BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan serangkaian kegiatan wisata dari daerah asal menuju
daerah tujuan wisata dengan melalui daerah transit. Kegiatan perjalanan tersebut melibatkan berbagai komponen yang saling terkait. Pariwisata merupakan industri yang didalamnya mencakup pelayanan, jasa (berupa destinasi wisata, restoran, hotel, travel agency) dan produk souvenir. Dalam konteks global, industri dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar yaitu industri manufaktur yaitu industri yang memproduksi barang; industri pariwisata yang memproduksi pelayanan dan jasa; dan industri kreatif yang memproduksi ide-ide kreatif yang dituangkan ke dalam berbagai bentuk. Ketiga industri tersebut saling terkait satu sama lain dan saling berpengaruh. Istilah industri kreatif muncul pada awal dekade 90-an pada saat kota-kota di Inggris mengalami penurunan produktivitas dikarenakan beralihnya pusat-pusat industri dan manufaktur ke negara berkembang yang menawarkan bahan baku, harga produksi dan jasa yang lebih murah dan terjangkau. Pada tahun 1998 Tony Blair sebagai Perdana Menteri Inggris melalui Department of Culutre, Media and Sports (DCMS) mendefinisikan industri kreatif sebagai “those industries which have their origin in individual creativity, skill and talent, and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property and content”. Definisi tersebut kemudian diadaptasi dan
1
menjadi acuan dalam pengembangan industri kreatif negara-negara lain termasuk di Indonesia. Pengembangan industri kreatif di Indonesia telah memberikan banyak dampak antara lain jumlah tenaga kerja pada tahun 2004 hingga 2006 mengalami penurunan, namun pada tahun 2007 ke tahun 2008 terjadi penyerapan tenaga kerja dari 7,396 juta menjadi 7,686 juta. Kontribusi PDB sektor industri kreatif tahun 2002-2008 berada pada peringkat 6 sebesar 7,8% sebesar Rp. 235.633,00 lebih tinggi dari rata-rata kontribusi sektor konstruksi, sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor listrik, gas dan air bersih (Studi Industri Kreatif Indonesia 2009). Perkembangan positif dari industri kreatif di Indonesia didukung kebijakan dari pemerintah pusat yaitu pada pertengahan tahun 2011 Presiden Susilo Bambang Yudoyono melakukan resuffle kabinet dengan mengganti nama Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan diubah menjadi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atau yang disingkat Kemenparekraf. Hubungan pariwisata dan ekonomi kreatif dapat diilustrasikan seperti berikut. Souvenir dan cinderamata dari setiap destinasi wisata merupakan hasil karya masyarakat lokal. Dengan membeli produk souvenir dan cinderamata wisatawan secara tidak langsung membuka lapangan kerja dan menggerakkan ekonomi daerah dan nasional. Sebagai contoh jika melihat kunjungan wisatawan ke Daerah Istimewa Yogyakarta, jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 190 ribu wisatawan dan wisatawan nusantara 2 juta, dapat diperkirakan lebih dari 2 juta produk yang terjual. Dari ilustrasi tersebut dapat terlihat bahwa pariwisata dan ekonomi kreatif merupakan komponen yang saling terkait.
2
Potensi Indonesia dalam pengembangan industri kreatif salah satunya terlihat pada acara "Biennale Desain dan Kriya 2013" di Galeri Nasional Jakarta. Pada ajang ini dihadirkan 93 karya hasil kolaborasi desainer Indonesia dari delapan sub sektor ekonomi kreatif bidang arsiterktur, seperti interior, mebel, produk, kriya tekstil, desain interior, mode dan grafis. Dari pameran ini kedepannya pemerintah melalui Marie Elka Pangestu akan memfasilitasi keikutsertaan Indonesia dalam event internasional seperti Venice Biennale Arsitektur (VBA) yang akan berlangsung di Arsenale, Venezia, Italia selama enam bulan, mulai dari 14 Juni hingga 27 November 2014. Dengan adanya event Biennale di Jakarta dapat menjadi gerbang pembuka menuju event biennale internasional (republika.co.id). Industri kreatif merupakan pilar utama dalam mengembangkan ekonomi kreatif. Industri kreatif yang di dukung ekonomi kreatif memiliki banyak keuntungan. Efek berganda (multiplier effect) ekonomi kreatif dan industri kreatif antara lain memberikan kontribusi ekonomi secara signifikan, menciptakan iklim bisnis yang positif, membangun citra dan identitas bangsa, berbasis pada sumber daya terbarukan, menciptakan inovasi dan dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa, memberikan dampak sosial yang positif. Poni-poin penjelas efek berganda tersebut dijabarkan dalam diagram di bawah ini. Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, terdapat 14 sektor industri yaitu periklanan, arsitektur, pasar seni dan barang antik, kerajinan, desain, fashion (mode), film, video dan fotografi,
3
permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, radio dan televisi, riset dan pengembangan.
