BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini persaingan dalam dunia pariwisata sangat ketat. Masing – masing daerah berlomba untuk mengembangkan dan juga mempromosikan pariwisatanya. Inovasi – inovasi wisata baru banyak ditawarkan untuk menarik wisatawan. Salah satunya wisata minat khusus yang terdiri dari wisata budaya, alam, kuliner, religi, petualangan, dan sebagainya. Wisata minat khusus saat ini sangat
digemari
wisatawan
karana
kebanyakan
wisatawan
ingin
mendapatkan pengalaman baru ketika melakukan suatu kegiatan wisata. Melihat kawasan kota yang sudah sangat padat penduduk dan juga pembangunan gedung – gedung bertingkat yang mencakar langit serta polusi udara yang menjadi pemandangan setiap hari, membuat pelaku pariwisata ingin mencoba menawarkan wisata alternatif yang bertema kembali ke alam. Berwisata ke daerah – daerah yang masih memiliki lingkungan asri serta budaya yang khas, dapat membuat wisatawan sejenak melupakan kepenatan dari padatnya aktivitas kehidupan yang kita jalani sehari - hari. Desa wisata merupakan salah satu wisata alternatif yang menyajikan wisata berbasis alam, budaya, petualangan dan juga kuliner. Mengunjungi desa wisata kita dapat memperoleh pengalaman baru, dan juga seperti kembali ke alam dengan masyarakat yang masih tradisional dan juga lingkungan yang asri.
1
Untuk itu penulis mencoba merencanakan pengembangan daerah sekitar tempat tinggal yang masih sangat asri, di kawasan lereng gunung sumbing tepatnya di Desa Sutopati, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang untuk menjadikannya desa wisata. Kecamatan Kajoran memiliki 29 desa yaitu Sutopati, Kajoran, Sidowangi, Sukomulyo, Sukorejo, Banjaragung, Krumpakan, Sambak, Madukoro, Kwaderan, Wonogiri, Wuwuharjo, Pandansari, Pandan Retno, Bangsri, Krinjing, Sange n, Sidorejo, Madugondo, Banjar Retno, Bumiayu, Wadas, Lesanpuro, Sukomakmur, Pucung Roto. Desa Sutopati memiliki 13 dusun yaitu Krajan, Kopeng Kulon, Kopeng Wetan, Tlogo, Bakalan, Mentengan, Kledung Wetan, Kledung Kulon, Nepen, Karang Tengah, Tenggalar, Karang Anyar, Sukoyoso. Desa Sutopati memiliki jumlah penduduk
5000 jiwa dan mayoritas
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Daerah disekitar desa ini masih sangat asri, di sana terdapat banyak lahan pertanian yang dapat kita manfaatkan sebagai kawasan agrowisata, khususnya di dusun Krajan, Kopeng Kulon dan Sukoyoso. Di desa Sutopati terdapat pula ODTW air terjun Curug Silawe tepatnya di dus usn Kopeng Kulon, yang bisa di kemas dengan potensi wisata lain di tiga dusun ini sebagai desa wisata. Dari
uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan
penelitian dan membahas lebih lanjut mengenai desa Sutopati, dan merencanakan pengembangan desa tersebut sebagai desa wisata dengan judul “Pengembangan Desa Sutopati, Kecamatan Kajoran menjadi
2
Desa Wisata”
( Studi kasus dusun Krajan, Kopeng Kulon dan
Sukoyoso) 1.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini masalah yang akan dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran umum Desa Sutopati, khususnya dusun Krajan, Kopeng Kulon dan Sukoyoso secara keseluruhan? 2. Apa saja potensi yang ada di ketiga dusun wilayah kajian yang dapat diangkat sebagai atraksi wisata? 3. Bagaimana arah pengembangan yang diterapkan di tiga dusun tersebut agar dapat diangkat menjadi desa wisata? 1.3 Tujuan Untuk memperjelas arah dan tujuan dari penelitian ini, penulis merumuskan tujuan tersebut, sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui gambaran umum Desa Sutopati, khususnya di dusun Krajan, Kopeng Kulon dan Sukoyoso secara keseluruhan. 2. Untuk mengetahui potensi yang ada di ketiga dusun wilayah studi mengenai potensi wisata yang dapat di kembangkan sebagai atraksi wisata. 3. Untuk mengetahui arah pengembangan yang tepat diterapkan di dusun Krajan, Kopeng Kulon dan Sukoyoso agar menjadi desa wisata.
