BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sumber devisa keempat di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik, sumber devisa Indonesia pada tahun 2015 adalah minyak bumi dan gas pada urutan pertama, batu bara pada urutan kedua, minyak kelapa sawit pada urutan ketiga dan pariwisata pada urutan keempat. Saat ini pariwisata di Indonesia telah mendapatkan perhatian dari berbagai negara di dunia. Banyak wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik melakukan wisata di Indonesia. Hal tersebut menjadikan pembangunan destinasi pariwisata semakin pesat. Perkembangan pariwisata di Yogyakarta yang semakin meningkat mengakibatkan pembangunan destinasi juga semakin banyak. Destinasi wisata buatan menjadi alternatif pemerintah untuk mengembangkan destinasi baru yang menarik untuk dikunjungi. Dimensi wisata buatan terbukti cukup luas, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya pembangunan destinasi wisata buatan di Yogyakarta untuk berbagai elemen masyarakat. Rata-rata destinasi wisata buatan di Yogyakarta telah memiliki ciri khas masing-masing sehingga membedakannya dengan destinasi wisata buatan lain. Salah satu destinasi wisata buatan di Yogyakarta adalah Taman Pintar yang terletak di Jalan Panembahan Senopati No. 1 – 3 Yogyakarta.
Taman
Pintar dibangun di daerah pusat kota Yogyakarta, yang merupakan salah satu
1
kawasan paling ramai dikunjungi wisatawan. Selain itu letak Taman Pintar juga strategis, berdekatan dengan Malioboro, 0 (Nol) Kilometer, dan Kraton Yogyakarta. Taman Pintar Yogyakarta merupakan sarana pembelajaran/ pendidikan dan juga merupakan sarana pariwisata yang resmi dibuka pada tahun 2008. Taman Pintar
memiliki beberapa zona untuk menunjang sistem
operasionalnya. Beberapa zona yang ada di Taman Pintar adalah Gedung Memorabilia, Gedung Oval, Gedung Kotak, Zona Paud, Zona Bahari dan Zona Program Kreativitas. Setiap zona memiliki fungsi dan keunikan masingmasing untuk para wisatawan yang mengunjungi Taman Pintar Yogyakarta. Zona Program Kreativitas atau disebut juga Kampung Kerajinan di Taman Pintar Yogyakarta adalah salah satu alternatif untuk wisata budaya dan seni karena mengusung budaya batik, seni lukis dan seni gerabah. Kampung Kerajinan terdiri dari tiga zona, yaitu Zona Rumah Batik, Zona Lukis Kaos dan Lukis Gerabah serta Zona Kreasi Gerabah. Setiap zona memiliki fungsi yang berbeda. Masing-masing zona memiliki dua orang pemandu untuk menjaga zona Kampung Kerajianan. Selain itu, pemandu yang ada di setiap zona Kampung Kerajinan juga bertugas melayani wisatawan yang mengunjungi zona tersebut. Dari latar belakang yang telah disampaikan, maka laporan penelitian ini akan membahas serta mengangkat judul “Kampung Kerajinan Sebagai Zona Kreativitas Wisatawan di Taman Pintar Yogyakarta”.
2
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Rumusan masalah tugas akhir ini adalah Taman Pintar sebagai salah satu destinasi wisata di Yogyakarta memiliki Zona Kampung Kerajinan sebagai ruang yang memfasilitasi wisatawan untuk mengembangkan kreativitas. Rumusan masalah tersebut diturunkan dalam dua pertanyaan penelitian: 1. Aktivitas apa sajakah yang dapat dilakukan wisatawan di Zona Kampung Kerajinan Taman Pintar Yogyakarta? 2. Bagaimana cara pemandu dalam melayani wisatawan yang ingin membuat produk kreativitas di zona Kampung Kerajinan Taman Pintar Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penulisan laporan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui aktivitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan ketika mengunjungi Zona Kampung Kerajinan Taman Pintar Yogyakarta. 2. Mengetahui cara pemandu dalam melayani kebutuhan wisatawan yang ingin membuat produk kreativitas ketika mengunjungi zona Rumah Kerajianan Taman Pintar Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat dapat diperoleh dari laporan penelitian ini adalah: 1.