Gambar 1.1 Pengembangan Ekonomi Kreatif Sumber: Rencana Pengembangan Industri Kreatif Indonesia 2009-2015
Belanja telah mengalami perkembangan yang pada awalnya hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi kemudian berkembang menjadi aktivitas di waktu luang. Pengembangan kegiatan belanja dapat meningkatkan jasa hiburan di masa mendatang dan mempengaruhi industri pariwisata (Dridea & Sztruzen, 2009). Di dalam wisata belanja terdapat tiga tujuan seseorang melakukan kegiatan belanja yaitu belanja untuk mendapatkan kenang-kenangan, belanja merupakan kebutuhan hidup dan belanja untuk merasakan budaya lokal (Moscardo, 2004). Pengembangan wisata belanja di dalam industri pariwisata memberikan efek ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam aspek ekonomi, wisata belanja berpengaruh terhadap peningkatan keuntungan finansial seperti peningkatan lapangan kerja, ekonomi lokal dan perpajakan. Dalam segi sosial peningkatan
4
wisata belanja berpengaruh terhadap peningkatan infrastruktur, mengetahui keragaman budaya dan bahasa, serta dampak negatif berupa peningkatan kriminalitas dan kemacetan lalu lintas. Dampak wisata belanja terhadap lingkungan antara lain polusi udara, kebisingan, limbah dan hilangnya habitat alami yang berdampak pada margasatwa (Timothy, 2005). Dari ketiga dampak tersebut ada beberapa yang memberikan efek negatif namun secara keseluruhan wisata belanja dapat memberikan kontribusi positif bagi ekonomi lokal. Menurut Timothy (2005) ada 3 faktor yang mempengaruhi belanja sebagai motivasi berwisata yaitu harga, destinasi dan merchandise. Merchandise meliputi souvenirs/handicraft, sesuatu yang khas dan duty-free. Merchandise yang khas dan beragam dapat menarik wisatawan untuk berkunjung, melihat dan membeli. Melalui industri kreatif, merchandise yang merupakan bagian dari wisata belanja dapat ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan nilai barang yang di jual kepada wisatawan. Menurut Florida (2008) industri kreatif dapat ditingkatkan melalui 3T yaitu teknologi, talenta dan toleransi. Kreativitas dan inovasi dari penciptaan industri kreatif dapat meningkatkan nilai jual dari barang yang dihasilkan dan dapat meningkatkan belanja wisatawan. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kota terkenal dengan budaya dan seni. Sektor industri yang terkenal di kota ini yaitu sektor kerajinan, fesyen, layanan komputer dan piranti lunak. Selain wisata alam dan wisata budaya yang menarik banyak wisatawan, industri kreatif juga menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan. Menurut ahli ekonomi John Quigley di dalam buku Creative Class Richard Florida (2008), peningkatan ekonomi regional berasal dari keragaman
5
perusahaan dan industri. Beberapa bulan lalu tepatnya 17-20 September 2013 di gelar Pameran Industri Kreatif di Plasa Pameran Industri Kemenperin. Pameran ini diikuti oleh 63 pengrajin IKM seluruh Kota Yogyakarta. Menurut Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM) Euis Saedah di dalam antaranews.com sebanyak 3,9 juta unit IKM pada tahun 2013 mampu menyerap 10,3 juta tenaga kerja dan memberikan kontribusi terhadap nilai ekspor sebesar 19,579 juta dolar Amerika Serikat. Nilai IKM mencapai Rp 753 triliun atau memiliki kontribusi sebanyak 10 % dalam pembentukan PDB sektor industri terhadap PDB sektor nasional. