BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masa remaja ialah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan baik fisik maupun psikis.1 Pada usia remaja ini jiwa masih muda dan mudah terombang-ambing (labil), mudah terpengaruh oleh sesuatu yang baru. Pada usia yang masih muda itu mereka dapat mencapai prestasi yang positif, tetapi dapat juga mencapai prestasi yang negatif. Ia dengan mudah terpancing oleh suatu keadaan.2 Masa remaja sering disebut sebagai masa pencarian jati diri. Mereka kadang susah membedakan sesuatu yang baik dan buruk bagi perkembangan hidup mereka. Remaja merupakan masa perkembangan untuk menjadi dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan pendidik sebagai bagian masyarakat yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan remaja menuju kedewasaan. Keluarga merupakan kesatuan terkecil dari masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi perkembangan pribadi anak, dikatakan pertama karena sejak anak masih dalam kandungan
1
Hendriani Agustiani, Psikologi Perkembangan (Bandung: PT Refika Aditama, 2002),
hlm. 28. 2
Mujiyono, Menanggulangi Kenakalan Remaja, Cet. Ke-4 ( Jakarta: PT Musi Perkasa Utama, 2003), hlm. 7-8.
1
2
dan lahir berada di dalam keluarga, dikatakan utama karena keluarga merupakan lingkungan yang sangat penting dalam proses pendidikan untuk membentuk pribadi yang utuh. Jadi semua aspek kepribadian dapat dibentuk di lingkungan ini. Perilaku ataupun perlakuan orang tua terhadap anak merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, terkait dengan cara bagaimana orang tua mendidik dan membesarkan anak. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama bagi anak, dan hal ini berarti keluarga akan memberikan dasar bagi perkembangan anak dikemudian hari. Kedua, karena pada zaman yang ditandai oleh perubahan sosial yang cepat dan dan kemajuan teknologi yang sangat pesat, individu membutuhkan tempat berpijak yang tidak mudah goyah, tempat berlindung dan memberikan rasa aman. Lembaga keluarga merupakan lembaga yang sejak zaman dulu tetap bertahan keberadaannya, dapat berfungsi sebagai tempat berpijak dan berlindung bagi individu.3 Remaja tidak lagi anak-anak, mereka mendekati kematangan fisik dan seksual namun secara psikologis belum matang sehingga masih butuh peran dan bimbingan dari orang tua selain lingkungan disekitarnya. Usaha orang tua membesarkan
(anak)
remaja
berperan
sebagai
jembatan
yang
menghubungkan remaja dengan kegiatan komunitas di sekolah, dengan teman dan lingkungan tetangga.4
3
Kusdwiratri Setiono, Psikologi Keluarga,Cet. Ke-1 (Bandung: PT ALUMNI, 2011),
hlm. 24. 4
Jane Brooks, The Process of Parenting, Terjemahan Rahmat Fajar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 585-587.
3
Kenyataannya adalah tidak semua remaja mempunyai orang tua yang selalu ada untuknya. Tidak semua remaja mendapatkan kasih sayang yang utuh dari orang tuanya, contohnya remaja yang memiliki ayah dan ibu yang sibuk berwirausaha. Orang tua yang sama-sama sibuk menyebabkan interaksi terhadap anaknya berkurang, sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam pendidikan keluarga. Anak-anaknya akan merasa kekurangan kasih sayang dan bimbingan dari orang tuanya serta dikhawatirkan perilaku remaja melenceng dari norma. Dalam keluarga, melalui interaksi dengan orang tuanya maka anak dapat mempelajari berbagai hal, utamanya nilai-nilai sosialisasi yaitu nilainilai kegamaan, budi pekerti luhur, gotong royong, sikap merendah, tidak sombong, tidak pamer serta tata krama.5 Orang tua yang sibuk dengan aktivitasnya tetap harus meluangkan perhatian dan kasih sayang kepada anak-anaknya sebagai wujud tanggung jawab orang tua dan bukti kedekatan bersama anak-anaknya. Semua ini sangat diperlukan dalam masa pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Dalam hal ini peran orang tua sangat penting, terutama dalam mendidik anak. Salah satunya yaitu peran keduanya dalam memberikan pendidikan sosial emosional dan pendidikan agama bagi anak yang berusia remaja. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 1 juni 2014 bahwa di Desa Galang Pengampon terdapat beberapa orang tua yang mempunyai anak berusia 13-21 tahun memutuskan keduanya untuk bekerja 5
Suhendi, Hendi dan Ramdani Wahyu, Pengantar Sosiologi Keluarga(Bandung, Pustaka Setia, 2001), hlm. 14.
