetapkannya sebagai t=0
38
b. Memperoleh data mengenai harga saham dan volume saham yang diperdagangkan dan volume saham yang beredar dari hari-3 sampai hari+3 sesuai dengan event window nya. c. Penghitungan Return Saham Aktual Individu Harian Perhitungan return saham (Ri,t) aktual individual yang dapat dirumuskan sebagaiberikut : Rit= (P i,t β P i,t β 1) ........................................................................(1) Pi,tβ 1 Dimana : R i,t
= Return actual saham perusahaan i pada hari ke t
P i,t
= Harga saham perusahaan i pada hari ke t
P i,t β 1
= Harga saham perusahaan i pada hari ke t-1
d. Menghitung Return Ekspektasi Perhitungan return ekspektasi dalam penelitian ini menggunakan model sesuaian rata-rata (Mean Adjusted Model). Perhitungan return ekspektasian dengan sesuaian rata-rata (Mean Adjusted Model) ini menganggap bahwa return eksepktasian bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasian sebelumnya selama periode estimasi (Jogiyanto, 2014).
39
t2 β Rij j = t1 E [ R it ] = ......................................................................... (2) T Dimana : E [R i,t ]
= Return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke t
R ij
= Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke t
T
= Lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai t2
e. Menghitung Abnormal Return Abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return expektasian (Jogiyanto,2014:647), sehingga dapat dibentuk persamaan sebagai berikut : AR i,t
=
R i,t β E (R i,t )
.......................................................(3)
Dimana : AR i,t = Abnormal return saham ke-i pada waktu ke-t R i,t
= Actual return saham ke-i pada waktu ke-t
E (R i,t)= Return ekspektasi sekuritas ke-i padawaktu ke t
f. Menghitung Average Abnormal Return (AAR) Pengujian abnormal return tidak dilakukan untuk tiap-tiap sekuritas, tetapi dilakukan secara agregat dengan menguji rata-rata return tak normal seluruh sekuritas secara cross-section untuk tiap-tiap hari di periode peristiwa. Rata-rata return tak normal (abnormal return) untuk hari ke-t dapat dihitung berdasarkan rata-rata aritmatika sebagai berikut (Jogiyanto, 2014) : 40
K β RTN i,t K
RRTNt =
....................................................................... (4)
Dimana : RRTNt = rata-rata return tak normal (average abnormal return) pada hari ke-t RTN i,t = Abnormal return untuk sekuritas ke-i pada hari ke-t, yaitu mulai hari awal periode jendela sampai hari ke-t K
= jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh pelaksanaan peristiwa
2. Perhitungan Aktivitas Volume Perdagangan Saham Trading Volume Activity merupakan perbandingan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham yang beredar dari perusahaan tersebut pada kurun waktu yang sama (Febriyanti & Rahyuda, 2016). Aktivitas volume perdagangan saham dilihat dengan menggunakan indicator Trading Volume Activity (TVA) dengan rumusan sebagai berikut: TVA =
Saham perusahaan i yang diperdagangkan padawaktu t Saham perusahaan i yang beredar pada waktu t
............................(5)
TVA digunakan untuk melihat apakah preferensi investor secara individual menilai pengumuman hasil Pilkada sebagai informasi positif atau negative untuk membuat keputusan perdagangan saham diatas keputusan perdagangan yang normal. Setelah TVA masing-masing saham diketahui, 41
kemudian dihitung rata-rata volume perdagangan untuk semua sampe dengan rumusan sebagai berikut: TVA RTVAt = i=1 N
............................................................................(6)
3. Uji Normalitas Untuk mendapatakan normalitas data langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah mendeteksi adanya data outlier. Deteksi terhadap univariate outlier dapat dilakukan dengan menentukan nilai batas yang akan dikategorikan sebagai data outlier yaitu dengan cara mengkonversi nilai data dalam keadaan skor standardized atau yang biasa disebut z-score, yang memiliki nilai means (rata-rata) sama dengan satu. Menurut Hair (1998) untuk kasus sample kecil (kurang dari 80), maka standar skor dengan nilai β₯ 2.5 dinyatakan outlier. Setelah outlier teridentifikasi langkah berikutnya adalah tetap mempertahankan atau membuang data outlier. (Ghozali, 2001) Ujinormalitas data dalam penelitian dilakukan sebelum uji hipotesis untuk menentukan apakah data berdistribusi normal atau tidak, yang akan menentukan penggunaan alat uji statistiknya. Uji normalitas ini menggunakan Kolmogorov Smirnov Test pada rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman pemilihan Presiden AS dan rata-rata aktivitas volume perdagangan saham (TVA) sebelum dan sesudah pengumuman pemilihan Presiden AS, jika data diketahui normal maka digunakan uji t untuk menganalisis data dan jika data tidak normal maka uji non parametik dioperasionalkan yaitu uji Wilcoxon. 42
H0
: Data tidak berdistribusi normal
Ha
: Data berdistribusi normal
Dalam pengujian hipotesis, criteria untuk menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan P-value adalah sebagai berikut: Jika P-value < 0.05 H0 diterima Jika P-value > 0.05 H0 ditolak
4. Uji Hipotesis Pengujian terhadap hipotesis menggunakan uji One Sample t-Test, yaitu pengujian terhadap nilai rata-rata suatu observasi, apakah secara statistic berbeda dari nol atau sama dengan nol. Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan level of significance (Ξ±) = 5%. Dari hasil uji kenormalan data, maka tahapan uji hipotesis yang diambil adalah sebagai berikut : 1. Jika data berdistribusi normal, maka teknik uji beda dua sampel berpasangan yang digunakan adalah Paired Sample t-Test yang merupakan uji statistik parametrik. Langkah-langkah dalam pengujian ini adalah : a. Menentukan level of significance (Ξ±), yaitu sebesar 5% dengan derajat kebebasan (df) sebesar n-1, pada umumnya 0,05 dipilih untuk proyek penelitian. b. Membandingkan probabilitas (p) t-hitung dengan Ξ± = 5%. Penarikan kesimpulan pada uji didasarkan pada : ο·
Apabila nilai probabilitas (p) < 0,05 maka Ho ditolak 43
ο· c.
Apabila nilai probabilitas (p) > 0,05 maka Ho diterima
Membandingkan probabilitas (p) T-hitung dengan Ξ± = 5%. Penarikan kesimpulan pada uji ini didasarkan pada : ο·
Apabila nilai probabilitas (p) < 0,05 dan t hitung> t table maka Ho ditolak
ο·
Apabila nilai probabilitas (p) > 0,05 dan t hitung< t table maka Ho diterima
2. Jika data tidak berdistribusi normal, maka teknik uji beda dua sampel berpasangan yang digunakan adalah Uji Peringkat Wilcoxon (Wilcoxon Signed Rank Test) (Nasrul dalam Sudarwati, 2015) yang merupakan uji statistik non parametik dengan dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : ο·
Jika probabilitas > 0.05, maka Ho diterima
ο·
Jika probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak
44