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan industri kreatif di Kota Yogyakarta membawa keuntungan dengan dapat memperluas lapangan pekerjaan dan peningkatan PDB. Salah satu industri kreatif berhasil di Yogyakarta yang terkenal hingga ke luar kota yaitu industri Dagadu Djokdja. Dagadu merupakan alternatif cinderamata khas Yogyakarta yang diminati wisatawan. Di Dagadu Djokdja barang-barang yang dijual antara lain kaos, sweater, topi, tas, dompet, mug, gelas, pin, gantungan kunci, aksesoris stiker, kartu pos, blocknote dan kertas surat. Slogan utama yang diangkat oleh Dagadu yaitu “Smart, Smile dan Djogja. Berdasarkan sejarah, PT. Aseli Dagadu yang merupakan pabrik Dagadu berdiri tanggal 9 Januari 1994 dengan lokasi berjualan pertama kali di Mall Malioboro Yogyakarta. PT. Aseli Dagadu didirikan oleh sekelompok mahasiswa alumni teknik arsitektur UGM. Strategi pemasaran yang digunakan PT. Aseli Dagadu tidak menerapkan sistem frenchise, namun membuat sister brand. Maksud dari sister brand di sini Dagadu tetap sebagai produk eksklusif yang diproduksi dan dijual, kemudian di beberapa tempat Dagadu juga menciptakan brand lain seperti
6
Omus dan Hiruk Pikuk. Produk andalan Dagadu yang berupa kaos terbagi dalam beberapa klasifikasi yaitu Dagadu Reguler (Unisex), Dagadu Bocah, Dagadis, Omus dan Mata Lalu. Dalam memasarkan produknya, Dagadu membuat 3 jenis gerai yaitu gerai statis, unit layanan cepat dan gerai maya. Tiga gerai statis antara lain UGD (Unit Gawat Dagadu) di Malioboro, Posyandu (Pos Pelayanan Dagadu) di Pakuningratan yang sudah pindah ke Gedongkuning bernama Yogyatourium dan DPRD (Djawatan Pelayanan Resmi Dagadu) di Plaza Ambarukmo. Unit layanan cepat Dagadu menggunakan mobil Unit Layanan Cepat (ULC) untuk melayani permintaan khusus. Dan untuk gerai yang terakhir gerai maya yang disebut dengan pesanan lewat kawat (PESAWAT). Di dalam pembuatan karyakarya Dagadu, nilai-nilai yang ditanamkan di dalam perusahaan yaitu kreativitas, inisiatif, kekeluargaan dan kejujuran. Core dalam pengembangan Dagadu terletak pada kreativitas yang didukung inisiatif di dalam bekerja menghasilkan cinderamata khas Yogyakarta. Saat ini Dagadu dapat menghasilkan omzet sebesar 1,5 miliar rupiah perbulan. Sedangkan saat musim liburan Dagadu dapat meraih omzet hingga 4,5 miliar rupiah. Dampak positif setelah 10 tahun Dagadu Djokdja menghasilkan multiproduk yang kreatif antara lain meningkatnya devisa provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan menciptakan lapangan pekerjaan baru. Kabupaten Bantul yang merupakan bagian dari DIY bagian selatan memiliki banyak potensi industri yang sedang berkembang. Menurut Lyon dan Atherton (dalam Tatang, 2008) terdapat tiga hal mendasar yang merupakan ciri-ciri dari klaster industri yaitu kebersamaaan (commonality), konsentrasi (concentration), dan konektivitas (connectivity). Sedangkan menurut Humprey dan Schimitz
7
(dalam Fujiani, 2006), klaster industri dicirikan dengan tiga konsep, yaitu orientasi konsumen, efek kumulatif dan efek kolektif. Berdasarkan ciri-ciri klaster industri tersebut terdapat beberapa klaster industri di Kabupaten Bantul yang memenuhi ciri-ciri tersebut. Klaster industri tersebut antara lain sentra batik tulis Giriloyo, gerabah desa wisata Kasongan dan sentra industri kerajinan kulit Manding. Berikut terdapat tabel penjelasan terkait dengan ciri-ciri klaster industri yang dikaitkan dengan ketiga sentra industri yang terdapat di Kabupaten Bantul. Dari tabel tersebut dapat dilihat pada masing-masing klaster industri memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Jika dikembangkan dengan baik dapat berpotensi menjadi destinasi wisata belanja di Daerah Istimewa Yogyakarta. Di dalam pengembangannya untuk menjadikan industri kreatif sebagai destinasi wisata belanja perlu diperhatikan faktor-faktor agar belanja dapat menjadi motivasi wisatawan melakukan perjalanan/berwisata.