3
1.4 MANFAAT PENELITIAN Sesuai dengan tujuan diatas maka kegunaan dari penelitian ini adalah 1. Manfaat Praktis Penelitian ini akan memberikan suatu gambaran mengenai mereka dapat mengembangkan serta mengelola potensi wisata di wilayah desa Sutopati yaitu dusun Krajan, Kopeng Kulon dan Sukoyoso untuk menjadikan desa tersebut sebagai desa wis ata. 2. Manfaat Teoritis Penilitian ini berguna untuk menambah pengetahuan mengenai perencanaan dan pengembangan pariwisata minat khusus berbasis desa wisata. 1.5 Tinjauan Pustaka Dalam Tugas Akhir ini, tinjauan pustaka dilihat dari beberapa buku yang terkait dengan pembahasan topik yang telah dikemukakan diatas. Hal ini sangat penting karena dapat dijadikan acuan dasar yang tepat. Gagasan ini memiliki beberapa sumber acuan yaitu Tesis dengan judul Pengembanga n Desa Wisata Berbasis Budaya (Kajian Etinologi Masyarakat Dusun Ketingan, Desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman Yogyakarta) tahun 2005 di susun oleh Destha Titi Raharjana yang memuat tentang Pengembangan desa wisata yang berbasis budaya di dusun Ketingan, Tirtoadi, Mlati, Sleman dengan keunikan dusun yang menjadi tempat tinggal atau habitat dari burung Kuntul dan Blekok sejak tahun 1997, yang di dalamnya terdapat diskripsi tanggapan warga terhadap keberadaan
4
burung tersebut di dusun mereka, pandangan pihak lain diluar dusun Ketingan, serta analisis sumber daya lingkungan dusun Ketingan yang dapat dimanfaatkan menjadi daya tarik wisata. Laporan Akhir Pengembangan Desa Wisata Kawasan Dieng Provinsi Jawa Tengah, yang dibuat oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan diterbitkan PT. Triass Profitama Konsultan tahun 2008. Berisi tentang Pengembangan desa wisata kawasan Dieng, dengan lingkup studi Desa Dieng Kulon, Karangtengah, Kepakisan dan Pekasiran. Desa Dieng Kulon sebagai poros dan desa lain sebagai sumbunya. Laporan ini memuat tentang sejarah, mitologis, lingkungan fisik, biotik, sosial, objek dan daya tarik wisata kawasan dataran tinggi Dieng, Profil desa Dieng Kulon, paket wisata, visi dan misi pariwisata Dieng, analisis produk pariwisata dataran tinggi Dieng, rencana program pengembangan dan tata ruang dataran tinggi Dieng. “Potensi dan Prospek Desa Te njowaringin sebagai Desa Wisata” tahun 2001 oleh Destha Titi Raharjana. Jurnal ini memuat tentang potensi apa saja yang ada di Desa Tenjowaringin, Kecamatan Selawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Dalam jurnal ini mengulas mengenai potensi alam, budaya seperti rumah tradisional panggung, industri sutra alam, industri makanan khas Sunda, kesenian daerah dan prospek desa tersebut untuk dikembangkan sebagai desa wisata serta tantangan desa tenjowaringin sebagai objek wisata.
