1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang, terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah (Judarwanto, 2009). Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan yang penting di negara berkembang, termasuk Indonesia. Gambaran klinis demam tifoid seringkali tidak spesifik terutama pada anak sehingga dalam penegakan diagnosis diperlukan konfirmasi pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan penunjang ini meliputi pemeriksaan darah tepi, isolasi/biakan kuman, uji serologis dan identifikasi secara molekuler (Anonim, 2010). Gejala demam tifoid tidak khas seringkali mirip penyakit lainnya. Keluhan dan gejala demam tifoid bervariasi dari gejala seperti flu ringan sampai tampilan sakit berat dan fatal yang mengenai banyak sistem organ. Gambaran secara klinis penyakit demam tifoid berupa demam berkepanjangan, gangguan fungsi usus, dan keluhan susunan saraf pusat (Darmowandowo, 2006).
2
Beberapa faktor penyebab demam tifoid masih terus menjadi masalah kesehatan penting di negara berkembang meliputi pula keterlambatan penegakan diagnosis pasti. Penegakan diagnosis demam tifoid saat ini dilakukan secara klinis dan melalui pemeriksaan laboratorium. Diagnosis demam tifoid secara klinis seringkali tidak tepat karena tidak ditemukannya gejala klinis spesifik atau didapatkan gejala yang sama pada beberapa penyakit lain pada anak, terutama pada minggu pertama sakit. Hal ini memerlukan pemeriksaan penunjang laboratorium untuk konfirmasi penegakan diagnosis demam tifoid (Judarwanto, 2009). Uji serologis digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dengan mendeteksi antibodi spesifik terhadap komponen antigen Salmonella typhi maupun mendeteksi antigen itu sendiri. Metode pemeriksaan serologis imunologis ini dikatakan mempunyai nilai penting dalam proses diagnostik demam tifoid. Pemeriksaan ini masih didapatkan adanya variasi yang luas dalam sensitivitas dan spesifisitas pada deteksi antigen spesifik Salmonella typhi oleh karena tergantung pada jenis antigen, jenis spesimen yang diperiksa, teknik yang dipakai untuk melacak antigen tersebut, jenis antibodi yang digunakan dalam uji (poliklonal atau monoklonal) dan waktu pengambilan specimen (stadium dini atau lanjut dalam perjalanan penyakit) (Judarwanto, 2009). Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dibagi dalam empat kelompok, yaitu pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman; uji serologis, dan pemeriksaan
3
kuman secara molekuler. Pengujian secara pasti terhadap bakteri perlu dilakukan uji kultur, namun hasil pemeriksaan kultur baru diketahui minimal 24 jam setelah pengambilan specimen. Berbagai metode diagnostik baru untuk pengganti uji Widal dan kultur darah sebagai metode konvensional masih kontroversial dan memerlukan penelitian lebih lanjut. Beberapa metode diagnostik yang cepat, mudah dilakukan dan terjangkau harganya untuk negara berkembang dengan sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik, seperti uji TUBEX, Typhidot dan dipstik mungkin dapat mulai dirintis penggunaannya di Indonesia (Sudoyo, et al, 2007). Negara-negara berkembang seperti Indonesia masih memiliki kemampuan laboratorium dengan fasilitas kultur masih terbatas. Berkaitan dengan hal tersebut maka uji serologis yang cepat, mudah, dan murah akan sangat berguna di wilayah dengan kemampuan laboratorium yang terbatas ini. Uji serologis harus mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang cukup. Uji Widal merupakan suatu diagnosis serologis demam tifoid yang didasarkan pada aglutinasi bakterial, yang masih paling banyak digunakan. Popularitasnya muncul dari kenyataan bahwa uji ini mudah digunakan dan murah. Kenyataannya bahwa uji Widal ini bukanlah uji terhandal, terutama jika digunakan di wilayah-wilayah endemis demam tifoid (Judarwanto, 2009). Keakuratan untuk menentukan demam tifoid dilakukan pembanding yaitu uji Tubex yang menggunakan prosedur satu langkah lebih sederhana tetapi lebih cepat daripada uji Widal. Tubex mendeteksi antibody anti-Salmonella O9 (IgM) yang secara normal tidak terdapat pada individu yang sehat, dan tidak terdeteksi
4
adanya reaksi silang terhadap antibodi-antobodi dari spesifitas lain yang lazim. Uji Tubex dinyatakan sebagai sangat spesifik, tetapi hal ini perlu diteliti lebih lanjut karena Tubex lebih mahal daripada uji Widal (Kristina et al, 2007). Beberapa peneliti telah melaporkan ketepatan dari Tubex dan uji-uji serologis lain dibandingkan dengan kultur sebagai standar emas untuk demam tifoid, dan uji Tubex tampaknya lebih akurat daripada uji aglutinasi Widal. House, et. al (dalam Kristina, et. al, 2007) melaporkan bahwa Tubex mempunyai sensitivitas 87%, spesifitas 76%, PPV 77%, dan NPV 84%. Olsen et.al (dalam Kristina, et.al, 2007) melaporkan bahwa uji Widal tidak sensitif dan menggambarkan adanya variabilitas antar-operator, dan dua perangkat cepat lainnya (Kristina, et. al, 2007).
1.2 Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sensitivitas antara uji Widal dengan Tubex berdasarkan kultur darah untuk menentukan demam tifoid?
1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui sensitivitas antara uji Widal dengan Tubex berdasarkan kultur darah untuk diagnosis tifoid.
5
1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Menilai sensitivitas hasil uji Widal untuk diagnosis tifoid dengan menggunakan kultur darah sebagai baku emas. 1.3.2.2 Menilai sensitivitas hasil uji Tubex untuk diagnosis tifoid dengan menggunakan kultur darah sebagai baku emas 1.3.2.3 Menganalisis sensitivitas antara test Widal dengan tes Tubex berdasarkan kultur darah untuk diagnosis tifoid.
1.4 Manfaat penelitian 1.4.1
Bagi pelayanan kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi para klinisi tentang tingkat sensitivitas Widal dan Tubex pada diagnosis demam tifoid, sehingga diharapkan dapat mendiagnosis secara cepat dan akurat.
1.4.2
Bagi Ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan tentang metode diagnosis demam tifoid yang cepat dan akurat.