8
Tabel 1.1 Ciri-ciri Klaster Industri Sentra Industri Kerajinan Sentra Industri Kerajinan Menurut Humprey dan Sentra Batik Tulis Giriloyo Ciri-ciri Klaster Industri Gerabah Kasongan Kulit Manding Schimitz awal Kasongan Pada tahun 1980an produk Dalam proses produksi, Sampai dengan tahun 2006 Produk ORIENTASI KONSUMEN klaster berorientasi pada pengrajin membatik dirumah berupa gerabah berbentuk yang terkenal tas dengan kemudian dibawa ke kota kuda, tungku dan peralatan bahan kulit tebal dan diukir. konsumen Dengan mempelajari Yogyakarta untuk pewarnaan dapur. Perkembangan zaman Perkembangan zaman produk dipasarkan. produk berkembang menjadi berkembang berbagai macam karakteristik permintaan dan konsumen, pengrajin Perkembangan zaman proses hiasan kamar, patung, arca, jenis kerajinan seperti jaket, sepatu, jok kursi, tatah kulit, melakukan proses produksi membatik dan pemasaran guci dengan teknik tempel orket dan souvenir, tas serat sesuai dengan permintaan dilakukan di dalam klaster alam, kain perca, sandal industri pasar Pembentukan klaster Dengan adanya paguyuban Setiap pengrajin membuat Dengan adanya UPT sebagai EFEK KOMULATIF diutamakan pada solidnya pengrajin saling berbagai gerabah tidak dari awal, mediator antara pemerintah aktivitas maupun spasial informasi dan permasalahan mereka terbagi dalam 3 dan pengrajin menyediakan proses produksi. keahlian yaitu penghasil peralatan-peralatan yang dengan usaha pencarian terkait baku, pembuat dibutuhkan pengrajin kulit dan pencapaian biaya Sesama pengrajin berbagi bahan informasi seperti bahan baku abangan, finishing dan yang dapat digunakan produksi yang rendah bersama-sama Kerja sama dalam satu warna biru yang mulai langka pemasaran kelompok akan menekan sehingga pengrajin membeli bahan baku pewarna dalam biaya produksi Kota Dalam proses produksi dan bentuk pasta di pemasaran, pengrajin Yogyakarta saling berbagi dalam penggunaan peralatan, tenaga kerja, informasi dan bahan baku EFEK KOLEKTIF (merupakan penghematan biaya eksternal yang akan ditimbulkan dari kegiatan industri yang dirasakan oleh seluruh pelaku industri) permintaan Keberadaan klaster industri permintaan Banyaknya a. Eksternalitas Keuntungan sosial lebih Banyaknya sehingga produk gerabah berbanding telah memberikan pengaruh tinggi daripada keuntungan produksi menciptakan peluang bagi lurus dengan kebutuhan dalam peningkatan ekonomi pribadi. masyarakat Eksternal ekonomi dalam masyarakat sekitar untuk pengrajin klaster yang perlu membatik dikembangkan adalah
9
b. Aksi Bersama
c. Kondisi Kelembagaan
terbentuknya pasar buruh/tenaga kerja, efek peningkatan kegiatan pelayanan dalam klaster, pentingnya penggunaan teknologi secara kolektif Aksi bersama dapat mendorong perkembangan klaster industri Aksi bersama bilateral yaitu dua kelompok bekerja sama seperti kegiatan yang saling berbagi dalam pembelian alat produksi yang mahal Aksi bersama multilateral yaitu kelompok perusahaan yang bergabung dalam sebuah asosiasi atau organisasi Terbentuknya klaster industri perlu didukung dengan tindak lanjut institusi atau kelembagaan yang menunjang kegiatan tersebut
Dengan adanya paket pelatihan membatik, setiap kelompok pengrajin mengirim perwakilan untuk bersama-sama memberikan pelatihan kepada wisatawan
Dengan adanya target produksi, pengrajin saling bekerjasama menyelesaikan pekerjaan sesuai keahlian masing-masing
Pengrajin dan showroom bekerjasama memasarkan kerajinan kulit
Adanya paguyuban yang mewadahi pengrajinpengrajin batik di Sentra Batik Tulis Giriloyo
Adanya UPT (Unit Pelayanan Terpadu) yang mewadahi pengrajin-pengrajin gerabah di Sentra Industri Kerajinan Gerabah Kasongan
Adanya UPT yang mewadahi pengrajin-pengrajin kulit
pemilik saling dalam produk
10