5
Tesis tentang kapasitas tari lengger di desa Sutopati kecamatan Kajoran yang dibuat oleh Faqihin dari UIN Sunan Kalijaga berisi tentang keaslian dan kapasitas tari lengger di desa ini tahun 2003. Perbedaan Tugas Akhir yang saya buat dengan tesis dan juga jurnal di atas terletak pada seluruh bagian, Tugas Akhir saya berisi tentang potensi wisata, gambaran umum desa Sutopati serta pengembangan Desa Sutopati, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang dengan wilayah studi ( Dusun Krajan, Kopeng kulon dan Sukoyoso) menjadi desa wisata. Dari beberapa sumber diatas berupa Tesis serta jurnal mengenai informasi pariwisata, tulisan yang berjudul “ Pengembangan Desa Sutopati, Kecamatan Kajoran menjadi Desa Wisata “ belum pernah dibuat sebelumnya. 1.6 Landasan Teori
Guna menyelesaikan Tugas Akhir ini, Penulis menggunakan buku – buku sebagai sumber referensi. Hal ini dilakukan untuk mengungkapkan dasar – dasar teoritis dan empiris terhadap masalah yanag diteliti serta memberikan gambaran dasar dalam pengembangan uraian teoritis suatu kerangka penulisan sehingga memudahkan penulis untuk menganalisis data. Berikut adalah dasar – dasar teori yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan Tugas Akhir. Pariwisata adalah merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok didalam wilayah negara sendiri atau di negara lain. (Karyono, 1997 : 15) sedangkan Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
6
kelompokdengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang di lakukan dalam jangka waktu sementara. (Bab 1 : Pasal 1 : Ayat 1) kemudian atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui suatu pertunjukan yang khusus diselenggarakan untuk para wisatawan. (Yoeti, Oka A 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta : PT. Karya Impres. Hal. 60) Dalam Tugas Akhir yang berjudul “Pengembangan Desa Sutopati, Kajoran menjadi Desa Wisata” ini perlu diketahui dulu apa itu arti kata pengembangan. Pengembangan adalah mengembangkan suatu hal yang sudah ada agar menjadi le b ih tertata dan lebih baik. Sebelum mengembangkan sebuah desa menjadi desa wisata tentunya kita harus tau apa maksud desa wisata. Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. (Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta : GadjahMada University Press. Hal. 2-3). Menurut Ika Putra (1985) desa wisata merupakan suatu bentuk pemukiman dengan fasilitas lingkungan yang sesuai dengan tuntutan wisatawan didalam menikmati, mengenal dan mengkhayati kekhasan desa dengan segala daya tariknya. Sebuah desa agar menjadi desa wisata harus memenuhi syarat tertentu yaitu, 1) Akomodasi : adalah tempat tinggal para penduduk setempat atau
7
unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk. 2) Atraksi : adalah seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang menimbulkan interaksi langsung antara wisatawan dengan masyarakat seperti : kursus tari, bahasa dan lain- lain yang spesifik.
Sedangkan Edward Inskeep, dalam Tourism Planning An Integrated and Sustainable Development Approach, hal. 166 memberikan definisi : Village Tourism, where small groups of tourist stay in or near traditional, often remote villages and learn about village life and the local environment. Inskeep : Wisata pedesaan dimana sekelompok kecil wisatawan tinggal dalam atau dekat dengan suasana tradisional, sering di desa-desa yang terpencil dan belajar tentang kehidupan pedesaan dan lingkungan setempat.
Dalam mengembangkan desa wisata ada beberapa pendekatan pengembangan desa wisata yang dapat dipakai. Pengembangan desa wisata harus direncanakan secara hati- hati agar dampak yang timbul dapat dikontrol. Berdasar dari penelitian dan studi-studi dari UNDP/WTO dan beberapa konsultan Indonesia, dicapai dua pendekatan dalam menyusun rangka kerja/konsep kerja dari pengembangan sebuah desa menjadi desa wisata. a) Pendekatan Pasar untuk Pengembangan Desa Wisata, dengan cara Interaks itidak langsung adalah model pengembangan didekati dengan cara bahwa desa mendapat manfaat tanpa interaksi langsung dengan wisatawan. Bentuk kegiatan yang terjadi semisal : penulisan buku-buku