Manfaat teoritis, adalah menambah wawasan dan pengetahuan ilmu pariwisata, khususnya destinasi wisata buatan berbasis budaya dan
3
kreativitas, serta cara pemandu dalam melayani wisatawan yang ingin membuat produk kreativitas. a. Manfaat praktis, adalah mendapatkan informasi yang lebih jelas dalam realita yang terjadi di Taman Pintar Yogyakarta khususnya zona Kampung Kerajinan. Manfaat praktis bagi penulis adalah memahami kegiatan berkreativitas yang dapat dilakukan wisatawan ketika berada di zona Kampung Kerajinan Taman Pintar Yogyakarta. Selain itu juga untuk memahami tata cara yang harus dilakukan ketika menjadi seorang Pemandu di Taman Pintar Yogyakarta. Manfaat praktis bagi Akademi adalah sebagai bahan perbandingan dari teori akademi dan segala kemungkinan yang terjadi di tempat penelitian atau tempat praktek kerja lapangan. Selain itu, juga untuk menambah wawasan serta pengetahuan mahasiswa tentang industri pariwisata kreatif saat ini. Manfaat praktis bagi perusahaan adalah membantu pihak perusahaan untuk mengetahui kelebihan
dan
kekurangan
Taman
Pintar
Yogyakarta
dalam
menyediakan wisata berbasis budaya dan seni. Sedangkan manfaat bagi Masyarakat adalah memberikan beberapa informasi kepada masyarakat tentang aktivitas yang dapat dilakukan wisatawan atau pengunjung ketika melakukan kegiatan wisata kreatif di Taman Pintar.
4
E. Tinjauan Pustaka Beberapa pustaka yang menjadi acuan penulisan laporan penelitian ini adalah: 1. Skripsi Rahmaningrum di Universitas Gadjah Mada 2013 dengan judul “Strategi Pengembangan Obyek Wisata Taman Pintar Yogyakarta” dalam penelitian tersebut penulis menyimpulkan bahwa Taman Pintar merupakan obyek wisata pendidikan berupa wahana ilmu pengetahuan yang dibangun dengan konsep pengembangan kawasan yang terencana, terintegrasi dan berbasis teknologi dalam rangka memberikan ruang berekspresi dan memfasilitasi tumbuh kembang anak-anak dalam suasana pendidikan yang menyenangkan. 2. Tugas akhir RR. Mirzha di Universitas Gadjah Mada 2007 dengan judul “Taman Pintar Sebagai Wahana Wisata Berbasis IPTEK dan Pendidikan” dalam penelitian tersebut penulis menyimpulkan bahwa Taman Pintar yang identitasnya sebagai science center karena pembangunannya merupakan program percontohan nasional di Indonesia keberadaanya bisa dirasakan dan dinikmati oleh banyak orang, terbukti dengan tersedianya berbagai fasilitas yang berbasis IPTEK dan pendidikan, khususnya sains eksakta. 3. Tesis Khailut di Univessitas Gadjah Mada 2012 dengan judul “Telemetri Sebagai Wahana Pembelajaran Pada Obyek Wisata Pendidikan Taman Pintar Yogyakarta” dalam penelitian tersebut penulis membahas tentang salah satu penyebab perlambatan kenaikan jumlah pengunjung pada Taman Pintar Yogyakarta, adalah karena materi atau anjungan tidak ada yang baru atau perubahan. Oleh karena itu dirancang dan dibuat telemetri sebagai
5
wahana pembelajaran pada Taman Pintar Yogyakarta. Penjelasan sistem telemetri dan teori secara fisis diterangkan dengan animasi, untuk mempermudah pembelajaran alat ini dilengkapi dengan menu-menu yang sesuai. 4. Tesis Andryanda di Universitas Gadjah Mada 2013 dengan judul “Pengelolaan Taman Pintar Yogyakarta Sebagai Lembaga Pendidikan Non Formal” dalam penelitian tersebut penulis membahas tentang pengelolaan Taman Pintar yang belum dilakukan secara profesional merujuk pada visi dan misi Taman Pintar. 5. Skripsi Arif Wicaksono, di Universitas Negeri Yogyakarta 2011 dengan judul “Pemanfaatan Taman Pintar Yogyakarta Sebagai Sumber Belajar Oleh
Siswa
Sekolah
Dasar”
dalam
penelitian
tersebut
penulis
menyimpulkan bahwa pemanfaatan Taman Pintar yang dilakukan oleh siswa dibagi menjadi dua yakni secara terprogram dan tidak terprogram. Secara terprogram berupa mengikuti langkah-langkah dalam memanfaatkan Taman Pintar sebagai sumber belajar berupa persiapan, proses dan tindak lanjut. Sedangkan tidak terprogram berupa pemanfaatan sesuai dengan kehendak siswa sendiri. Kenyamanan tempat dan keterjangkauan biaya menjadi pendukung dalam memanfaatkan Taman Pintar serta suasana di sekitar area Taman Pintar.