Batik merupakan salah satu warisan budaya tak benda yang dimiliki oleh Indonesia. Pada tanggal 2 Oktober 2009 ditetapkannya batik sebagai Intangible Cultural Heritage Of Humanity oleh UNESCO di Abu Dhabi. Dengan penetapan tersebut, batik yang merupakan kain tradisional khas Indonesia ini harus terus dilestarikan generasi muda sehingga tidak hilang oleh perkembangan zaman. Sentra Batik Tulis Giriloyo merupakan salah satu industri batik tulis di Kabupaten Bantul. Terletak di Dusun Giriloyo, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, 1 kilometer dari kompleks Makam Raja-raja Imogiri. Sentra batik tulis ini memiliki keunggulan dengan mempertahankan metode tulis dan penggunaan pewarna alami dari maraknya metode batik cap yang sedang berkembang saat ini. Sentral batik tulis Giriloyo terdapat 600 pengrajin batik yang tergabung dalam organisasi paguyuban batik tulis Giriloyo. Berdirinya paguyuban ini diprakarsai oleh Jogja Heritage Society (JHS) bekerjasama dengan Australian – Indonesia Partnership sekitar tanggal 27 Mei 2006. Di sentra batik tulis ini, selain dapat melihat dan membeli wisatawan juga dapat belajar membatik. Motif batik yang diproduksi di Giriloyo ini antara lain Sido Asih, Sido Mukti, Sido Mulyo, Truntum, Madu Bronto, Grompol, Tambal, Ratu Ratih, dan Semen Gendang . Harga setiap lembar kain batik tulis di sini relatif murah, dengan ukuran 2,5 x 1,05 m di jual dengan kisaran harga Rp. 200.000 hingga Rp. 1.000.000. Sentra industri batik tulis ini sebagian besar menyatu dengan rumah warga dengan di dukung suasana alam pedesaan. Rata-rata fasilitas yang disediakan di setiap pengrajin yaitu showroom batik dan pelatihan membatik. Karena masih berada di lingkungan pedesaan fasilitas pendukung wisata masih minim. Akses jalan menuju kawasan ini sudah
11
menggunakan cor beton dan dilengkapi dengan penerangan yang cukup. Karena hanya merupakan jalan lingkungan, kendaraan yang dapat memasuki kawasan ini hanya kendaraan bermotor roda dua dan mobil. Papan petunjuk arah dan canting raksasa sebagai penanda menuju sentra batik tulis tidak terawat dengan baik dan terkaburkan oleh reklame yang ada di kanan kiri.
Gambar 1.2 Papan Petunjuk Arah menuju Sentra Batik Tulis Giriloyo Sumber: Dokumentasi Peneliti (2014)
Klaster industri kreatif yang kedua yaitu desa wisata Kasongan. Desa wisata Kasongan terkenal akan kerajinan gerabah. Kasongan merupakan nama desa yang terletak di pedukuhan Kajen, Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan. Kasongan merupakan pemukiman para pembuat barang-barang kerajinan dengan bahan baku dari tanah liat. Saat ini terdapat 582 pengrajin yang terbagi ke dalam tiga kelompok pekerja gerabah yaitu pembuat bahan baku, abangan dan finishing. Negara tujuan ekspor gerabah Kasongan antara lain Singapura, Prancis, Belanda, Kanada, Korea, Inggris, Hongkong, Malaysia, Belgia, Yunani, Italia. Desa wisata Kasongan terletak 12 kilometer atau 20 menit perjalanan dari pusat Kota
12
Yogyakarta. Sebagai penanda wisatawan telah memasuki Kasongan terdapat gerbang berwarna merah bata bertuliskan Desa Wisata Kasongan.
Gambar 1.3 Gerbang Desa Wisata Kasongan Sumber: Dokumentasi Peneliti (2014)
Akses menuju sentra industri kerajinan gerabah Kasongan dapat menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum berupa bus AKDP jurusan Yogyakarta – Bantul. Setelah melewati gerbang desa wisata Kasongan, wisatawan akan mudah menemukan toko pengrajin gerabah yang berada di kanan kiri jalan. Ketiadaan parkir komunal menyebabkan mobil dan bus pariwisata menggunakan bahu jalan sebagai tempat parkir sehingga dapat mengganggu pemilik toko yang lahannya digunakan untuk parkir dan menyebabkan kemacetan. Selain kurangnya kantong parkir, sentra industri kerajinan gerabah Kasongan belum tersedia amenitas untuk menampung jumlah pengunjung dalam skala besar seperti rumah makan, toilet umum dan fasilitas pendukung lainnya. Atraksi yang dihadirkan di Kasongan antara lain wisatawan dapat melihat proses pembuatan gerabah dari pengolahan bahan baku hingga finishing. Produk yang dihasilkan di sentra industri kerajinan gerabah Kasongan ini berupa perabot dapur dan pernak-
13
pernik rumah tangga. Harga yang ditawarkan mulai Rp. 15.000 hingga Rp. 2.000.000, tergantung dari bahan dan ukuran gerabah. Jika pengunjung ingin belajar secara langsung terdapat paket pelatihan yang disediakan oleh UPT Kasongan. Selain atraksi pengolahan gerabah di sekitar Kasongan juga terdapat atraksi wisata lain seperti Kedung Pengilon, Gua Selarong, Sendang Semanggi, Sendang Sekatul, Sendang Banyutemumpang, Sumur Gedhe, Sumur Pangkah. Namun wisata-wisata tersebut belum terkelola dan terintegrasikan dengan baik.