4
dalam hal ini berwirausaha. Akibat dari pekerjaannya ini adalah masalah dengan anak yang kurang maksimal mendapat perhatian. Dengan pilihan keduanya bekerja, berarti mereka telah memutuskan untuk membagi waktu pekerjaan dengan keluarganya. Dengan kondisi tersebut, dimungkinkan akan munculnya permasalahan baru salah satunya tentang masalah pendidikan bagi anak-anaknya khususnya yang masih berusia remaja. Karena bagaimanapun juga tugas orang tua untuk mendidik anaknya dengan baik. Orang tua memegang peran sebagai suporter, fasilitator, dan model bagi anak. Oleh sebab itu, pada umumnya anak lebih dekat dengan orang tua dari anggota keluarga yang lain. Dalam keluarga yang berfungsi secara optimal, orang tua menjadi contoh nyata bagi anak dalam mengembangkan kemampuan sosial emosional dan pendidikan agama anak dalam hal ini remaja. Fungsi orang tua yang keduanya bekerja tidak dapat berjalan ideal. Sebagai akibatnya, anak akan kehilangan perhatian dan kontrol atas perilaku yang mereka lakukan. Sehingga yang terjadi, dikhawatirkan anak menjadi nakal dan mengalami ketidakstabilan emosi. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengambil judul “PERAN ORANG TUA WIRAUSAHA DALAM PENDIDIKAN REMAJA
DESA
GALANG
PENGAMPON
KECAMATAN
WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN”. Kajian penelitian berfokus pada peran orang tua wirausaha dalam mendidik anaknya yang
5
masih remaja khususnya dalam mengembangkan pendidikan sosial emosional dan pendidikan agama anaknya yang masih berusia remaja.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana profil orang tua wirausaha Desa Galang Pengampon? 2. Bagaimana profil pendidikan remaja Desa Galang Pengampon? 3. Bagaimana peran orang tua wirausaha dalam mengembangkan pendidikan khususnya pendidikan sosial emosional dan agama pada remaja Desa Galang Pengampon? Untuk memudahkan pemahaman tentang pembahasan dalam skripsi ini, maka perlu adanya penegasan istilah sebagai berikut : 1. Peran orang tua wirausaha Kata peran berarti tindakan yang dilakukan seseorang dalam peristiwa. Dengan kata lain, peran ialah serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku. Orang tua dalam hal ini berarti ayah maupun ibu. Wirausaha adalah mereka yang mendirikan, mengelola, dan mengembangkan usaha miliknya sendiri.6 Orang tua wirausaha dalam penelitian ini adalah menggambarkan suatu sisi kehidupan keluarga, dimana orang tua tersebut (ayah dan ibu) keduanya sama-sama bekerja (berwirausaha)yang mana memiliki anak usia remaja. 6
Yuyus Suryana dan Kartib Bayu, Kewirausahaan Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 17.
6
2. Pendidikan remaja Pendidikan diartikan sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga individu memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan merupakan usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moral dalam segala perbuatannya. Orang dewasa yang dimaksud adalah orang tua si anak.7 Remaja merupakan individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menuju dewasa.8 Masa remaja merupakan pusat perhatian. Hal ini disebabkan karena masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa.9 Pendidikan remaja dalam penelitian ini memaparkan peran orang tua
yang
bekerja
sebagai
wirausahawan,
khususnya
dalam
mengembangkan pendidikan sosial-emosional serta pendidikan agama anaknya yang masih remaja.