8
tentang desa yang berkembang, kehidupan desa, seni dan budaya lokal, arsitektur tradisional, latar belakang sejarah, pembuatan kartu pos dan sebagainya. b) Interaksi setengah langsung adalah bentuk-bentuk one day trip yang dilakukan oleh wisatawan, kegiatan-kegiatan meliputi makan dan berkegiatan bersama penduduk dan kemudian wisatawan dapat kembali ke tempat akomodasinya. Prinsip model tipe ini adalah bahwa wisatawan hanya singgah dan tidak tinggal bersama dengan pend uduk. c) Interaksi
Langsung
adalah
wisatawan
dimungkinkan
untuk
tinggal/bermalam dalam akomodasi yang dimiliki oleh desa tersebut. Dampak yang terjadi dapat dikontrol dengan berbagai pertimbangan yaitu daya dukung dan potensi masyarakat setempat. Alternatif lain dari model ini adalah penggabungan dari model pertama dan kedua (UNDP and WTO. 1981. Tourism Development Plan for Nusa Tenggara, Indonesia. Madrid: World Tourism Organizatio n. Hal. 69)
Kriteria Desa Wisata yaitu 1) Atraksi wisata adalah semua yang mencakup alam, budaya dan hasil ciptaan manusia. Atraksi yang dipilih adalah yang paling menarik dan atraktif di desa. 2) Jarak Tempuh adalah jarak tempuh dari kawasan wisata terutama tempat tinggal wisatawan dan juga jarak tempuh dari ibukota provinsi dan jarak dari ibukota kabupaten. 3) Besaran Desa; menyangkut masalah- masalah jumlah rumah, jumlah penduduk, karakteristik dan luas wilayah desa. Kriteria ini berkaitan dengan daya dukung kepariwisataan pada suatu desa. 4) Sistem Kepercayaan dan kemasyarakatan; merupakan aspek penting mengingat adanya aturan-aturan yang khusus pada komunitas sebuah desa. Perlu
9
dipertimbangkan adalah agama yang menjadi mayoritas dan sistem kemasyarakatan yang ada. 5) Ketersediaan infrastruktur ; meliputi fasilitas dan pelayanan transportasi, fasilitas listrik, air bersih, drainase, telepon dan sebagainya. Masing- masing kriteria ini digunakan untuk melihat karakteristik utama suatu desa untuk kemudian menetukan apakah suatu desa akan menjadi desa dengan tipe berhenti sejenak, tipe one day trip atau tipe tinggal inap.
Adapun prinsip
dasar dari pengembangan desa wisata. a)
Pengembangan fasilitas- fasilitas wisata dalam skala kecil beserta pelayanan di dalam atau dekat dengan desa. b) fasilitas- fasilitas dan pelayanan tersebut dimiliki dan dikerjakan oleh penduduk desa, salah satu bisa bekerja sama atau individu yang memiliki. c) Pengembangan desa wisata didasarkan pada salah satu “sifat” budaya tradisional yang lekat pada suatu desa atau “sifat” atraksi yang dekat dengan alam dengan pengembangan desa sebagai pusat pelayanan bagi wisatawan yang mengunjungi kedua atraksi tersebut.
Bentuk wisata pedesaan yang khas maka diperlukan suatu segmen pasar
tersendiri.
Terdapat
beberapa
tipe
wisatawan
yang
akan
mengunjungi desa wisata yaitu a.Wisatawan Domestik, Wisatawan domestik ; terdapat tiga jenis pengunjung domestik yaitu : i) Wisatawan atau pengunjung rutin yang tinggal di daerah dekat desa tersebut. Motivasi kunjungan : mengunjungi kerabat, membeli hasil bumi atau barang-barang kerajinan. Pada perayaan tertentu, pengunjung tipe pertama ini akan
10
memadati desa wisata tersebut. ii) Wisatawan dari luar daerah (luar propinsi atau luar kota), yang transit atau lewat dengan motivasi, membeli hasil kerajinan setempat. iii) Wisatawan domestik yang secara khusus mengadakan perjalanan wisata ke daerah tertentu, dengan motivasi mengunjungi daerah pedesaaan penghasil kerajinan secara pribadi. b Wisatawan Manca Negara ; i) Wisatawan yang suka berpetualang dan berminat khusus pada kehidupan dan kebudayaan di pedesaan. Umumnya wisatawan ini tidak ingin bertemu dengan wisatawan lainnya dan berusaha mengunjungi kampung dimana tidak begitu banyak wisatawan asing. ii) Wisatawan yang pergi dalam grup (di dalam suatu biro perjalanan wisata). Pada umumnya mereka tidak tinggal lama di dalam kampung dan hanya tertarik pada hasil kerajinan setempat. iii) Wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi dan hidup di dalam kampung dengan motivasi merasakan kehidupan di luar komunitas yang biasa dihadapinya.