Gambar 1.4 Ketiadaan Parkir Komunal Sumber: Dokumentasi Peneliti (2014)
Klaster industri yang terakhir yaitu kerajinan kulit Manding. Sentra industri kerajinan kulit Manding berada di Jalan DR. Wahidin Sudiro Husodo, Manding, Sabdodadi Bantul. Di kawasan ini terdapat 40 showroom kerajinan kulit. Produk yang dijual antara lain jaket, sepatu, sandal, tas, ikat pinggang dan dompet. Harga yang ditawarkan sangat bervariasi tergantung kualitas dan ukuran kulit yaitu berkisar Rp. 10.000 hingga Rp. 800.000. Manding yang berada di Jalan Parangtritis dapat dijangkau menggunakan trayek bus Yogyakarta – Parangtritis dan kendaraan pribadi. Berdasarkan kondisi eksisting Manding, fasilitas
14
pendukung berupa sarana dan prasarana masih minim. Di kawasan ini belum tersedia fasilitas
kantong parkir, rumah makan, toilet umum. Untuk atraksi,
wisatawan hanya dapat melihat produk jadi dan membeli kulit yang berupa lembaran atau sudah berbentuk barang siap pakai. Di sentra industri kerajinan kulit Manding, wisatawan belum mendapatkan pengalaman selama berwisata disana. Dari ketiga klaster industri tersebut, setiap kawasan memiliki karakteristik masing-masing. Sentra Batik Tulis Giriloyo yang masih kental dengan iklim pedesaan berbeda dengan sentra industri gerabah Kasongan dan kulit Manding yang berada di kota Bantul. Ketiga klaster industri ini memiliki karakteristik masing-masing dalam pengembangan klaster industri kreatif. Elemen-elemen pariwisata yang perlu dikembangkan dari setiap klaster tersebut pun berbeda-beda menyesuaikan dengan karakteristik kawasan tersebut. Pengembangan industri kreatif sebagai wisata belanja akan memberikan kontribusi dalam peningkatan ekonomi kreatif masyarakat setempat pada khususnya dan Kabupaten Bantul pada umumnya.
1.2
PERUMUSAN MASALAH Kabupaten
Bantul
memiliki
potensi
industri
kreatif
yang
dapat
dikembangkan diantaranya Sentra Batik Tulis Giriloyo, Sentra Industri Kerajinan Gerabah Kasongan dan Sentra Industri Kerajinan Kulit Manding. Ketiga industri tersebut memiliki karakteristik masing-masing mulai dari pengolahan bahan baku, proses pembuatan hingga pemasaran. Dari setiap kekhasan industri tersebut dapat
15
dikembangkan agar dapat menarik wisatawan yang berkunjung. Saat ini industri kreatif hanya berfokus bagaimana menjual hasil industri, namun tidak hanya hasil produksi saja yang biasa dijual, aktivitas masyarakat dan proses produksi dapat dijual sehingga dapat memberikan pengalaman yang terlupakan kepada wisatawan. Selain masih minimnya pengalaman yang didapatkan wisatawan, karakter ketiga klaster industri belum dikembangkan secara optimal. Selain itu elemen-elemen pariwisata yang merupakan pendukung kegiatan berwisata masih minim seperti ketiadaan fasilitas rumah makan, kantong parkir, dan toilet umum. Dengan mengetahui karakter dan fasilitas-fasilitas pendukung yang diperlukan, ketiga klaster industri tersebut dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata belanja dan dapat menjadi contoh bagi klaster industri lainnya di Kabupaten Bantul.
1.3
PERTANYAAN PENELITIAN a. Apa sajakah yang menjadi karakteristik dari klaster industri batik tulis Giriloyo, gerabah Kasongan, dan kulit Manding sebagai destinasi wisata belanja? b. Elemen
pariwisata
apa
saja
yang
perlu
dikembangkan
untuk
mengoptimalkan klaster industri batik tulis Giriloyo, gerabah Kasongan, dan kulit Manding sebagai destinasi wisata belanja? c. Bagaimanakah strategi pengembangan klaster industri batik tulis Giriloyo, gerabah Kasongan, dan kulit Manding sebagai destinasi wisata belanja?