C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikanprofil orang tua wirausaha Desa Galang Pengampon.
7
Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 4. Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, Cet. Ke-16 (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2013), hlm. 12. 9 Sofyan S Willis, Remaja dan Masalahnya (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 19. 8
7
2. Untuk
mendeskripsikan
profil
pendidikan
remaja
Desa
Galang
wirausaha
dalam
Pengampon. 3. Untuk
mendeskripsikan
peran
orang
tua
mengembangkan pendidikan khususnya pendidikan sosial emosional dan agama pada remaja Desa Galang Pengampon.
D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1. Kegunaan teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya khazanah keilmuan dalam pendidikan, khususnya dibidang pendidikan remaja. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang dapat memperkaya kepustakaan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan bagi perbandingan penelitian yang relevan. 2. Kegunaan praktis a. Untuk mengetahui peran orang tua wirausaha dalam mendidik remaja Desa Galang Pengampon. b. Dapat menambah pengetahuan tentang cara pendidikan sosial emosional dan pendidikan agama pada remaja. c. Bagi orang tua, dapat memantau dan mengetahui perkembangan anaknya yang masih remaja.
8
E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis teoritis Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anakanaknya. Dikatakan pendidik pertama, karena ditempat inilah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya sebelum menerima pendidikan lainnya. Dikatakan pendidikan utama karena pendidikan dari tempat ini mempunyai pengaruh yang dalam bagi kehidupan anak kelak di kemudian hari. Karena peranannya demikian penting itu maka orang tua harus benar-benar menyadarinya sehingga mereka dapat memerankannya sebagaimana mestinya.10 Dalam Sistem Pendidikan Nasional, keluarga termasuk jalur pendidikan informal atau jalur pendidikan luar sekolah. Menurut UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 13 ayat 1, bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, informal, dan
non
formal
yang
dapat
saling
melengkapi
dan
memperkaya.11Pendidikan yang diselenggarakan keluarga (orang tua) dalam hal ini menyangkut penanaman, pembimbingan atau pembiasaan nilai-nilai agama, budaya, dan ketrampilan-ketrampilan tertentu yang bermanfaat bagi anak. Dalam teori 8 tahap perkembangan Piaget, masa remaja masuk dalam tahap pengembangan identitas dan kebingungan identitas. Dalam
10
Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam I (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), hlm. 225. 11 Amirulloh Syarbini, Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014), hlm. 19.
9
kebingungan identitas diri, remaja melakukan pencarian jati diri dan tujuan hidup. 12 Menurut Dewi Mulyani dalam buku berjudul Remaja Modern, beliau mengatakan bahwa sebuah kekhawatiran akan hilangnya generasi (the lost of generation) sepertinya tidak mungkin terjadi jika keluarga menempatkan dirinya sebagai pionir yang akan menjadi kendali sekaligus uswah bagi anak-anaknya. Globalisasi memang banyak menawarkan segudang kesenangan. Adapun remaja pada sisi lain dengan “kepala kosong” menangkap semua tawaran dengan senang hati, kemudian akhirnya tertanam dalam pikiran dan menjadi bagian dari hidupnya. Ketidak menentuan hidup remaja, baik pergaulan, cara berpakaian, pola konsumsi, atau memilih tempat dan jenis hiburan, merupakan cermin dimana remaja memang tidak memiliki bekal yang cukup untuk menghadapi globalisasi yang dasyat ini. Dengan demikian, peran keluarga (orang tua) sebagai manusia yang dititipi amanah oleh Allah, untuk selalu memelihara dan menjaganya. Memelihara bukan pada konteks fisik, sehingga anak hanya selalu diberi pakaian bagus dan mahal, makanan yang bergizi dan mahal, juga fasilitas kendaraan yang mewah.13 Pendidikan mencakup setiap perubahan pada kecenderungan, watak, dan akhlak kita yang secara tidak langsung dilengkapi oleh faktor-
12
Sumanto, Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: Center of Academy Publishing Service, 2014), hlm. 86. 13 Dewi Mulyani dan Roni Tabroni, Remaja modern, Cet. Ke-1 (Bandung: Siqdah Semesta, 2007), hlm. 50-51.