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, tugas akhir ini belum pernah dikerjakan oleh peneliti sebelumnya.
6
F. Landasan Teori 1. Pariwisata Kreatif Menurut Rebecca Wurzburner dkk dalam Creative Tourism A Global Convertation (2008:17), definisi yang dikembangkan dari konferensi komite perencanaan, pariwisata kreatif adalah pariwisata yang diarahkan terhadap sebuah kegiatan dan pengalaman otentik, dengan pembelajaran partisipatif dalam seni, warisan atau karakter khusus suatu tempat. Definisi tersebut sama dengan yang dipromosikan oleh Crispin Raymond dan Greg Richards. Mereka yang pertama kali menciptakan istilah pariwisata kreatif dalam pekerjaan semifinal mereka di Selandia baru, pada tahun 2000. Melalui surat kabar Altlas pada November tahun 2000, Raymond dan Richards pertama kali mendeskripsikan pariwisata kreatif adalah pariwisata yang menawarkan pengunjung kesempatan untuk mengembangkan potensi kreatif mereka, melalui partisipasi aktif dalam program dan pengalaman belajar, yang merupakan ciri khas dari destinasi wisata yang dikunjungi. Pokok kedua definisi pariwisata kreatif adalah pariwisata yang diarahkan untuk mendapatkan pengalaman baru, keterlibatan wisatawan dan nilai otentisitas dengan mempelajari dan berpatisipasi dalam warisan seni atau karakter khusus suatu tempat. Prinsip tersebut mendefinisikan pariwisata kreatif berbeda dari jenis pariwisata lain, seperti wisata budaya, ekowisata atau wisata pertanian. Dilihat dari jenis pariwisata yang berbeda, 7
pariwisata kreatif dapat dipandang sebagai perangkat tambahan yang positif dalam pariwisata. 2. Kerajinan (Kriya) Menurut Sumijati Atmosudiro dalam Andrisijati dan Musadad Kriyamika Melacak Akar dan Perkembangan Kriya
(2007:26) Kriya
mengarah pada benda-benda cemangking (portable) dan yang kini menjadi cinderamata. Jika dipadankan dengan kata ‘craft’ dalam bahasa Inggris, maka salah satu batasan dari turunannya adalah ‘to make by hand’. Oleh karena itulah istilah tersebut dekat dengan kerajinan atau kerajinan tangan. Kata kriya pada zaman dahulu kemungkinan diadopsi dari bahasa sansekerta ke dalam bahasa Jawa Kuna yang berarti ‘kerja’. Kemudian muncul kata ‘seni’ yang disejajarkan dengan pengertian kata ‘art’ dalam bahasa Inggris yang berarti hasil karya manusia yang mengandung keindahan. Berbeda dengan seni yang lain, penciptaan seni kriya membutuhkan kemampuan, kecakapan tehnik, dan ketelatenan yang tinggi, serperti kriya tenun, batik, anyam, gerabah, perhiasan, hingga keris. Seiring dengan berkembangnya konsep berkesenian ala barat yang mengutamakan ekspresi, spontanitas, dan kemurnian gagasan, seni kriya dipandang sebagai ‘seni minor’, dan kadang disebut bukan ‘seni’ karena pembuatannya dilakukan tidak mengikuti kaidah seni yang berasal dari negara Barat. Seni kriya anyam misalnya, teknik dan motifnya dibuat sama antara satu pengrajin dangan pengrajin lainnya, begitu pula dengan kriya lainnya seperti batik, wayang, tenun. Karena dibuat secara berulang dan
8
masal, seorang kriyawan menjadi mahir dalam keteknikannya, namun karena terlalu terkukung dengan pola kerja, teknik, dan motif yang sama, ia sulit beranjak dengan alternatif teknik dan motif yang lain dan baru. Inilah salah satu kelemahan kriyawan tradisional.