16
1.4
TUJUAN DAN SASARAN PENELITIAN 1.4.1 Tujuan a. Memahami potensi yang terdapat di dalam klaster industri batik tulis Giriloyo, gerabah Kasongan, dan kulit Manding sebagai destinasi wisata belanja. b. Mengidentifikasi elemen pariwisata yang dapat mengoptimalkan klaster industri batik tulis Giriloyo, gerabah Kasongan, dan kulit Manding sebagai destinasi wisata belanja. c. Memberi penjelasan rasional pada alternatif strategi pengembangan yang dapat dilakukan pada ketiga klaster industri tersebut.
1.4.2 Sasaran a. Teridentifikasi potensi dari klaster industri batik tulis Giriloyo, gerabah Kasongan, dan kulit Manding sebagai destinasi wisata belanja. b. Teridentifikasi elemen pariwisata untuk mengoptimalkan ketiga klaster industri sebagai destinasi wisata belanja. c. Teridentifikasi strategi pengembangan ketiga klaster industri sebagai destinasi wisata belanja.
17
1.5
MANFAAT PENELITIAN Penelitian
ini
diharapkan
memberikan
masukan
dalam
bidang
kepariwisataan terkait dengan strategi pengembangan klaster industri kreatif di Kabupaten Bantul yang tidak hanya berfungsi sebagai kawasan industri namun juga sebagai destinasi wisata belanja. Dengan majunya klaster industri kreatif dapat meningkatkan perekonomian lokal dan nasional.
18
1.6
KEASLIAN PENELITIAN NO 1.
PENELITI Dwi Rahma Purnama Sari
TAHUN 2009 (Tesis)
2.
Mihály
2010 (Jurnal)
Tömöri
Tabel 1.2 Keaslian Penelitian TUJUAN LOKASI Menganalisis aktivitas dan Pasarbawah faktor dalam Pekanbaru pengembangan produk wisata belanja di kawasan Pasarbawah serta mencari arahan pengembangan wisata belanja di Pasarbawah Memperkenalkan latar Hungaria Investigating belakang teoritis wisata Shopping Tourism along belanja melalui pandangan the Borders of dan hasil penelitian yang relevan dari Hungary – A paling perspektif geografi Theoretical pariwisata Perspective
JUDUL Pengembangan Pasarbawah sebagai destinasi wisata belanja di Pekanbaru
Mengetahui maksud dan strategi yang mendasari dari pembangunan yang berfokus pada kinerja, pertumbuhan, perubahan ekonomi dan perubahan demografi di wilayah ini
3.
Stolarick, Denstedt, Donald, and Spencer
2010 (Jurnal)
Creativity, Tourism and Economic Development in a Rural Context: the case of Prince Edward County
4.
Greg Richards
2011 (Jurnal)
Creativity and Menganalisis dan Tourism: The menjelaskan hubungan State of the Art antara pariwisata dan kreativitas, khususnya
METODE Rasionalistik kualitatif
Wisata belanja bagi masyarakat eropa tengah dan timur tidak lagi menjadi kebutuhan ekonomi, melainkan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dalam menghabiskan waktu luang dan merupakan kegiatan yang menyenangkan selama liburan. Pariwisata terutama yang fokus pada kegiatan rekreasi, budaya dan pengalaman berwisata dapat meningkatkan pembangunan ekonomi lokal. pariwisata tidak dapat berdiri sendiri namun harus menjadi bagian dari strategi untuk meningkatkan kualitas tempat yang menjadi tujuan wisatawan dengan ketersediaan fasilitas pendukung lainnya. Kreativitas menyediakan aktivitas, materi, dan suasana untuk pariwisata dan pariwisata mendukung kegiatan kreatif. Di
Lake Ontario, Prince Edward County, Ontario, Canada
HASIL Kawasan Pasarbawah memiliki bentuk aktivitas tradisonal. Pengembangan diprioritaskan pada pengembangan atraksi wisata sejarah dan budaya Melayu, pelibatan masyarakat secara aktif.
19
NO
PENELITI
TAHUN
JUDUL
TUJUAN dampak dari “creative turn” di dalam pariwisata dan meneliti hubungannya di dalam studi pariwisata dan literatur ilmu sosial yang lebih umum
LOKASI
5.
Valery Gordin and Marina Matetskaya
2012 (Jurnal)
Creative Tourism in Saint Petersburg: The State oh the Art
6.