10
faktor lain; seperti norma-norma syariat, atau norma-norma sipil, sistem pemerintahan pola-pola kehidupan, tradisi-tradisi masyarakat,dan berbagai macam lingkungan.14 Melalui pendidikan, potensi-potensi manusia dapat dikembangkan dan diaktualisasikan sehingga manusia mampu menjadikan diri dan lingkungannya menjadi lebih sejahtera dan lebih baik, atau dengan kata lain menjadi manusia yang mulia. Tujuan pendidikan untuk memuliakan manusia dapat tercapai apabila proses pendidikan yang berlangsung dapat memfasilitasi
pengembangan
potensi
manusia
sebagai
makhluk
biopsikososioreligius. Dengan demikian, lembaga pendidikan bertugas untuk
mengembangkan
kecerdasan
intelektual,
sosial,
emosional,
praktikal, serta moral dan spiritual.15 Pendidikan dalam keluarga berlangsung secara tidak formal yakni secara alami melalui pemberian pengalaman anak, baik melalui ucapan, perbuatan
dan
sikap
yang
dilihatnya,
maupun
perlakuan
yang
dirasakannya. Oleh karena itu, sikap dan kepribadian orang tua dalam kehidupan sehari-hari mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembinaan kepribadian anak. Alexander A. Schneiders sebagaimana dikutip oleh Syamsu Yusuf mengemukakan bahwa keluarga ideal ditandai dengan ciri-ciri: a) Minimnya perselisihan antar orang tua atau orang tua dengan anak
14
Syaikh M. Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2001), hlm. 154. 15 Faturochman, et al., Psikologi untuk Kesejahteraan Masyarakat, Cet. Pertama(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 137.
11
b) Ada kesempatan untuk menyatakan keinginan c) Penuh kasih sayang d) Penerapan disiplin yang tidak keras e) Ada kesempatan untuk bersikap mandiri dalam berpikir, merasa dan berperilaku f) Saling menghormati, menghormati diantara orang tua dengan anak g) Ada musyawarah keluarga dalam memecahkan masalah h) Menjalin kebersamaan (kerjasama antara orang tua dan anak) i) Orang tua memiliki emosi yang stabil j) Berkecukupan dalam bidang ekonomi k) Mengamalkan nilai-nilai moral agama.16 Menurut Hasbullah dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Ilmu Pendidikan menjelaskan bahwa dasar-dasar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya meliputi hal-hal berikut: a) Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak. b) Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya. c) Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang pada gilirannya akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan negara. d) Memelihara dan membesarkan anaknya.
16
Syamsu Yusuf, Op. Cit., hlm. 43.
12
e) Memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi kehidupan anak kelak, sehingga bila ia telah dewasa akan mampu mandiri.17 Sikap dan peranan bagi orang tua dan keluarga diantaranya: a) Memberikan kebebasan yang terbatas dalam arti, memberikan tuntunan, bimbingan, nasihat (teguran) dan pengendalian. b) Mengadakan komunikasi timbal balik yaitu dengan menyediakan waktu untuk berbincang-bincang, bercanda-canda, dan berdialog dalam hal-hal positif. c) Memberikan kesempatan untuk berfikir dan menyampaikan pendapat supaya tidak dianggap merasa kecil. d) Mengikutsertakan mereka dalam membicarakan masalah keluarga. e) Memberi pengajaran dalam arti luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.18 Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan ada beberapa judul penelitian yang mengangkat tema yang sama. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: Waryani Fajar Riyanto, dalam artikel
jurnal yang berjudul
“Pendidikan Islam dalam Keluarga (Perspektif Al-Qur’an)”,diterangkan bahwa tahap-tahap pendidikan islam bagi anak dalam keluarga adalah pendidikan yang memberikan prinsip-prinsip spiritual, rasional, dan sosial. 17
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005) , hlm. 44-45. 18 Zakiah Drajat dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 38.