G. Metode Penelitian 1. Waktu dan Tempat Tempat yang dijadikan tempat penelitian oleh penulis adalah Taman Pintar Yogyakarta yang terletak di Jalan Panembahan Senopati no 1 – 3, Yogyakarta. Penulis melakukan penilitian selama tiga bulan, dimulai pada tanggal 11 Januari 2016 sampai 14 April 2016. 2. Jenis Penelitian a. Penelitian Deskriptif Menurut Suharsimi Arikunto (2005) dalam Kartini (2015) “Analisis Kebutuhan Energi Dominan Dalam Pertandingan Pencak Silat Kategori Tanding”, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. b. Pendekatan Kualitatif Menurut Untung Hadi Widodo (tt), pendekatan kualitatif merupakan pemahaman, penalaran, dan definisi suatu situasi tertentu sehingga lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-
9
hari.
Pendekatan
kualitatif
lebih
mementingkan
pada
proses
dibandingkan dengan hasil akhir. Oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejalagejala yang ditemukan. 3. Teknik Pengambilan Data Ada beberapa cara dalam pengambilan data untuk penulisan laporan penelitian ini. Beberapa cara tersebut antara lain: a. Observasi Partisipatif Menurut Aunu Rofiq Djaelani (2013), dalam melakukan observasi partisipatif, peneliti berperan aktif dalam kegiatan di lapangan, sehingga peneliti dengan mudah mengamati, karena berbaur dengan yang diteliti. Hal utama dalam observasi partisipatif adalah membuat catatan lapangan yang terdiri dari catatan deskriptif yang berisi gambaran tempat, orang dan kegiatannya. Dalam pembuatan tugas akhir ini, penulis melakukan praktek kerja lapangan di Taman Pintar Yogyakarta selama tiga bulan untuk dapat mengetahui dan menganalisis hal yang berkaitan dengan Zona Kampung Kerajinan Taman Pintar Yogyakarta. b. Wawancara Menurut Chelsy Yesicha (tt), “wawancara adalah tanya – jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang suatu hal atau masalah”. Narasumber dari laporan penelitian ini adalah Staf Seksi Humas dan Pemasaran dan Koordinator Pemandu di Taman Pintar Yogyakarta. Wawancara yang dilakukan adalah tentang kaoan
10
Kampung Kerajinan didirikan, tujuan didirikannya Kampung Kerajinan dan nama alat serta ukuran bahan yang digunakan di Zona Kampung Kerajinan. c. Studi Pustaka Menurut Purwono (tt), studi pustaka adalah “segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangankarangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapanketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain”. Studi pustaka yang penulis lakukan mengakses referensi dari perpustakaan Taman Pintar dan perpustakaan Universitas Gadjah Mada.
H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tugas akhir ini terdiri atas empat bab yang masing-masing dijabarkan sebagai berikut : Bab I (Pendahuluan) yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, teknik pengumpulan data serta sistematika penulisan.
11
Bab II (Deskripsi Objek Penelitian) berisi deskripsi Taman Pintar Yogyakarta, yang terdiri dari sejarah berdirinya Taman Pintar, profil Taman Pintar dan daya tarik Taman Pintar. Bab III ( Pembahasan ) berisi tentang deskripsi paket wisata kreatif di Kampung Kerajinan dan alur kunjungan wisatawan di Kampung Kerajinan Taman Pintar Yogyakarta, yang mencakup membatik, lukis kaos, lukis gerabah, dan kreasi gerabah. Bab IV ( Penutup ) yang terdiri dari kesimpulan dari hasil penulisan dan saran untuk pihak terkait dengan kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Taman Pintar Yogyakarta.
12