Jelincic, Daniela Angelina and Zuvela, Ana
2012 (Jurnal)
Zagreb dan Facing the Mengkontekstualisasikan wisata kreatif dan Dubrovnik di Challenge? pembangunannya di Kroasia Creative Tourism in lingkungan pasca transisi yang sarat dengan bentuk Croatia wisata budaya dan
METODE
Mengetahui kebijakan yang Saint efektif untuk pembangunan Petersburg ekosistem kreatif yang dikombinasikan dengan industri kreatif, perencanaan kota, dan bentuk lain dari pariwisata.
HASIL dalam perkembangan, integrasi antara pariwisata dan kreativitas yaitu pariwisata merupakan bagian dari industri kreatif. Integrasi ini juga dapat mengidentifikasi wisata khusus yaitu wisata kreatif dimana adanya penciptaan partisipasi dan pengalaman yang memungkinkan orang untuk mengembangkan potensi kreatif dan kemampuan agar siap berkomunikasi dengan orang dan budaya lokal. Kreativitas yang merupakan bagian dari wisata kreatif tidak berdiri sendiri namun juga di dukung produk kreatif, konsumen, kebijakan dan lansekap untuk mengembangkan kreativitas dalam pengalaman berwisata. wisata kreatif berfungsi sebagai dasar untuk pengembangan wisata budaya di Saint Petersburg. Interaksi antara wisata kreatif dengan wisata lainnya dapat menjadi prospek dalam penciptaan produk wisata yang terpadu. Wisata kreatif merupakan proyeksi pariwisata jenis baru dimana sumber daya alam, budaya dan sumber daya manusia tidak dimanipulasi dan di eksploitasi tetapi dihargai dan 20
NO
PENELITI
TAHUN
JUDUL
TUJUAN keuntungan semata serta sedikit membuat ketidakteraturan posisi di dalam pasar wisata dunia
LOKASI
METODE
7.
Tantie Koestantia
2012 (Tesis)
Sistem Keruangan Industri Kreatif pada Destinasi Pariwisata
Mengetahui bagaimana sistem ruang yang ada di Saung Angklung Ujo dan mengapa terjadi demikian
Deskriptif Saung kualitatif Angklung Udjo, Kota Bandung, Jawa Barat
8.
Dewi Mayasita
2013
Potensi klaster industri kreatif sebagai destinasi wisata belanja di Kabupaten Bantul
Mengetahui potensi industri kreatif GMT, Kajigelem, Giriloyo dan mengetahui elemen-elemen untuk mengoptimalkan industri tersebut
Giriloyo, Kasongan, Manding
Deskriptif kualitatif
HASIL diperkaya. Untuk kasus Zagreb dan Dubrovik kunci utama pembangunan melalui wisata kreatif. Menjadi kreatif tidak selalu memperkenalkan bentuk baru pembangunan yang trendi namun sebaliknya mengetahui bagaimana mengembangkan model pembangunan baru yang akan menjadi acuan terbaik untuk ditawarkan kepada wisatawan dan tuan rumah Sistem ruang di Saung Angklung Udjo memiliki keterkaitan dengan berbagai fungsi ruang kota Bandung sebagai destinasi pariwisata. lingkungan spasial mendukung iklim pengembangan kreatifitas yang lebih tinggi dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Perumusan strategi pengembangan klaster batik tulis Giriloyo, gerabah Kasongan dan kulit Manding dilihat dari karakteristik dan elemen pariwisata yang mencakup variabel atraksi, aksesibilitas, fasilitas pendukung, kelembagaan, talenta, merchandise dan harga.
21
1.7
SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I
PENDAHULUAN
Menguraikan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, manfaat penelitian, dan keaslian penelitian. BAB II
TINJAUAN TEORI
Merupakan uraian secara ringkas mengenai teori destinasi wisata, industri kreatif dan, wisata belanja yang terkait dengan deskripsi judul penelitian serta landasan teori. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi ruang lingkup, metode, tahapan, variabel, sampel, metode analisis data, alur pikir, dan jadwal penelitian. BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Menguraikan tentang profil dan gambaran umum wilayah penelitian kawasan Sentra Batik Tulis Giriloyo, Sentra Industri Kerajinan Gerabah Kasongan, dan Sentra Industri Kerajinan Kulit Manding. BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian proses analisis dari data-data yang telah diperoleh dari survei lapangan dan interpretasi hasil analisis guna menjawab permasalahan dan tujuan penelitian. BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini menguraikan interpretasi final mengenai keseluruhan hasil penelitian
berupa
kesimpulan dan rekomendasi yang dapat dijadikan acuan penelitian dikemudian hari.
22