13
Atau sebuah sistem pendidikan islam yang mengintegrasikan sekaligus ketiga komponen dasariyah manusia, yaitu hati (spiritual), akal (rasional), dan jasad (sosial). Sistem ini penulis sebut dengan istilah teoantroposentrik-integralistik,
yaitu:
sebuah sistem pendidikan
yang
mengintegrasikan sekaligus, antara prinsip-prinsip ketuhanan (theos), dan prinsip-prinsip kemanusiaan (anthropos). Sistem pendidikan islam dalam keluarga bersifat life long education, yang meliputi prinsip-prinsip teologis, prinsip etis, prinsip ritualis dan prinsip sosiologis.19 Kasriyah, NIM 232108257 dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Kasih Sayang Orang Tua terhadap Kepribadian Anak dalam Keluarga Petani (Studi di Desa Blogorejo Kecamatan Doro Kabupaten Pekalongan”, disebutkan bahwa kasih
sayang adalah kunci
kebahagiaan dan
keharmonisan dalam keluarga serta merupakan metode yang paling efektif dalam pembentukan kepibadian. Ketidakpenuhan kasih sayang dalam keluarga akan menimbulkan suatu kesenjangan dalam keluarga.20 Maunatul Khasanah, NIM 232 108 331 dalam penelitian berjudul “Pendidikan Anak Usia Dini dalam Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Desa Paweden Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan” dijelaskan bahwa pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tua, khususnya ibu. Namun ketika sosok ibu bekerja diluar rumah dalam jangka waktu
19
Waryani Fajar Riyanto, “Pendidikan Islam bagi Anak dalam Keluarga (Perspektif AlQur’an)” (Pekalongan: Forum Tarbiyah:Jurnal Pendidikan Islam STAIN Pekalongan, No. 2, Desember,V, 2008). 20 Kasriyah, “Pengaruh Kasih Sayang Orang Tua terhadap Kepribadian Anak dalam Keluarga Petani Desa Blogorejo Doro”,Skripsi Sarjana Pendidikan, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan,2012).
14
yang cukup lama maka peran tersebut dapat digantikan seorang ayah. Peran ayah dalam keluarga tenaga kerja wanita (TKW), selain sebagai kepala rumah tangga yang mencari nafkah, ayah juga berperan dalam mengasuh dan mendidik anak.21 Persamaan penelitian ini dengan ketiga penelitian tersebut yakni sama-sama membahas tentang pendidikan anak dalam keluarga , sedangkan dengan skripsi yang ketiga sama membahas tentang pendidikan anak yang ditinggal ibunya bekerja namun perbedaannya terletak pada objek yang diteliti serta jangka waktu ketika ditinggal ibu bekerja. Dalam penelitian ini yang menjadi objek yang akan diteliti yaitu remaja yang kurang perhatian dari kedua orang tuanya yang berwirausaha dan peran dari kedua orang tua wirausaha dalam mendidik anaknya yang masih remaja. Perbedaan lainnya dapat dilihat dari segi metode penelitian, jurnal yang ditulis bapak Waryani Fajar Riyanto menggunakan jenis penelitian kajian pustaka, sedangkan penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan. Selain itu, skripsi yang ditulis Kasriyah menggunakan pendekatan kuantitatif, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. 2. Kerangka berpikir Kondisi dan cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan
21
Maunatul Khasanah, “Pendidikan Anak Usia Dini dalam Keluarga Tenaga Kerja Wanita di Desa Paweden Buaran”, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2012).