Tipe Desa Wisata menurut pola, proses dan tipe pengelolanya desa atau kampung wisata di Indonesia sendiri, terbagi dalam dua bentuk yaitu tipe terstruktur dan tipe terbuka. A) Tipe terstruktur (enclave) tipe terstruktur ditandai dengan karakter-karakter sebagai berikut : 1) Lahan terbatas yang dilengkapi dengan infrastruktur yang spesifik untuk kawasan tersebut. Tipe ini mempunyai kelebihan dalam citra yang ditumbuhkannya sehingga mampu menembus pasar internasional. 2) Lokasi pada umumnya terpisah dari masyarakat atau penduduk lokal, sehingga dampak negatif yang ditimbulkannya diharapkan terkontrol. Selain itu pencemaran sosial budaya yang ditimbulkan akan terdeteksi sejak dini. 3) Lahan tidak terlalu
11
besar dan masih dalam tingkat kemampuan perencanaan yang integratif dan terkoordinasi, sehingga diharapkan akan tampil menjadi semacam agen untuk mendapatkan dana-dana internasional sebagai unsur utama untuk “menangkap” servis-servis dari hotel- hotel berbintang lima. B. Tipe Terbuka (spontaneus) Tipe ini ditandai dengan karakter-karakter yaitu tumbuh menyatunya kawasan dengan struktur kehidupan, baik ruang maupun pola dengan masyarakat lokal. Distribusi pendapatan yang didapat dari wisatawan dapat langsung dinikmati oleh penduduk lokal, akan tetapi dampak negatifnya cepat menjalar menjadi satu ke dalam penduduk lokal, sehingga sulit dikendalikan.
Ada pelaksanaan
beberapa sebuah
persyaratan desa
menjadi
yang desa
harus
ditetapkan
wisata,
antara
dalam lain
:
1.Aksesibilitasnya baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan menggunakan berbagai jenis alat transportasi. 2.Memiliki obJek-obJek menarik, berupa alam, seni budaya, legenda / cerita rakyat, makanan khas lokal , dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai atraksi wisata. 3.Masyarakat dan aparat desa menerima dan memberikan dukungan yang tinggi terhadap desa wisata serta para wisatawan yang datang ke desanya. 4.Keamanan di desa terjamin. 5.Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai. 6.Beriklim sejuk atau dingin. 7.Berhubungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal oleh masyarakat luas.
12
1.7 Metode Penelitian 1) Metode Untuk dapat melakukan suatu penelitian, seorang peneliti perlu menetapkan metode yang harus dipakai sehingga mempermudah langkah-langkah penelitian. Dalam penelitian ini maka penulis menggunakan
metode
deskriftif
yaitu
menguraikan
dan
menggambarkan suatu masalah melalui penelitian yang terfokus. 2) Teknik Pengumpulan Data a) Observasi yaitu pengumpulan data melalui pengamatan yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap objek pajak yang ditelitinya. b) Wawancara kepada pengurus dan juga penduduk desa setempat mengenai pencanangan rencana pengembangan desa tersebut menjadi desa wisata serta apa saja potensi desa tersebut. c) Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara mangambil dari buku – buku referensi yang diperlukan. 1.8 Sistematika Penyusunan Untuk mengetahui sistematika dan garis besar penyusunan tugas akhir ini, maka penulis menyusun sistematika bahasan sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penyusunan tugas akhir.
13
BAB II Gambaran Umum Desa Sutopati Dalam bab ini akan diuraikan gambaran umum desa wilayah studi, rencana pengembangan desa, dan profil wilayah studi. BAB III Pe mbahasan Wilayah Kajian Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian berdasarkan data yang diperoleh penulis dari lapangan yaitu potensi wisata di tiga dusun wilayah studi, analisis SWOT, dan strategi pengembangan perdusun di desa Sutopati agar dapat menjadi desa wisata. BAB IV Kesimpulan dan Rekomendasi Bab ini merupakan kesimpulan akhir dari hasil penelitian, dan penulis akan memberikan saran atau rekomendasi bagi pengelola serta masyarakat desa tersebut yang diuraikan dengan rekomendasi perdusun wilayah studi.
14