15
mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga seperti keagamaan, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik dan membina anak-anaknya. Orang tua memiliki tugas dan kewajiban dalam keluarganya masing-masing selain mendidik dan membina anak-anaknya, diantaranya saling menghargai, menghormati dan menjaga rumah tangganya. Diantara kewajiban suami ialah mencari nafkah guna mencukupi kebutuhan keluarganya, sedangkan tugas isteri adalah memanajemen dan mengatur kebutuhan keluarganya, misal dalam hal belanja keperluan dapur, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Dalam keluarga wirausaha yang mana kedua orang tua, yakni ayah dan ibu yang keduanya sama-sama sibuk bekerja, tentunya tidak bisa membina anakanaknya secara maksimal. Waktu yang dimiliki untuk keluarganya cukup terbatas. Orang tua yang keduanya sama-sama sibuk dalam pekerjaannya tidak jarang memicu masalah baru di dalamnya. Seperti kesulitan dalam membagi waktu antara pekerjaan, mengurus rumah dan anak. Sehingga berakibat pada pendidikan anaknya yang cenderung kurang diperhatikan, khususnya dalam pendidikan keluarga baik itu pendidikan sosial emosional maupun pendidikan agama.
16
F. Metode 1. Desain penelitian a. Pendekatan penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Data yang akan digali berupa data deskriptif dalam bentuk pertanyaanpertanyaan atau kata-kata tertulis yang berasal dari sumber data yang diamati atau diteliti agar mudah dipahami. Laporan dalam pendekatan ini mencakup masalah deskripsi murni tentang program dan/atau pengalaman orang di lingkungan penelitian. Tujuan deskripsi ini adalah untuk membantu pembaca mengetahui apa yang terjadi di lingkungan dibawah pengamatan, seperti apa pandangan partisipan yang berada di latar penelitian, dan seperti apa peristiwa atau aktivitas yang terjadi di latar penelitian.22 Penelitian ini berguna untuk menjawab permasalahan yang memerlukan pemahaman secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif.23 b. Jenis penelitian Penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (field research), maksudnya yaitu penelitian yang dilakukan di tempat terjadinya gejalagejala yang diselidiki.
22
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 174. 23 Zainal Arifin, Dasar-dasar Penulisan Karya Ilmiah(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.29.
17
2. Sumber data Dalam penelitian ini sumber data yang dipakai ada dua, yaitu: a. Sumber data primer Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.24 Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah orang-orang yang menjadi narasumber yang mengetahui pokok permasalahan ini yaitu beberapa orang tua Desa Galang Pengampon yang keduanya berwirausaha dan memiliki anak yang masih remaja. Hal ini dilakukan guna mendapatkan informasi yang berkaitan dengan peran orang tua wirausaha dalam mengembangkan pendidikan sosial emosional dan pendidikan agama pada remaja. b. Sumber data sekunder Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.25 Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah informan, yaitu pihak yang
keterangannya dapat digunakan untuk
menguatkan keterangan dari narasumber. Informan tersebut merupakan tetangga maupun kerabat narasumber. Sumber data sekunder juga berasal dari sumber tertulis, seperti buku-buku serta dokumen-
24
Sugiyono, MetodeKuantitatif, Kualitatifdan R&D (Bandung,: Cvalfabeta, 2008), hlm.
225. 25
Ibid, hlm. 225.
18
dokumen lain yang relevan tentang pendidikan sosial emosional dan pendidikan agama pada remaja. 3. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.26 Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi Metode observasi mendasarkan pada pengamatan terhadap obyek penyelidikan, disertai aktivitas penulisan secara sistematis.27 Dalam observasi individu berperilaku spontan dalam situasi alamiahnya, maka peneliti lebih percaya diri dalam menggeneralisasi hasil observasi pada situasi yang lain. Dengan observasi dapat diperoleh informasi yang berharga tentang efek dari variabel lingkungan, atau faktor-faktor lain, terhadap perilaku.28 Metode ini digunakan untuk mengadakan pengamatan mengenai profil orang tua wirausaha dan interaksi antara orang tua dengan anak remajanya dalam rangka mendidik dan mengembangkan kemampuan sosial emosional dan agama pada remaja.
26
Sudaryono, Gaguk Margono, dan Wardani Rahayu, Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan, Cet. Pertama (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013),hlm. 29. 27 Mustaqim, Psikologi Pendidikan ( Yogyakarta: FAKULTAS TARBIYAH IAIN WALISONGO SEMARANG bekerjasama dengan PUSTAKA PELAJAR, 2008), hlm. 6. 28 Sumanto, Op., Cit,, hlm. 179.
19
b. Interview atau wawancara Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan untuk hal-hal dari narasumber secara lebih mendalam serta jumlah narasumber sedikit.29 Wawancara dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas wawancara itu.30 Tujuan dilakukannya wawancara yakni untuk memperoleh konstruksi yang yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauan dan sebagainya.31 Metode
ini
digunakan
untuk
mengungkap
data
yang
berhubungan profil orang tua wirausaha dan pendidikan remaja dalam keluarga wirausaha. c. Metode dokumentasi Metode
dokumentasi
ditujukan
untuk
memperoleh
data
langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, data yang relevan dengan penelitian. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
29
Sudaryono, Gaguk Margono, dan Wardani Rahayu, Op., Cit, hlm. 35. Lexy J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-31 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 186. 31 Syamsuddin dan Vismaia S Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, Cet. Ke3 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 94. 30
20
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.32 Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data-data mengenai gambaran umum Desa Galang Pengampon. 4. Teknik analisis data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.33 Dalam penelitian ini penulis menggunakan model Miles and Huberman dalam buku yang berjudul “Metode Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D” sebagaimana dikutip oleh Sugiyono, dimana analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu, diperoleh data yang kredibel. Aktivitas dalam menganalisis data kualitatif dilakukan secara interaktif, meliputi tahap32
Sudaryono, Gaguk Margono, dan Wardani Rahayu, Op., Cit, hlm.41. Sugiyono, Op. Cit., hlm. 244.
33
21
tahap antara lain data collection (periode pengumpulan data), data reduction/ reduksi data (mereduksi data berarti merangkum, memilih, halhal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu), data display/ penyajian data (untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif), dan conclusion drawing/ verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi).34
G. Sistematika Penulisan Sistematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Bab I
: Pendahuluan. Memuat latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II
: Peran Orang tua wirausaha dan pendidikan remaja. Pertama
meliputi pengertian orang tua, fungsi orang tua/keluarga, tanggung jawab dan sikap/peranan orang tua, dan pengertian orang tua wirausaha. Yang kedua meliputi pengertian remaja, tugas perkembangan remaja, aspek-aspek perkembangan remaja, dan pengertian pendidikan remaja. Yang ketiga meliputi pendidikan sosial emosional dan pendidikan agama pada remaja. Bab III
: Peran Orang tua wirausaha dalam pendidikan remaja Desa
Galang Pengampon. Dalam bab ini dibagi menjadi empat sub bab. Pertama, tentang Gambaran umum Desa Galang Pengampon, meliputi letak dan luas
34
Ibid, hlm. 246.
22
wilayah, kondisi sosial dan ekonomi,
serta kondisi sosial keagamaan
wargaDesa Galang Pengampon. Kedua, data tentang profil orang tua wirausaha Desa Galang Pengampon. Ketiga, data tentang pendidikan remaja Desa Galang Pengampon. Keempat, data tentang peran orang tua wirausaha dalam pendidikan khususnya dalam mengembangkan pendidikan sosial emosional dan agama pada remaja Desa Galang Pengampon Kecamatan Wonopringgo. Bab IV
: Analisis data tentang profil orang tua wirausaha, profil
pendidikan remaja, dan peran orang tua wirausaha dalam mendidik remaja khususnya pendidikan sosial emosional remaja dan pendidikan agama pada remaja Desa Galang Pengampon. Bab V
: Penutup. Dalam bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.